Oleh :
NPP : 31.0915
Kelas : B4
2022
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat menggantikan ungkapan puji syukur atas kesempatan
yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya lah, makalah ini dapat
terselesaikan. Adapun penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dari para pembaca sekalian dan kemudian dapat pula menjadi bahan penulis untuk
memperkuat kemampuan pun juga pemahaman dibidang kepenulisan dan penelitian.
Adapun tulisan ini sepenuhnya adalah hasil olah pikir, rasa dan bahan bacaan
serta referensi yang diolah oleh penulis untuk kemudian menjadi sebuah tulisan yang
dihharapkan padu. Untuk itu kepada seluruh pihak yang membantu dalam
menyelesaikan tulisan ini diucapkan banyak terima kasih.
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................6
1.3. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................7
2.1. Pelayanan Publik.............................................................................................................7
2.2. Transparansi Pelayanan Publik.....................................................................................8
BAB IIi PEMBAHASAN.........................................................................................................10
2.1. Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik....................................................10
2.2. Hubungan Transparansi dan Akuntabilitas................................................................12
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................14
3.2. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN
Apa yang dilakukan dalam setiap tahapan oleh lembaga yang berperan dan
bertanggungjawab untuk itu, harus pula menunjukkan akuntabilitasnya. Bagi lembaga
pemerintah, menurut Barker, akuntabilitas merupakan kewajiban pejabat-pejabat publik
untuk melaporkan kegiatan mereka kepada warga negara, dan hak masyarakat untuk
mengambil tindakan untuk menentang para pejabat publik itu yang dalam melakukan
tugas mereka tidak memberi kepuasan kepada warga negara sebagai suatu unsur utama,
atau barangkali menerapakan sesuatu yang esensi dalam demokrasi. Dalam hal ini,
akuntabilitas lembaga-lembaga pemerintah atau pejabat publik, pada dasarnya juga
sudah mencakup dimensi transparansinya.
Dalam hal ini, sama sekali tidak bisa dipisahkan antara apa yang dilakukan oleh
pemerintah dengan kepentingan atau hak rakyat di dalamnya. Ketika pemerintah tidak
melaporkan atau tidak mengiformasikan kepada masyarakat tentang apa yang
dilakukannya, atau tidak memuaskan masyarakat, atau tidak bisa mengakomodasi
kepentingan rakyat sehingga mengecewakan, maka dengan sendirinya berarti sudah
melakukan pelanggaran terhadap hak rakyat. Kontrak sosial antara negara (pemerintah)
dengan rakyat, merupakan awal bahkan fondasi dari akuntabilitas dan transparansi.
Selain bertujuan untuk pemenuhan tugas, makalah ini juga bertujuan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam makalah ini. Adapun manfaat
penulisan makalah ini adalah dapat menjadi bahan literatur terkait peran transparansi
pelayanan publik, dan implikasinya terhadap akuntabilitas pelayanan publik. Adapun
tujuan utama dari makalah ini adalah:
Definisi lain diungkapkan Masdar dkk (2009: 42) yang menjelaskan bahwa
pelayanan publik merupakan pemberian layanan (melayani) keperluan atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang telah ditetapkan. Demikian juga Frederickson (2002: 215) mengatakan
bahwa penerapan prinsip New Public Management dari pemerintah harus berorientasi
pada pelayanan publik (public service). Sehingga pemerintah memandang masyarakat
sebagai faktor dominan dalam menentukan apa yang dibutuhkan, kemudian pemerintah
memenuhi kebutuhan tersebut demi mewujudkan kepuasan dan kesejahteraan
masyarakat.
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang pelenggaraan pemerintahan, yakni informasi
tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai
(Krina, 2003). Sedangkan Agus Dwiyanto (2008) mendefinisikan transparansi sebagai
penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan di
dalam memperoleh informasi-informasi yang akurat dan memadai. Dari pengertian
tersebut dijelaskan bahwa transparansi tidak hanya sekedar menyediakan informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, namun harus disertai dengan kemudahan bagi
masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut.
Akhir-akhir ini masyarakat kita banyak yang merasa prihatin akan rendahnya
transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik. Hal ini terutama disebabkan karena
semakin maraknya pratik-pratik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh
aparat pemerintah kita yang seolah-olah tidak terjamah oleh lembaga dan aturan hukum
yang berlaku. Selain itu lembaga-lembaga yang diserahi tugas mengaudit kinerja instasi
pemerintah atau unit-unit organisasi pemeritah sepertinya telah terkena patologi
birokrasi yang kronis sehingga tidak pernah bisa melakukan penilaian dan evaluasi
terhadap kinerja instansi pemerintah tersebut. Pemborosan dan penyalahgunaan
keuangan negara yang dilakukan oleh aparat pemerintah tak terkirakan jumlahnya telah
banyak diketahui oleh masyarakat dan bahkan telah menjadi stigma dalam birokrasi
publik yang tidak pernah dilupakan masyarakat.
Konsep transparansi menunjuk pada suatu keadaan dimana segala aspek dari
proses penyelenggaraan pelayanan bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah
oleh para pengguna dan stakeholders yang membutuhkan. Jika segala aspek proses
penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan, biaya dan waktu yang diperlukan, cara
pelayanan, serta hak dan kewajiban penyelenggara dan pengguna layanan
dipublikasikan secara terbuka sehingga mudah diakses dan dipahami oleh publik, maka
pratik penyelenggaraan pelayanan itu dapat dinilai memiiki transparansi yang tinggi.
Bagi pengguna yang kritis dan memiliki aspirasi pelayanan yang tinggi, mereka
sering merasa terganggu dengan persyaratan yang terkadang kurang masuk akal,
prosedur yang sangat panjang, dan waktu yang begitu lama untuk memperoleh
pelayanan. Selama ini, para petugas penyelenggara layanan seringkali kurang mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bahkan mereka sering tidak bersedia
menjawab pertanyaan semacam itu karena mereka merasa bukan sebagai pihak yang
membuat peraturan penyelenggaraan pelayanan. Mereka mungkin merasa hanya
menjadi pihak yang harus menerapkan peraturan tersebut sebagaimana adanya.
Mungkin mereka sendiri juga tidak memahami logika dari semua peraturan mengenai
penyelenggaraan pelayanan. Apapun posisi penyelenggara pelayanan, apakah menjadi
bagian dari pemegang otoritas yang menentukan aturan penyelenggara pelayanan atau
sekedar menjadi pelaksana yang mendapatkan tugas untuk menerapkan peraturan
pelayanan sebagaimana adanya, mereka seharusnya dapat menjelaskan kepada para
pengguna yang ingin mengetahui alasan yang melatarbelakangi penerapan suatu
prosedur pelayanan yang harus dipatuhi oleh warga pengguna.
Sebagai contoh dalam kepengurusan IMB telah ditetapkan maksimal waktu yang
dibutuhkan adalah tidak lebih dari 3 hari, dan untuk biaya juga telah tertera dalam
berkas kepengurusan tersebut. Sehingga tidak akan ada lagi keterlambatan penanganan
jika berkas tersebut sudah lengkap dan siap diproses. Akan tetapi, yang menjadi
permasalahan adalah belum jelasnya prosedur administrasi perijinan yang
mengakibatkan masyarakat harus menunggu lama penyelesaian pelayanan yang
diakibatkan belum lengkapnya persyaratan yang diajukan. Kurangnya penjelasan
tentang prosedur pelayanan ini juga mengakibatkan masyarakat menunggu, padahal
mereka tidak mengetahui jika persyaratan yang diajukan belum lengkap.
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Barker, Robert S. 2000. “Government Accountability and Its Limits”, dalam Adam
Przeworski, Susan C.stoker, Bernard Marim. 2000. Democracy, Accdentability,
and Representation. Combridge Press.
Islamy, Moh. Irfan. 1998. Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Kebijakan Publik pada Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Jabbra, J.G dan Dwivedi, O.P. 1989. Public Service Accountability. Conneticut:
Kumarian Press, Inc.
Kumorotomo, Wahyudi. 2006. “Pelayanan yang Akuntabel dan Bebas dari KKN”,
dalam Agus Dwiyanto,ed .2006. Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.