Anda di halaman 1dari 38

PEMERIKSAAN IVA

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat


PENGERTIAN 3-5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan
warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.

Melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu


TUJUAN metode skrining kanker serviks.

Surat Keputusan Kepala Puskesmas Atu Lintang


KEBIJAKAN

PETUGAS Dokter dan Bidan

1. Lampu sorot
2. Spekulum cocor bebek
3. Sarung tangan steril
PERALATAN 4. Meja ginekologi
5. Lidi kapas
6. Asam asetat 3-5% (cuka putih dapat digunakan)
7. Larutan klorin
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
PROSEDUR
2. Mengatur pasien dengan posisi litotomi
3. Dokter dan Bisdanmencuci tangan
4. Memakai sarung tangan steril kemudian membuka labia mayora
dengan tangan kiri dan mengusap vulva dengan kapas sublimat
(untuk melicinkan)
5. Memasang speculum dan menyesuaikan pencahayaan untuk
mendapatkan gambaran terbaik dari serviks.
6. Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus, dan
kotoran lain pada serviks.
7. Mengidentifikasi daerah sambungan scuamo-columnar (zona
transformasi) dan area di sekitarnya.
8. Mengoleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks,
tunggu 1-2 menit untuk terjadinya perubahan warna. Mengamati
setiap perubahan pada serviks dan memperhatikan dengan
cermat daerah di sekitar zona transformasi.
9. Lihat dengan cermat SSK dan yakinkan area ini dapat
semuanya terlihat. Catat bila serviks mudah berdarah.
10. Lihatadanya plak warna putih dan tebal (epitel acetowhite).
Bersihkan segala darah dan debris pada saat pemeriksaan.
11. Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau
kassa bersih.
12. Lepaskan speculum dengan hati-hati.
13. Catat hasil pengamatan dan gambar denah temuan.
14. Hasil tes harus dibahas bersama pasien dan pengobatan harus
diberikan setelah konseling.
KIA
BAGIAN TERKAIT

REFERENSI
PEMERIKSAAN PAYUDARA
SENDIRI (SADARI)

NO. DOKUMEN :440/


/PKM.ATL/VI/2017

NO. REVISI :
SPO

TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/3

UPTD PUSKESMAS Abna Faradisioca,SKM


ATU LINTANG NIP. 19790701 200604 1 012

SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk


PENGERTIAN
menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara

Deteksi dini adanya ketidaknormalan pada payudara, bukan untuk


TUJUAN
mencegah kanker payudara
Surat Keputusan kepala Puskesmas Atu Lintang
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

PERALATAN Handuk dan cermin

Langkah 1
PROSEDUR

1. Berdirilah di depan cermin


2. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidak normal
3. Perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau
kulit mengelupas
Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur
pada payudara. Jadi ketika melakukan SADARI, harus mampu
merasakan otot-otot yang menegang

Langkah 2

1. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan di


belakang kepala ke arah depan
2. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara
Langkah 3

1. Selanjutnya tekan tangan ke arah pinggang dan agak


membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke
arah depan
2. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara

Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika


sedang mandi dengan shower. Jari-jari akan meluncur dengan
mudah diatas kulit yang bersabun, sehingga dapat berkonsentrasi
dan merasakan setiap perubahan yang terjadi pada payudara

Langkah 4

1. Angkat tangan kiri


2. Gunakan 3 atau 4 jari untuk meraba payudara kiri dengan kuat,
hati-hati dan menyeluruh
3. Mulailah pada tepi luar, tekan bagian datar dari jari tangan dalam
lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar
payudara
4. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu
5. Pastikan untuk melakukannya pada seluruh payudara
6. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah
lengan, termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri
7. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah
kulit
Langkah 5

1. Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan adanya rabas


2. Jika menemukan adanya rabas dari puting susu dalam sebulan
yang terjadi ketika sedang atau tidak melakukan SADARI,
temuilah dokter
3. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan
Langkah 6

1. Tahap 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring


2. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri di bawah
kepala dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah
bahu kiri
3. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan
diatas
4. Ulangi pada payudara kanan

KIA
BAGIAN TERKAIT

REFERENSI
MENIMBANG BERAT BADAN

NO. DOKUMEN : 440/


/PKM.ATL/VI/2017

NO. REVISI :
SPO

TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/2

UPTD PUSKESMAS Abna Faradisioca,SKM


ATU LINTANG NIP. 19790701 200604 1 012

PENGERTIAN Menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan badan

1. Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan bayi/anak


2. Membantu menentukan program pengobatan (dosis), diet, dll
TUJUAN 3. Menentukan status nutrisi klien/status gizi anak (normal/gizi baik,
kurus/gizi kurang, kurus sekali/gizi buruk, gemuk/gizi lebih)
4. Menentukan status cairan klien
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Atu Lintang
KEBIJAKAN

1. Dokter
PETUGAS 2. Bidan
3. Perawat
1. Timbangan badan bayi/anak dalam keadaan siap pakai
2. Buku catatan
PERALATAN
3. Kain pengalas timbangan
4. Ruang yang terang dan hangat
Pada Bayi /Menggunakan Timbangan Bayi
PROSEDUR
1. Lakukan cuci tangan
2. Perawat memakai baju khusus (barakskort) dan masker bila perlu
3. Pintu dan jendela ditutup (bila perlu)
4. Letakan timbangan pada meja yang datardan tidak mudah
bergoyang
5. Timbangan diberi kain pengalas dan siap untuk dipakai
6. Timbanmgan distel dengan angka petunjuk harus pada angka nol
7. Selimut bayi dibuka, sebaiknya bayi telanjang
8. Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
9. Lihat jarum timbangan sampai berhenti, dan baca angka yang
ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
10. Berat badan dicatat dalam catatan medik bayi
11. Bayi dirapikan, alat dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
Timbangan berdiri pada anak/ menggunakan timbangan injak
1. Letakkan timbangan dilanytai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak
2. Timbangan distel dengan angka petunjuk pada angka nol
3. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak
memegang sesuatu
4. Anak berdiri diatas timbangan
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
7. Berat badan dicatata dalam catatan medik
8. Pasien diberitahu bahwa tindakan sudah selesai, sambil rapihkan
9. Alat dibereskan kembali ke tempat semula
KIA dan lintas program
BAGIAN TERKAIT

Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh


REFERENSI
Kembang Anak, Depkes RI,2006
INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)

NO. DOKUMEN :440/


/PKM.ATL/VI/2017

NO. REVISI :
SPO

TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/2

UPTD
PUSKESMAS ATU Abna Faradisioca,SKM
LINTANG NIP. 19790701 200604 1 012

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6


PENGERTIAN bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan.
1. Meningkatkan ikatan kasih sayang (asih)
TUJUAN 2. Memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan
3. Melatih reflex dan motorik bayi (asah).
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Atu Lintang
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Handuk
PERALATAN
2. Topi
Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan: Saat
PROSEDUR
bayi lahir, catat waktu kelahiran

1. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah


bayi perlu resusitasi atau tidak.
2. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut
tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan
dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan
kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
3. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion
padatangan bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau
sama.
4. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muscular
pada ibu.
Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling
sedikit satu jam:
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala
bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
3. Lakukan kontak kulit bayi kekulit ibu di dada ibu paling sedikit satu
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu
letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak
visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu .
4. Selama kontak kulit bayi kekulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif
Kala 3 persalinan.

Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan


mulai menyusu:
1. Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
Misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan
berhasil menemukan putting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap
biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi
sudah menemukan putting kurang dari 1 jam.
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru
menemukan putting setelah 1 jam.
4. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama
dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
5. Jika bayi belum menemukan putting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
6. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan
ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan
asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian
vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu
untuk menyusu
7. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama
beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat
disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada
ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
8. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu
dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa
menyusu sesering keinginannya
KIA
BAGIAN
TERKAIT

REFERENSI
DETEKSI DINI
TUMBUH KEMBANG

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

UPTD PUSKESMAS Abna Faradisioca,SKM


ATU LINTANG NIP. 19790701 200604 1 012

Adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini


PENGERTIAN adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah.
Untuk mendeteksi secara dini apabila ada kelainan pada
TUJUAN
betumbuhan maupun perkembangan bayi
Surat Keputusan Kepala Puskesmas
KEBIJAKAN

1. Bidan
PETUGAS
2. Perawat
1. Timbangan
2. Pengukur Tinggi Badan
3. Pita Ukur
4. Kartu KMS
5. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sesuai umur
anak
6. Instrumen tes daya dengar (TDD)
a. Istrumen TDD menurut umur anak
b. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing, manusia)
PERALATAN c. Mainan (boneka, kubus, cangkir,bola)
7. Instrumen tes daya lihat
a. Ruangan yang bersih,tennag, penyinaran baik
b. 2 buah kursi, 1 untuk anak; 1 untuk pemeriksa
c. Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang
d. Alat penunjuk
8. Koesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
9. Check list for autism in toddlers (CHAT)
10. Check list gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH)
1. Menimbang berat badan
2. Mengukut tinggi badan/panjang badan
3. Mengukur lingkar kepala
4. Menanyakan perkembangan anak dengan KPSP sesuai umur
PROSEDUR anak
5. Melakukan tes daya dengar  pada usia 0 – 3 tahun
6. Melakukan tes daya lihat pada usia 36 – 72 bulan
7. Melakukan test KMME pada usia 36 – 72 bulan
8. Melakukan test CHAT pada usia 18 – 36 bulan
9. Melakukan test GPPH pada usia 36 bulan ke atas
KIA
BAGIAN TERKAIT

Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 2006.Pedoman


REFERENSI
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar.Jakarta:Depkes RI
POS BINAAN TERPADU
(POSBINDU)

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :
SPO
TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/1

Abna Faradisioca,SKM
UPTD PUSKESMAS NIP. 19790701 200604 1 012
ATU LINTANG

Peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan


PENGERTIAN pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara
terpadu,rutin dan peiodik.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Posbindu
TUJUAN

Surat Keputusan Kepala Puskesmas


KEBIJAKAN

1. Bidan Desa
PETUGAS
2. Kader kesehatan
1. Buku Register Posbindu
2. Pulpen
PERALATAN
3. Posbindu set
4. KMS Posbindu PTM
1. Melapor ke RT/RW setempat dan melampirkan jadwal
posyandu
2. Pemberitahuan kepada masyarakat melalui sosialisasi
3. Melaksanakan kegiatan 5 langkah

PROSEDUR a. Registrasi pemberian nomor kode/urut yang sama serta


pencatatan ulang hasil pengisian KMS FR-PTM ke buku
pencatatan di langkah 1
b. Melakukan wawancara di langkah 2
c. Pengukuran TB,BB,IMT,Lingkar perut dilangkah 3
d. Pengukuran tekanan darah di langkah 4
e. Konseling,edukasi,dan tindak lanjut di langkah 5
1. Bidan desa
BAGIAN TERKAIT
2. Pengelola posbindu
3. Kader
Buku Pintar Kader Penyelenggaraan Posbindu PTM Kementerian
REFERENSI
Kesehatan RI tahun 2013
NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Abna Faradisioca,SKM
UPTD PUSKESMAS ATU NIP. 19790701 200604 1 012
LINTANG

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PETUGAS

PERALATAN

PROSEDUR

KIA
BAGIAN TERKAIT

Buku Pintar Kader Penyelenggaraan Posbindu PTM Kementerian


REFERENSI
Kesehatan RI tahun 2013
ANTENATAL CARE (ANC)

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :
SPO
TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/1

Abna Faradisioca,SKM
UPTD PUSKESMAS ATU NIP. 19790701 200604 1 012
LINTANG

Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan


pada ibu hamil selama kehamilannya, agar ibu memahami
PENGERTIAN pentingnya pemelihraan kesehatan selama hamil dan juga untuk
mendeteksi dini faktor resiko serta menangani masalah tersebut
secara dini.

Memastikan pelayanan KIA dilakukan oleh bidan sesuai dengan


TUJUAN peraturan, Dokumen, dan undang-undang yang berlaku agar ibu
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pelayanan ibu hamil secara komprehensif dan integral.
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan Puskesmas

1. Sabun, handuk air mengalir


2. Timbangan injak
3. Alat pengukur tinggi badan.
4. Meteran kain dan pita LILA
5. Tensi meter
6. Stetoskop.
7. Stetoskop linek
PERALATAN
8. Reflek hammer
9. Jam tangan
10. Selimut
11. Kalender kehamilan
12. Administrasi klinik ( Kartu ibu, Buku KIA, buku register
ibu, buku kohort ibu, blangko rujukan internal dan eksternal,
kantong persalinan, form P4K )
1. Menerima kartu RM dan memanggil pasien
PROSEDUR
2. Anamnesis ibu meliputi
a. Identifikasi diri ibu dan suami
b. Riwayat kehamilan sekarang dan lalu
c. Riwayat kesehatan atau penyakit yang diderita sekarang
dan lalu.
d. Riwayat sosial ekonomi
3. Pemerikaan fisik meliputi
a. Vital sign: tekanan darah, suhu, respirasi, nadi.
b. Mengukur tinggi badan, berat badan, LILA
c. Pemeriksaan fisik head to toe
d. Pemeriksaan abdomen
1) Pemeriksaan leopold 1-4 untuk menentukan posisi dan
presentasi janin.
2) Menghitung umur kehamilan
3) Auskultasi
4. Melakukan rujukan internal
a. Laborat untuk pemeriksaan Hb, golda dan protein urine.
b. Poli umum jika tekanan darah >140/90 mmHg atau diastole
≥15 mmHg
c. Pojok gizi jika LILA <23,5 cm, Hb <11gr%
d. Poli gigi bila ada kelainan.keluhan penyakit gigi.
5. Untuk kunjungan ulang pada ibu hamil (K4) dirujuk ke laborat
untuk pemeriksaan Hb dan pemeriksaan urin protein.
6. Melakukan tindakan medis seperti Imunisasi TT, pemberian
infus, oksigen (jika perlu).
7. Melakukan rujukan eksternal bila ada indikasi penyakit menular
dan atau beresiko tinggi kematian.
8. Melakukan KIE sesuai dengan keluhan yang dialami ibu.
9. Memberikan resep sesuai dengan hasil pemeriksaan.
10. Melakukan pencatatan data dan hasil pemeriksaan ke dalam
buku KIA, Kartu Ibu, Register, kohort ibu hamil, kantong
persalinan, buku resti dan form P4K.
KIA, Laborat, Gizi, Poli Umum, Gigi
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PEMERIKSAAN BAYI BARU
LAHIR (BBL)

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :
SPO
TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/1

UPTD PUSKESMAS ATU Abna Faradisioca,SKM


LINTANG NIP. 19790701 200604 1 012

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam
PENGERTIAN setelah kelahiran.

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya


TUJUAN
pernafasan spontan serta mencegah hipotermi.
Pelayanan bayi baru lahir secara komprehensif dan integral
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Deelee
2. Klem 2 buah
3. Penjepit tali pusat/benang tali pusat
4. Handuk kering
PERALATAN 5. Salep mata
6. Metelin
7. Timbangan bayi
8. Kartu bayi
9. Pakain bayi 1 set
1. Menyiapkan alat dan rnagn yang hangat dan bersih
PROSEDUR
2. Menyiapkan pkaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih,
kain bersih dan kering untuk bayi
3. Menyiapkan obat tetes mata/salep mata
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Segera setelah bayi lahir, menilai adakah bayi bernafas. Bila
bayi tidak menangi, cepat bersihkan jalan nafas dengan deelee.,
jika tetap tidak menangis segera lakukan tindakan sesuai
standar: penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih, dan
hangat. Kemudian pakaikan kain kering yang hangat, berikan
kepada ibunya untuk didekap di dadanya serta diberi ASI
karena akan membantu pelepasan plasenta
7. Jaga agar bayi tetap hangat (pakaikan tutup kepala untuk
mencegah ehilangan panas bayi)
8. Memotong dan mengikat tali pusat
9. Memeriksa tali pusat yang dipotong, untuk memeriksa tidak ada
perdarahan
10. Menutp tali pusat dengan kassa kering
11. Melengkapi keterangan lahir bayi
12. Sesudah 5 menit lakukan penilaian keadaan bayi menggunakan
Apgar Score (AS)
13. Melakukan pemeriksaan fisik bayi
14. Mengukur tanda vital bayi, ukur dulu dengan termometer yang
diletakkan di ketiak atau lipat paha.
15. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi
16. Memberkan salep mata
17. Memberikan bayi pada ibunya dan menganjurkan untuk segera
disusui
18. Pastikan kehangatan bayi
19. Membantu ibu untuk menyusui bayi
20. Mencuci tangan
21. Melakukan dokumentasi

KIA KB
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PEMERIKSAAN IBU NIFAS

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

PENGERTIAN Memberikan pelayanan nifas kepada semua ibu nifas

TUJUAN Memberikan pelayanan nifas sesuai standar kebidanan

Pelayanan ibu nifas secara komprehensif dan integral


KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Sabun,handuk air mengalir


2. Tensi meter dan stetoskop
3. Termometer
4. Jam tangan
5. Sarung tangan
PERALATAN 6. Kapas DTT
7. Bengkok
8. Ember
9. Larutan klorin 0,5 %
10. Administrasi klinik ( Kartu ibu, Buku KIA, buku register ibu,
blangko rujukan internal dan ekternal )
1. Anamnesa ibu
PROSEDUR
2. Mencuci tangan dengan 6 langkah
3. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign
b. Pemeriksaan payudara
1) Meletakkan tangan kiri pasien di atas kepala dan
melakukan palpasi payudara ( dari pangkal menuju
puting )
2) Meletakkan tangan kanan pasien diatas kepala dan
melakukan palpasi payudara ( dari pangkal menuju
puting )
3) Memijat daerah areola mammae untuk mengetes
kelancaran pengeluaran ASI
4) meraba daerah ketiak untuk mengetahui pembesaran
atau adanya massa
c. Pemeriksaan abdomen
1) Memeriksa bekas luka operasi
2) Memeriksa TFU dan kelembekan / kontraksi
3) Palpasi kandung kemih
4) Palpasi untuk mendeteksi massa
d. Pemeriksaan ekstremitas bawah
1) Memeriksa vena varices
2) Memeriksa thromboplebitis ( kemerahan pada betis )
3) Memeriksa oedem pada tulang kering atau
pergelangan kaki
e. Pemeriksaan perineum
1) Membantu memposisikan pasien untuk pemeriksaan
perineum dan menggunakan sarung tangan
2) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
3) Memperhatikan warna, baudan jumlah pengeluaran
lokhea
4. Mencuci tangan di larutkan klorin 0,5% dan melepas sarung
tangan secara terbalik.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6. Menginformasikan semua hasil pemeriksaan pada ibu
7. Melakukan rujukan internal bila:
1) Tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg atau diastole ≥15
mmhg ke poli umum
2) Dengan kasus-kasus penyakit lain : TBC, ginjal, jantung, DM,
Asma, dll.
8. Melakukan dokumentasi

KIA KB
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
RUJUKAN PATOLOGIS BUMIL,
BULIN DAN BUFAS

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Protap ini mencakup pelayanan rujukan bumil, bulin dan bufas ke

PENGERTIAN fasilitas kesehatan yang lebih tinggi karena satu atau beberapa
indikasi.

Memastikan bidan memberikan pelayanan rujukan sesuai standar


TUJUAN
kebidanan.
Pelayanan rujukan bumil, bulin dan bufas secara komprehensif dan
KEBIJAKAN integral.

PETUGAS Bidan dan SPOir ambulan

1. Ambulan
PERALATAN 2. Partus set
3. Dokumen rujukan
1. Melaksanakan deteksi ini ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi
PROSEDUR
pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Menegakkan diagnosa kebidanan
3. Menangani pasien sesui dengan Standar Operasional Prosedur
4. Menerima rujukan PKD, Pustu, Puskesmas non persalinan dan
BPM.
5. Melakukan perawatan pasien dan jika meerlukan penanganan
lebih lanjut maka segera merujuk ke Puskemas PONED, BKMIA
Kartini atau ke Rumah Sakit PONEK (RSUD Banyumas atau RS
Margono Soekarjo)
6. Melakukan komunikasi dengan pihak keluarga dengan
melibatkan Forum Masyarakat Madani untuk P4K (Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
7. Menghubungi Rumah Sakit PONEK melalui SijariEmas.
8. Menyiapkan kelengkapan administrasi rujukan
9. Mengantar pasien ke tempat rujukan dengan pendampingan
bidan
10. Setiap perujuk wajib memantau perkembangan kondisi pasien
selama dalam perawatan di RS PONEK dan melaporkan ke
DKK.

KIA
BAGIAN TERKAIT

UPTD Puskesmas Atu Lintang. 2015. Kesepakatan Bersama


REFERENSI
Jejaring Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal Kabupaten
Banyumas.
PEMBERIAN IMUNISASI
HEPATITIS 0-7 HARI

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat

PENGERTIAN non-infectious. Berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam ragi


(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA recombinan.

TUJUAN Memberikan imunisasi Hepatitis B sesuai prosedur.

Semua bayi baru lahir 0-7 hari tanpa memandang status VHB
KEBIJAKAN (Virus Hepatitis B) dari ibu.

PETUGAS Bidan

1. Vaksin Hepatitis B pada kemasan PID dalam termos


es

PERALATAN 2. Kapas DTT


3. Safety box
4. KMS, buku register KIA, buku pencatatan imunisasi,
Kohort bayi

1. Melakukan anamnesa dengan cara:


a. Melihat keadaan umum bayi
PROSEDUR b. Menunda pemberian imunisasi, apabila ada indikasi demam
(>38oC)
c. Melakukan rujukan internal pada pasien indikasi.
d. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontraindikasi, lakukan
langkah selajutnya.
2. Memberikan informed consent tindakan imunisasi
kepada ibu.
3. Mempersiapkan posisi yang aman untuk bayi untuk
tindakan penyuntikan
4. Petugas mencuci tangan
5. Mengambil vaksin dari dalam termos es, dan
mengeluarkan alat suntik dari kantong aluminium.
6. Memegang alat suntik pada leher dan tutup jarum
dengan memegang keduanya diantara jari telunjuk dan jempol,
dengan gerakan cepat dorong tutup jarum kearah leher.
Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup
jarum dan leher.
7. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT
8. Membuka tutup jarum, tetap memegang alat suntik
pada bagian leher dan tusukan jarum pada paha luar secara
intra muskular atau subkutan dalam. Tidak perlu melakukan
aspirasi.
9. Memijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik dengan
dosis 0,5 cc, setelah reservoir kempis cabut alat suntik.
10. Menekan bekas suntikan dengan kapas DTT.
11. Membuang jarum dan kapas dalam safety box.
12. Membereskan alat dan mendokumentasikan kegiatan
pada KMS, buku register, buku kohort bayi.
KIA KB
BAGIAN TERKAIT

Departemen Kesesehatan Republik Indonesia. 2009. On the job


REFERENSI
training (OJT) Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana
Imunisasi/Bidan.
PERAWATAN METODE
KANGURU (PMK)

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Suatu metode asuhan khusus bagi bayi berat lahir rendah atau
PENGERTIAN bayi premature dengan melakukan kontak langsung antara kulit
ibu dan kulit bayi
Menghangatkan bayi
TUJUAN

Surat Keputusan Kepala Puskesmas no .........


KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Gendongan
PERALATAN 2. Topi
3. Alat pengukur tanda vital
1. Melakukan konseling kepada ibu mengenai tindakan yang akan
PROSEDUR
dilakukan.
2. Petugas melakukan cuci tangan
3. Mengukur tanda vital
4. Bayi telanjang (hanya menggunakan popok dan topi)
5. Melekatkan bayi ke dada ibu, diantara kedua payudara ibu
sehingga terjadi kontak kulit dengan kulit, pinggul bayi dalam
posisi fleksi (frog position) kemudian sangga dengan kain
penggendong
6. Memposisi kepala bayi sedikit ekstensi sehingga jalan napas
bayi tetap terbuka dan memungkinkan terjadinya kontak mata
antara orang tua/ibu dengan bayi
7. Mempertahankan posisi bayi seperti ini kecuali bayi mau
dimandikan
KIA
BAGIAN TERKAIT

REFERENSI
PEMBERIAN VITAMIN K

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Memberikan vitamin K1 melalui suntikan secara intra muskuler


PENGERTIAN
pada bayi baru lahir.

Untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin K.


TUJUAN

Surat Keputusan Kepala Puskesmas no ...........


KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Vit K (phytomenadione).
2. Disposible 1 cc.
PERALATAN
3. Kapas Alkohol.
4. Bengkok
1. Menyiapkan alat-alat dan obat.
PROSEDUR
2. Bidan melakukan cuci tangan.
3. Menyiapkan bayi yang akan di suntik.
4. Memasukkan obat phytomenadione ke dalam disposable 1 cc
dengan dosis 1 mg.
5. Menentukan daerah yang akan di suntik di paha kiri atau kanan
(muskulus vastus lateralis).
6. Posisi jarum suntik tegak lurus.
7. Melakukan aspirasi terlebih dahulu setelah jarum masuk
(apakah ada darah atau tidak). Jika tidak ada darah masukkan
obat secara perlahan dan hati-hati.
8. Catat di dalam buku laporan.
9. Observasi bayi.
10. Merapikan kembali pakaian bayi.
11. Merapikan alat-alat.
12. Petugas mencuci tangan.
KIA
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

PENGERTIAN

Sebagai acuan dalam melakukan pemberian tablet zat besi pada


TUJUAN ibu hamil dan  anemia pada kehamilan  untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas no ...........
KEBIJAKAN

1. Bidan
PETUGAS
2. Nutrisionis
1. Alat tulis
2. Form pemeriksaan laboratorium
PERALATAN
3. Tablet zat besi
4. Buku KMS
1. Memeriksa konjungtiva pasien, untuk menentukan pasien
PROSEDUR
anemis atau tidak
2. Mencatat hasil pemeriksaan dalam kartu status dan KMS ibu
hamil.
3. Mengisi form pemeriksaan laboratorium.
4. Menjelaskan pada pasien tujuan dari pemeriksaan.
5. Menjelaskan pada pasien, untuk membayar biaya pemeriksaan
laboratorium  di kasir sebelum kelaboratorium dan setelah
selesai pemeriksaan membawa hasil pemeriksan kembali ke
unit pelayanan kesehatan ibu.
6. Melakukan rujukan ke unit pelayanan gizi, jika hasil
pemeriksaan Hb < 11 gr %
7. Memberikan tablet zat besi pada semua ibu hamil, sedikitnya 1
tablet / hari, selama 30 hari berturut-turut  untuk pasien hamil
pada  trimester I, sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia
diberikan tablet zat besi dan vitamin C tiga kali satu tablet
perhari
8. jika tablet zat besi persediaan  habis, maka  akan diberikan
resep luar
9. Memberikan penyuluhan gizi pada semua ibu hamil  disetiap
kunjungan ANC, tentang perlunya minum tablet zat besi dan
vitamin C, serta menghindari minum teh / kopi / susu dalam 1
jam sebelum / sesudah makan, karena dapat mengganggu
penyerapan zat besi.
1. KIA
BAGIAN TERKAIT
2. Laboratorium
3. Klinik Gizi

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PENANGANAN ATONIA UTERI

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Asuhan yang diberikan pada saat terjadi perdarahan segera setelah


PENGERTIAN
plasenta lahir lebih dari 500 cc karena tidak ada kontraksi uterus

Agar perdarahan berhenti dan kontraksi uterus keras dengan


TUJUAN sedikit mungkin melakukan intervensi namun tetap menjaga
keamanan proses penghentian perdarahan tersebut.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas no ...........
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Infus RL
2. Oksitosin
3. Kateter nelaton
4. Penampung urin
5. Methyl ergometrin
PERALATAN
6. Kain alas bokong
7. Sarung tangan panjang
8. Sarung tangan pendek
9. APD
10. Larutan desinfektan
1. Periksa kontraksi uterus
PROSEDUR
2. Evaluasi bekuan darah
3. Kompresi bimanual interna (KBI) maksimal 5 menit
4. Pertahankan KBI selama 1-2 menit
5. Ajarkan keluarga melakukan Kompresi bimanual eksterna
(KBE)
6. Keluarkan tangan secara hati-hati
7. Suntikan metyl ergometrin 0,2 mg IM
8. Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin guyur
9. Lakukan KBI lagi
10. Periksa kontraksi uterus kembali jika sudah berkontraksi
lakukan pengawasan kala IV jika belum berkontraksi siapkan
rujukan dengan melanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin
minimal 500cc hingga mencapai tempat tujuan. Selama
perjalanan dapat dilakukan kompresi aorta abdominalis atau KB
KIA
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
PENANGANAN PERDARAHAN
ANTEPARTUM

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir yang


PENGERTIAN
terjadi pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
Untuk mencari penyebab perdarahan antepartum serta
TUJUAN merencanakan tindakan selanjutnya agar morbiditas dan mortilitas
ibu dan janin dapat diturunkan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Atu Lintang
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Tensimeter
2. Doppler
3. Cairan infuse
PERALATAN
4. Tabung O2 lengkap
5. Ambulan
6. Form rujukan
1. Melakukan anamnesis lengkap meliputi paritas , HPHT, riwayat
PROSEDUR
penyakit yang pernah diderita serta riwayat obstetri yang lalu
2. Melakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi KU ibu, TFU,
keadaan dan letak janin serta pemeriksaan dengan spekulum
untuk melihat adanya perdarahan yang keluar dari ostium uteri
3. Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat adanya
keadaan anemia
4. Memasang infuse dan berikan oksigern (bila diperlukan)
5. Jelaskan pada pasien dan keluarganya mengenai keadaan
kehamilannya serta kemungkinan penyulit yang dapat timbul
dan beritahu bahwa pasien harus dirawat dirumah sakit
6. Pantau keadaan umum, tanda-tanda vital, perdarahan
7. Melakukan rujukan (bila diperlukan)
KIA
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

PEMBERIAN MgSO4

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

Merupakan tindakan pemberian MgSO4 yang diberikan pada


PENGERTIAN
pasien-pasien IGD yang membutuhkan
Mengurangi dampak lebih buruk pada ibu dan bayi dari serangan
TUJUAN
kejang eklamsia
Surat Keputusan Kepala Puskesmas
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Obat MgSO4 40 % dan 20 %


2. Cairan infus RL
3. Aquabides
PERALATAN 4. Scalp vein
5. Infus set
6. Spuit 25 cc
7. Antidotum (Kalsium glukonas)
1. Bidan menentukan dengan pasti bahwa pasien yang akan
PROSEDUR
mendapatkan MgSO4 sesuai dengan indikasi
2. Mengencerkan MgSO4 10 ml dengan aquabides 10 ml,
masukkan bolus selama 15 menit.
3. Memebrikan 15 ml MgSO4 dalam 500 cc Ringer Laktat
sebanyak 28 tts/mnt sampai stabil.
4. Bila terjadi tanda-tanda keracunan seperti paralysis total,
depresi pernafasan dan atau hipotensi berikan anti dotum : Ca.
Gluconas 10 % sebanyak 10 cc IV selama 3 menit
5. Memantau kesadaran dan tanda-tanda vital
KIA
BAGIAN TERKAIT

Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal


REFERENSI
dan Neoatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

POSYANDU LANSIA

NO. DOKUMEN :

NO. REVISI :

SPO TANGGAL TERBIT : Juni 2017


2017

HALAMAN : 1/1

Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Atu
UPTD PUSKESMAS ATU Lintang
LINTANG

Abna Faradisioca,SKM
NIP. 19790701 200604 1 012

pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu


wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
PENGERTIAN kesehatan yang bersumber daya masyarakat atau /UKBM yang
dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu
sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia
lanjut adalah mereka yang telah berusia 60tahun keatas.
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia
TUJUAN
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Atu Lintang
KEBIJAKAN

1. Bidan
PETUGAS
2. Kader lansia
1. Tensimeter
2. Stetoskop
PERALATAN
3. Timbangan berat badan
4. Kartu KMS
1. Meja 1 tempat pendaftaran
2. Meja 2 tempat dan pencatatan berat badan, pengukuran dan
pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh
(IMT)
3. Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan
PROSEDUR pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan
pemberian vitamin, dan lain - lain)
4. Meja 4 empat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi
dan kesejahteraan)
5. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan
sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal,
pendampingan, dan lain – lain sesuai kebutuhan)
Promkes
BAGIAN TERKAIT

REFERENSI
FAKTOR RESIKO IBU HAMIL

NO. DOKUMEN :440/


/PKM.ATL/VI/2017

SPO NO. REVISI :

TANGGAL TERBIT : Juni 2017

HALAMAN : 1/2

Abna Faradisioca,SKM
UPTD PUSKESMAS NIP. 19790701 200604 1
ATU LINTANG 012

Faktor resti ibu hamil yaitu Ibu Hamil yang mengalami risiko atau
PENGERTIAN bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan,
bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
Sebagai acuan dalam menentukan faktor resiko dan resiko tinggi
TUJUAN
pada ibu hamil
Surat Keputusan Kepala Puskesmas
KEBIJAKAN

PETUGAS Bidan

1. Timbangan Berat badan


2. Pita pengukur lingkar lengan
atas
PERALATAN
3. Pengukur Tinggi Badan
4. Tensi Meter dan stetoskop
5. Buku KIA
1. Faktor Resiko Ibu Hamil diantaranya
PROSEDUR
a. Primimuda, hamil ke-1 umur kurang dari 16 tahun
b. Primitua, hamil ke-1 umur lebihdari 35 tahun, atau terlalu
lambat hamil ke-1 kawin lebih dari 4 tahun.
c. Terlalu lama hamil lagi, lebih dari 10 tahun.
d. Terlalu cepat hamil lagi, kurang dari 2 tahun
e. Terlalu banyak anak, Anak lebih dari 4
f. Terlalu tua, umur lebih dari 35 tahun
g. Tinggi badan kurang dari 145 cm
h. Pernah gagal kehamilan
i. Pernah melahirkan dengan tarikan tang / vakum
j. Pernah melahirkan dengan Uri dirogoh
k. Pernah melahirkan dengan diberi infuse/transfusi.
l. Pernah operasi seksio
m. Adanya penyakit pada ibu hamil :kurang darah, Malaria, TBC
paru, Payah jantung, kencing manis dan penyakit menular
seksual.
n. Adanya bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah
tinggi.
o. Hamil kembar 2 atau lebih.
p. Hamil kembar air (Hydramnion).
q. Bayi mati dalam kandungan.
r. Kehamilan lebih bulan.
s. Hamil letak sungsang.
t. Hamil letak lintang.
u. Hamil dengan perdarahan.
v. Pre eklamsi berat (kejang)
2. Kriteria Faktor Resiko Tinggi Ibu Hamil diantaranya
a. HB kurangdari 8 gr %
b. Tekanan darahtinggi (Sistole> 140 mmHg, diastole > 90
mmHg)
c. Eklampsia
d. Oedema yang nyata
e. Perdarahan pervaginam
f. Ketuban pecah dini
g. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
h. Letak sungsang pada primigravida
i. Infeksiberat / sepsis
j. Persalinan premature
k. Kehamilanganda
l. Janin yang besar
m. Penyakit kronis pada ibu ; Jantung, paru, ginjal, dll
n. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi
kehamilan.
3. Penatalaksanaan sesuai kelompok Resiko :
a. Jumlah skor 2, termasuk kelompok Bumil resiko rendah
(KRR), pemeriksaan kehamilan bias dilakukan bidan, tidak
perlu dirujuk, tempat persalinan bisa di polindes, penolong
bias bidan.
b. Jumlah skor 6-10, termasuk kelompok Bumil resikoTinggi
(KRT), pemeriksaan kehamilan dilakukan bidan atau dokter,
rujukan kebidanan puskesmas, penolong persalinan bidan
atau dokter.
c. Jumlah skor lebih dari 12, termasuk kelompok Resiko Sangat
Tinggi (KRST), pemeriksaan kehamilan harus oleh dokter,
penolong harus dokter
KIA
BAGIAN TERKAIT

Standar pelayanan kebidanan, Depkes RI, Jakarta,2001 Acuan


REFERENSI
persalinan normal Revisi 2007
A. Dokumen terkait

J. Rekaman histori
No. Halaman Yang diubah Isi perubahan Diberlakukan Tgl.

Anda mungkin juga menyukai