Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI MKU


DI PERGURUAN TINGGI SERTA NILAI – NILAI PANCASILA SEBAGAI
OIENTASI

NAMA NIM
Prisilia Tewernussa 1420121052
Anita Pattiasina 1420121016
Welsy M. Selanno 14201210
Tita Sari 14101210
Sukran B. Holle 14101210
Elfianita Diri 14101210
Margaritha Kuahaty 14101210
Gracella Makuker 14101210
Fitria Kubal 14101210

PROGRAM STUDI ILMU KEPEAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " LATAR
BELAKANG DAN TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI MKU DI PERGURUAN
TINGGI SERTA NILAI – NILAI PANCASILA SEBAGAI OIENTASI " dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang Kewarganegaraan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kairatu, 2 Oktober 2022


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini telah memasuki suatu dekade waktu yaitu era globalisasi, dimana
semua aspek yang meliputi politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan
menitikberatkan pada sebuah kemajuan teknologi.Globalisasi tersebut ditandai dengan
kuatnya pengaruh lembaga-lembaga internasional, serta negara maju untuk mengatur
kehidupan politik dan ekonomi dunia bahkan pada system keamanan dunia. Kondisi seperti
ini telah menciptakan struktur baru, yaitu struktur global yang sangat mempengaruhi pola
pikir dan mentalitas bangsa dalam menghadapi situasi dunia yang seperti ini.Oleh karena itu,
pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Departemen Pertahanan telah
membuat suatu orientasi ke arah sana. Salah satunya degan membekali para siswa dan
mahasiswa dengan kurikulum mengenai pendidikan kewarganegaraan, yang di dalamnya
ditekankan pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang diselenggarakan pendidikan kewarganegaraan?


2. Apa pengertian dan sejarah pendidikan kewarganegaraan?
3. Apa tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan?
4. Apa yang dimaksud dengan nilai dan nilai pancasila?
5. Apa saja nilai-nilai Pancasila sebagai orientasi PKN?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui latar belakang diselenggarakan pendidikan kewarganegaraan.


2. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah pendidikan kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan.
4. Untuk menegtahui pengertian nilai dan nilai Pancasila.
5. Untuk mengetahui Nilai- nilai Pancasila sebagai orientasi Pkn.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Negara Indonesia terlahir sebagai bangsa yang besar, terdiri dari berbagai macam suku,
agama, ras dan budaya. Indonesia adalah Negara paling heterogen di dunia. Terdapat 14
(empat belas) etnis utama dan 300 kelompok etnik. Bentang alam geografis dan
topografisnya yang terpisah dan terisolasi dengan satu pulau dan yang lainnya, ini adalah
kondisi yang mendorong bertumbuhnya ciri – ciri suku bangsa, bahasa dan kebudayaan yang
beraneka ragam sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Dengan sifat yang plural ini,
negara Indonesia sangat rawan timbul sebuah konflik karena lebih sulit menjaganya dari pada
ketentraman dan keamanan masyarakat yang homogeny sehingga sering terjadi konflik di
beberapa daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pendidikan yang dapat membekali para
siswa dan mahasiswa dimana di dalamnya diajarkan bagaimana bernegara yang baik dan
benar.
Selain itu, Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum
dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan
yang berbeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh Bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilai–nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan
berkembang. Kesamaan nilai–nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan.
Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah Nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan 17 Agustus 1945
tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai– nilai perjuangan
Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik
Indonesia.
Tetapi semangat perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai dengan
dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa
telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh
pengaruh globalisasi.Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga–lembaga
kemasyarakatan internasional, negara–negara maju yang ikut mengatur percaturan politik,
ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan global. Disamping itu, isu global
yang meliputi demokratisasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup turut pula
mempengaruhi keadaan nasional.
Globalisasi juga ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya dibidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Hingga membuat dunia menjadi
transparan seolah–olah tanpa mengenal batas negara. Semangat perjuangan bangsa ynag
merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa
perjuangan fisik.
Sedangkan dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan
perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing–masing. Perjuangan non fisik ini
memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia pada umumnya
dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan
Kewarganegaraan.

B. Pengertian dan Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai pemahaman
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,
meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut
sebagai civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai
democracy eduation. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan
warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban. Berdasarkan rumusan “Civic
International” (1995), disepakati bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan
civic culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi (
Mansoer, 2005)
Perilaku-perilaku yang dimaksudkan di atas adalah seperti yang tercantum di dalam
penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2), yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam
masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah
dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kep. Mendikbud No. 056/U/1994
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa menetapkan bahwa “Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum (MKU) dan wajib diberikan dalam
kurikulum setiap program studi”.
Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.
267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan disamping membahas tentang PPBN juga
dimembahas tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan
Kewiraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah tentang hubungan warga negara dengan negara, dan Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
Sejarah pendidikan kewarganegaraan untuk tingkat perguruan tinggi di Indonesia
dimulai sejak adanya matakuliah Civic (1957), MANIPOL dan US[2]DEK, Pancasila dan
UUD 1945 (1960-an), Pendidikan Kemasyarakatan (1964), Pendidikan Kewargaan Negara
(1968-1969), Pendidikan Civic dan Hukum (1973), Pendidikan Kewiraan (1989-1999), dan
Pendidikan Kewarganegaraan (2000-sekarang). Hal yang patut disayangkan dalam rentang
sejarah tersebut adalah terjadinya distorsi hakikat pendidikan kebangsaan dan
kewarganegaraan yang diintervensi kepentingan penguasa, dimana pendidikan kebangsaan
dan kewarganegaraan pada masa lalu seringkali dimanfaatkan penguasa untuk
melenggangkan kekuasaannya dan menciptakan status quo.

C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan kemampuan memahami, mengahayati dan meyakini nilai-nilai pancasila
sebagai pedoman beperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta
memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut. Selain itu, Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan memberikan kompetensi sbb:
1. Berfikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara mutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan tujuan diadakannya Pendidikan Kewarganegaraan untuk tataran mahasiswa jika
berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/Kep/2006,
tujuan diadakannya Pendidikan Kewarganegaraan telah dirumuskan dalam visi dan misi
sebagai berikut:
 Visi: Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber
nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
menghantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa manusia adalah sebagai
generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religious, berkeadaban,
berkemanusiaan, dan cinta tanah air dan bangsanya.
 Misi: Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
Menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa tujuan negara mengembangkan Pendiddikan
Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good
citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual,
emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics
responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa diharapkan:
1. Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai falsafah,
dasar ideologi, dan pandangan hidup negara RI.
2. Melek konstitusi (UUD NRI 1945) dan hukum yang berlaku dalam negara RI.
3. Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir di atas.
4. Mengamalkan dan membakukan hal-hal di atas sebagai sikap perilaku diri dan
kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa Indonesia,
program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus mampu
mencapai tujuan:
1. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai
moral-etika dan religius.
2. Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
3. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air.
4. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

D. Pengertian Nilai Dan Nilai Pancasila

Kewarganegaraan dan Pancasila merupakan dua hal yang saling terkait dan terhubung,
dengan nilai-nilai Pancasila menjadi dasarnya. Nilai (value) sendiri memiliki pengertian yaitu
kulitas yang melekat pada sesuatu. Bisa bersifat material, ,aupun immaterial. Nilai Material
merupakan nilai yang mendominasi dalam kehidupan kita karena kenyataan yang bisa di infra
itulah yang kadang kala kita menganggapnya bernilai. Sedangkan Nilai Immaterial
merupakan nilai yang sifatnya abstrak, tetapi juga bisa dirasakan, contohnya yaitu nilai
keindahan, kemanusiaan, kebaikan, dst.Segala sesuatu, baik benda sekalipun juga memiliki
nilai. Nilai memiliki beberapa jenis antara lain :
1. Nilai yang menyangkut kebaikan dan keburukan
2. Nilai yang menyangkut tujuan dan maksud / arti
3. Nilai yang menyangkut subjective ( Nilai yang terdapat di dalam diri sendiri) dan
penilaian subjek terhadap objek tersebut.
4. Nilai yang Nampak dan nyata
5. Nilai yang actual dan pontentia
6. Nilai yang murni dan campuran
Pengertian nilai dasar pancasila merupakan hakikat (sifat) dari pelajaran pancasila yang
bersifat universal, sehingga nilai-nilai inti tersebut meliputi cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai
luhur yang sejati. Nilai-nilai dasar tersebut tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yang
meliputi nilai-nilai inti ideologi Pancasila. Pembukaan UUD 1945 merupakan norma dasar
yang merupakan tatanan hukum tertinggi sebagai sumber hukum positif, sehingga negara
berstatus sebagai norma dasar atau aturan negara.

E. Nilai – nilai Pancasila sebagai orientasi ( core value ) Pkn.


Nilai nilai dalam pancasila memiliki banyak ragam.
 Pertama yaitu nilai Religiuritas yang menjadi fundament dasar dalam menegakkan :
1. Keyakinan hanya pada Tuhan
Maksudnya yaitu bagaimana kitab isa hidup berdampingan dalam berbagai ragam
agama yang ada. Di lain sisi, Atheisme merupakan paham yang berseberangan dengan
keyakinan kita akan adanya Tuhan.
2. Agama yang menyangkut derajat Manusia ( HAM)
Agama mendorong kita untuk mengangkat manusia lain yang memang derajatnya
rendah.
3. Sebagai etik politik dan landasan moral penyelenggaraan negara.
Indonesia memiliki keunikan karena Indonesia menggabungkan berbagai ragam
kebudayaan. Indonesia tidak bisa dikatakan negara dengan demokrasi murni, tetapi
seringkali ada faham ketuhanan yang muncul. Kedaulatan juga kadang tidak difahami
secara utuh (ada di tangan rakyat) karena pada akhirnya banyak politisi kita yang
memahami bahwa Tuhanlah yang berkehendak atas segalanya. Pada prinsipnya
landasan moral harus diletakan dalam penyelenggaraan praktek kebangsaan dan
kenegaraan.
4. Agama mendorong Nasionalisme
Agama seharusnya , Mampu mendorong pada nasionalisme. Kenyataan yang ada
di Indoesia yaitu nasionalisme tidak bisa dipisahkan dengan agama. Salah satu
contohnya yaitu para ulama atau pemuka agama yang menggunakan keyakinan dan
agama untuk mengobarkan semangat pada masa penjajahan. Nasionalisme Indonesia
bukan nasionalisme yang di usung dari eropa ( kaum borjuis), tetapi nasionalisme
Indonesia di dorong oleh keyakinan agama. Agama Indonesia juga bukanlah agama
yang candu dan hanya menghibur tetapi agama yang ad aitu bersifat progresif dapat
mengangkat derajat mansuia dan dapat mendrong kea rah nasionalisme.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Konsep ini tidak menekankan pada ketuhannnya, melainkan menekankan pada
nilai toleran, hormat, kerja sama antar satu sama lain. Kebudayaan antar masyarakat
Indonesia merupakan fakta sejarah yang tidak bisa dibuang begitu saja karena
sejatinya kita selalu hidup berdampingan meskipun berbeda keyakinan.

 Kedua yaitu Nilai kemanusiaan yang pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


1. Manusia sebagai subyek utama pendukung negara
2. Negara memiliki kewajiban melindungi kemanusiaan karena kita sebagai masyarakat
telah melepaskan atribut untuk menjadi bangsa dan bernegara
3. Kemanusiaan anti-diskriminatif. Diskriminatif adalah pembedaan antar satu sama lain
baik berdasarkan agama, suku, ras dst.
4. Egaliter ( memandang derajat yang sama dengan orang lain)
5. Jika kita telah mampu bersikap egaliter, maka mestinya kita mampu menghapus
feodalistik karena feodalistik adalah kebudayaan yang tidak demokatis dan mebuat
kita tidak bisa mengembangkan diri pada ruang ruang public yang lain.

 Ketiga yaitu Nilai Persatuan yang pelaksanaannya adalah sebgai berikut:


1. Negara ada akibat adanya warga Indonesia yang Bersatu.
2. Sesuatu yang menjadi fundamental yang harus kita kembangkan adalah gotong
royong. Gotong royong harus kita maknai sebagai bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang sama
3. Melakukan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok / individu juga
merupakan gotong royong.

 Keempat yaitu nilai Kekeluargaan yang pelaksanaannya sebagai berikut :


1. Falsafah kekeluargaan dianalogikan bagaikan tubuh, dimana pada saat satu bagian
tubuh merasa sakit, maka semua juga merasa sakit. Ras individualis harus kita tangkal
dengan falsafah kekluargaan.
2. Apapun masalah dan persoalan dapat diselesaikan dengan cara musyawarah dan
melepaskan ego dan kepentingan masing-masing. Pemimpin yang mampu melepaskan
ego dan kepentingan pasti mampu berdialog dengan rakyat tanpa adanya rasa
terdominasi.
3. Musyawarah tercapai mufakat jika di dasari sikap kebijaksanaan

 Terakhir atau yang kelima yaitu Nilai Keadilan yang pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Pada akhirnya yang dicari merupakan bagaimana cara untuk mencapai keadilan yang
di dalamnya ada sifat tidak memihak.
2. Selalu menyeimbangkan hubungan antara hak dan kewajiban tanpa membeda-
bedakan
3. Selain itu juga harus menghormati hak orang lain dan tidak bermental membunuh
yang lain
4. Mencapai cita-cita keadilan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil adalah:
1. Pendidikan kewarganegaraan dilatar belakangi oleh adanya globalisasi dan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang digunakan sebagai
pemahaman untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan mengalami terus
mengalami perkembangan sejak tahun 1957 sampai dengan era reformasi.
3. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan kemampuan memahami, mengahayati dan meyakini nilai-nilai
pancasila sebagai pedoman beperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat
diandalkan.
4. Kewarganegaraan dan Pancasila merupakan dua hal yang saling terkait dan
terhubung, dengan nilai-nilai Pancasila menjadi dasarnya. Nilai (value) sendiri
memiliki pengertian yaitu kulitas yang melekat pada sesuatu. Bisa bersifat
material, ,aupun immaterial. Nilai Material merupakan nilai yang mendominasi dalam
kehidupan kita karena kenyataan yang bisa di infra itulah yang kadang kala kita
menganggapnya bernilai. Sedangkan Nilai Immaterial merupakan nilai yang sifatnya
abstrak, tetapi juga bisa dirasakan, contohnya yaitu nilai keindahan, kemanusiaan,
kebaikan, dst.Segala sesuatu, baik benda sekalipun juga memiliki nilai.
5. Nilai nilai Pancasila sebagai orientasi Pkn yaitu Nilai Religius, Nilai Kemanusiaan,
Nilai Persatuan, Nilai Kekeluargaan dan Nilai Keadilan.

B. Saran
Melalui pendidikan Kewarganegaraan, rakyat Republik indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat
bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan
nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Hammad (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung: PT


Refika Aditama.

Hamdayama, Jumanta dan Herdiawanto, Heri. Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara.
Jakarta: Erlangga.

Sunarso (2011). Pendidikan Kewarganegaraan Buku Pegangan Mahasiswa. Yogyakarta:


PPKP Press.

Kaelan dan Zubaidi, Achmad (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigmahttps://id.scribd.com/document/510177617/Nilai-Nilai-Pancasila-
sebagai-orientasi-core-value-Pendidikan-Kewarganegaraan diakses pada tanggal 02 oktober
2022 pukul 15.39 WIT

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-nilai-dasar-pancasila diakses pada tanggal 02


oktober 2022 pukul 15.47 WIT

Anda mungkin juga menyukai