Disusun Oleh :
Kelompok 43
1. Anisa Putri Ayudya (20200258)
2. Rayi Nabila Alzahra (20200260)
3. Gabriel Meisa Wijayanto (20200268)
4. Hieronius Tua Sinaga (20200280)
5. Nino Gilang Septiawan (20200282)
6. Balda Salzabila Mabaria (20200302)
1
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok
ii
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga kita masih dalam keadaan sehat dan khususnya
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terimakasih tersebut kami ucapkan kepada Bapak Mutya Drs Sunarso, MM selaku
dosen pembimbing lapangan Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL), PT. Velesia (Kaboki)
dan PT. Victoria Care (Screet Garden) yang telah berkenan menerima kunjungan KKL
Fakultas Ekonomi serta memberikan kami tambahan ilmu yang berguna. Tidak lupa
kepada semua pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
iii
v
vi
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
PT Velesia (Kaboki)
Pasar Seni Kuta Bali tahun 1989 bermimpi menginternasionalkan kerajinan Indonesia.
Pertemuan seorang pemuda Indonesia dengan pemuda asal Amerika kemudian
menjadi cikal bakal dikenalnya produk rajut Indonesia di luar negeri. Diwujudkan
dengan terbentuknya dua perusahaan yang saling bermitra, yaitu PT. Velesia selaku
produsen berdomisili di Bali Indonesia dan Indonesian Import Inc./ The Sak selaku
importir berdomisili di San Fransisco USA sebagai kantor pusat dan Bali sebagai
representative office.
a. Era Tas Kulit
Tas berbahan dasar kulit paling populer saat itu. PT Velesia
mengkombinasikannya dengan bermacam kekayaan lokal Indonesia seperti
agel, tikar rotan Kalimantan, songket Palembang, ulos Batak, pahikung Sumba
dan tapis Lampung. Selain melayani Indonesian Imports Inc. yang
mengeluarkan merek Elliot Lucca untuk jenis produk ini, PT. Velesia juga
bekerjasama dengan beberapa importir dan merek lain seperti Sunda Bay yang
berbasis di California dan Philip Collection yang berbasis di Miami, USA.
b. Era Tas Rajut
Persaingan tas kulit semakin menguat. PT. Velesia mulai melirik alternatif
bahan baku lain. Pada tahun 1994, tas „ulatan‟ – yang berarti anyaman atau
rajutan dalam istilah Bali – mulai diperkenalkan. Benang nylon dipilih sebagai
bahan utama, dengan jaminan support mitra perusahaan dalam negeri yang
hingga kini loyal menyediakan benang untuk PT. Velesia. Oleh Indonesian
Import Inc. selaku mitra importir, tas rajut ini diberi label The Sak.
c. Kelompok Binaan
Tas rajut mendapat sambutan luar biasa di Amerika. Kemudian diikuti oleh
negara-negara Eropa, Jepang dan Australia. PT. Velesia melakukan
pembenahan internal sebagai langkah antisipasi. Tim Sample diperkuat,
diimbangi dengan percepatan pembentukan sentra-sentra pengrajin baru di
berbagai daerah. Tim kreatif PT. Velesia mengalami masa-masa yang sangat
2
1
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Gambaran Umum
PT Velesia (Kaboki)
Pasar Seni Kuta Bali tahun 1989 bermimpi menginternasionalkan kerajinan Indonesia.
Pertemuan seorang pemuda Indonesia dengan pemuda asal Amerika kemudian
menjadi cikal bakal dikenalnya produk rajut Indonesia di luar negeri. Diwujudkan
dengan terbentuknya dua perusahaan yang saling bermitra, yaitu PT. Velesia selaku
produsen berdomisili di Bali Indonesia dan Indonesian Import Inc./ The Sak selaku
importir berdomisili di San Fransisco USA sebagai kantor pusat dan Bali sebagai
representative office.
d. Era Tas Kulit
Tas berbahan dasar kulit paling populer saat itu. PT Velesia
mengkombinasikannya dengan bermacam kekayaan lokal Indonesia seperti
agel, tikar rotan Kalimantan, songket Palembang, ulos Batak, pahikung Sumba
dan tapis Lampung. Selain melayani Indonesian Imports Inc. yang
mengeluarkan merek Elliot Lucca untuk jenis produk ini, PT. Velesia juga
bekerjasama dengan beberapa importir dan merek lain seperti Sunda Bay yang
berbasis di California dan Philip Collection yang berbasis di Miami, USA.
e. Era Tas Rajut
Persaingan tas kulit semakin menguat. PT. Velesia mulai melirik alternatif
bahan baku lain. Pada tahun 1994, tas „ulatan‟ – yang berarti anyaman atau
rajutan dalam istilah Bali – mulai diperkenalkan. Benang nylon dipilih sebagai
bahan utama, dengan jaminan support mitra perusahaan dalam negeri yang
hingga kini loyal menyediakan benang untuk PT. Velesia. Oleh Indonesian
Import Inc. selaku mitra importir, tas rajut ini diberi label The Sak.
f. Kelompok Binaan
Tas rajut mendapat sambutan luar biasa di Amerika. Kemudian diikuti oleh
negara-negara Eropa, Jepang dan Australia. PT. Velesia melakukan
pembenahan internal sebagai langkah antisipasi. Tim Sample diperkuat,
diimbangi dengan percepatan pembentukan sentra-sentra pengrajin baru di
berbagai daerah. Tim kreatif PT. Velesia mengalami masa-masa yang sangat
2
berat kala itu. Seluruh sumber daya dikerahkan dalam proses inventarisasi
calon daerah binaan, eksekusi pelatihan, hingga proses pendampingan sampai
binaan tersebut mampu berproduksi. Pada puncaknya, jumlah pengrajin binaan
PT. Velesia melewati angka tiga ribu orang. Tersebar mulai pulau Bali, Jawa
Timur dan Jawa Barat. Seluruh hasil produksi dari kelompok-kelompok
binaan tersebut kemudian dikirim ke fasilitas produksi PT. Velesia di Bali
untuk proses sortir, finishing dan final check.
C. Rumusan Masalah
PT Velesia (Kaboki)
sebagai berikut:
BAB II
ANALISIS DAN DIAGNOSIS
A. Sejarah Singkat
PT Velesia (Kaboki)
PT. Velesia Merek “Kaboki” di Pasuruan Jawa Timur. Tas Rajut. “Kaboki”
merupakan merek tas rajut yang diproduksi secara masal oleh PT. Velesia. Sejak
tahun 1989, PT. Velesia telah merintis dan memperkenalkan kerajinan Indonesia ke
Kehakiman dan HAM tahun 2002 dengan sertifikat nomor 504108. PT. Velesia telah
PT Velesia (Kaboki)
a. VISI
yang tepat waktu dan mampu melayani permintaan pesanan sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh setiap konsumen. baik dari segi pelayanan, kualitas,
b. MISI
C. Perkembangan Objek
PT Velesia (Kaboki)
Proses finishing ala home industry sudah tak mampu mengimbangi peningkatan
volume pekerjaan. PT. Velesia merelokasi fasilitas finishing ke pabrik yang lebih luas
di Kuta Bali. Peralatan kerja ditambah dan diperbaharui. Sistem kerja dirubah menjadi
sistem line.
a. Dari sisi produk, berbagai variasi dan terobosan terus dilakukan untuk
menggantikan nylon sebagai bahan dasar benang, warna yang semula hanya
kain pelapis bagian dalam tas yang semula standar ditingkatkan ke jenis
waterproof.
beberapa customer. Antara lain memasok panel tas untuk PT. Harmoni dan
mengerjakan produk tas wanita untuk PT. Sophie Martin Indonesia pada tahun
2009.
D. Lokasi Objek
1. PT Velesia (Kaboki)
Jl. Raya Sukorejo - Bangil KM 1.5 Lecari – Sukorejo – Pasuruan
5
E. Tujuan Berdirinya Objek
PT Velesia (Kaboki)
a. Memperluas bidang usaha secara terus menerus melalui bidang usaha internal
kesejahteraan masyarakat.
F. Struktur Organisasi
PT Velesia (Kaboki)
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT Velesia (Kaboki)
Tabel I
Evaluasi Faktor Internal PT Velesia
a. Pada faktor kekuatan, hasil tertinggi dengan bobot 0,15 dan peringkat 4
dengan total nilai yang dibobot 0,60 yaitu memiliki nilai seni yang tinggi
serta kuat dan tahan lama.
b. Sedangkan pada faktor kelemahan, Kecenderungan tipe kulit yang memiliki
bobot 0,5 peringkat 1 dengan total nilai yang dibobot 0,10 menunjukkan
bahwa faktor tersebut dapat menjadi penghambat bagi perkembangan
perusahaan.
c. Total skor tertimbang 2,90 yang diperoleh dari hasil analisis EFI
menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi internal yang cukup
kuat untuk meminimalisir kelemahan.
PT Velesia (Kaboki)
Tabel II
Evaluasi Faktor Eksternal PT Velesia
8
mengikuti zaman
Dari matriks EFE diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan yang menggambarkan
kondisi eksternal perusahaan, yaitu:
a. Pada faktor peluang, didapat 1 hasil tertinggi yaitu faktor brand sudah
banyak dikenal oleh masyarakat bahkan mancanegara dengan bobot 0,20
peringkat 1 dengan nilai yang dibobot 0,20.
b. Sedangkan pada faktor ancaman, Banyak pesaing salah satunya produk
yang terbuat dari bahan kulit yang memiliki bobot 0,20 dengan peringkat 4
dan total nilai yang dibobot 0,60
c. Total skor tertimbang 2,10 yang diperoleh dari hasil analisis EFE yang
menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kondisi dibawah rata-rata
yang artinya perusahaan dikatakan cukup lemah dalam menghadapi peluang
dan ancaman.
9
menghadapi peluang dan ancaman yang ada. Berikut adalah analisis matriks TOWS
pada PT Velesia (Kaboki).
1. Matriks TOWS
Tabel III
Matriks TOWS
PT Velesia (Kaboki)
KEKUATAN - S KEKUATAN - W
10
2. Harga yang (W1, T2)
ditawarkan pesaing 2. Meningkatkan
jauh lebih murah dan bahan baku dan
terjangkau proses produksi
3. Proses pembuatan (W3, T3)
lebih lama karena
dibuat secara manual
menggunakan
tangan
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan
tersebut agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau
menghentikan produknya.
Tabel IV
KUADRAN II KUADRAN 1
Altematif strategi yang dapat dijalankan PT Velesia (Kaboki) yaitu dengan cara
menggunakan kuadran II adalah integrase ke belakang, integrase ke depan, integrase
horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, usaha
patungan.
11
3. Matriks Internal – Eksternal (IE)
PT Velesia (Kaboki)
Tabel V
Matriks Internal – Eksternal (IE)
PT Velesia (Kaboki)
Rendah 1
Nilai total skor rata-rata pada Matriks EFI sebesar 2,90 sedangkan nilai total
skor rata-rata Matriks EFE sebesar 2,10. Dari hasil analisis Matriks Internal
Eksternal pada tabel diatas, menempatkan Tas Rajut pada sel V yang disebut
Pertahankan dan Pelihara. Sehingga analisis strategi yang dapat dijalankan
yaitu strategi penetrasi pasar dengan memperluas market share melalui usaha
pemasaran/promosi, pengembangan pasar dengan memperluas pangsa pasar
secara geografis. Serta strategi pengembangan produk dengan cara
memodifikasi produk, hal ini umumnya dilakukan saat produk telah berada
pada posisi jenuh.
12
dan pertumbuhan pasar. Matrik Grand Strategy digunakan untuk mengetahui
perusahaan berada di kuadran berapa dan strategi bisnis apa yang tepat bagi
perusahaan. Analisis EFI dan EFE digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
strategi bisnis apa yang akan digunakan. Berikut adalah analisis Matrik Grand
Strategy pada PT Velesia (Kaboki).
PT Velesia (Kaboki)
Tabel VI
Matriks Grand Strategy
PT Velesia (Kaboki)
Kuadran II Kuadran I
2,10
POSISI BERSAING KUAT
POSISI BERSSAING LEMAH
2,90
13
Dari Matrik Grand Strategy pada tabel di atas, posisi PT VELESIA (KABOKI)
berada pada kuadran I. Dengan demikian pilihan strategi yang dapat diambil oleh
perusahaan yaitu penetrasi pasar, pengembangan produk, pengembangan pasar
dan integrasi ke depan, belakang, dan horizontal.
PT Velesia (Kaboki)
Tabel VII
Matriks QSPM
PT Velesia (Kaboki)
STRATEGI-STRATEGI ALTERNATIF
1. Dalam
pemasarannya
menggunakan 0,15
berbagai media 1 0,20 2 0,20 1 0.20 2 0,30
sosial serta
beberapa media
cetak lainnya.
14
model produk yang
mengikuti zaman
Ancaman
Kekuatan
Dari hasil analisis Matriks QSPM di atas, dapat disimpulkan bahwa dari empat
analisis strategi tersebut, diperoleh strategi pengembangan pasar sebagai strategi
utama dengan niali daya tarik terbesar yaitu sebesar 5,50.
15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah penting
sebagai berikut:
17
BAB II
ANALISIS DAN DIAGNOSIS
A. Sejarah Singkat
Perusahaan yang didirikan oleh Billy Hartono Salim sebelumnya sudah beroperasi
sejak 1988 nama PT Kosmetika Alam Pesona Mandiri sebelum diganti menjadi PT
Victoria Care. Perusahaan ini mempunyai visi dan misi yaitu untuk menciptakan
produk kosmetik dan toiletries yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat serta
mudah didapatkan. Maka pada tahun 2007, PT Victoria Care Indonesia membangun
pabrik di kawasan Candi, Semarang, Jawa Tengah. Pada tahun 2008, pabrik tersebut
telah memperoleh sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP). Pada tahun 2009,
PT Victoria Care merilis produk Lulur Tradisional Bali dari brand Herborist.
Perusahaan ini terus berkembang dan meresmikan Omah Herborist pada tahun 2013,
di mana pengunjung dapat merasakan konsep berbelanja dan edukasi di satu tempat.
Adapun Visi dan Misi PT Victoria Care (Screet Garden) adalah sebagai berikut:
a. VISI
b. MISI
18
C. Perkembangan Objek
Perusahaan yang didirikan oleh Billy Hartono Salim sebelumnya sudah beroperasi
sejak 1988 nama PT Kosmetika Alam Pesona Mandiri sebelum diganti menjadi PT
Victoria Care. Perusahaan ini mempunyai visi dan misi yaitu untuk menciptakan
produk kosmetik dan toiletries yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat serta
mudah didapatkan. Maka pada tahun 2007, PT Victoria Care Indonesia membangun
pabrik di kawasan Candi, Semarang, Jawa Tengah. Pada tahun 2008, pabrik tersebut
telah memperoleh sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP). Pada tahun 2009,
PT Victoria Care merilis produk Lulur Tradisional Bali dari brand Herborist.
Perusahaan ini terus berkembang dan meresmikan Omah Herborist pada tahun 2013,
di mana pengunjung dapat merasakan konsep berbelanja dan edukasi di satu tempat.
D. Lokasi Objek
JL Jend. Gatot Subroto, Blok A-5/8, Kalipancur, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah
50211
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
19
a. Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap
F. Struktur Organisasi
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT Victoria Care
Tabel VIII
Evaluasi Faktor Internal PT Victoria Care
21
Dari matriks tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan yang menggambarkan
kondisi internal perusahaan, yaitu :
a. Pada faktor kekuatan, hasil tertinggi dengan bobot 0,15 dan peringkat 4
dengan total nilai yang dibobot 0,50 yaitu harga terjangkau serta
menggunakan bahan-bahan alami.
b. Sedangkan pada faktor kelemahan, Kecenderungan tipe kulit yang memiliki
bobot 0,05 peringkat 1 dengan total nilai yang dibobot 0,10 menunjukkan
bahwa faktor tersebut dapat menjadi penghambat bagi perkembangan
perusahaan.
c. Total skor tertimbang 2,95 yang diperoleh dari hasil analisis EFI menunjukkan
bahwa perusahaan berada pada posisi internal yang cukup kuat untuk
meminimalisir kelemahan.
22
digunakan
5 Dalam pemasaran 0,15 2 0,30
memanfaatkan
berbagai media
social sehingga
mudah didapatkan
Dari matriks EFE diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan yang menggambarkan
kondisi eksternal perusahaan, yaitu:
a. Pada faktor peluang, hasil tertinggi didapat dengan bobot 0,20 dan
peringkat 4 dengan total nilai yang dibobot 0,65 yaitu Mengadakan program
produksi dengan bobot 0,15 dan peringkat 1 dengan total nilai yang dibobot
0,30.
c. Total skor tertimbang 2,55 yang diperoleh dari hasil analisis EFE
23
C. Penyusunan Matriks
Setelah penggunaan analisis EFI dan EFE sebagai tahap masukan, selanjutnya
digunakan analisis matriks TOWS sebagai analisis dalam tahap pencocokan. Matriks
TOWS merupakan matrik yang bertujuan untuk menentukan strategi yang efektif bagi
perusahaan, yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang ada, untuk
menghadapi peluang dan ancaman yang ada. Berikut adalah analisis matriks TOWS
pada PT Victoria Care (Secreet Garden).
Tabel X
Matriks TOWS
PT Victoria Care (Screet Garden)
KEKUATAN - S KEKUATAN - W
24
4. Menggunakan
bahan-bahan alami
sehingga produk
aman untuk
digunakan
5. Dalam pemasaran
memanfaatkan
berbagai media
sosial sehingga
mudah didapatkan
ANCAMAN – T STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Hasil analisis di PT Victoria Care Dari analisis Matriks TOWS diatas, pencocokan
kekuatan(S), kelemahan(W), peluang(O), dan ancaman(T) pada PT Victoria Care
menghasilkan alternatif strategi.
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan
tersebut agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau
menghentikan produknya.
Tabel XI
25
Posisi Pangsa Pasar Relatif
KUADRAN II KUADRAN 1
Altematif strategi yang dapat dijalankan PT Victoria Care yaitu dengan cara
menggunakan kuadran II adalah integrase ke belakang, integrase ke depan, integrase
horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, usaha
patungan.
PT Victoria Care
Table XII
Matriks Internal – Eksternal (IE)
PT Victoria Care
26
3 2 1
TOTAL 4 I II III
Rendah 1
Nilai total skor rata-rata pada Matriks EFI sebesar 2,95 sedangkan nilai total
skor rata-rata Matriks EFE sebesar 2,55. Dari hasil analisis Matriks Internal
Eksternal pada tabel diatas, menempatkan Herbolist pada sel V yang disebut
Pertahankan dan Pelihara. Sehingga analisis strategi yang dapat dijalankan
yaitu strategi penetrasi pasar dengan memperluas market share melalui usaha
pemasaran/promosi, pengembangan pasar dengan memperluas pangsa pasar
secara geografis. Serta strategi pengembangan produk dengan cara
memodifikasi produk, hal ini umumnya dilakukan saat produk telah berada
pada posisi jenuh.
PT Victoria Care
Gambar 4
PT Victoria Care
27
PERTUMBUHAN PASAR YANG CEPAT
Kuadran II Kuadran I
2,95
POSISI BERSAING KUAT
POSISI BERSSAING LEMAH
2,55
Dari Matrix Grand Strategy pada tabel diatas, posisi PT Victoria Care berada
pada kuadran I dan kuadran II dengan demikian pilihan strategi yang dapat
diambil oleh perusahaan yaitu penetrasi pasar, pengembangan produk,
pengembangan pasar dan integrasi ke depan, belakang dan horizontal.
28
penetrasi pasar, pengembangan produk, pengembangan pasar, dan integrasi
horizontal. Berikut perhitungan dan penilaian Matrik QSPM pada PT Victoria
Care
PT Victoria Care
Tabel XIII
Matriks QSPM
PT Victoria Care
STRATEGI-STRATEGI ALTERNATIF
1. Mengadakan
program potongan 0,20
harga maupun 4 0,80 2 0,60 3 0,40 4 0,40
pemberian hadiah
berupa kupon belanja
2. Memiliki jaringan 0,10
distribusi yang efektif 3 0,40 3 0,40 1 0,40 1 0,40
dan efisien
3. Selalu meluncurkan 0,15
produk atau merek 3 0,30 1 0,80 1 0,30 2 0,30
baru
4. Menggunakan bahan- 0,15
bahan alami sehingga
1 0,20 4 0,40 2 0,30 2 0,30
produk aman untuk
digunakan
Ancaman
1. Terjadi gangguan
berupa permasalahan 0,15
teknis atau kerusakan
mesin serta gangguan 1 0,20 2 0,20 4 0,50 3 0,40
listrik sehingga
menghambat proses
produksi
2. Ketergantungan atas
2 0,40 2 0,40 2 0,60 1 0,20
pasokan bahan baku 0,10
JUMLAH 1,00
Kekuatan
29
1. Sudah bersertifikasi BPOM 0,10 1 0,30 1 0,60 1 0,40 3 0,40
2. Harga Terjangkau 0,15 1 0,40 2 0,60 3 0,60 2 0,15
3. Produk yang ditawarkan 0,10
1 0,30 3 0,20 2 0,40 2 0,30
bervariasi
4. Aman dan halal 0,10 2 0,20 3 0,30 2 0,30 1 0,40
5. Mudah ditemukan 0,10
2 0,20 4 0,20 4 0,20 4 0,30
diberbagai Market Place
6. Kemasan produk mewah 0,10 1 0,20 2 0,20 3 0,30 3 0,20
7. Dapat diorder secara online 0,10
2 0,20 3 0,20 2 0,40 2 0,20
maupun offline
8. Menggunakan bahan-bahan 0,15
1 0,40 3 0,30 3 0,20 3 0,40
alami
Kelemahan
Dari hasil analisis Matriks QSPM di atas, dapat disimpulkan bahwa dari empat
analisis strategi tersebut, diperoleh strategi pengembangan produk sebagai
strategi utama dengan niali daya tarik terbesar yaitu sebesar 5,90.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kunjungan Lapangan seperti Company Visit bertujuan agar mahasiswa/mahasiswi
mendapatkan pengalaman faktual tentang pelaksanaan proses perkuliahan. Setelah
diadakannya kunjungan lapangan ini, mahasiswa/mahasiswi mampu memahami secara
langsung bagaimana KABOKI berkembang dan manjadi perusahaan yang berkelas
nternasional. Dengan dedikasi tinggi yaitu untuk membawa kerajinan Indonesia ke
kancah Internasional sekaligus kepercayaan tinggi kepada para pengrajin tradisional
menjadikan KABOKI dapat tetap berjaya melawan era dan memepertahankan
konsumennya.
B. Saran
PT Kaboki Velesia sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan dan pengarahan supaya
tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal
31