Anda di halaman 1dari 18

DENGUE HEMORAGIK FEVER(DHF)

No.Dokumen Revisi Halaman

RSU B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1


DHARMA YADNYA
SPO Direktur
PELAYANAN MEDIS Tanggal diterbitkan:

Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue


TUJUAN Memberikan penatalaksanaan yang komprehensif pada pasien dengan
infeksi virus dengue
KEBIJAKAN Satandar Pelayanan Medis RSU Dharma Yadnya
PROSEDUR 1. Pemeriksaan klinis : onset panas, gejala/ tanda warning sign
(yang meliputi nyeri perut, muntah-muntah persisten, tanda
klinis akumulasi cairan pada rongga serosa, perdarahan
mukosa, penurunan kesadaran, pembesaran hati > 2cm),
penyakit penyerta (DM, kelainan jantung, hipertensi, gagal
ginjal, usia tua)
2. Dilakukan test Rumple Leed
3. Dilakukan pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit
4. Bila ada indikasi dilakukan pemeriksaan laboratorium : SGOT,
SGPT, albumin, BUN, SC, Gula darah, analisa gas darah,
kadar natrium dan kalium.
5. Dilakukan pemeriksaan konfirmasi diagnosis serologi DHF
(IgM dan IgG anti dengue) pada hari ketujuh mulai onset panas
6. Pemeriksaan penunjang : EKG, foto dada, USG abdomen bila
ada indikasi
7. Antipiretik parasetamol bila ada demam
8. Pemberian cairan intravena sesuai indikasi protokol tatalaksana
DBD
9. Pemberian transfusi PRC diberikan bila perdarahan spontan
dan masif dengan kadar Hb <10 gr/dl
10. Pemberian transfusi plasma segar beku bila dijumpai defisiensi
faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang)
11. Pemberian transfusi trombosit konsentrat bila terjadi
perdarahan spontan dan masif atau perdarahan internal dengan
jumlah trombosit <100.000 /uL
12. Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV
dengan koagulasi intravaskuler disseminata
13. Pemberian zat inotropik/zat vasoaktif pada pasien syok
syaratnya adalah keadaan pasien harus euvolemik
UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB,RO

326
ANEMIA DEFISIENSI BESI

No.Dokumen Revisi Halaman


RSU
DHARMA YADNYA B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

Direktur
Tanggal diterbitkan:
SPO
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue


TUJUAN Memberikan penatalaksanaan yang komprehensif pada pasien dengan
infeksi virus dengue
KEBIJAKAN Satandar Pelayanan Medis RSU Dharma Yadnya
PROSEDUR 1. Pemeriksaan klinis : onset panas, gejala/ tanda warning sign (yang
meliputi nyeri perut, muntah-muntah persisten, tanda klinis
akumulasi cairan pada rongga serosa, perdarahan mukosa,
penurunan kesadaran, pembesaran hati > 2cm), penyakit penyerta
(DM, kelainan jantung, hipertensi, gagal ginjal, usia tua)
2. Dilakukan test Rumple Leed
3. Dilakukan pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit
4. Bila ada indikasi dilakukan pemeriksaan laboratorium : SGOT,
SGPT, albumin, BUN, SC, Gula darah, analisa gas darah, kadar
natrium dan kalium.
5. Dilakukan pemeriksaan konfirmasi diagnosis serologi DHF (IgM
dan IgG anti dengue) pada hari ketujuh mulai onset panas
6. Pemeriksaan penunjang : EKG, foto dada, USG abdomen bila ada
indikasi
7. Antipiretik parasetamol bila ada demam
8. Pemberian cairan intravena sesuai indikasi protokol tatalaksana
DBD
9. Pemberian transfusi PRC diberikan bila perdarahan spontan dan
masif dengan kadar Hb <10 gr/dl
10. Pemberian transfusi plasma segar beku bila dijumpai defisiensi
faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang)
11. Pemberian transfusi trombosit konsentrat bila terjadi perdarahan
spontan dan masif atau perdarahan internal dengan jumlah
trombosit <100.000 /uL
12. Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV dengan
koagulasi intravaskuler disseminata
13. Pemberian zat inotropik/zat vasoaktif pada pasien syok syaratnya
adalah keadaan pasien harus euvolemik
UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB,RO

327
HOSPITAL ACQUIRED PNEUMONIA

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1
RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh


infeksi mikroorganisme yang didapat 48 jam setelah dirawat di rumah
sakit
TUJUAN Mengobati pneumonia nosokomial dan mencegah/ mengobati
komplikasi
KEBIJAKAN  Standar pelayanan medik RSU DharmaYadnya
 Panduan Tata Kelola Hospital-acquired pneumonia, vetilator-
associated pneumonia, healthcare-associated pneumonia pasien
dewasa (PDPI, PERDICI, PAPDI, PERDOSSI, IKABDI,
PERKI, 2009)
PROSEDUR 1. Dilakukan pemeriksaan fisik DL,Foto toraks, AGD, elektrolit,
sputum gram, sputum kultur, kultur darah dan penunjang lain
bila diperlukan
2. Berikan antibiotika :
a. Onset kurang dari 5 hari tanpa faktor risiko MDR dapat
dipilih : cetriaxon / levofloksasin / cifrifloksasin/
ampicillin-sulbactam / ertapenem
b. Onset lebih dari lima hari/ dengan faktor risiko MDR
dapat dipilih : sefalosporin antipseudomonas (cefepim,
ceftazidim) atau betalactam-betalactamase inhibitor
(piperacillin-tazobatam) ditambah floroquinolon
antipseudomonas (ciprofloxacin, levofloxacin) atau
aminoglikosid (amikacin, gentamisin, tobramisin)
ditambah linezolid / vancomysin / teicoplanin bila
dicurigai ada infeksi MRSA.
3. Berikan oksigen
4. Berikan obat penurun panas bila panas
5. Berikan obat pengencer dahak bila batuk produktif
6. Beri cairan yang cukup
7. Bila kondisi berat sebaiknya dirawat di ICU dan bila ada gagal
nafas perlu penggunaan ventilasi mekanik
UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

328
OSTEOARTHRITIS

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1
RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Penyakit degeneratif yang mengenai rawan sendi, ditandai oleh


kehilangan rawan sendi progresif dan terbentuknya tulang baru
pada trabekula subkondral dan tepi tulang (osteofit)
TUJUAN Mengobati keluhan, mencegah dan mengurangi progresivitas
penyakit serta disabilitas
KEBIJAKAN Standar pelayanan medik RSU DharmaYadnya
PROSEDUR Penetapan Diagnosis : (Kriteria ACR, 1982)
OA sendi lutut :
1. Nyeri lutut, dan
2. Salah satu dari 3 kriteria berikut :
a. Usia >50 tahun
b. Kaku sendi >30 menit
c. Krepitasi + osteofit
OA sendi pinggul :
1. Nyeri pinggul, dan
2. Minimal 2 dari 3 kriteria berikut :
a. LED < 20mm/jam
b. Radiologi : terdapat osteofit pada femur dan
acetabulum
c. Radiologi : terdapat penyempitan celah sendi
(superior, aksial dan atau medial)
Pemeriksaan penunjang : LED, analisis cairan sendi, radiografi
sendi yang terserang, artroskopi
Terapi :
1. Penyuluhan
2. Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
3. Obat anti inflamasi non steroid
4. Steroid intra artikuler untuk OA inflamasi
5. Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu diberikan ortosis
6. Operasi untuk memperbaiki deformitas

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

329
HIPERTIROIDISME

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1
RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam


sirkulasi yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif
TUJUAN Memberikan pengobatan yang optimal bagi penderita
hipertiroidisme, untuk mencegah terjadinya komplikasi
KEBIJAKAN Standar pelayanan medik RSU DharmaYadnya
PROSEDUR 1. Menentukan klinis hipertiroid berdasarkan kriteria Indeks
Wayne (>20 sangat curiga hipertiroid)
2. Lakukan pemeriksaan fisik kelenjar tiroid dan tentukan
sifat pembesarannya
3. Menentukan fungsi tiroid dengan pemeriksaan laboratorium
TSHs dan FT4
4. Pemeriksaan USG tiroid
5. Bila fungsi kelenjar tiroid dalam keadaan eutiroidisme
dilanjutkan dengan biopsi kelenjar tiroid
6. Bila fungsi kelenjar tiroid dalam keadaan hipertiroid
diberikan pengobatan berupa obat anti tiroid (PTU)
7. Terapi definitif berdasarkan etiologi dari hipertiroidisme itu
sendiri (obat anti tiroid jangka panjang, terapi radio iodine
aktif atau tiroidektomi

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

330
ACUTE KIDNEY INJURY

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1
RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Penurunan fungsi ginjal mendadak dalam beberapa jam sampai


beberapa minggu
TUJUAN Mengembalikan fungsi ginjal
Mengatasi komplikasi
Mengobati etiologi AKI
KEBIJAKAN Standar Pelayanan RSU Dharma Yadnya
PROSEDUR 1. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab
DL, BUN, SC, gula darah, UL, AGD, elektrolit
2. EKG, foto toraks, foto polos abdomen, USG ginjal dan
saluran kemih
3. Pasien dirawat di ruang intensif bila ada indikasi
4. Dilakukan staging dari AKI sesuai dengan kriteria RIFLE
(Risk, Injury, Failure, Lost, End Stage)
5. Melakukan terapi terhadap etiologi AKI
6. Melakukan pemantauan keseimbangan cairan dan
elektrolit
7. Pemasangan CVP untuk menentukan status volume cairan
tubuh
8. Memberikan diet sesuai AKI : Kalori 35Kcal/kgBB/hari,
protein 0.8 gr/kgBB/hari, intake cairan : produksi urin +
500 cc
9. Melakukan terapi pengganti ginjal bila ada indikasi

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

331
DIABETES MELLITUS

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/2

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin(resistensi insulin) atau kedua-duanya
TUJUAN Memberkan managemen yang optimal bagi penderita DM untuk
mencegah terjadinya komplikasi DM, baik akut maupun kronis
KEBIJAKAN Standar Pelayanan RSU Dharma Yadnya
PROSEDUR KERJA 1. Melakukan penegakkan diagnosis DM berdasarkan gejala
klinis (klasik) dan kadar gula darah plasma :
a. Adanya gejala klasik DM (poliuria, polidipsia,
polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya) + gula darah plasma sewaktu ≥
200 mg/dL.atau;
b. Adanya gejala klasik DM + Gula darah plasma puasa ≥
126 mg/dL atau ;
c. Kadar gula darah plasma 2 jam setelah TTGO ≥
200mg/dL
2. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya selama 8 jam
3. TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air
4. Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan DM diberikan
berupa edukasi, terapi nutrisi medis, kegiatan jasmani dan
intervensi farmakologis
5. Intervensi farmakologis bisa berupa obat hipoglikemik oral :
golongan pemicu sekresi insulin, penambah sensitivitas
insulin, penghambat glukoneogenesis, penghambat absorpsi
glukosa, incretin based atau insulin
6. Pemeriksaan laboratorium untuk pemantauan pengendalian
DM : gula darah puasa dan gula darah 2 jam setelah makan,
HbA1C, profil lipid (3 bulan sekali), serta pemeriksaan indeks
massa tubuh dan tekanan darah

332
DIABETES MELLITUS

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/2

RSU
DHARMA YADNYA
7. Pemeriksaan penunjang lain untuk mendeteksi komplikasi
kronik DM : laboratorium fungsi ginjal (tiap 3 bulan sekali)
pemeriksaan kaki untuk mengetahui komplikasi kaki diabetes
8. Konsultasi ke bagian terkait seperti bagian mata bila ada
kecurigaan kompikasi DM pada mata (retinopati DM),
neurologi bila ada kecurigaan komlikasi DM pada saraf
(neuropati DM), divisi gnjal dan hipertensi untuk mengetahui
adanya nefropati DM, bagian gigi dan mulut untuk mencari
fokal infeksi, bagian bedak vaskuler bila ada komplikasi kaki
diabetes yang memerlukan tindakan debridement atau
amputasi

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO, OK

333
HEPATITIS VIRUS AKUT

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Peradangan akut pada hati, yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
TUJUAN Mengobati hepatitis virus akut, mencegah/mengobati komplikasi

KEBIJAKAN Standar Pelayanan Medis RSU Dharma Yadnya


PROSEDUR 1. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang : DL, SGPT, SGOT, ALP, GGT, Bilirubin,
Petanda virus
2. Bed Rest jika peradangan berat
3. Penderita diberikan diet seimbang
4. Pengobatan suportif, seperti obat hepatoprotektor

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO,

334
SINDROM NEFROTIK

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Sindrom klinis yang terdiri dari albuminuria ≥ 3 gr/24 jam,


hipoalbuminemia <3 gr%, edema, dengan atau tanpa
hiperkolesterolemia
TUJUAN Mengobati sindrom nefrotik berdasarkan etiologi
Mencegah dan mengobati komplikasi

KEBIJAKAN Standar Pelayanan Medis RSU Dharma Yadnya


PROSEDUR 1. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab DL,
BUN, SC, gula darah, UL, urine protein kuantitatif 24 jam,
lipid profile, albumin darah
2. EKG, foto toraks, foto polos abdomen, USG ginjal dan saluran
kemih
3. Pemeriksaan lab untuk mencari etiologi sekunder
4. Diberikan diet rendah garam, kalori 35Kcal/KgBB/hari,
protein 0.8-0.12 gr/KgBB/hari ditambah kehilangan protein
dalam urin perhari dan pembatasan cairan masuk
5. Terapi steroid bila tidak ada kontraindikasi, dengan dosis
metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari, dosis maksimal
60mg/hari selama 4 minggu dan diturunkan bertahap sampai
dengan henti obat 3-6 bulan
6. Terapi diuretik
7. Terapi dengan ACE Inhibitor/ARB
8. Terapi spesifik dengan penyakit yang mendasari
9. Bila tidak respon terhadap steroid, diberikan obat
imunosupresif salah satu dari : cyclophosphamid, cyclosforin
A, MMF atau azatioprin
10. Terapi statin bila ada dyslipidemia
11. Terapi anti agregasi bila ada indikasi
12. Terapi albumin atas indikasi kegawatan
13. Biopsi ginjal dilakukan bila tidak responsif terhadap
pengobatan

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO,

335
PNEUMONIA KOMUNITAS

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan


oleh infeksi mikroorganisme ayng didapat di masyarakat/ di luar
rumah sakit atau dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit
TUJUAN Mengobati pneumonia dan mencegah/ mengobati komplikasi
KEBIJAKAN Standar pelayanan medik RSU Dharma Yadnya
PROSEDUR KERJA 1. Dilakukan anamnesis
2. Dilakukan pemeriksaan DL,Foto toraks, AGD, elektrolit,
sputum gram, sputum kultur, kultur darah dan penunjang lain
bila diperlukan
3. Setelah diagnosis tegak ditentukan perlu perawata di rumah
sakit atau rawat jalan dengan skor PSI/ skor CURB-65
4. Berikan antibiotika :
a. Pasien rawat jalan tanpa komorbid dapat diberikan
makrolid (azitromisin, eritromisin, roxytomisin,
claritromisin), / doxyciclin. Bila dengan komorbid
diberikan kombinasi makrolid + sefalosporin generasi
3 atau florokuinolon (Levofloksasin) saja.
b. Pasien rawat inap diberikan kombinasi antara makrolid
(azitromisin) + sefalosporin generasi 3 atau
florokuinolon sendiri (levofloksasin 750mg). bila
dicurigai oleh karena infeksi pseudomonas diberikan
cefepim / meropenem / imipenem / piperacillin
tazobactam + ciprofloksasin / levofloksasin atau
ditambahkan aminoglikosid + makrolid. Bila dicurigai
infeksi MRSA ditambahkan vacomisin / linesolid
5. Berikan oksigen
6. Berikan obat penurun panas bila panas
7. Berikan obat pengencer dahak bila batuk produktif
8. Beri cairan yang cukup
9. Bila kondisi berat sebaiknya dirawat di ICU dan bila ada gagal
nafas perlu penggunaan ventilasi mekanik

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO,

336
GASTRITIS

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Secara histologis adalah suatu reaksi inflamasi pada mukosa


lambung yang dapat berbentuk akut maupun kronik.
TUJUAN Mengobati gastritis, mencegah/mengobati komplikasi

KEBIJAKAN Standar pelayanan medik RSU Dharma Yadnya

PROSEDUR 1. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang : DL, endoskopi saluran cerna atas, pemeriksaan H
Pylori
2. Menghindari bahan yang diduga sebagai penyebab
3. Modifikasi gaya hidup
4. Diet yang tidak merangsang produksi asam lambung, porsi
kecil dan sering
5. Diberikan obat anti sekresi asam lambung : penghambat
pompa proton atau penghambat reseptor H2
6. Diberikan antasida
7. Diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit penderita

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

337
INKONTINENSIA URIN

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/3

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN  Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak


terkendali sehingga menimbulkan masalah hygiene dan
sosial. Inkontinensia urin merupakan masalah yang sering
dijumpai pada pasien geriatri dan menimbulkan masalah
fisik dan psikososial, seperti jatuh, dekubitus, depresi dan
isolasi sosial.
 Inkontinensia urin dapat bersifat akut atau persisten.
Inkontinensia urin yang akut dapat diobati bila penyakit
atau masalah yang mendasarinya diatasi seperti infeksi
saluran kemih, gangguan kesadaran, vaginitis atrofik, obat-
obatan, masalah psikologik, dan skibala. Inkontinensia
urin yang persisten biasanya dapat pula dikurangi dengan
berbagai modalitas terapi.
TUJUAN  Mengidentifikasi dan membedakan jenis-jenis
inkontinensia urin
 Mengelola inkontinensia urin secara paripurna (non
farmakologi dan farmakologi)
 Mengelola penyebab inkontinensia urin
 Mengkonsulkan kasus inkontinensia urin yang
memerlukan tindakan pembedahan
 Bekerja sama secara lintas disiplin dengan departemen
terkait
 Mengelola inkontinensia urin pada setting rawat jalan
 Mengelola inkontinensia urin pada setting rawat inap
KEBIJAKAN Standar pelayanan medik RSU Dharma Yadnya
PROSEDUR DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis perlu diketahui penyebab dan tipe
inkontinensia urin. Terdapat dua masalah dalam sistem saluran
kemih yang dapat memberikan gambaran inkontinensia urin,
yakni masalah saat pengosongan kandung kemih dan masalah saat
pengisian kandung kemih.
 Untuk inkontinensia urin yang akut, perlu diobati penyakit
atau masalah yang mendasari, seperti infeksi saluran

338
INKONTINENSIA URIN

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 2/3

RSU
DHARMA YADNYA
kemih, obat-obatan, gangguan kesadaran, skibala, prolaps
uteri. Biasanya, pada inkontinensia urin yang akut, dengan
mengatasi penyebabnya, inkontinensianya juga akan
teratasi
 Inkontinensia urin yang kronik dapat dibedakan atas
beberapa jenis : inkontinensia tipe urgensi atau overactive
bladder, inkontinensia tipe stres dan inkontinensia tipe
overflow.
o Inkontinensia urin tipe urgensi dicirikan oleh gejala
adanya sering berkemih (frekuensi lebih dari 8
kali), keinginan berkemih yang tidak tertahankan
(urgensi), sering berkemih di malam hari, dan
keluarnya urin yang tidak terkendali yang didahului
oleh keinginan berkemih yang tidak tertahankan.
o Inkontinensia urin tipe stres dicirikan oleh
keluarnya urin yang tidak terkendali pada saat
tekanan intraabdomen meningkat seperti bersin,
batuk, dan tertawa.
o Inkontinensia urin tipe overflow dicirikan oleh
menggelembungnya kandung kemih melebihi
volume yang seharusnya dimiliki kandung kemih
post-void residu (PVR) >100cc.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penapisan status fungsional, status mental, status kognisi,
kartu catatan berkemih, rectal tuchae, urin lengkap dan kultur
urin, elektromiografi sphincter, uroflometri, cystometri, PVR,
gula darah, kalsium darah dan urin, perineometri, urodynamic
study.

TERAPI
Terapi untuk inkontinensia urin tergantung pada penyebab
inkontinensia urin.
 Untuk nkontinensia urin tipe urgensi dan overactive
bladder diberikan latihan otot dasar panggul, bladder
training, scheduled toiletting, dan obat yang bersifat
antimuskarinik (anti kolinergik) seperti tolterodin atau
oksibutinin. Obat antimuskarinik yang diplih seyogyanya
yang bersifat uroselektif

339
INKONTINENSIA URIN

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 3/3

RSU
DHARMA YADNYA
Untuk inkontinensia urin tipe stres, latihan otot dasar
panggul merupaka pilihan utama, dapat dicoba bladder
training dan obat agonis alfa (hati-hati pemberian agonis
alfa pada orang usia lanjut)
 Untuk inkontinensia tipe overflow, perlu diatasi
penyebabnya. Bila ada sumbatan, perlu diatasi
sumbatannya.
KOMPLIKASI
 Inkontinensia urin dapat menimbulkan komplikasi infeksi
saluran kemih, lecet pada area bokong, sampai dengan
ulkus dekubitus karena selalu lembab, serta jatuh dan
fraktur akibat terpeleset oleh urin yang tercecer.
PROGNOSIS
 Inkontinensia urin tipe stres biasanya dapat diatasi dengan
latihan otot dasar panggul, prognosis cukup baik.
 Inkontinensia urin tipe urgensi atau overactive bladder
umumnya dapat dperbaiki dengan obat-obat golongan anti
muskarinik, prognosis cukup baik.
 Inkontinensia urin tipe overflow, tergantung pada
penyebabnya (misalnya dengan mengatasi sumbatan/
retensi urin)
WEWENANG
 Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri,
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Dokter Spesialis
Urologi, Dokter Spesialis Uroginekologi

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

340
TB PARU

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN TB paru adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh


infeksi mycobacterium tuberculosis
TUJUAN Mengobati TB paru dan mencegah/ mengobati komplikasi
KEBIJAKAN Semua pasien tersangka/TB paru mengacu pada standar DOTS
PROSEDUR 1. Dilakukan anamnesis, Pemerikasaan Fisik, pemeriksaan BTA
sputum 3 kali (SPS), Foto toraks dan penunjang lain bila
diperlukan
2. Setelah diagnosa ditegakkan tentukan apakah kasus baru,
kasus kambuh, kasus putus obat atau kasus gagal
3. Bila kasus baru berikan OAT kategori I (sesuai DOTs)
4. Bila kasus kambuh/ putus obat/ gagal kategori I berikan OAT
kategori II (sesuai DOTs)
5. Bila ada panas dapat diberi antipiretik
6. Bila ada batuk produktif diberikan mukolitik
7. Bila terdapat efek samping OAT diberikan obat untuk
mengurangi efek samping
8. Pemantauan BTA sputum dilakukan pada akhir fase intensif,
satu bulan sebelum akhir terapi dan pada akhir terapi
9. Bila terapi gagal atau ada kecurigaan Drug Resistant TB
dilakukan pemeriksaan kultur BTA dan uji sensitivitas OAT
10. Bila ada sesak napas, keadaan umum lemah, sebaiknya rawat
inap

UNIT TERKAIT RI A, RI B,ICU,LAB, RO

341
HD CITO / EMERGENCY

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Memberikan tindakan HD segera pada kondisi gawat yang tidak


bisa ditanggulangi dengan terapi konvensional

TUJUAN Menyelamatkan nyawa penderita pasien CKD stage V dengan


kegawatan
KEBIJAKAN Semua Kasus yang memerlukan HD Cyto/ Emergency ditangani
oleh dokter spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan
Hipertensi
1. Pasien dilakukan pemeriksaan Lab : BUN, SC, analisa gas
PROSEDUR
darah, elektorlit, K, Na, Cl)
2. Pasien dilakukan pemeriksaan Foto dada untuk melihat adanya
edema paru
3. Pasien dilakukan pemeriksaan EKG
4. Konsul Neurologi apabila pasien tidak sadar
5. Ada informed consent dari pasien / keluarga pasien sebelum
tindakan HD dimulai
6. Persiapan mesin HD dengan dialisat
7. Menjaga stabilitas hemodinamik pasien
Dilakukan tindakan HD sesegera mungkin

Perawat HD, Dokter Nefrologi, Perawat ruangan, ICU,


UNIT TERKAIT
Laboratorium, rontgen, Neurologi

342
KEGAWATAN HD

No.Dokumen Revisi Halaman

B.03/RSUDY/VII/2010/ 00 1/1

RSU
DHARMA YADNYA
Direktur
SPO Tanggal diterbitkan:
PELAYANAN MEDIS
Juli 2010 Dr. I Wayan Semendra, SKM

PENGERTIAN Komplikasi yang timbul pada pasien saat menjalani HD atau


segera sesudah HD

TUJUAN Meningkatkan pelayanan HD terhadap komplikasi yang timbul


pada saat HD
KEBIJAKAN Semua Kasus yang memerlukan HD Cyto/ Emergency ditangani
oleh dokter spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan
Hipertensi
1. Perawat atau dokter yang bertugas di ruang HD mengerti
PROSEDUR
tentang kegawatan yang ditimbulkan saat menjalani HD
2. Dilakukan pemeriksaan EKG
3. Dilakukan pemeriksaan Lab : gula darah, elektrolit (Na. K,
Cl)
4. Dilakukan penurunan jumlah ultrafiltrasi
5. Dilakukan perlambatan perputaran mesin HD
6. Bila diperlukan dilakukan penghentian tindakan HD
7. Pasien dapat ditidurkan tanpa bantal
8. Diberikan glukosa 40% IV
9. Pada kasus-kasus dehidrasi / hipovolemik dilakukan
pemberian cairan fisiologis (NaCl 0,9%)
10. Dapat diberikan obat-obat simtomatik (anti gatal, anti nyeri,
angi mual)

Perawat HD, Dokter Nefrologi, Perawat ruangan, ICU,


UNIT TERKAIT
Laboratorium, rontgen, Neurologi

343

Anda mungkin juga menyukai