Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN Continuity Of Midwifery Care


(COMC) PADA NY “P”
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN ELLNA PALEMBANG

Oleh :
PUTRI RAHAYU
2032004

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2023
PROPOSAL TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN Continuity Of Midwifery Care
(COMC) PADA NY “P”

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesikan pendidikan Program


Studi Diploma III kebidanan

Disusun oleh:
Putri Rahayu
2032004

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2023
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

Tanda Persetujuan Laporan Tugas Akhir

Nama : Putri Rahayu


ID : 2032004
Judul : ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE (COMC)
PADA NY “P” DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN ELLNA PALEMBANG
Menyutujui untuk diujikan pada ujian sidang Ahli Madya Kebidanan
Palembang,
Pembimbing

(Evi Yuniarti SST.M.Kes)


Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Theresia Anita M.Tr.Keb


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Amd.Keb pada Universitas Katolik Musi Charitas.

Peneliti menyadari bahwa Latihan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna
seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti
mengharapkan segala kritik dan saran-saran demi kesempurnaan Proposal Tugas
Akhir ini.

Dalam menyusun Proposal Tugas Akhir ini tentu saja peneliti banyak
menemui kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan dan nasehat
dari berbagai pihak saya dapat menyelesaikan Latihan Tugas Akhir ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :

Dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini, penulis telah banyak


mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. Dr. Antonius Singgih Setiawan, SE., M.Si selaku Rektor Universitas Katolik Musi
Charitas Palembang.

2. Maria Nuraeni, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Katolik Musi Charitas Palembang.

3. Theresia Anita, M.Tr.Keb selaku ketua Program Studi DIII Kebidanan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

4. Ibu Evi Yuniarti SST. M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik.


5. Dosen Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik
Musi Charitas Palembang.

6. Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas


Palembang.

7. Praktik Mandiri Bidan Ellna Palembang.

8. Ny “P” selaku pasien dalam pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Continuty


of midwife care Pada Ny “P” di Praktik Mandiri Bidan Ellna.

9. Teman-teman Program Studi DIII Kebidanan Angkatan 2020 Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

1. Tabel TFU
2. Tabel Imunisasi TT
3. Tabel IMT
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar pemeriksaan leopold
2. Gambar penurunan kepala janin
DAFTAR LAMPIRAN
1. Buku KIA
2. Informed consent
3. Lembar persetujuan pengambilan askeb
4. Lembar cek darah laboratorium
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
AKH : Angka Kelahiran Hidup
APGAR : Appreance Pluse Grimace Activity Respiration
APN : Asuhan Persalinan Normal
ANC : Antenatal Care
ASI : Air Susu Ibu
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BBL : Bayi Baru Lahir
BB : Berat Badan
BAK : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BCG : Bacille Calmette Geurin
COMC : Continuity of Midwife Care
DJJ : Denyut Jantung Janin
DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus
EPMM : Ending Preventable Mortality
Gr : Gram
HPHT : Haid Pertama Haid Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
HB : Hemaglobin
IMT : Indeks Masa Tubuh
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IPV : Inactivated Polio Vaccine
IM : Intra Muscular
KB : Keluarga Berencana
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KEK : Kurang Energi Krinis
Kg : Kilogram
KF : Kunjungan Nifas
KN : Kunjungan Neonatal
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Metode Amenore Laktasi
mmHg : Milimeter Merkuri Hydratgyrum
PAP : Pintu Atas Panggul
PB : Panjang Badan
SBR : Segmen Bawah Rahim
SAR : Segmen Atas Rahim
SATU TUJU : Sapa dan Salam, Tanya, Uraikan, Bantu, Jelaskan, Kunjungan
    Ulang
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TB : Tinggi Badan
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TBC : Tuberklosis
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization
DAFTAR ISTILAH

Abdomen : Perut
Anemia : Suatu keadaan yang ditandai penurunan jumlah entrosit,
   kadar hemoglobin dan volume sel darah
Anterior : Depan
Appearance : Warna Kulit
Activity : Aktivitas

Auskultasi : Metode pemeriksaan fisik dengan mendengarkan suara-


  suara tubuh biasanya dibantu dengan stetoskop
Colostrum : Suatu yang dihasilkan yang berwarna kekuningan kental
  dan membesar
Diastolik : Tekanan darah bawah
Diagnosis : Identifikasi terhadap sesuatu penyakit
Estrogen : Hormon seroid yang di produksi oleh ovarium, plasenta
  dan kelenjar adrenal
Edema : Pembengkakan
Engagement : Penguncian
Fase laten : Sejak awal kontraksi yang menyebutkan penipisan dan
  pembukaan secara bertahap
Fisiologis : Normal atau tidak ada keluhan
Fundus : Bagian atas rahim
Gravidarum : Kehamilan
Graps : Menggenggam
Grimace : Tonus otot
Gastrointestinal : Ilmu yang mempelajari tentang saluran pencernaan
Hiperpigmegtasi : Bercak berwarna coklat kehitaman di kulit wajah
Hipertensi : Tekanan darah tinggi
Head to toe : Ujung kepala sampai ujung kaki
Hemoglobin : Molekul protein (pembawa oksigen) yang terdapat dalam
  sel darah merah
His : Kontraksi palsu
HIV : virus yang dapat menyebabkan turunnya sistem ketahanan
  tubuh manusia
Inpartu : adalah suatu istilah medis yang mengacu pada keadaan
  seorang wanita yang sedang ada pada tahap persalinan
Inspeksi : Proses pemeriksaan dengan metode pengamatan atau
  observasi menggunakan panca indera untuk mendeteksi
  masalah kesehatan pasien
Kardiovaskuler : Sistem perdarahan darah yang berfungsi untuk
  memindahkan zat ke sel
Lightening : Penurunan kepala
Lochea : Cairan misteri yang berasal dari rongga rahim dan vagina
Muskuloskeletal : Jaringan otot-otot tubuh
Morrow : Terkejut
Ovum : Sel telur
Posterior : Belakang
Pulse : Detak jantung
Post Partum : Masa nifas
Passage : Jalan lahir
Power : Tenaga dalam persalinan
Respiration : Pernapasam
Sistolik : Tekanan darah atas
Uterus : Rahim
Varices : Pelebaran pembuluh darah
DATA PRIBADI

A. Identitas

Nama Putri Rahayu


Nim 2032004
Tempat, tanggal lahir Palembang, 25. Januari. 2003
Agama Islam
Alamat Simpang Tungkal
No hp 081366106674
Email Pr203389@gmail.com
Nama ayah Abdul Muis
Nama ibu Susmika

B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Nama Sekolah Tahun masuk dan
lulus
SD SD N 01 Peninggalan 2009 - 2013
SMP SMP N 08 Tungkal Jaya 2013 – 2017
SMA SMA N 01 Tungkal Jaya 2017 – 2020
Perguruan Tinggi Universitas Katolik Musi 2020 – 2023
Charitas
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tingginya
angka kematian ibu di beberapa wilayah dunia mencerminkan ketidaksetaraan
dalam akses kelayanan kesehatan yang berkualitas dan menyoroti kesenjangan
antara kaya dan miskin. AKI dinegara berpenghasilan rendah pada tahun 2017
adalah adalah 462 per100.000 kelahiran hidup dibandingkan 11 per100.000
kelahiran hidup dinegara berpenghasilan tinggi. Setiap tahun lebih dari
300.000 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan dan 2,5
juta bayi meninggal selama bulan pertama kehidupan. Pada tahun 2019
ditingkat global rata-rata 17 kematian per1.000 kelahiran hidup. Angka
kematian dalam bulan pertama kehidupan bayi tahun 2019 sekitar 6.700
kematian neonatal setiap hari. (WHO, 2021)

Angka Kematian Ibu (AKI) Secara umum terjadi penurunan selama


periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah
kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di
Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di
Indonesia. Berdasarkan penyebab sebagian besar kematian ibu pada tahun
2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredarah darah
sebanyak 230 kasus (Kemenkes RI, 2020).
AKI di Indonesia berdasarkan data survey penduduk antar sensus
(SUPAS) 2015 masih 305 per 100.000 kelahiraan hidup. Dengan
pengumpulan data yang cukup lama, pada tahun 2019 ditemukan penyebab
kematian ibu terbanyak adalah pendarahan (1.280 kausu), hipertensi dalam
kehamilan (1.066 kasus), dan infeksi (207 kasus). Dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), target AKI tahun 2030
sebesar 70 per 100.000 kelahiran. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017, menunjukan Angka Kematian Neonatal 15 per
1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi 24 per 1000 kelahiran hidup
(KemenKes RI, 2019).
Berdasarkan hasil estimasi, jumlah kematian ibu yang dihimpun dari
pencatatan di kementerian kesehatan pada tahun 2020 menunjukan 4.627
kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukan peningkatan dibandingkan
tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Sedangkan pada tahun 2020 berdasarkan
data yang dilaporkan kepada Direktorat Kesehatan Keluarga, Angka Kematian
Balita dari 28.158 kematian balita, 72,0% (20.266 kematian) diantaranya
terjadi pada masa neonatus. (Kemenkes RI, 2021).
AKI di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 ditargetkan 134 orang dan
terealisasi 119 orang atau sebesar 111,19 %. Jumlah AKI melahirkan 3 tahun
terakhir mengalami penurunan namun sedikit meningkat pada tahun 2018.
Jumlah AKB tahun 2018 sebanyak 51 orang, jumlah ini lebih rendah
dibandingkan dengan target tahun 2018 telah mencapai target akhir Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2018 sebanyak 51
orang dari total 161.210 kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan
dibanding tahun 2017 sebanyak 98 orang. (Dinkes Sumsel, 2019).

Pada tahun 2018 AKI di kota Palembang sebanyak 4 orang dari 26.837
kelahiran hidup. Penyebab kematian yaitu perdarahan 1 orang. Hipertensi
dalam kehamilan 1 orang, gangguan sistem peredaran darah 1 orang dan
penyebab lain-lain sebanyak 1 orang. Berdasarkan laporan program anak di
Kota Palembang, jumlah kematian bayi ditahun 2018 sebanyak 24 kasus
kematian yang terdiri dari 18 bayi neonatus (0 s.d 28 hari) dan 6 bayi (29 s.d
11 bulan) dari kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal antara lain adalah
BBLR, Asfiksia dan lain-lain. Penyebab kematian Post Neonatal adalah diare
(3bayi) dan lain-lain (3 bayi) (Dinkes Provinsi Sumsel,2019).
Berdasarkan data Rekan medis di PMB Ellna pada tahun 2018 sampai
2020, jumlah AKI dan AKB 0 jiwa. Tahun 2018 kunjungan ibu hamil 1.776
jiwa, Persalinan 178 jiwa, Bayi baru lahir 178 jiwa, kunjungan ibu nifas 178
jiwa. Tahun 2019, kunjungan ibu hamil 1.621 jiwa, persalinan 187 jiwa, bayi
baru lahir 187 jiwa, kunjungan ibu nifas 187 jiwa. Tahun 2020 kunjungan ibu
hamil 1.553 jiwa, persalinan 227 jiwa, bayi baru lahir 227 jiwa, kunjungan
ibu nifas 227 jiwa. Persalinan dan bayi baru lahir dari tahun 2018 sampai
2020 mengalami peningkatan tetapi kunjungan ibu hamil mengalami
penurunan (Rekam medik tahunan Bidan Ellna, 2020).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of
Midwifery Care) pada Ny. “P” di praktik mandiri bidan Ellna. SST.M.Kes.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (Continuity Of
Midwifery Care) pada Ny. “P” di Praktik Mandiri Bidan Ellna.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. “P” mulai dari
Asuhan Kebidanan Kehamilan, persalinan, BBL, nifas, neonatus, dan
KB.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. “P” untuk
Asuhan Kebidanan kehamilan, persalinan, BBL, nifas, neonatus, dan
KB.
c. Mampu menegakan assessment kebidanan sesuai proritas pada Ny.
“P” untuk kehamilan, persalinan, BBL, nifas, neonatus, dan KB.
d. Mampu melakukan plan secara tepat pada Ny. “P” untuk kehamilan,
persalinan, BBL, nifas, neonatus, dan KB.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta
penerapan asuhan kebidanan dalam suatu batasan terhadap ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan KB.
2. Manfaat aplikasi/ terapan
Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak (KIA), yang khususnya dalam memberikan informasi
mengenai tentang asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, BBL,
nifas, neonatus, dan KB.

E. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis disini ialah berupa metode deskriptif yang
menggambarkan apa yang telah diamati dan dilakukan dari awal sampai ahkir
dengan menggunakan metode SOAP, untuk pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Sesuatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan


atau secara bertatapan muka pada pasien, terutama untuk pasien yang tidak
dapat membaca, menulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan
untuk mengetahui keluhan atau masalah yang dialami pasien.

2. Observasi

Dilakukan untuk mengamati suatu objek dan untuk memperoleh gambaran


secara langsung dalam suatu keadaan umum pasien dan perubahan yang terjadi
pada pasien.

3. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebidanan

Pemeriksaan fisik mencakup tanda-tanda vital, antropometri, dan bagian


tubuh lainnya dengan berpedoman dengan keluhan dan pemeriksaan head -to-
toe. Dan pemeriksaan kebidanan yaitu pada data focus pemeriksaan kebidanan
adalah pemeriksaan abdomen yang meliputi tinggi fundus uteri, posisi dan
kesejahteraan janin.

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnose


seperti pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, protein urine, glukosa urine).

5. Studi dokumentasi

Penulis melengkapi data melalui catatan status pasien, status perkembangan


pasien dan hasil pemeriksaan yang menggunakan catatan SOAP.

6. Sistematika penulisan

a. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tantang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat, dan metode penulisan.

b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menjelaskan tentang bagian teori-teori yang relavan dengan judul.
Dan diuraikan telaah pustaka secara sistemik dari ibu hamil yang akan
dilakukann asuhan kebidan, dan menggambarkan berkesinambungan atau
berkelanjutan (Continuity Of Midwifery Care) sampai dengan masa nifas,
bayi baru lahir, neonates dan sampai kebutuhan KB.

c. BAB II METODE KASUS

Bab ini menjelaskan tentang desain studi kasus, lokasi pengambilan, sasaran
atau subjek pasien dari pengambilan kasus, waktu dan tempat pengambilan
kasus, Teknik dan instrument pengumpulan data.

d. BAB IV TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang pendokumentasian pelaksanaan asuhan


kebidanan yang menggunakan catatan perkembangan yang meliputi Subjektif
(S), Objektif (O), Assesment (A), dan Plan (P) yang disingkat SOAP.

e. BAB V PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang perbandingan ada tidaknya kesenjangan antara


tinjauan pustaka dengan pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan secara berkesinambungan (Continuity Of Midwifery Care),
mengacu pada tujuan kasus. Kemudian dikaitkan dengan teori yang
mendasari dan opini penulis.

f. BAB VI PENUTUP

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran penulis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu proses pembentukan janin yang dimulai dari
masa konsepsi sampai lahirnya janin. Lama masa nya kehamilan yang
Aterm adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) menurut kalender
internasional yang dapat dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing dibagi dalam
13 minggu atau 3 bulan kalender. (Julian munthe, ddk.2019).

2. Tanda dan gejala kehamilan.


Secara klinis tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Tanda tidak pasti hamil (probably sign) atau tanda nungkin
kehamilan indicator mungkin hamil adalah katakteristik fisik yang
dapat dilihat dari pemeriksaan dan dalam perubahan psikologis
yang disebabkan oleh kehamilan. Tanda-tanda mungkin kehamilan
adalah :
1. Amenorhea (terlambat datang bulan)
Kehamilan yang menyebabkan dinding dalam uterus
(endometrium) tidak dilepas hingga tidak datangnya haid yang
dianggap salah satu tanda kehamilan. Tetapi, hal tersebut tidak
dianggap sebagai tanda yang pasti suatu kehamilan karena
amenorrhea dapat terjadi pada beberapa penyakit kronik,
seperti tumor hipofise, perubahan faktor lingkungan,
malnutrisi, dan gangguan emosional terutama pada ibu yang
tidak menginginkan kehamilan tersebut.
2. Mual dan muntah (Nausea dan vomitus)
Merupakan gejala pada awal kehamilan dari rasa tidak
enak sampai muntah yang berkepanjangan yang sering disebut
dengan morning sickness karena muculnya dipagi hari. Cara
mengatasinya penderita perlu diberi saran untuk makan-
makanan yang ringan, mudah dicerna, dan menjelaskan bahwa
keadaan ini masih dalam batas normal orang hamil.
3. Mastodinia
Adalah rasa kencang dan sakit pada payudara yang
disebabkan oleh payudara membesar. Faskularisasi yang
bertambah asinus dan ductus berpoliferasi karena pengaruh
estrogen dan progesteron.
4. Gangguan kencing
Sering kencing dimalam hari, hal tersebut disebabkan
karena tekanan uterus yang membesar dan terjadi tarikan oleh
uterus ke kranial. Gangguan sering kencing ini terjadi pada
trimester kedua yang umumnya keluhan ini akan hilang oleh
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan gejala ini janin mulai masuk keruang panggul dan
menekan kembali kandung kencing.
5. Mengidam
Ibu hamil ingin makanan dan minuman atau
menginginkan sesuatu, yang sering terjadi diawal bulan-bulan
pertama kehamilan.
6. Fatique (kelelahan) dan sinkope (pingsan)
Sebagian ibu dapat mengalami kelelahan yang berat
sehingga menyebabkan ibu pingsan. Keluhan ini akan
menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
7. Konstipasi
Konstipasi sering timbul pada awal kehamilan dan
sering menetap selama kehamilan yang disebabkan relaksasi
otot polos akibat pengaruh hormone progesteron. Penyebab
lainnya terjadi pada perubahan pola makan dan pembesaran
uterus yang mendesak usus serta penurunan motilitas usus.
8. Perubahan berat badan
Berat badan yang meningkat pada usia awal kehamilan
karena perubahan nafsu makan dan karena cairanyang
berlebihan selama hamil.
9. Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama
biasanya dapat di rasakan pada kehamilan 18-20 mingggu.
b. Tanda mungkin kehamilan.
1. Adanya pembesaran pada abdomen.
2. Ballotment
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di bagian abdomen
dengan cara menggoyangkan salah satu sisi, maka akan terasa
pantulan disisi yang lain.
3. Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
4. Garis besar uterus yang dapat dipalpasi.
5. Perlunakan serviks.
6. Kontraksi Braxton hicks.
Jika uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah
berkontraksi.
7. Tes urine kehamilan (tes HCG) positif
Tes urine dapat dilakukan satu minggu setelah terjadi
pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan HCG ialah untuk dapat
mengetahu kadar hormon gonadotropin dalam urine. Kadar
yang melebihi ambang batas normal, mengindikasikan bahwa
wanita sedang hamil.

c. Tanda pasti kehamilan.


1. Teraba bagian-bagian janin
Pada usia kehamilan 22 minggu janin dapat diraba. Kehamilan
28 minggu teraba jelas bagian-bagian janin dan juga gerakan
janin dapat dirasakan.
2. Gerakan janin.
Pada usia kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan
oleh bidan dan dokter.
3. Denyut jantung janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar menggunakan stetoskop
leanec pada saat usia kehamilan 17-18 minggu. Dan dapat juga
di dengar denganmenggunakan stetoskop ultrasonic (Doppler)
pada usia kehamilan sekitar minggu ke-12. Dengan melakukan
auskultasi pada janin dapat terdengar suara-saura lain seperti :
bising tali pusat, bising uterus, dan nadi. Untuk mengetaui usia
kehamilan, menentukan denyut jantung janin, dan letak
punggung janin dapat melakukan palpasi dengan metode
leopold menurut (Julian munthe.2019) sebagai berikut :
1. Leopold 1 : untuk mengetahui tinggi fundus uteri untuk
dapat memperkirakan usia kehamilan.
2. Leopold 2 : untuk mengetahui bagian-bagian janin yang
berada disamping kanan dan samping kiri uterus.
3. Leopold 3 : untuk mengetahui presentasi janin.
4. Leopold 4 : untuk memastikan bagian terbawah janin
apakah kepala sudah masuk PAP.
4. Pemeriksaan Rontgent.
Gambaran tulang dapat terlihat dengan sinar X pada
usia kehamilan 6 minggu, namun belum bisa dipastikan bahwa
itu gambaran janin. Pada kehamilan 12-14 minggu baru dapat
dipastikan gambaran tulang janin.
5. Ultrasonografi.
USG dengan melakukan pemeriksaan pada usia
kehamilan 4-5 minggu untuk dapat memastikan kehamilan
dengan melihat adanya kantong gestasi, gerakan janin dan
suara denyut jantung janin.
6. Electrocardiography.
ECG jantung janin dapat terlihat pada usia kehamilan 12
minggu.

3. Perubahan fisiologis dalam kehamilan.


Selama hamil terjadi perubahan anatomi dan fisiologis yang mencolok,
sebagian besar dapat terjadi pada rangsangan fisiologis yang ditimbulkan
oleh janin dan plasenta. Berikut perubahan yang terjadi selama kehamilan
(Sutanto dan Fitriana, 2019) :
1. Sistem reproduksi.
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah
pengaruh estrogen dan progesterone. Pembesarannya disebabkan :
1.) Peningkatan vaskularisasi dan laktasi pembuluh darah.
2.) Hyperplasia dan hipertofi.
3.) Perkembangan desi dua.
b. Serviks uteri
Jaringan ikat pada serviks (banyak mengandung kolagen) lebih
banyak dari jarigan otot yang hanya 10%. Estrogen meningkat,
bertambah hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah
maka konsistensi serviks menjadi lunak atau bias disebut tanda
Goodell.
c. Vagina dan vulva
Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan lebih
merah, kebiru-biruan (livide) yang disebut tanda Chadwick. Warna
portio tampak livide, selama hamil Ph sekresi vagina menjadi lebih
asam, keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5. Rentan terhadap
infeksi jamur.
d. Ovarium
sampai usia kehamilan 16 minggu masih terdapat korpus luteum
graviditas dengan diameter 3cm yang memproduksi estrogen dan
progesterone. Jika lebih dari 16 minggu plasenta sudah terbentuk
dan korpus luteum mengecil, sehingga produksi estrogen dan
progesterone digantikan oleh plasenta.

2. Sistem payudara.
Mamae akan membesar dan melebar pada bulan pertama kehamilan
dan sedikit berwarna gelap serta munculnya kelenjar montgomery
ialah kelenjar sebasea hipertrofik. Cairan berwarna kekuningan yang
keluarnya dari payudara itu disebut dengan kolostrum. Mamae
membesar akibat adanya hormon somatomamtropin, estrogen dan
progesterone namun belum dapat mengelurkan ASI. Hormone
somatomamtropin mempergaruhi sel-sel asinus yang dapat munculnya
perubahan dalam sel yang terjadi pembuatan kasein, laktalbumun,
laktoglubin sehingga mamae dapat utuk laktasi.

3. Sistem endokrin.
(Hormon Corionic Gonadotropic) gonadotropin kronik manusia
(HCG) sel trofoblas dari plasenta yang disekresikan untuk
mempertahankan kehamilan. HCG dapat meningkat 8 hari setelah
ovulasi (9 hari sesudah puncak LH pertengahan siklus). Selama 6-8
minggu kehamilan HCG dapat mempertahankan korpus luteum untuk
memproduksi hormon estrogen dan progesteron dan akan diambil alih
oleh plasenta.
Hiperpigmentasi pada wanita berkulit gelap dan di area aerola
mammae, umbilikus cenderung mengalami gesekan yang seperti aksila
dan pada pahabagian dalam. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
hormon penstimulasi, estrogen dan progesterone.
Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan dari
trimester I sampai dengan trimester III :
1.) Estrogen
Produksi estrogen plasenta yang terus naik selama kehamilan dan
sampai akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum
hamil.
2.) Progesteron
Produksi progesteron lebih banyak dibandingkan hormon estrogen.
Pada saat akhir kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari.
Progesteron menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan sub
kutan di abdomen.
3.) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormon ini terdeteksi di beberapa hari yang setelah perubahan dan
merupakan dasar tes kehamilan. Fungsi HCG ini utamanya untuk
mempertahankan korpus luteum.
4.) Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon ini diproduksi terus naik pada saat usia kehamilan aterm
menccapai 2 gram/ hari. Hal ini bersifat diabetogenic, sehingga
kebutuhan insulin wanita hamil jadi naik.

4. Sistem perkemihan.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
tingga timbul rasa ingin buang air kecil, dengan menua nya usia
kehamilan tertekannya kandung kemih akan menghilang bila uterus
gravidus keluar dari panggul. Pada kehamilan yang normal, fungsi
ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomelurus (glomerural
filtrasion rate) dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Fungsi ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan, peningkatan
volume darah, postur wanita, aktifitas fisik dan asupan makanan. Pada
minggu ke-10 gestasi, pelvik ginjal dan ureter berdilatasi.
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, Panjang
bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada
wanita yang tidak hamil. Ureter berdilatas, perubahan fungsi ginjal
selama kehamilan mungkin dipengaruhi oleh hormon maternal dan
plasenta masuk adenocorticotrofik hormonal (ACTH), ADH (anti
diuretic hormon), aldostro, aldosteron, kortisol, HCS (human
chorionic somatotropin) dan hormon tiroid. Filtrasi glomerulus
meningkat sekitar 50% selama kehamilan peningkatannya dari awal
kehamilan relatif yang tinggi sampai aterm dan akan kembali normal
pada 20 minggu post partum.

5. Sistem pencernaan.
Pada kehamilan di trimester tiga lambung ada diposisi vertikal dan
tidak pada posisi normal, yaitu posisi horizontal. Kekuatan pada
mekanis ini menyebabkan terjadinya peningkatan intragastik dan
perubahan pada gastro-esofageal yang mengakibatkan terjadinya
refluks esophageal yang jadi besar. Pirosis (hearthburn) sering ditemui
pada kehamilan yang kemungkinan besar terjadi disebabkan oleh
reflus sekresi asam ke esophagus bawah yang menimbulkan rasa nyeri
pada ulu hati, konstipasi, dan hemoroid. Hemoroid ini dapat terjadi
kerena konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena yang dibawah uterus
termasuk pada vena hemoroidal.

6. Sistem musculoskeletal
Pada saat trimester pertama tidak banyak perubahan pada
musculoskeletal. Akibat peningkan kadar hormone estrogen dan
progesterone, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan
ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Keseimbangan
kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan
nutrisinya khususnya produk susu terpenuhi, tulang dan gigi biasanya
tidak berubah pada kehamilan yang normal.
Pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari
ligament-ligament dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan
mobilitas dari sambungan/ otot terutama otot-otot pada pelvis.
Perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan rasa
ketidaknyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang bertambah
sering dengan penambahan umur kehamilan.
Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung mungkin
disebabkan oleh terjadinya peningkatan volume darah dan curah
jantung. Karena diafgragma terdorong keatas, jantung terangkat keatas
dan terotasi kedepan dan kekiri. pada trimester pertama aliran darah
meningkat dari 1-2% sampai 17% pada usia kehamilan yang cukup
bulan. Dalam peningkatan darah maternal ke dasar plasenta
diwujudkan kira-kira 500ml/menit pada usia kehamilan yang cukup
bulan.
Anemia ialah suatu kondisi yang terdapat kurangnya sel darah
merah atau hemoglobin. Diantara minggu ke-10 dan minggu ke-20
volume plasma dapat bertambah dan preload meningkat. Selama
kehamilan kinerja vertikel dapat dipengaruhi oleh penurunan resistensi
vascular sistemik dan terjadi perubahan aliran denyut darah arteri.

7. Sistem pernafasan
Adptasi ventilasi dan structural selama masa hamil bertujuan
menyediakan kebuuhan ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu
meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolic dan
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudarah. Janin
membutuhkan oksigen dan satu cara untuk membuang karbondioksida.
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamentum pada krangka
iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.
Pada wanita hamil prekuensi napasnya hanya sedikit
meningkat, peningkatan volume tidal pernafasan yang berhubungan
dengan frekuensi napas normal menyebabkan peningkatan volume
napas 1menit sekitar 26%. Peningkatan volume napas 1menit disebut
hiperventilasi kehamilan yang menyebabkan konsentrasi
karbondioksida dialveoli menurun.terjadi kenaikan berat badan sekitar
5,5kg, penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai akhir
kehamilan adalah 11-12kg.

4. Perubahan Adaptasi Psikologis Pada Trimester I, II, III

a. Perubahan Adaptasi Psikologis Trimester I


1) Stres di dalam individu
Stres dari dalam diri individu dapat terjadi karena kegelisahan
terhadap kemampuan beradaptasi dengan kondisi kehamilan. Stres
yang disebabkan oleh pihak lain

Stres yang disebabkan oleh pihak lain contohnya seperti


adanya hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan. Sehingga
menyebabkan ibu hamil harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehamilannya dan saling memperkuat hubungan dengan pasangan
karena hubungan yang kuat dengan pasangan itu sangat penting.

2) Stres yang disebabkan oleh penyesuaian terhadap tekanan sosial


Pada masa kehamilan biasanya masyarakat
mengkhawatirkannya dan menganggap kritis masa tersebut karena
dapat membahayakan ibu dan janin. Contohnya seperti anjuran
minum air kelapa muda agar saat melahirkan lebih mudah. Hal
tersebut merupakan mitos dan belum terbukti secara ilmiah dan jika
tidak di sikapi dengan bijak maka dapat menimbulkan stress bagi ibu
hamil (Sutanto dan Fitriana, 2019).

b. Perubahan Adaptasi Psikologis Trimester II


Pada trimester II terdapat 2 fase yang dialami oleh ibu hamil, yaitu:

1) Fase Precquikening
Pada fase ini ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan
segala aspek di dalamnya terhadap apa yang telah terjadi selama ini.
Ibu akan menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan
interpersonal yang telah terjadi dan hal tersebut akan menjadi dasar
bagaimana ia akan mengembangkan hubungan dengan anak yang
akan dilahirkan nantinya.

2) Fase Postquickening
Secara umum pada fase ini ibu akan mengalami perubahan,
yaitu:

a. Kesedihan meninggalkan peran lama sebelum hamil. Ibu akan


fokus pada kehamilannya dan persiapan baru peran ibu sebagai
ibu. Hal ini bisa menyebabkan kesedihan terhadap ibu karena
meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan.
b. Menjaga agar ikatan tetap kuat. Ketika hamil ibu dan pasangan
harus lebih sensitif terhadap kondisi ibu hamil yang biasanya
sering merasa takut jika pasangan mendapati dirinya tidak menarik
lagi karena kehamilan (Sutanto dan Fitriana, 2019).
c. Perubahan Adaptasi Psikologis Trimester III
Seorang ibu akan mulai merasa takut akan rasa sakit dan
bahaya yang mungkin akan terjadi ketika usia kehamilannya
mencapai 39-40 minggu. Akan timbul rasa tidak nyaman dan ibu
merasa dirinya aneh, berantakan, canggung dan jelek yang membuat
ibu memerlukan perhatian yang lebih dari pasangannya. Pada
trimester III ibu juga biasanya akan lebih sensitif karena tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya serta mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua.

5. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil


a. Nutrisi ibu hamil
Berupa asupan gizi yang meliputi sumber kalori yaitu
karbohidrat dan lemak), protein, asam folat, vit B12, zat besi zat seng,
kalsium, dan cairan. Selama kehamilan ibu tidak perlu berpantang
makanan, namun membatasi asupan gula, garam dan lemak (Dartiwen
dan Nurhayati, 2019).
b. Oksigen bagi ibu hamil
Kebutuhan oksigen ibu hamil pada masa kehamilan meningkat
sampai 20% dari kondisi sebelum hamil untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan jaringan ibu dan janin. Namun disisi lain dengan
semakin besarnya kehamilan, uterus akan menesak diafragma
sehingga mengurangi kapasitas total paru dan biasanya menyebabkan
keluhan sesak nafas (Dartiwen dan Nurhayati, 2019).
c. Personal hygiene
Pada ibu hamil kebersihan yang dilakukan oleh ibu hamil
untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor dan
banyak mengandung kuman-kuman. Dianjurkan mandi paling sedikit
dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan
banyak keringat (Dartiwen dan Nurhayati, 2019).
d. Senam ibu hamil
Senam hamil adalah suatu gerak atau olah tubuh yang
dilakukan oleh ibu hamil supaya ibu hamil menjadi siap baik
fisik maupun mental untuk menghadapi kehamilan dan persalinan
nantinya dengan aman (Dartiwen dan Nurhayati, 2019).

e. Istirahat dan Tidur

Ibu hamil dianjurkan untuk istirahat dengan jumlah waktu


istirahat yang dianjurkan yang cukup bagi ibu hamil yaitu minimal 6-
7 jam malam hari 1-2 jam siang hari (Dartiwen dan Nurhayati, 2019).

f. Imunisasi TT Ibu hamil


Imunisasi tetanus toxoid diberikan pada ibu hamil dan

memiliki efek samping yang ditimbulkan seperti nyeri, kemerahan,

bengkak pada tempat penyuntikan. Jika ibu hamil belum pernah

melakukan suntik TT pada saat hamil maka akan diberikan TT


minimal 2 kali dengan jarak 2 bulan (Dartiwen dan Nurhayati, 2019).

g. Eliminasi ibu hamil

Ibu hamil disarankan agar segera berkemih jika ingin berkemih

jangan sampai ditahan. Pastikan setelah berkemih genetalia tetap

bersih dan kering. Pada akhir kehamilan akan terjadi pembesaran janin

yang menyebabkan kantung kemih mengalami tekanan (Dartiwen dan

Nurhayati, 2019).

h. Mobilisasi dan Body Mekanik

Mobilisasi penting untuk memepertahankan kemandirian ibu

hamil sedangkan body mekanik untuk memepertahankan

keseimbangan tubuh yang tepat dari aktivitas yang dilakukan ibu

hamil. Ibu hamil perlu memperhatikan beberapa sikap tubuh agar

tidak merasakan suatu ketidaknyamanan seperti cara duduk, bangun

dari duduk, berdiri, berjalan dan posisi tidur (Sutanto dan Fitriana,

2019).

6. Asuhan Antenatal Care (ANC)


a. Pengertian Asuhan Antenatal Care
Antenatal Care bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik
dan mental ibu hamil secara optimal sehingga ibu hamil mampu
mengahadapi masa persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI secara
Eksklusif. (Kemenkes RI, 2020)

b. Tujuan Asuhan Antenatal Care


Tujuan dari asuhan antenatal care antara lain sebagi berikut:
1. Memantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi
2. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau adanya
komplikasi yang mungkin akan terjadi selama kehamilan
3. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal serta
pemberia ASI Ekslusif
4. Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan ibu (Kemenkes RI,
2020).

c. Standar Pelayanan ANC

Standar pelayanan antenatal care pada ibu hamil mencangkup 10

T yaitu pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan

darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran Tinggi

Fundus Uteri, penentuan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin

(DJJ), pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi, pemberian

tablet darah minimal 90 tablet, tes laboratorium, tatalaksana/penanganan

kasus, temu wicara/ konseling (Kemenkes RI, 2020)

1. Pengukuran BB dan TB
Penambahan berat badan ibu hamil maksimal 9kg atau 1kg
setiap bulan. tinggi badan ibu hamil untuk menentukan status gizi
ibu hamil (Kemenkes RI, 2020)
2. Tekanan darah
Normalnya tekanan darah berkisar antara 110/80 - 140/90
mmHg. Jika tekananan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik
>90 kemungkinan ibu hamil mengalami hipertensi (Kemenkes RI,
2020).
3. LILA
Normalnya LILA < 23,5 cm jika kurang ibu hamil
kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis)
(Kemenkes RI, 2020).
4. Tinggi Fundus Uteri
TFU merupakan pengukuran jarak antara simfisis dan TFU
dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm dan hasil
ukurannya dapat memperkirakan usia kehamilan dalam minggu
(Kemenkes RI, 2020).
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

UK TFU dalam cm
22-28 minggu 24-25 cm
28 minggu 26 cm
30 minggu 29,5-30 cm
32 minggu 31 cm
34 minggu 32 cm
36 minggu 33 cm
40 minggu 37,7 cm
(Sumber: Pratiwi, 2020)

5. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin


Menggunakan pemeriksaan leopold untuk mengetahui
presentasi janin. Selain menentukan presentasi janin, harus
dilakukan juga pemeriksaan DJJ dengan menggunakan doppler,
monoscope, stetoskope dan lain-lain (Kemenkes RI, 2020).
6. Imunisasi
Pemberian imunisasi TT sangat berguna untuk melindungi dari
tetanus neonatorum.
Tabel 2.2  Jadwal Pemeriksaan Imunisasi TT
Status T Interval minimal Masa
pemberian Perlindungan
T1 Langkah awal
pembentukan
kekebalan
tubuh terhadap
penyakit
Tetanus
T2 1 bulan setelah T 1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T 2 5 tahun
T4 12 bulan setelah T 3 10 tahun
T5 12 bulan setelah T 4 Lebih dari 25
tahun
(Sumber : Kemenkes, 2020).

7. Tablet Penambah darah


Ibu hamil diharapkan minum tablet penambah darah sebanyak
1 tablet setiap harinya dengan dosis 60 mg yang diminum selama
90 hari (Kemenkes RI, 2020).
8. Tes laboratorium
a) Pemeriksaan Urin
1. Protein Urin
Pemeriksaan ini ditujukan apakah ibu hamil mengalami
preeklamsi atau tidak. Tingginya kadar protein dalam urine
ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi.
2. Glukosa Urin
Pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa pada urine.
b) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb bertujuan untuk mengetahui apakah
ibu anemia atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan minimal dua
kali yaitu pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali
(trimester I), lalu di periksa lagi menjelang persalinan
(trimester III). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2020).
9. Tatalaksana/penanganan kasus
Kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus dapat dirujuk sesuai dengan sistem rujukan pada kasus yang
tidak dapat ditangani (Kemenkes RI, 2020).
10. Temu Wicana
Suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang
lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya
dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapinya (Kemenkes RI, 2020).

d. Jadwal ANC

Jadwal periksa kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan


minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan III
menurut Kementrian Kesehatan RI (2020):

1) 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu)


2) 1 kali pada trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu)
3) 3 kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40
minggu)

7. Pemeriksaan Kebidanan Pada Kehamilan


a. Payudara
Bidan harus memperhatikan kesimetrisan payudara, puting
menonjol atau mendatar, luka bekas operasi, palpasi untuk mengetahui
adanya benjolan dan nyeri tekan, serta pemeriksaan pengeluaran ASI
(kolostrum)/cairan lainnya. Jangan lupa untuk memberikan konseling
pada ibu hamil untuk melakukan perawatan payudara (Muthe dkk,
2019).

b. Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi apakah pembesaran abdomen
sesuai dengan usia kehamilan, ada tidaknya luka bekas operasi,
menentukan letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala. Pada
pemeriksaan abdomen, kita harus menentukan letak, presentasi, posisi,
dan penurunan kepala (Muthe dkk, 2019).
Berikut ini adalah cara pemeriksaan abdomen dengan
menggunakan leopold:
1) Leopold I
Tujuan pemeriksaan dari leopold I adalah untuk menentukan
tuanya kehamilan dan menentukan bagian-bagian janin yang
berada di fundus uteri (Sutanto dan Fitriana, 2019).
Cara pemeriksaan leopold I adalah menghadap ke arah ibu,
kemudian minta ibu untuk menekuk kaki lalu mengumpulkan
fundus uteri ke arah tengah dengan menggunakan jari-jari tangan
kiri kemudian ukur tinggi fundus uteri dengan batasan Sympisis-
pusat-Processus Xiipoudeus(Muthe dkk, 2019).
2) Leopold II
Tujuan pemeriksaan pada leopold ke II adalah untuk
mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian samping
kanan dan kiri uterus. Cara pemeriksaan yang dilakukan adalah
dengan meletakkan tangan di bagian kanan dan kiri uterus ibu,
tengan kanan meraba bagian janin yang berada di samping kiri
uterus, sedangkan tangan kiri menahan pada sisi sebelahnya,
begitu juga sebaliknya. Apabila teraba bagian yang keras, datar
dan memanjang itu adalah sifat dari punggung janin, kemudian
kita harus menentukan pada bagian mana punggung janin berada
(Muthe dkk, 2019).
Setelah melakukan pemeriksaan leopold II dan telah
menentukan posisi punggung janin maka dilanjutkan dengan
melakukan pemeriksaan detak jantung janin (DJJ) dengan
menggunakan fetoslop atau doppler. Bunyi yang terdengar
meliputi bunyi jantung janin, gerakan janin, bising tali pusat,
bunyi aorta dan bising usus (Sutanto dan Fitriana, 2019).
Denyut jantung janin dapat terdengar dengan fetoskop/leanec
pada usia kehamilan 20 minggu, dengan menggunakan doppler
pada usia kehamilan 12 minggu. Cara pemeriksaannya yaitu
(Muthe dkk, 2019):
a) Tentukan area terdengarnya DJJ yang paling keras (Punktum
Maximum), apabila janin dengan posisi membujur dan
presentasi kepala maka punctum maksimum berada di area
antara pusat dan symfisis tergantung dengan letak punggung
janin. Selain itu melalui pemeriksaan ini dapat diketahui
apakah janin tunggal atau kembar dari DJJ yang terdengar di
dua tempat berbeda.
b) Meletakkan fetoskop/leanec pada area punctum maksimum,
apabila sudah terdengar bunyi denyut jantung janin maka
pastikan DJJ dengan cara membedakannya dengan denyut
nadi ibu pada arteri radialis.
c) Hitung bunyi denyut jantung janin dengan cara 3x tiap 5 detik
kemudian jumlahkan dan dikalikan 4 atau hitung selama 1
menit penuh dan perhatukan iramanya.Frekuensi DJJ normal
pada janin ialah 120-160x/menit.

3) Leoplod III
Tujuan pemeriksaan pada leopold III adalah menentukan
presentasi janin dan menentukan apakah bagian terbawah janin
sudah masuk pintu atas panggul (Sutanto dan Fitriana, 2019).
Cara pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan meraba
samping kanan dan kiri uterus, pindahkan tangan kiri ke arah
fundus dan tangan kanan ke bagian bawah uterus. Apabila teraba
keras dan saat digoyangkan terasa lentingan itu pertanda kepala
janin. Apabila teraba lunak dan bila dogoyangkan tidak ada
lentingan pertanda bahwa itu adalah bokong janin. Pada saat
bagian terbawah janin tidak dapat digoyangkan artinya janin sudah
masuk ke pintu atas panggul, dan sebaliknya (Muthe dkk, 2019).
Gambar 2.1Pemeriksaan Leopold
(Sumber :Munthe dkk, 2019).

4) Palpasi Abdomen (Perlimaan)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan seberapa jauh
bagian terbawah janin turun ke dalam rongga panggul. Kita dapat
menilai penurunan kepala janin dengan hitungan yang ditentukan
oleh jumlah jari yang bisa ditempatkan di bagian kepala di atas
simfisis pubis (Djami dan Indrayani 2016).
Penurunan kepala janin dengan perlimaan adalah (JNPK-
KRPOGI, 2017):
a) 5/5 : jika kepala janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis.
b) 4/5 : jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
c) 3/5 : jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
d) 2/5 : jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada di atas simfisis dan 3/5 bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
e) 1/5 : jika hanya 1 dari lima jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simfisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul.
f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke dalam rongga panggul.

c. Ekstermitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan tangan dan
kaki untuk mengetahui adanya pembengkakan/edema sebagai
indikasi preeklamsia. Pada kaki dilakukan pemeriksaan varises
dan edema. Pemeriksaan edema dilakukan dengan cara
menekan pada bagian pretibial, dorsopedia dan malleolus
selama 5 detik, apabila terdapat bekas cekungan yang lambat
kembali menandakan bahwa terjadi pembengkakan pada kaki
ibu (Munthe dkk, 2019).

d. Genetalia
Pemeriksaan genetalia eksterna dan anus dilakukan untuk
mengetahui kondisi anatomis genetalia eksternal dan
mengetahui adanya tanda infeksi dan penyakit menular
seksual. (Muthe dkk, 2019).

e. Refleks Patella
Pemeriksaan refleks patella ibu harus dalam keadaan rileks
dengan kaki yang menggantung. Pada kondisi normal apabila
tendon patella diketuk maka akan terjadi refleks pada otot paha
depan berkontraksi dan menyebabkan kaki menendang keluar.
(Muthe dkk, 2019).

8. Indeks Masa Tubuh


Indeks masa tubuh berhubungan dengan tinggi badan dan berat badan

yang digunakan untuk menentukan kesesuaian berat badan wanita.

(Dartiwen dan Nurhayati, 2019).

Tabel 2.3 Indeks Masa Tubuh

IMT Pra- Kehamilan Rekomendasi Peningkaan Berat


Badan
<18,5 (Kurang) 12,5 – 18 kg
18,5 – 24,9 (Normal) 11,5 – 16 kg
25,0 – 29,9 (Obesitas I) 7 – 11,5 kg
≥30 (Obesitas II) 5– 9 kg
(Sumber: Kemenkes RI, 2020)

9. Menentukan Tafsiran Berat Janin


Cara menghitung TBJ dengan menggunakan teori Johnson-Tausack,
yaitu (Sari Anggrita dkk, 2018):
a. Jika kepala janin belum masuk PAP (Pintu Panggul Atas)
TBJ = (TFU-11) x 155
b. Jika sebagian kecil kepala janin sudah masuk PAP
TBJ = (TFU-12) x 155
c. Jika sebagian besar kepala janin sudah masuk PAP
TBJ = (TFU-13) x 155

10. Menentukan Hari Perkiraan Lahir (HPL)


Tafsiran persalinan ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir.
Untuk menentukan tafsiran persalinan dapat digunakan rumus Naegle yang
dapat dijabarkan sebagai berikut (Sutanto dan Fitriana, 2019) :
a. Untuk siklus 28 hari
Hari pertama Haid Terakhir (+7), Bulan (-3), tahun (+1) = Tanggal
persalinan
b. Untuk siklus 35 hari
Hari Pertama Haid Terakhir (+14), Bulan (-3), Tahun (+1) = Tanggal
persalinan

11. Tanda Bahaya Kehamilan


Ada beberapa tanda bahaya kehamilan yaitu (Pratiwi dan Fatimah,
2019):
a) Muntah berlebihan
Mual muntah normal dialami oleh ibu hamil pada trimester
pertama kehamilan, tetapi apabila muntah terjadi terus menerus
berelbihan dapat menyebabkan tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, berat badan menurun.
b) Perdarahan pervaginam
Terdapat sedikit bercak darah keluar dari vagina pada awal
kehamilan merupakan hal yang normal, tetapi jika keluar darah dari
vagina pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu hal tersebut harus
diwaspadai karena perdarahan yang terjadi merupakan hal yang tidak
wajar apalagi volume darahnya banyak dan terasa nyeri.
c) Sakit kepala hebat
Ibu hamil terkadang mengalami sakit kepala yang patut
dicurigai karena bisa jadi gejala dari preeklamsia jika tidak diatasi dan
dapat menyebabkan kejang serta stroke. Jika ibu hamil mengalami
sakit kepala yang hebat disarankan untuk segera ke pelayanan
kesehatan.
d) Bengkak diwajah dan jari tangan
Bengkak biasa terjadi pada ibu hamil dan akan setelah beristirahat,
tetapi jika tidak menghilang setelah bersitirahat dapat menimbulkan
gejala terjadinya anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung atau
eclampsia.
e) Gerakan janin tidak terasa
Gerakan janin dapat dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan tetapi ada
juga yang bisa merasakan Gerakan janin lebih awal. Biasanya janin
bergerak 3 kali dalam 1 jam. Ibu hamil disranakan memeriksakan
kandungan secara rutin, menjaga nutrisi dan istirahat yang cukup
supaya Gerakan janin yang dirasakan tidak berkurang dan menjaga
kondisi janin tetap sehat.
B. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina. Persalinan yang normal atau spontan
dapat dilakukan bila kondisi janin pada letak presentasi kepala yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Sulfianti dkk, 2020).

2. Perubahan Fisiologis Kala I, II, III, IV


a) Perubahan fisiologis kala I
1. Uterus
Segmen atas rahim (SAR) dibentuk oleh korpus uteri yang
bersifat aktif dan berkontraksi, dinding SAR akan bertambah tebal
ketika adanya dorongan kemajuan persalinan. Segmen bawah
rahim (SBR) dibentuk oleh istmus uteri yang bersifat aktif relokasi
dan dilatasi sehingga makin tipis karena terus diregang dengan
majunya persalinan.
2. Serviks
Terjadi pendataran serviks yaitu pendekatan kanalis servikalis
dari 1-2 cm menjadi satu lubang dengan pinggr yang tipis
3. System urinaria
Pada akhir bulan ke 9 pemeriksaan pada fundus uteri menjadi
lebih rendah dan kepala janin mulai masuk pintu atas panggul serta
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu
untuk sering kencing.
4. Vagina dan dasar panggul
Pada kala 1 ketuban ikut mergangkan bagian atas vagina
sehingga dapat dilalui bayi
5. Pernapasan
Ibu akan mengeluarkan lebih banyak karbondioksida ketika saat
persalinan dalam setiap napasnya. Selama kontraksi uterus kuat,
frekuensi dan kedalaman pernapasan juga semakin meningkat
(Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
b) Perubahan fisiologis kala II
1. Meningkatnya tekanan darah selama proses persalinan
2. Sistolik mengalami kenaikan 10-2- mmHg sedangkan diastolic
kenaikan 5-10 mmHg
3. Terjadi his selama 50-100 detik setiao 2-3 menit
4. Terjadi pecah ketuban
Terjadi peningkatan pada suhu tubuh, nadi dan pernapasan
(Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
c) Perubahan fisiologis kala III
Terjadinya pelepasan plasenta yang berlangsung kurang dari 30
menit. Adapun tanda-tanda pelepasan plasenta (Fitriana dan
Nurwiandani, 2019) :
1. Terjadi semburan darah secara spontan
2. Uterus berbentuk globuler
3. Tali pusat memanjang
d) Perubahan fisiologis kala IV
Kala IV adalah masa antara satu sampai dua jam pasca
persalinan. Tinggi fundus uterus setelah plasenta lahir kurang lebih 2
jari dibawah pusat. Pembuluh darah yang ada pada otot uterus akan
terjepit ketika otot-otot uterus berinteraksi. Proses tersebut yang
nantinya akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan
(Fitriana dan Nurwiandani, 2019).

3. Perubahan Psikologis Persalinan


a) Kala I
Rasa cemas dan takut seperti ketakutan tersebut dapat berupa
rasa takut bayi yang akan dilahirkan nantinya dalam kedaan cacat,
kurang sehat, dll. Adanya rasa tegang dan konflik batin yang
menyebabkan ibu mudah Lelah, tidak nyaman, sulit bernapas,
ganggunan lainnya (Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
b) Kala II
1. Ibu merasa panik, terkejut pada ssat pembukaan lengkap
2. Mudah marah dan frustasi
3. Mudah merasa Lelah
4. Focus pada diri sendiri (Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
c) Kala III
1. Ibu ingin melihat dan menyentuh, dan memeluk bayinya.

2. Ibu merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, ibu juga

merasa lelah.

3. Memusatkan diri dan sering bertanaya-tanya apakah vaginanya

perlu dijahit.

4. Menaruh perhatian terhadap plasenta (Fitriana dan Nurwiandani,

2019).

d) Kala IV
Ibu juga merasa bahagia terlepas dari ketakutan dan kecemasan
yang dialami. Ibu memiliki rasa ingin tahu yang kuat akan bayinya dan
ibu merasa bangga sebagai seorang ibu (Fitriana dan Nurwiandani,
2019).

4.Mekanisme Persalinan Normal


1. Masuknya kepala janin
Ketika dilakukan palpasi didapatkan punggung kiri maka
sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri atau posisi jam 3 atau
sebaliknya jika punggung kanan maka sutura sagitalis melintang
kekanan posisi jam 9. Jika sutura sagitalis dalam diameter
anteroposterior dari PAP maka masuknya kepala akan sulit, jika posisi
tengah jalan lahir yaitu tepat diantara simpisis dan promomtorium
makan dalam posisi synclitismus (Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
2. Fleksi
Pada pergerakan ini, dagu dibawah lebih dekat kearah dada
janin sehingga ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar. Fleksi
ini disebabkan karena anak didorong dan sebaliknya mendapat tahanan
dari serviks dinding panggul, atau dasar panggul (Fitriana dan
Nurwiandani, 2019).
3. Putaran paksi dalam
Dari kepala janin akan membuat diameter enteroposterior
(yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan
diameter antreoposterior dari panggul (Fitriana dan Nurwiandani,
2019).
4. Ekstensi
Kepala dilahirkan dengan ekstensi lebih lanjut (bagian dibawah
occiput (sub-oksiput) sebagai hipomochilion/pusat pemutaran) maka
lahirlah berturut-turut UBB, dahi, gidung, mulut dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi (Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
5. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala memutar kembali kearah
punggung anak untuk menghilangkan torsi (proses memilin) pada
leher yang terjadi pada rotasi dalam (Fitriana dan Nurwiandani, 2019).
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah
simfisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang
setelah kedua bahu lahir selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan
searah dengan sumbu jalan lahir (Fitriana dan Nurwiandani, 2019).

5. Tahapan persalinan
Adapun tahapan-tahapan pada persalinan yaitu (Sulisdian dkk, 2019):
a) Kala I
Pada kala I terdapat dua fase yaitu fase laten terjadi ketika
pembukaan 0-3 cm dan fase aktif terjadi dari pembukaan 4-10 cm.
b) Kala II
Pada kala II dimulai dari tahapan proses persalinan yaitu
pembukaan 10 cm atau lengkap. Proses ini berlngsung 2 jam pada
primigravidan dan 1 jam pada multigravida. Pada tahap ini his terjadi
lebih kuat dan cepat. Dalam kondisi yang normal kepala janin sudah
masuk dalam rongga panggul.
c) Kala III
Pada tahap ini dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
yang normalnya berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d) Kala IV
Pada tahap ini terjadi pada masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Pada
kala IV dilakukan observasi setiap 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua.

6. Tanda-tanda persalinan
a) Terjadinya his persalinan, merupakan kontraksi rahim yang
menimbulkan rasa nyeri perut serta dapat menimbulkan adanya
pembukaan serviks ketika kontraksi terjadi (Sulfianti dkk, 2020).
b) Keluarnya lender bercampur darah, lender berasal dari pembukaan dari
serviks sedangkan pengeluaran darah disebabkan karena adanya
robekan pembuluh darah ketika serviks mengalami pembukaan
(Sulfianti dkk, 2020).
c) Ketuban pecah, sebagian ibu hamil mengalami pecah ketuban ketika
memasuki proses persalinan. Jika ketuban pecah maka ibu hamil
mengalami proses persalinan berlangsung kurang dari 24 jam
(Sulfianti dkk, 2020).

7. Asuhan sayang ibu


Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan yaitu (Sulisdian dkk, 2019):
a) Menjelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarga yang
mendampingi
b) Menjaga privasi ibu
c) Memberikan dukungan pada ibu
d) Mendengarkan dan menanggapi keluh kesah ibu
e) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
f) Menganjurkan suami atau keluarga untuk selalu siap sedia
mendampingi ibu
g) Menganjurkan ibu posisi yang baik ketika persalinan

8. Bidang Hodge
Bidang hodge adalah menentukan sampai manabagian terendah janin
turun dalam panggul persalinan.
a) Bidang Hodge I : Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
b) Bidang Hodge II : Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
c) Bidang Hodge III : Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I dan II,
terletak setinggi spina ischiadika kanan dan kiri. Pada referensi lain,
bidang Hodge III disebut juga bidang O. Kepala yang berada diatas 1
cm disebut (-1) atau sebaliknya.
d) Bidang Hodge IV : Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II, II,
teletak setimggi Os. Coccgygis.

Gambar 2.2 Penurunan Kepala Janin


(Sumber : Indriyani dan Djami, 2016)

9. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


IMD diberikan pada bayi dalam satu jam pertama kelahiran supaya
bayi yang baru lahir mendapatkan ASI pertama atau yang sering disebut
kolostrum. Kolostrum memiliki manfaat yaitu memberikan gizi dan
perlindungan terhadap kekebalan tubuh bayi (Sutanto dan Fitriana, 2019).

10. 60 Langkah APN


Menurut JNPK-KR. Tahun 2017 Asuhan Persalinan Normal sebagai

berikut :

a. Mengenali tanda dan gejala kala dua

1) Mendengarkan dan melihat tanda kala dua persalinan

a) Ibu merasa ada dorongan ingin meneran


b) Ibu merasakan tekanan yang semakin kuat

c) Perineum menonjol

d) Vulva membuka

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Siapkan peralatan lengkap, bahan dan obat-obatan esensial

a) handuk/ kain bersih dan kering

b) Alat penghisap lendir

c) Lampu sorot 60 watt

d) Menyiapkan oksitosin 10 unit

e) Spuit siap pakai dalam partus set

3) Pakai celemek untuk menlindungi diri

4) Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air mengalir.

5) Pakai sarung tangan DTT

6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit

c. Memastikan pembukaan lengkap

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

anterior ke posterior menggunkan kapas DTT

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.

b) Buang kapas atau kasa pemebersih (terkontaminasi) dalam wadah

yang tersedia.
c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam

sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%. Langkah 9. Pakai sarung

tangan DTT/steril untuk melakukan langkah selanjutnya.

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaam lengkap.

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lepaskan sarung tangan

dalam keaadaan terbalik dan rendam dalam klorin selama 10 menit).

Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan tutup kembali partus

set.

10) Perikasa denyut jantung janin (DJJ setelah konteraksi uterus mereda

untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, djj, semua temuan

pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran.

11) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

cukup baik, kemudian bantu ibu menentukan posisi yang nyaman.

a) Tunggu timbulnya kontraksi atau rasa ingin meneran, lalu

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penetalaksana fase aktif) dan dokumentasi semua temuan yang

ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk


mendukung dan memberi semangat pada ibu.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa

ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi ini, ibu

diposisikan setengah duduk atau posisi yang dinginkan dan nyaman

bagi ibu.

13) Lakukan bimbingan meneran pada saat merasa ingin meneran atau

timbul kontraksi kuat:

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. Dukung

dan beri semangat pada saat meneran

b) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai keinginanan.

c) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

d) Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk ibu.

e) Berikan cukup asupan cairan seperti minum.

f) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

g) Segera rujuk bila bayi belum akan segera lahir setelah pembukaan

lengkap dan dipimpin meneran ≥120 menit (2 jam) pada

primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman.

e. Persiapan untuk melahirkan bayi

15) Letakkan handuk bersih di perut bawah ibu, jika kepala bayi sudah

membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.


16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan alat dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

f. Pertolongan untuk melahirkan bayi

19) Setelah kepala bayi tampak membuka vulva maka lindungi perineum

dengan satu tangan dilapisis dengan kain bersih dan kering, tangan

yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi

fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara

efektif atau bernafas cepat dan dangkal.

20) Periksa adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi), segera lanjutakn proses kelahiran bayi.

21) Setelah kepala bayi lahir, tunggu putaran paski luar yang berlangsung

secara spontan.

22) Setelah putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara bipariental.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk

melahiran bahu belakang. Lahirnya badan dan tungkai.

23) Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu

belakang, tangan uang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi

seta menjaga bayi terpegang dengan benar.

24) Setalah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki dengan

melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi lain.

g. Asuhan bayi baru lahir

25) Lakukan penilaian selintas:

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak aktif?

Jika “TIDAK”, lanjutkan ke langkah resutusasi pada bayi baru

lahir dengan asfiksia. Jika “YA”, lanjutkan ke-26

26) Keringkan tubuh bayi

Mulai dari bagian muka, kepala bagian tubuh lainnya tanpa

membersihkan verniks. Gantin handuk basah dengan handuk yang

kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian

bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua.

28) Beritahu ibu bahwa akan disuntikan oksitosin agar uterus berkontraski

dengan baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit di

1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan

oksitosin).

30) Setelah dua menit bayi lahir, jepit tali pusat dengan kelm kira-kira 2-3

cm dari pusar bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah yang lain
untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu, dan klem tali pusat pada

sekitar 2 cm distal dari klem pertama.

31) pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian

lingkarkan lagi benang dan ikat tali pusat dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga menempel di dada ibunya. Usahakan

kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah

dari puting susu ibu.

h. Manajemen aktif kala tiga persalinan

33) Pindahkan klem tali pusat sehingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Letakkan satu tangan di atas kain perut ibu untuk mendeteksi

kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk meneganggkan tali

pusat.

35) Pada saat uterus berkontraksi, teganggkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso

kranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik,

hentikan penengangan tali pusat dan tunggu timbul kontraksi


berikutnya kemudian ulangi kembali prosedur diatas.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu/suami untuk melakukan

simulasi puting susu.

i. Pengeluaran plasenta

36) Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka

lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya diteganggankan (jangan

ditarik secara kuat) sesuai dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah

sejejar lantai atas)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menengangkan tali pusat,

ulangi dengan pemberian oksitosin 10 unit IM. Jika plasenta tak

lahir selama 30 menit sejak lahir segera lakukan plasenta manual.

37) Saat plasenta muncul di vagina, lahirkan plasenta dengan kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban lahir dan

letakkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi.

a) Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual internal,


Kompresi Aorta Abdominal, Tampon Kondom Kateter) jika uterus

tidak berkontraksi dalam 15 detik setalah masases uterus.

j. Menilai pendarahan

39) Evaliasi kemungkinan pendarahan dan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserassi derajat 1 atau

derajat 2.

40) Periksa kedua sisi plasenta. Pastikan plasenta telah lahir lengkap .

Masukan plasenta ke dalam tempat khusus atau kantung plastik.

k. Asuhan pasca persalinan

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi pendarahan

pervaginaan.

42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi.

l. Evaluasi

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas air DTT

tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tissue atau

handuk yang bersih dan kerin.

44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40-60x/menit).

48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan cairan DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah

di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan klorin

0,5%, lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

49) Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan keluarga memberi ibu

makan dan minuman yang diinginkan. Bantu ibu memberikan ASI.

50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilass peralatan

setelah dekontaminassi

51) Buang bahan-bahan yang tekontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan ke dalam keadaan terbalik

rendam selama 10 menit.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk yang bersih dan kering.

55) Cuci kedua tangan bersih/DTT untuk memberikan vitamin K 1 mg

intramuscular di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis

infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran.


56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).

Pemeriksaan kondisi bayi tetap baik (pernapasan normal 40-60x/menit

dan suhu tubuh normal 36,5-37,5C) setiap 15 menit.

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan bawah lateral.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

dengan tissue atau handuk bersih dan kering.

60) Lengkap partograf (halaman depan dan belakang).

11. Laserasi Jalan Lahir

Laserasi jalan lahir adalah robekan yang terjadi pada perineum,


vagina, serviks, yang dapat terjadi secara spontan maupun akibat tindakan
manipulatif pada pertolongan persalinan. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya robekan jalan lahir, kita harus memeriksa perineum, vagina, dan
vulva. Tindakan manipulasi pada pertolongan persalinan yang biasanya
dilakukan adalah episiotomi. Episiotomi adalah suatu insisi pada perineum
yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput
dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan
kulit sebelah depan perineum (Yulizawaty, 2019).
Menurut JNPKR (2017) laserasi dibagi menjadi empat derajat,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Derajat I : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, biasanya
keadaan ini tidak perlu dijahit.
b. Derajat II : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, dan jaringan
perineum (perlu dijahit).
c. Derajat III : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum
dan sfingter ani.
d. Derajat IV : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum,
dan sfingter ani yang meluas hingga ke rektum. Ibu harus segera
dirujuk jika mengalami laserasi derajat ini.

12. Partograf

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau

keadaan ibu dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal JNPK-KR

(2017) menjelaskan tujuan partograf sebagai berikut:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam, menilai kualitas

kontraksi uterus dan penurunan bagian terbawah.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan.

3) Data pelengkap ini yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan dalam proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik serta asuhan atau tindakan yang dapat diverikan

dimana semua itu dicatatkan secra rinci pada status atau rekam medic

ibu versalian dan bayi baru lahir.


13. Tanda Bahaya Persalinan

a. Tanda bahaya persalinan kala I (Nurhayati, 2019):

1) Perdarahan pervaginam tetapi bukan lendir bercampur darah

(bloody show).

2) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).

3) Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental.

4) Ketuban pecah ≥24 jam

5) Tekanan darah ≥160/110 mmHg dan terdapat protein dalam urine

(preeklamsi berat).

6) Tali pusat menumbung.

b. Tanda bahaya persalianan kala II (Nurhayati, 2019) :

1) Tekanan darah ibu sistol <90 mmHg dan diastol >90 mmHg

2) Suhu ibu >38o, nadi ibu <90x/menit atau >110x/menit

3) DJJ <100x/menit atau >180x/menit

4) Tidak mengalami peningkatan yang signifikan atas kemanjuan

persalinan

5) Kontraksi tidak adekuat

c. Tanda bahaya persalinan kala III (Nurhayati, 2019):

1) Plasenta belum lahir >30 menit

2) Plasenta yang tidak lahir lengkap

3) Kontraksi uterus yang lemah, teraba lembek dan fundus uteri masih
tinggi

d. Tanda bahaya persalinan kala IV (Nurhayati, 2019):

1) Tekanan darah ibu < 90/60 mmHg, nadi > 100 x/menit, subu tubuh

ibu > 38oC

2) Kontraksi uterus yang lemah, teraba lembek, dan fundus uteri masih

tinggi.

C. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir merupakan bayi yang lahir dengan presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37-42 minggu dengan berat 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan

tanpa cacat bawaan (Sari dan Khotimah, 2020).

2. Tanda Bahaya BBL


Tanda bahaya bayi baru lahir adalaah sebagai berikut (Rahmawati,

2019):

a) Sulit bernapas dan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali permenit

b) Kulit bayi bewarna kuning, biru, pucat

c) Suhu tubuh bayi terlalu hangat lebih dari 38°C dan terlalu dingin

kurang dari 36°C

d) Tali pusat bewarna merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan

berdarah
e) Tidak BAK dan BAB selama 3 hari

f) Bayi mengalami kejang halus, tidak bisa tenang dan menangis terus

menerus.

3. Adaptasi Fisiologis BBL


Menurut Rahmawati (2019) adaptasi BBL terhadap Kehidupan di Luar
Uterus sebagai berikut:
a. Sistem Pernafasan
Pernapasan pada neonatus biasanya menggunakan pernapasan diafragma
dan abdominal sedangkan frekuensi dan dalamnya pernapasan biasanya
belum teratur. Pernapasan normal pada neonatus pertama kali dimulai
ketika kurang lebih 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini terjadi
sebagai akibat adanya aktivitas normal dari susunan syaraf pusat perifer
yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
b. Sistem kardiovaskuler
Perubahan kardiovaskular terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang menyatakan bahwa
darah akan mengalir pada daerah yang mempunyai resistensi yang kecil
c. Sistem Eliminasi
Neonatus harus buang air kecil dalam waktu 24 jam setelah kelahiran
dengan jumlah urine sekitar 20 – 30 ml/hari dan meningkat menjadi 100 –
200 ml/hari pada waktu akhir minggu pertama.
d. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada
hari ke dua, energi berasl dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu
kurang lebih hari ke enam pemenuhan kebutuhan energi bayi 60%
didapatkan dari lemak dan 40% didapatkan dari karbohidrat.
e. Peredaran darah
Setelah lahir, darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen
dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Fungsi paru-paru dijalankan oleh plasenta. Fetus tidak
mempunyai sirkulasi polmoner seperti sirkulasi pada orang dewasa.
f. Sistem gastrointestinal
Kapasitas lambung neonatus sangat bergantung pada ukuran bayi,
sekitar 30 – 90 ml. Pengosongan dimulai dalam beberapa menit pada saat
pemberian makanan dan selesai 2 – 4 jam setelah pemberian makan.
Mekonium yang ada dalam usus sejak 16 minggu kehamilan diangkat
dalam waktu 24jam pertama kehidupan dan benar dibuang dalam waktu
48 – 72 jam. Feses pertama berwarna kehijauan, kehitam-hitaman, keras
dan mengandung empedu.
g. Perubahan sistem reproduksi
Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora
mengaburkan vasi bulum dan menutupi klistoris. Pada laki-laki preptium
biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk dan testis sudah turun.

4. APGAR SCORE
Penilaian APGAR bertujuan untuk menilai bayi menderita asfiksia
atau tidak berikut penilaian APGAR dalam table.

Tabel 2.2 APGAR Score

Penilaian 0 1 2

Appeareance/ Biru,/pucat Tubuh merah Seluruh


warna kulit Ekstriminasi tubuh merah
biru
Pulse/nadi Tidak ada < 100x/menit > 100x/menit

Grimace/respon Tidak ada Menyeringai, Batuk/bersin


reflek sedikit
Penilaian 0 1 2

gerakan
Activity/tonus otot Lemah Ektreminitas Gerakan aktif
sedikit fleksi
Respiratory/ Tidak ada Lambat, Menagis kuat
pernapsan
(Sumber: Fitriana dan Nurwiandani, 2019).

5. ASI Ekslusif
Pemberian ASI Ekslusif berarti bayi hanya boleh minum ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman lain selama 6 bulan usia bayi. ASI juga
memberikan banyak manfaat seperti ASI melindungi bayi dari banyak
penyakit termasuk diare, pneumonia, diabetes dan kanker, menyusui dapat
membantu rahim ibu berkontraksi setelah kelahiran dan memperlambat
pendarahan (Sutanto dan Fitriana, 2019).

6. Pemberian Salf Mata

Salf mata diberikan untuk melakukan pencegahan infeksi mata


diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu (1 jam
setelah lahir). Pencegahan infeksi mata tersebut mengandung Tetrasiklin
1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efektif
jika diberikan > 1 jam setelah kelahiran (JNPK, 2017).

7. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah bayi dilahirkan

karena 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis B dan resiko

terjadinya transmisi maternal. Pemberian iminuasi ini secara IM pada


saat lahir sampai usia 2 bulan dengan dosis 10 mg (0,5ml) (Sinta B dkk,

2019).

8. Pemberian Vitamin K

Vitamin K diberikan menggunakan spuit 1ml lalu disuntikan secara


IM pada paha kiri bayi bagian anterolateral sepertiga tengah sebanyak
1mg (0,5 ml), setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk
mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan pada BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL (JNPK, 2017).

9. Perawatan Tali Pusat


Adapun beberapa cara perawatan tali pusat yaitu (Fitriana dan
Nurwiandani, 2019):
a) Pastikan tali pusat dalam kedaan kering
b) Ketika membersihkan tali pusat pastikan tangan dalam kedaan bersih
c) Bersihkan tali pusat minimal dua kali sehari
d) Tali pusat tidak boleh ditutup rapat agar tidak lembab dan gunakan
kassa kering dan steril

D. Konsep Dasar Nifas


1. Pengertian Nifas
Nifas merupakan masa pasca persalinan berakhir sampai keadaan
organ repsroduksi kandungan Kembali pulih normal seperti kedaan
sebelum hamil yang diberlagsung dari 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan (Juliastuti dkk, 2021).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a) Untuk memantau perkembangan kesehatan ibu dan bayi baik secara
fisik maupun psikologis
b) Memberikan Pendidikan kesehatan seperti tentang mibilisasi, personal
hygiene, senam nifas, nutrisi, menyusui, perawatan payudara,
perawatan bayi serta imuniasi bayi (Juliastuti dkk, 2021).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini terjadi secara
berangsur-angsur dan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.
(Dewi,2019)
Selain organ reproduksi, beberapa perubahan fisiologis yang terjadi
selama masa nifas sebagai berikut:

1. Uterus

Merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot,


berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar
telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan
tebalnya sekitar 2,5 cm. letak uterus secara fisiologis adalah
anteversiofleksio. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu : fundus uteri, korpus
uteri dan serviks uteri. Dinding uterus terdiri dari otot polos dan tersusun
atas 3 lapis, yaitu :

a. Perimetrium, yaitu lapisan terluar yang berfungsi sebagai pelindung


uterus.

b. Miometrium, yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi untuk
kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kembali kebentuk
semula setiap bulannya.

c. Endometrium, merupakan implementasi yang kaya akan sel darah


merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka dinding endometrium akan
meluruh Bersama dengan sel ovum matang.

2. Serviks

Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga


disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan
saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju
saluran vagina pada saat persalinan.

3. Vagina

Merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan tubuh


bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain
dengan ukuran Panjang kurang lebih 6,5 cm dan kurang lebih 9 cm.
bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat dan disebut rugae.

Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Lochea rubra

Timbul pada hari 1-2 postpartum, yang terdiri dari darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks caseosa, lanugo
dan meconium.

b. Lochea sanguilenta

Timbul pada hari ke 3 sampai sampai dengan hari ke 7 postpartum


karakteristik lochea sanguilenta berupa darah bercampur lendir.

c. Lochea serosa

Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu


postpartum.

d. Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Pada primipara, menjadi orangtua merupakan pengalaman tersendiri dan
dapat menimbulkan stress apabila tidak ditanggani dengan segera.
Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan
adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik. Perubahan
hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut
mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas.
(Dewi, 2019)

5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Adapun kebutuhan dasar ibu nifas sebagai berikut (Rukiyah dan
Yulianti, 2020):
1) Nutrisi dan cairan
Ibu nifass ebainya mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap
hari, makan dengan makanan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari serta minum kapsul Vit
A (200.000 U) agar bisa memberikan Vit A pada bayinya ketika
menyusui.
2) Ambulasi
Ambulasi berguna untuk mencegah thrombosis pada ibu nifas
yang bertujuan untuk membantu menguatkan otot-otot perut dengan
begitu bentuk tubuh tetap baik, otoot dasar mengencang begitu juga
dengan pinggul serta memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
3) Eliminasi
Terkadang ibu nifas kesulita untuk mengosongkan kandung
kemih karena adanya rasa sakit, memar pasca persalinan. Ibu bisa
melakukan BAK/BAB menggunakan pispot diatas tempat tidur jika
tidak sanggup ke kamar mandi
4) Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan seluruh
tubuh terutama daerah kelamin. Setiap buang air kecil dan besar ibu
membersihkan diri daerah kemaluan, mengganti pembalut setidaknya
2 kali sehari, mencuci tngan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
5) Istirahat
Kurang istirahat akan mempengaruhu produksi ASI pada ibu,
disarankan ibu nifas untuk istirahat yang cukup untuk mencegah rasa
kelelahan yang berlebihan.
6) Seksual
Secara fisik ibu nifas aman jika ingin melakukan hubungan
seksual ketika darah merah berhenti keluar dari vagina ibu serta tanpa
adanya rasa nyeri.

6. Tanda Bahaya Nifas


a) Ibu mengalami demam lebih dari 2 hari
b) Terjadi perdarahan lewat jalan lahir
c) Keluarnya cairan yang bau dari jalan lahir
d) Payudara bengkak, merah dan disertai rasa sakit
e) Ibu terlihat sedih, murung, dan menangis
f) Bengkak pada wajah, tangan, dan kaki
g) Sakit kepala dan kejang-kejang (Kemenkes RI, 2020).

7. Kunjungan Nifas
a) Kunjungan pertama yaitu 6 jam-2 hari setelah persalinan
b) Kunjungan kedua yaitu 3-7 hari setelah persalinan
c) Kunjungan ketiga yaitu 8-28 hari setelah persalinan
d) Kunjungan keempat yaitu 29-42 hari setelah persalinan (Kemenkes RI,
2020).

E. Konsep Dasar Neonatus


1. Pengertian Neonatus
Rukiyah dan Yulianti (2019) mengatakan neonatus merupakan bayi
yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan yang harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstra uterine
kemudian beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologi.

2. Imunisasi pada Nonatus


a) BCG
Imunisasi ini diberikan pada umur bayi sebelum 2 bulan
dengan dosis 0.05 ml diberikan secara intrakutan (Sinta B dkk, 2019).
b) Polio
Imunisasi polio 1, 2, dan 3 dilakukan dengan memberikan 2 tetes per
oral (0,1 ml) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi
polio diberikan 4 kali. Imunisasi ulang diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio 4, umur 5-6 tahun, dan umur 12 tahun (Sinta B dkk,
2019).
c) Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah bayi dilahirkan
karena 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis B dan resiko
terjadinya transmisi maternal. Pemberian iminuasi ini secara IM pada
saat lahir sampai usia 2 bulan dengan dosis 10 mg (0,5ml) (Sinta B
dkk, 2019).
d) Campak
Imunisasi campak kegunaannya untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit campak. Tempat penyuntikkan pada lengan kiri atas
) (Sinta B dkk, 2019).

e) DPT

Imunisasi DPT bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap


penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Tempat penyuntikkan di paha
bagian luar (Sinta B dkk, 2019).

3. Jadwal Pemberian Imunisasi


1) Umur 0 bulan : Hepatitis B
2) Umur 1 bulan : BCG, Polio 1
3) Umur 2 bulan : DPT-HB-Hib 1, Polio 2
4) Umur 3 bulan : DPT-HB-Hib 2, Polio 3
5) Umur 4 bulan : DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
6) Umur 9 bulan : Campak/MR
7) Umur 18 bulan : DPT-HB-Hib lanjutan dan campak/MR
lanjutan (Kemenkes RI, 2020).

1. Kebutuhan Neonatus
1) Makan dan minum
Bayi hanya memerlukan ASI selama 6 bulan pertama.
Pemberian makanan tambahan akan menyebabkan gangguan tidur dan
reaksi alergi. Bayi merasa lapar setiap 2 sampai 4 jam sekali dalam 24
jam. Untuk membantu bayi menyesuaikan diri, bangunkan bayi untuk
makan setiap 2-4 jam ketika ibu terjaga (Rukiyah dan Yulianti, 2019)

2) BAK/BAB
Bayi bisa buang air besar 1-4 kali sehari, sedangkan buang air
kecil lebih sering yaitu 4-5 kali sehari (Rukiyah dan Yulianti, 2019).

3) Tidur
Bayi memerlukan banyak tidur, yaitu 16-18 jam perhari.
Ciptakan suasana yang tenang dan kurangi gangguan atau rangsangan
supaya kebutuhan tidur bayi terpenuhi (Rukiyah dan Yulianti, 2019).

2. Tanda Bahaya Neonatus


1. Tali pusat bewarna kemerahan, bau dan bernanah
2. Demam atau panas tinggi
3. Diare, muntah-muntah
4. Kulit dan mata bayi bewarna kuning
5. Kejang dan sesak napas
6. Tidak mau menyusu (Kemenkes RI, 2020).
3. Kunjungan Neonatus
a) 0-6 jam setelah lahir
b) 6-48 jam setelah lahir (KN I)
c) Hari ke 3-7 setelah lahir (KN II)
d) Hari ke 8-28 setelah lahir (KN III) (Kemenkes RI, 2020).

F. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan upaya yang dilakukan untunk
meningkatkan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
Bahagia dan sejahtera (Jitowiyono dan Rouf, 2020).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Jannah dan Rahayu (2019) mengatakan tujuan dari KB adalah sebagai

berikut:

a. Tujuan Umum, yaitu membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan

kekuatan sosial dan ekonomi keluarga dengan cara meningkatkan

pengaturan kelahiran anak sehingga terwujudnya keluarga yang

bahagia dan sejahtera.

b. Tujuan Khusus, yaitu memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan hidup

ibu, anak, keluarga dan bangsa, meningkatkan pelayanan KB yang

berkualitas, mengurangi angka kelahiran anak, dan menurunkan angka

kematian ibu,bayi dan anak serta mengatasi masalah kesehatan

reproduksi.

3. Konseling KB

a. Pengertian Konseling KB

Konseling KB ialah suatu proses pertukaran informasi dan interaksi


positif antara klien dan petugas yang bertujuan untuk membantu klien
klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat
keputusan yang sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi (Jannah
dan Rahayu, 2019).
b. Tujuan Konseling KB

1) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi


2) Memilih metode KB
3) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif
4) Mempelajari tujuan dan ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia
(Jannah dan Rahayu, 2019).
c. Langkah-langkah Konseling KB

Langkah-langkah konseling sebagai berikut (Rokayah dkk, 2021):

1) SA : Sapa dan salam

a) Sapa klien secara terbuka dan sopan.

b) Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi klien.

c) Bangun percaya diri klien.

d) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa

yang dapat diperolehnya.

2) T : Tanya

a) Tanyakan informasi tentang dirinya.

b) Bantu klien untuk bicara pengalaman tentang KB dan kesehatan

reproduksinya.

c) Tanyakan kontrasepsi apa yang ingin digunakan.

3) U : Uraikan

a) Uraikan kepada klien mengenai pilihannya.

b) Bantu klien mengenai jenis kontrasepsi yang diinginkan dan

jelaskan juga yang lainnya.

4) TU : Bantu

a) Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya.
b) Tanyakan apakah pasangan mendukun pilihannya.

5) J : Jelaskan

a) Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.

b) Jelaskan bagaimana penggunaannya.

c) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi.

6) U : Kunjungan Ulang

a) Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan

atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

4. Metode Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Alamiah
1) Metode Kalender
Metode ini menggunakan prinsip pantang berkala yaitu tidak
boleh melakukan hubungan seksual pada masa subur sang istri.
Cara tersebut mudah dilakukan tetapi tidak cocok untuk
perempuan yang menstruasinya tidak teratur (Jitowiyono dan
Rouf, 2020). Adapun kelebihan dan kekuarangan penggunaannya:
a. Kelebihan : mudah digunakan, lebih sehat daripada metode KB
lain, tanpa biaya, tidak mengganggu pada saat melakukan
hubungan seksual.
b. Kekurangan : lupa masa subur, harus teliti dalam menghitung
siklus menstruasi, tidak bisa melakukan hubungan seksual
ketika masa subur, tidak efektif untuk perempuan yang
menstruasinya tidak teratur.
2) Suhu basal
Metode ini dijadikan patokan masa aman, menjelang ovulasi
suhu basal tubuh akn turun dan setelah ovulasi akan naik lagi
sampai lebih tinggi daripada sebelum ovulasi. Untuk menentukan
masa yang aman suhu basal harus dicatat dengan teliti setiap pagi
setelah bangun tidur atau sebelum melakukan aktivitas (Jitowiyono
dan Rouf, 2020). Adapun kelebihan dan kekurangan metode ini:
a. Kelebihan : sederhana tanpa biaya, meningkatkan pengetahuan
masa subur
b. Kekurangan : pengukuran suhu basal harus dilakukan pada
waktu yang sama, harus teliti

3) Lendir serviks

Metode lendir serviks merupakan metode dengan cara


mengenali masa subur dengan mengamati lendir serviks dan
pantang bersenggaman pada masa subur (Jannah dan Rahayu,
2019).
a. Kelebihan: mudah digunakan, tanpa biaya
b. Kekurangan : tidak cocok untuk perempuan yang tidak
menyukai menyentuh alat kelamin, tidak efeketif jika
digunakan sendiri tanpa kombinasi metode kontrasepsi lain
4) Simptotermal

Metode ini mengidentifikasi masa subur wanita dari siklus


menstruasinya. Metode ini lebih akurat memprediksikan
dibandingkan dengan hanya menggunakan satu metode. Metode
ini mengamati indicator kesuburan dengan perubahan suhu basal,
lender serviks dan kalender (Jannah dan Rahayu, 2019).
a. Kelebihan : tidak ada efek fisik, aman, ekonomis, dapat
langsung dihentikan
b. Kekurangan : kurang efektif, diperlukan Kerjasama pasangan
suami istri, tidak cocok untuk Wanita yang mempunyai bayi
dan konsumsi alcohol
5) MAL (Metode Amenore Laktasi)

Metode ini dengan mengandalkan pemberian ASI secara


ekslusif. Metode ini secara alamiah karena tidak dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain dan dilakukan oleh ibu yang
menyusui bayinya secara penuh, umur bayi kurang dari 6 bulan
dan belum menstruasi (Jannah dan Rahayu, 2019).
a. Kelebihan : mudah digunakan, tanpa biaya, mengurangi resiko
anemia
b. Kekurangan : hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah
melahirkan, belum mendapatkan haid, dan menyusui secara
ekslusif serta tidak melindungi dari penyakit menular seksual.

b. Metode Sederhana Dengan Alat


1. Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari


berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan (Jannah dan Rahayu, 2019).

a) Kelebihan : mencegah penularan penyakit seksual, mudah


digunakan, harga terjangkau

b) Kekurangan: mudah robekjika tidak digunakan dengan benar,


saat digunakan kemungkinan tidak bisa menahan ereksi
c. Metode Modern Hormonal
1. Pil oral kombinasi
Kontrasepsi yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan dari hormon estrogen dan progesterone (Jitowiyono dan
Rouf, 2020).
a) Kelebihan : tidak mengganggu hubuungan seksual, mudah
digunakan, bisa dihentikan setiap saat
b) Kekurangan : harus diminum setiap hari pada jam yang sama,
kemungkinan berat badan naik, tidak melindungi dari penykit
menular seksual
2. Suntik
Suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang paling disukai
daripada alat kontrasepsi lainnya. Ada dua jenis suntik KB yaitu 1
bulan dan 3 bulan (Jitowiyono dan Rouf, 2020).
a) Kelebihan : mudah digunakan, tidak memepengaruhi produksi
ASI, dapat digunakan oleh perempuan diatas usia 35 tahun
b) Kekurangan : kemungkinan terjadi gangguan haid, tidak
memberikan perlindungan terhadap IMS, perubahan pada berat
badan.
3. Implant
Implant merupakan alat kontrasepsi hormonal janga Panjang.
Ada dua jenis implant yaitu normplant dan Implanon. Norplant
berjangka 5 tahun yyang terdiri atas 6 batang kapsul kecil
sedangkan Implanon berjangka 3 tahun (Jitowiyono dan Rouf,
2020).
a) Kelebihan : mudah digunakan, dapat dihentikan setiap saat,
tidak mengganggu kegiatan seksual, tidak mempengaruhi
produksi ASI, berefek jangka panjang
b) Kekurangan : tidak memberikan perlindungan IMS,
pemasangan dan pencabutan tidak bisa dilakukan sendiri, pola
haid tidak teratur.
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/IUD
AKDR memiliki banyak jenis seperti spiral, delcon sield,
lippes loop, M.IUCD, multi load, medusa dan cooper T. tingkat
keefektifan kontrasepsi ini sangat tinggi dengan komplikasi yang
ringan serta penggunaan alat kontrasepsi dipasangkan ke dalam
rongga rahim (Jitowiyono dan Rouf, 2020).
a) Kelebihan : mencegah kehamilan jangka panjang, mudah
digunakan,dapat di lepas setiap saat
b) Kekurangan : tidak mencegah penularan IMS, pemasangan dan
pelepasan memerlukan tindakan medis

G. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan


Komponen SOAP dalam catatan kebidanan terdiri atas (Aisa, dkk, 2018; Anita
dkk, 2021) :
a. Subjektif
Data yang tercantum pada komponen S ini adalah hasil dari inspeksi yang
melibatkan indera penglihat, pencium, dan pendengaran. Jadi untuk
memperoleh data subjektif, salah satunya adalah dengan cara mendengar.
Data yang terfokus dan menyeluruh pada “S” ini diawali dari keluhan utama
atau alasan pasien dalam menghubungi/datang ke bidan. Setelah itu, melalui
kepiawaian bidan, bidan mulai menggali data yang terkait dengan keluhan
pasien. Data tersebut termasuk riwayat sehat sakit secara umum, riwayat
kebidanan, riwayat kesehatan reproduksi, baik yang diketahui oleh pasien dan
dari rekam medik.
b. Objektif
Data O ini merupakan fakta-fakta nyata yang didapat dari hasil inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi serta data O juga didapat dari hasil
pemeriksaan. Data ini digali dari pengembangan data S oleh sebab itu data S
sangat berperan penting dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan. Pada umumnya, jenis pemeriksaan dalam asuhan kebidanan terdiri
dari : pemeriksaan umum yang sering dikenal dengan pemeriksaan tanda-tanda
vital, antropometri, dan head to toe.
Data O selain diperoleh dari interaksi dengan pasien/keluarga/ pendamping
pasien juga dapat diperoleh dari rencana pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan
lanjutan ini pada umumnya didapat dari hasil pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan oleh bidan sendiri sesuai wewenangnya atau melalui
kolaborasi.
c. Assessment
Merupakan rangkuman dari kondisi pasien yang segera dilakukan dengan
mengenal memprediksikan diagnosis yang berbeda karena adanya tanda-tanda
yang mungkin sama dengan diagnosis utama. Diagnosis-diagnosis ini dapat
disusun mulai dari yang temuan data yang paling beralasan sampai yang
alasannya paling sedikit. Bagi bidan assessment cukup didefinisikan sebagai
kesimpulan dan kondisi pasien yang akan diintervensikan.
d. Plan
Plan atau rencana harus ideal dan sesuai standar prosedur operasional (SPO)
dan di dalamnya terdapat tujuan, saran, dan tugas-tugas intervensi.
Mengingat “P” merupakan bagian yang menjadi tanggung jawab bidan untuk
membantu pemecahan masalah pasien, kita dapat menyimpulkan bahwa “P”
harus ideal yang harus mengandung unsur :
a.) Informasi
Setiap kesimpulan kondisi pasien (P) harus diklarifikasi terlebih dahulu
kepada pasien. Hal ini untuk mencegah salah persepsi antar pasien dan bidan.
b.) Perihal untuk mendapatkan data tambahan.
Hal ini dikarenakan bidan masih membutuhkan data tambahan untuk
memastikan kondisi pasien.
c.) Edukasi
Edukasi adalah hal yang paling sering dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan karena bidan mahir dilahan normal dan berorientasi pada promotive
dan preventif dalam meningkatkan serajat kesehatan ibu dan anak.
d.) Tindakan
Tindakan ini merupakan prosedur kerja bidan dalam mengatasi atau
membantu masalah pasien baik preventif maupun kuratif, seperti pertolongan
persalinan, menyuntik imunisasi, penanganan awal kegawat daruratan, dan
sejenisnya.
e.) Lembar dokumentasi
Setelah SOAP tertulis langkah selanjutnya adalah menulis lembar
implementasi. Lembar ini diperlukan karena SOAP yang merupakan catatan
rencana asuhan pasien harus di implementasikan dalam tindakan nyata yang
mengacu pada standar prosedur operasional (SPO).

H. Spiritual dan Spiritualitas


1. Pengertian spiritual
Spiritual menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani, batin. Spiritual berkenaan
dengan hati, jiwa, semangat, kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain,
dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Spiritual meliputi kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi, dan
keikhlasan, sebagai wujud aktualisasi hubungan dengan Tuhan. Spiritual juga
disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan
dengan orang lain, dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik,
ramah, menghormati dan menghargai setiap orang untuk membuat perasaan
senang seseorang. Spiritual adalah sebuah kehidupan, tidak hanya doa,
mengenal dan mengakui Tuhan (Bown & Williams, 1993; Hamid, 1999;
Nelson, 2002).
Mickey (1992) menguraikan spiritual sebagai suatu yang multidimensi
yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus
pada tujuan dan arti kehidupan, dimensi agama lebih fokus pada hubungan
seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual juga sebagai konsep dua
dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Than Yang Maha Tinggi
yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah
hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan lingkungan. Spiritualitas
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan fisik, perasaan, pikiran dan
hubungan diantara ketiganya. Dimensi spiritual mencoba menjadi selaras
dengan alam semesta, berusaha menjawab tentang yang tidak terbatas, dan
menjadi fokus sandaran pada saat stres emosional, penyakit fisik dan mental,
kerugian, kehilangan dan kematian (Ellison, 1991; Murray & Zentner, 1989;
Passiak, 2012b).
Spiritualitas adalah faktor kultural penting yang memberi struktur dan arti
pada nilai manusia, perilaku dan pengalamannya (Asy'arie, 2012). Spiritualitas
adalah dimensi yang dalam dari kehidupan suatu agama, menjadi substansi dari
ajaran suatu agama. Spiritualitas bukan suatu agama, tetapi spiritualitas agama
sebenarnya menyatu dalam spiritualitas manusia, dan berada dalam dimensi
batin kepribadiannya, menjadi kekuatan yang tak pernah kering untuk selalu
bersyukur atas nikmat-Nya, menjadikan dirinya tenang dan tidak takut
sedikitpun terhadap berbagai ancaman, tidak pernal kehilangan harapan dalam
kehidupan yangpenuh pergolakan, dan ter us mendorongnya untuk tidak pernah
putus asa melakukan penyempurnaan dalam kehidupannya.

2. Faktor yang mempengaruhi spiritual


a). Tahap perkembangan
Perkembangan bahasa, sifat dan ciri kepribadian telah dimulai sejak
berfungsinya panca indera. Sejak bayi dilahirkan apa yang didengar, dilihat,
dicium, dan diraba akan disimpan dalam memori dan akan terus berkembang
dalam menjalani tahap tumbuh kembang berikutnya. Konsep baik buruk,
boleh atau tidak, pantas atau tidak, sudah mulai dipelajari pada fase ini,
termasuk konsep spiritualitas seseorang. Keluarga adalah tempat yang
pertama dan utama dalam proses sosialisasi anak (Yusuf, 2015).
b). Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu
Setiap manusia menginginkan anak dan keturunannya menjadi lebih unggul
dari dirinya. Berbagai upaya dilakukan untuk mendidik, mengajari,
mempertahankan dan meningkatkan konsep sukses dalam hidup. Ada begitu
banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan, kehidupan beragama,
berperilaku kepada orang lain, bahkan kchidupan untuk diri sendiri.
c.) Latar belakang etnik dan budaya
Etnik adalah seperangkat keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat tertentu. Kelompok ini akan membangun sebuah
budaya SOsial sesuai dengan ide, gagasan, dan hasil karya yang diperoleh
dari pengalaman belajar dan tatakrama yang dikembangkan. Budaya
mrupakan suat yang kompleks, menyeluruh dari unsur pengetahuan, seni,
kepercayaan, moral, hukun maupan adat istiadat.
d.) Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Hikayat tanpa risalah, hanya mereka
yang mau memahami, merenung dan berpikir akan menemukan hikmah,
mengambil pelajaran dari pengalaman yang telah dilalui. Pengalaman hidup
baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang
dan sebaliknya juga dipengaruhi ole bagaimana seseorang mengartikan
secara spiritual pengalaman tersebut.
e) Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan atau bahkan melemahkan keadaan
spiritual sescorang:. Tergantung sikap positif atau negatif yang biasa
dikembangkan. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
pen deritaan, prose? pentan, Kehilangan dan bahkan kematian.
f.) Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu
merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan
sosial. Kebiasaan hidup sehari hari juga berubah, antara lain tidak dapat
menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat
berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan
dukungan setiap saat dinginkan.
g.) Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan. Kepercayaan ini akan membangun sebuah effilkasi,
keyakinan apakah penyakit ini merupakan sebuah fenomena karena
kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dasar harian, atau karena faktor lain.
Keyakinan ini akan membangun sebuah model kepercayaan kesehatan,
menentukan upaya mencari pengobatan, dan semangat untuk
mengembangkan pola hidup sehat.

BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Metode Studi Kasus


Dalam penyusunan proposal laporan tugas akhir ini, metode studi kasus yang
digunakan oleh penulis adalah pendekatan manajemen kebidanan dimulai saat
kehamilan sampai masa nifas (ANC, INC, Nifas, BBL, Neonatus, KB)
menggunakan catatan perkembangan SOAP, subjektif, objektif, Asessment dan
Plan ( Aisa, dkk, 2018; Anita dkk, 2021).

B. Lokasi pengambilan studi kasus


Pengambilan studi kasus ini dilakukan di PMB

C. Sasaran pengambilan studi kasus


Subjek pengambilan kasus ini pada Ny

D. Waktu pengambilan kasus


Waktu yang digunakan dalam pengambilan studi kasus dilakukan pada tanggal

E. Teknik pengambilan studi kasus


1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden
yang menjadi objek dalam proposal ini.
a. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung pada pasien serta anamnesa yaitu cara
pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien
(Auto anamneses) maupun tak langsung pada orang tua atau sumber lain
(Allo anamneses). Hasil wawancara di dokumentasikan di format SOAP
yaitu didata subjektif.
b. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Kebidanan
Pemeriksaan fisik merupakan pemeiksaan tubuh untuk menemukan
kelainan dari suatu sistem atau organ tubuh, meliputi keadaan umum,
kesadaran, tinggi badan, berat badan saat ini dan sebelum hamil. Lingkar
lengan atas (LILA), tanda-tanda vital, inspeksi, palpasi abdomen auskultasi,
pemeriksaan genetalia, ekstremitas atas dan bawah. Hasil pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan kebidanan di dokumentasikan di format SOAP yaitu didata
objektif.
c. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi pemeriksaan laboratorium yaitu hemoglobin (Hb), protein urine,
glukosa urine.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
responden. Data sekunder ini dapat diperoleh dari Bidan dengan rekapan pasien
kebidanan di Praktik Mandiri Bidan Instrumen Pengambilan Data
1. Format pengkajian data dan format SOAP ANC, INC, BBL, Nifas, dan
Neonatus.
2. Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ANC yaitu timbang berat
badan, pengukur tinggi badan dewasa, sfignomanometer (tensi meter),
thermometer, stetoskop, arloji, alat tulis, pen light (senter), LILA, tongspatel,
hammer, doppler.

BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN SOAP

Pertemuan ke 1 (kontak pertama) ANC ke 1 di PMB


Pengkajian Ante Natal Care Dilakukan Pada :
a.Tempat : PMB Ellna
b. Hari / tanggal : Kamis/9 Juni 2022
c. Pukul : 14.00 WIB
d. Pengkaji : Mahasiswi “P”
e. Pembimbing Klinik : Bidan “E”

A DATA SUBJECTIVE
.
1. IDENTITAS KLIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama ibu : Ny “P” Nama Suami : Tn “A”
Umur : 26 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Status : Menikah
Pendidikan : SMA Agama : Islam
Alamat : Jl. Letda Lrg. Bakti Pendidikan : SMA
No.Telp/Hp : 089797xxxxxx Alamat : Jl. Letda Lrg. Bakti
Gol Darah : AB No.Telp/Hp : 089797xxxxxx
2. Alasan kunjungan/keluhan utama :
Ibu datang ke PMB mengatakan ingin memeriksakan kehamilan dengan keluhan
mual dan muntah, mengaku hamil anak ketiga
3. Keluhan lain yang berhubungan dengan kesehatan saat ini :
Tidak Ada
4. Riwayat Haid
HPHT : 20 Maret 2022
TP : 27 Desember 2022
Siklus Haid : ± 28-30 hari
Masalah lain yang pernah dialami : tidak ada
5. Riwayat Perkawinan
Umur saat menikah : 21 tahun
Lamanya Menikah : 5 tahun
Pernikahan Ke :1
6. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas Yang lalu
No Tahu Umur Tempat Jenis Penolon Masa JK BB Keada
n Kehami Partus Persalin g nifas an
Partu lan an Persalina anak
s n sekara
ng
1. 2018 39 Klinik Normal Dokter Baik LK 3200 g Hidup
minggu
2. 2020 38 PMB Normal Bidan Baik PR 3000 g Hidup
minggu
5. Keha
milan
saat
ini

7. Riwayat Kehamilan saat ini:


a. Kunjungan yang pertama
8. Riwayat Imunisasi TT :
Ya: 2 kali hamil anak ketiga (TT 1 tgl 03 Okt 2022, TT 2 tgl 04 Nov 2023)
9. Riwayat Penyakit/ Operasi yang lalu
Tidak ada

10 Riwayat Yang Berhubungan Dengan Masalah Kesehatan Reproduksi:


Tidak ada
.
11 Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Ya : a. Jenis Kontrasepsi : suntik 3 bulan
.
b. Lama Penggunaan : 2 tahun
c. Alasan dilepas/ dihentikan : Ingin punya anak lagi
d. Komplikasi/masalah : Tidak ada
12 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
.

13 Masalah Pemenuhan Kebutuhan Sehari- hari


Tidak ada
.

14 Masalah Dukungan Psikososial


Tidak ada
.
B. DATA OBJECTIVE
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Tampak baik
Tanda-tanda vital
TD 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Pernafasan 20x/menit
Suhu 36,5°C
LILA 26 cm
BB sebelum hamil 48 kg
BB saat ini 48 kg
TB 158 cm
IMT 19,22
2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan kebidanan/masalah kesehatan
a. Kepala
Rambut Bersih, distribusi merata
Kulit kepala Bersih, tidak ada lesi
Wajah Normal tidak ada cloasmagravidarum,
tidak ada edema
Sklera Tidak ikterus
Konjungtiva Tidak anemis
b.Leher
Kelenjar Tiroid Tidak teraba pembesaran
c. Abdomen
TFU Belum teraba
Presentasi Belum teraba
Penurunan Belum di lakukan pemeriksaan
DJJ Belum dilakukan pemeriksaan
Kontraksi uterus Tidak ada
d.Ekstremitas atas dan bawah
Edema Kanan (-), kiri (-)
Varices Kanan (-), kiri (-)
Reflex patella Kanan (+), kiri (+)
e. Pemeriksaan Anogenetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan

f. Pemeriksaan Penunjang
Darah:
Hb Belum dilakukan pemeriksaan

Gol. Darah (AB) dari buku KIA


Urine Tidak dilakukan pemeriksaan

C. ASSESSMENT

G3P2A0
Usia kehamilan 7-8 minggu dari HPHT
IMT 19,22
TTV dalam rentang normal
Kenaikan BB belum ada selama kehamilan

D. PLAN Petugas
1. Berikan KIE Mandiri:
V Ibu a. Menginformasikan ibu hasil
assessment bahwa kondisi ibu
V
Suami dn janin dalam keadaan sehat
b. Menganjurkan ibu untuk
-
Keluarga memakai aroma terapi yang
bisa menghilangkan rasa mual
c. Memberitahu ibu untuk
minum obat anelat dengan
1x10 tablet diminum 1x sehari
d. Menganjurkan ibu untuk
makan sedikit tapi sering dan
mengurangi konsumsi
makanan dengan bau
menyengat yang memicu rasa
mual
e. Menganjurkan ibu untuk
makan dengan menu makanan
yang dianjurkan dengan
bantuan buku KIA
f. Menginformasikan ibu
tentang tanda bahaya
kehamilan TM I yang
mungkin terjadi
Kolaborasi: -
2. Pemeriksaan Mandiri: Pemeriksaan fisik head
to toe
Kolaborasi: -
Rujukan: -
3. Tindakan Mandiri:
a. Memberikan obat anelat 1x10
tablet

Kolaborasi: -
Rujukan: -
4. Kunjungan Ulang Merencanakan kunjungan ANC
berikutnya.

E. Tanggal/ IMPLEMENTATION Tanda Tanda


Waktu tangan Tangan
Petugas Klien
1. Berikan KIE a. Menginformasikan hasil assessment
V Ibu pada ibu, bahwa kondisi ibu dan
janin sehat
V
Suami b. Menganjurkan ibu untuk memakai
aroma terapi yang bisa
-
menghilangkan rasa mual seperti
Keluarga freshcare/minyak kayu putih
c. Memberitahu ibu untuk minum
obat obat anelat 1x10 tablet
diminum 1x sehari dan
memberitahukan manfaat obat yang
diberikan
d. Menganjurkan ibu untuk makan
sedikit tapi sering dan mengurangi
konsumsi makanan dengan bau
menyengat yang memicu rasa mual
e. Menganjurkan ibu untuk makan
dengan menu makanan yang
dianjurkan dengan bantuan buku
KIA
f. Mengingatkan kembali tanda-tanda
bahaya kehamilan TM I yang
mungkin terjadi seperti perdarahan,
mual muntah berlebihan, sakit
kepala yang hebat

2. Pemeriksaan -
3. Tindakan - Memberikan obat anelat 1x10 tablet

4. Kunjungan Menganjurkan ibu untuk kunjungan


Ulang ulang dua bulan berikutnya atau dapat
dilakukan lebih cepat bila mengalami
masalah kesehatan lainnya.

E. EVALUATION
Ibu tampak antusias saat proses KIE:
- Bersedia minum obat yang diberikan oleh Bidan
- Mau mencoba menu yang dianjurkan dibuku KIA
- Mampu menjawab tentang tanda bahaya kehamilan TM I yang mungkin
terjadi
- Menyepakati kunjungan ulang tanggal 09 Agustus 2022 dan berjanji untuk
segara ke faskes bila mengalami keluhan atau masalah kesehatan lainnya.

SOAP PERKEMBANGAN

Pertemuan ke 2 (kontak kedua) dengan Mahasiswi, kunjungan ANC ke 3


Pengkajian Ante Natal Care Dilakukan Pada :
a. Tempat : PMB Ellna
b. Hari / tanggal : Senin, 03 Oktober 2022
c. Pukul : 10.00 WIB
d. Pengkaji : Mahasiswi “P”
e. Pembimbing Lahan : Bidan “E”, Pembimbing Akademik : Dosen “E”

A. DATA SUBJECTIVE
Ibu datang ingin ANC rutin kunjungan ke 3, usia kehamilan 4 bulan, tidak
ada keluhan, obat anelat habis
B. DATA OBJECTIVE

1. Keadaan umum : tampak baik


BB saat ini : 57 kg
Tanda-tanda vital
2. TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
3. Kepala dan Wajah
Rambut : Bersih
Kulit Kepala : Bersih, tidak ada lesi
Wajah : Normal tidak ada cloasmagravidarum, tidak ada
edema
Sklera : Tidak Ikterus
4. Konjungtiva : Tidak anemis
5. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Abdomen
TFU : 23 cm
Presentasi : Kepala
Penurunan : 5/5
DJJ : 140x/menit, teratur dan kuat
6. TBJ : 1860 gram
Kontraksi uterus : Tidak ada
Ekstremitas
Edema : Kiri (-), Kanan (-)
Varises : Kiri (-), Kanan (-)
7. Pemeriksaan Laboratorium
- Protein urine (-)
- Hb 12,9
- HIV (-)
- HbsAg (-)
- Syphilis (-)
C. ASESSMENT

G3P2A0
Usia kehamilan 23-24 minggu dari HPHT
Kepala janin belum masuk PAP
TBJ 1860 gram
TTV dalam rentang normal
Janin hidup, DJJ dalam rentang normal
Kenaikan BB 9 kg selama kehamilan

D. PLAN Petugas
1. Berikan KIE Mandiri:
V Ibu a. Menginformasikan ibu hasil
assessment, kondisi ibu dan bayi
V
Suami dalam keadaan sehat
b. Menginformasikan untuk minum
-
Keluarga tablet zat besi vitonal F 1x10 tablet
c. Mengingatkan kembali ibu tanda
bahaya kehamilan yang mungkin
terjadi seperti sakit kepala yang
hebat, perdarahan, keluar cairan
dari vagina, sulit tidur
d. Menjelaskan kebutuhan nutrisi pada
ibu dengan bantuan buku KIA
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup

Kolaborasi: -
2. Pemeriksaan Mandiri:Pemeriksaan fisik head to toe,
Hb, HbsAg, Protein urin, Syphilis, HIV
Kolaborasi: -
Rujukan: -
3. Tindakan Mandiri:
Memberikan Vitonal F 1x10 tablet
Melakukan suntik tetanus toksoid 1
Kolaborasi: -
Rujukan: -
4. Kunjungan Merencanakan kunjungan ANC
Ulang berikutnya.
E. Tanggal/ IMPLEMENTATION Tanda Tanda
Waktu/ tangan Tangan
Tanggal Petuga Klien
s
1. Berikan KIE a. Menginformasikan hasil
V Ibu assesment bahwa kondisi ibu
dan bayi dalam keadaan sehat
V
Suami b. Menginformasikan untuk minum
tablet zat besi Vitonal F 1x10
-
tablet
Keluarga c. Mengingatkan kembali tanda-
tanda bahaya yang mungkin akan
dialami ibu dengan bantuan buku
KIA seperti sakit kepala yang
hebat, perdarahan, keluar cairan
dari vagina, sulit tidur, janin
dirasakan kurang bergerak,
demam tinggi
d. Menjelaskan kebutuhan nutrisi
ibu dengan bantuan buku KIA
sepeerti makan buah dan sayur,
telur, daging
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup
f. Menginformasikan kepada ibu
untuk menjaga kebersihan
dirinya atau personal hygiene

2. Pemeriksaan - Pemeriksaan fisik head to toe, Hb,


HbsAg, Protein urin, Syphilis, HIV
3. Tindakan a. Memberikan Vitonal F 1x10
tablet
b. Melakukan suntik tetanus toksoid
(TT 1)
4. Kunjungan Menganjurkan ibu untuk kunjungan
Ulang ulang 1 bulan berikutnya berikutnya
atau dapat dilakukan lebih cepat bila
mengalami satu atau lebih tanda
bahaya kehamilan atau masalah
kesehatan lainnya.

E. EVALUATION
Ibu tampak antusias saat proses KIE:
- Menyetujui untuk melanjutkan minum Vitonal F
- Mampu menjawab sebagian besar tentang tanda-tanda bahaya
kehamilan yang mungkin terjadi, kebutuhan nutrisi, personal hygiene
Menyepakati kunjungan ulang tanggal 03 November 2022, berjanji untuk
segara ke faskes bila mengalami 1/lebih tanda bahaya trimester tiga
dan/masalah kesehatan lainnya.
SOAP PERKEMBANGAN

Pertemuan ke 3 (kontak ketiga) dengan Mahasiswi, kunjungan ANC ke 4


Pengkajian Ante Natal Care Dilakukan Pada :
a. Tempat : PMB Ellna
b. Hari / tanggal : jumat/04 November 2022
c. Pukul : 08.00 WIB
d. Pengkaji : Mahasiswi “P”
e. Pembimbing Lahan : Bidan “E”, Pembimbing Akademik : Dosen “E”

A. DATA SUBJECTIVE
Ibu ingin ANC rutin kunjungan ke 4, usia kehamilan 7 bulan, tidak ada
keluhan, tablet Fe habis
B. DATA OBJECTIVE

1. Keadaan umum : tampak baik


BB saat ini : 58 kg
Tanda-tanda vital
2. TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala dan Wajah
3. Rambut : Bersih
Kulit Kepala : Bersih
4. Wajah : Normal tidak ada cloasmagravidarum, tidak ada
edema
Sklera : Tidak Ikterus
Konjungtiva : Tidak anemis
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
5. Abdomen
TFU : 28 cm
Presentasi : Kepala
Penurunan : 5/5
DJJ : 128x/menit, teratur dan kuat
TBJ : 2635 gram
6. Kontraksi uterus : Tidak ada
Ekstremitas
Edema : Kiri (-), Kanan (-)
Varises : Kiri (-), Kanan (-)
7.
C ASESSMENT
.
G3P2A0
Usia kehamilan 27-28 minggu dari HPHT
Kepala janin belum masuk PAP
TBJ 2.635 gram
TTV dalam rentang normal
Janin hidup, DJJ dalam rentang normal

D. PLAN Petugas
1 Berikan KIE Mandiri:
E Ibu 1. Menginformasikan ibu hasilTanda
. Tanggal/ Waktu IMPLEMENTATION Tanda
V

assessment, kondisi ibu dan bayitangan Tangan


Suami
V
dalam kedaan sehat Petugas Klien
1 Berikan KIE 2. Menginformasikan
1. Menginformasikan untuk minum
dan
V
-
Keluarga
Ibu tablet trimakal
klarifikasi hasil assessment,
3. Menganjurkan
kondisi ibu dan ibu bayi
untuk dalam
istirahat
V
Suami dan tidur sehat
keadaan yang cukup
4.
2. Memberitahukan
Menginformasikan ibu untuk tentang
-
Keluarga kebutuhan olahraga
minum tablet trimakal seperti senam
3.hamil
Mengingatkan ibu untuk
5. Memberitahukan ibu
istirahat dan tidur yang cukup tentang
4.persiapan
Menginformasikan ibu persalinan
tentang
Mengingatkan kembali
personal hygiene, perawatan ibu tanda
bahaya
payudarakehamilan yang mungkin
terjadi
5. Memberitahukan ibu tentang
kebutuhan olahraga seperti
Kolaborasi:
senam hamil -
2 Pemeriksaan Mandiri:
6. Memberitahukan ibu tentang
. - Pemeriksaan
persiapan fisik head to toe
persalinan seperti
Kolaborasi: -
perlengkapankebutuhan ibu
Rujukan:
dan bayi,- biaya dan transportasi
3 Tindakan Mandiri:
7. Mengingatkan kembali tanda-
. - melakukan
tanda bahaya suntikyang
tetanusmungkin
toksoid
(TTakan
2) dialami ibu dengan
- memberikan
menggunakan tablet
alatrimakal
bantu 1x10
buku
tablet
KIA. Seperti perdarahan,
Kolaborasi:
Gerakan janin- tidak dirasakan,
Rujukan: - yang hebat, kejang
sakit kepala
4 Kunjungan Merencanakan kunjungan ANC
. Ulang berikutnya.
2 Pemeriksaan - pemeriksaan fisik head to toe

3 Tindakan - melakukan suntik tetanus toksoid


(TT 2)
- pemberian obat trimakal 1x10
tablet
4 Kunjungan Menganjurkan ibu untuk kunjungan
Ulang ulang 1 bulan berikutnya atau dapat
dilakukan lebih cepat bila
mengalami satu atau lebih tanda
bahaya kehamilan atau masalah
kesehatan lainnya.
E. EVALUATION
Ibu tampak antusias saat proses KIE:
- Menyetujui untuk minum tablet trimakal
- Memahami tentang personal hygiene dan perawatan payudara
- Mengerti tentang kebutuhan dalam persiapan persalinan
- Mampu menjawab sebagian besar tentang tanda-tanda bahaya
kehamilan TM III yang mungkin terjadi .
Menyepakati kunjungan ulang tanggal04 Desember 2022, berjanji untuk
segara ke faskes bila mengalamisatu atau lebih tanda bahaya trimester tiga
atau masalah kesehatan lainnya.
SOAP PERKEMBANGAN

Pertemuan ke 4 (kontak keempat) dengan Mahasiswi, kunjungan ANC ke 6


Pengkajian Ante Natal Care Dilakukan Pada :
a. Tempat : PMB Ellna
b. Hari / tanggal : 04 Desember 2022
c. Pukul : 10.00 WIB
d. Pengkaji : Mahasiswi “P”
e. Pembimbing Lahan : Bidan “E”
f. Pembimbing Akademik : Dosen “E”

A. DATA SUBJECTIVE
Melakukan pemeriksaan kehamilan , hamil 8 bulan, tidak ada keluhan,
tablet Fe habis, ibu mengatakan sudah mempersiapkan kebutuhan untuk
persalinan dan kelahiran,
B. DATA OBJECTIVE

1. Keadaan umum : tampak baik


BB saat ini : 60 kg

2. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
3. Kepala dan Wajah
Rambut : Bersih
Kulit Kepala : Bersih
Wajah : Normal tidak ada cloasmagravidarum,
Sklera : Tidak Ikterus
Konjungtiva : Tidak Pucat
4. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
5. Abdomen
TFU : 33 cm
Presentasi : Kepala
Penurunan : 5/5
DJJ : 127x/menit, teratur dan kuat
TBJ : 3410 gram
6. Kontraksi uterus : Tidak ada
Ekstremitas
Edema : Kiri (-), Kanan (-)
Varises : Kiri (-), Kanan (-)
Reflek Patella : Kiri (+), Kanan (+)
C ASESSMENT
.
G3P2A0
Usia kehamilan 31-32 minggu dari HPHT
Kepala janin belum masuk PAP
3410 gram
TTV dalam rentang normal
Janin hidup, DJJ dalam rentang normal
Kenaikan BB 6 kg selama kehamilan
Glukosa urine (-), Protein urine (+1)
Tablet Fe masih ada, diminum sesuai yang dianjurkan

D. PLAN Petugas
1 Berikan KIE Mandiri:
V Ibu 1. Menginformasikan ibu hasil
.
assessment
V
Suami 2. Menganjurkan ibu untuk
istirahat dan tidur yang cukup
-
Keluarga 3. Memberitahukan ibu tentang
persiapan persalinan
4. Memberitahu ibu tentang
tanda-tanda persalinan
5. Menginformasiikan ibu
tentang tanda bahaya
kehamilan TM III yang
mungkin terjadi

Kolaborasi: -
2 Pemeriksaan Mandiri:-
.
Kolaborasi: -
Rujukan: -
3 Tindakan Mandiri:-
.
Kolaborasi: -
Rujukan: -
4 Kunjungan Merencanakan kunjungan ANC
. Ulang berikutnya
E Tanggal/ Waktu IMPLEMENTATION Tanda Tanda
tangan Tangan
Petugas Klien
1 Berikan KIE 1. Menginformasikan hasil
V Ibu assessment, kondisi ibu dan
bayi dalam keadaan sehat
V
Suami 2. Mengingatkan ibu untuk
istirahat dan tidur yang
-
Keluarga cukup
3. Menginformasikan ibu
tentang personal hygiene
dan perawatan payudara
4. Memberitahukan ibu tentang
kebutuhan olahraga seperti
senam hamil
5. Memberitahukan ibu tentang
persiapan persalinan seperti
perlengkapan kebutuhan ibu
dan bayi, biaya dan
transportasi
6. Menginformasikan tanda-
tanda persalinan : perut
terasa mulas semakin sering,
kuat dan teratur, keluarnya
lendir bercampur darah,
keluarnya cairan air ketuban
dari jalan lahir
7. Mengingatkan kembali
tanda-tanda persalinan
dengan bantuan buku KIA
seperti: perut mulas-mulas
yang teratur dan timbulnya
semakin sering semakin
lama, keluar lendir
bercampur darah atau cairan
ketuban dari jalan lahir

2 Pemeriksaan
-
3 Tindakan -

4 Kunjungan Menganjurkan ibu untuk kunjungan


Ulang ulang 1 bulan berikutnya atau dapat
dilakukan lebih cepat bila
mengalami satu atau lebih tanda
bahaya kehamilan atau masalah
kesehatan lainnya.
E. EVALUATION
Ibu tampak antusias saat proses KIE:
- Memahami tentang personal hygiene dan perawatan payudara
- Mengerti tentang kebutuhan dalam persiapan persalinan
- Mampu menjawab tentang tanda-tanda persalinan dan tanda bahaya
kehamilan TM III
Menyepakati kunjungan ulang tanggal 04 Januari 2023, berjanji untuk
segara ke faskes bila mengalami satu atau lebih tanda bahaya trimester tiga
atau masalah kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai