Jaringan
struktural
LARUTAN YG DIPERIKSA
Test MOLISCH
Negatif Positif
Test IODIUM
Test BARFOED
Positif
Negatif Positif 5-7 menit 7-12 Menit
Test BIAL
Positif Negatif
PENTOSA HEKSOSA
DISAKARIDA
Test PERAGIAN
Positif Negatif
CO2 CO2
MALTOSA LAKTOSA
SUKROSA
- BENEDICT (-)
- PERAGIAN (+)
- SELIWANOFF (+)
Analisis Kualitatif
• Uji Molisch
▫ Mengetahui ada tidaknya karbohidrat secara umum.
▫ Reaksi antara furfural & turunannya dengan -naftol
menghasilkan senyawa komplek berwarna ungu.
▫ Furfural & turunannya merupakan hasil dehidrasi
monosakarida oleh asam sulfat pekat.
▫ KH (pentose) + H2SO4 pekat → + furfural → + α-naftol →
warna ungu
▫ KH (heksosa) + H2SO4 pekat → + furfural → + α-naftol →
warna ungu
▫ Kedua macam reaksi diatas berlaku umum, baik untuk
aldosa (-CHO) maupun karbohidrat kelompok ketosa (C=O).
• Uji Benedict
▫ Modifikasi dari uji fehling
▫ Reagen benedict relatif tidak stabil dibanding larutan
fehling.
▫ Gula yang mengandung gugus aldehid/keton bebas akan
mereduksi Cu2+ dalam suasana basa menjadi Cu+ yang
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
▫ KH + camp CuSO4, Na-Sitrat, Na2CO3 → Cu2O endapan
merah bata
• Uji Barfoed
▫ Reagen barfoed merupakan asam lemah & hanya direduksi oleh
monosakarida.
▫ Ion Cu2+ dari reagen barfoed dalam keadaan suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh monosakarida daripada disakarida ,
menghasilkan endapan merah bata.
▫ Perpanjangan waktu pemanasan disakarida dapat memberikan
reaksi positif karena terjadinya hidrolisis disakarida.
▫ KH + camp CuSO4dan CH3COOH → Cu2O endapan merah bata
▫ Monosakarida akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam lemah
(CH3COOH), menghasilkan endapan yang berwarna merah bata
dari Cu2O.
• Uji Iodium
▫ Bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida.
▫ Polisakarida yang ada dalam sampel akan membentuk komplek
adsorpsi berwarna spesifik dengan penambahan iodium.
▫ Amilum & pati akan memberikan warna biru, desktrin akan
memberikan warna merah anggur, glikogen & pati mengalami
hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat.
▫ KH (polisakarida) + Iod (I2) → warna spesifik (biru kehitaman)
• Uji Fehling
▫ Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi
(monosakarida, laktosa, maltosa, dll)
▫ Uji positif ditandai dengan warna merah bata
▫ KH + camp CuSO4, K-Na-tatrat, NaOH → Cu2O endapan merah
bata
▫ Menggunakan gugus aldehid pada gula untuk mereduksi
senyawa Cu2SO4 menjadi Cu2O (enpadan berwarna merah bata)
setelah dipanaskan pada suasana basa (dengan ditambahkan
agen pengikat (chelating agent) seperti Na-sitrat dan K-Na-tatrat.
• Uji Seliwanoff
▫ Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya ketosa.
▫ Ketosa dapat mengalami dehidrasi lebih cepat dari pada aldosa &
menghasilkan turunan furfural.
▫ KH (ketosa) + H2SO4 → furfural → + resorsinol → warna merah.
▫ KH (aldosa) + H2SO4 → furfural → + resorsinol → negatif
▫ Perubahan fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat &
hidroksimetil furfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetil
dengan resorsinol akan menghasilkan senyawa sukrosa yang
mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan memberi reaksi positif
berwarna oranye.
• Uji Osazon
▫ Digunakan baik untuk larutan aldosa maupun ketosa.
▫ Aldosa & Ketosa bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk
fenilhidrazon.
▫ Fenilhidrazin berlebihan akan terbentuk oksi-fenilhidrazin
▫ Oksi-fenilhidrazin dengan fenilhidrazin terbentuk osazon
(hidrazon) berupa kristal berwarna kuning.
Analisis Kuantitatif
Metode Fisika
• Berdasarkan indeks bias
▫ Menggunakan alat refraktometer, yaitu alat yang digunakan
untuk mengukur kadar/konsentrasi bahan terlarut.
▫ Prinsip kerja dengan memanfaatkan refraksi cahaya.
Gugus glukosa yang mengandung atom C mengenai prisma sehingga
bisa memutar terhadap spektrum prisma.
Putaran prisma merupakan kadar glukosa sehingga besarnya putaran
merupakan banyaknya kadar glukosa.
• Berdasarkan rotasi optis
▫ Digunakan berdasarkan sifat optis dari gula yang memiliki
struktur asimetrs (dapat memutar bidang polarisasi).
▫ Diukur menggunakan polarimeter/polarimeter digital
(sakarimeter).
Metode Kimia
• Berdasarkan pada sifat mereduksi gula (glukosa, galaktosa &
fruktosa).
• Fruktosa meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun
memiliki gugus alfa hidroksi keton, sehingga tetap dapat
bereaksi.
• Beberapa metode kimia:
▫ Spektrofotometri
Menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada
gula pereduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru
oksida (Cu2O)
Penambahan Na-sitrat & Na-tatrat serta asam fosfomolibdat
sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru.
Diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
▫ Cara Luff Schoorl
Monosakarida dioksidasi oleh CuO dari reagen luff Schoorl menjadi Cu2O
(mengendap).
Penentuan dengan menggunakan titrasi volumetri.
CuO dalam larutan yang belum direaksikan dengan gula pereduksi (titrasi blanko)
& sesudah direaksikan dengan gula pereduksi (titrasi sampel).
Kelebihan CuO akan direduksi dengan KI berlebih dengan suasana asam
membentuk I2.
I2 yang dibebaskan dititrasi dengan Na-tiosulfat (Na2S2O3 ) membentuk kompleks
iod-amilum yang tidak larut dalam air.
Persamaannya:
R-COH + 2 CuO → Cu2O (s) + R-COOH (aq)
H2SO4 (aq) + CuO → CuSO4 (aq) + H2O (l)
CuSO4 (aq) + 2 KI (aq) → CuI2 (aq) + K2SO4 (aq)
2 CuI2 ↔ Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 → Na2S4 O6+ NaI
I2+ amilum → Biru
▫ Metode Nelson-Somogyi
Mengukur kadar gula pereduksi dengan menggunakan pereaksi Cu
arseno molibdat.
Kupri mula-mula direduksi menjadi bentuk kupro dengan pemanasan
larutan gula.
Kupro yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arseno
molibdat menjadi molibdenum berwarna biru yang menunjukkan
ukuran konsentrasi gula.
Dibandingkan dengan larutan standar sehingga konsentrasi gula
dalam sampel dapat ditentukan.
Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula
dalam sampel dengan mengukur absorbansinya.
▫ Metode enzimatis
Menggunakan enzim spesifik untuk karbohidrat yang akan diuji.
Sangat tepat untuk penentuan kadaar suatu gula secara individual (kerja
enzim sangat spesifik).
Contoh enzim: glukosa oksidase & heksokinase untuk mengukur kadar
glukosa.
Glukosa oksidase
D- Glukosa + O2 oleh glukosa oksidase → Asam glukonat & H2O2
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase → 2H2O + O-disianidin teroksdasi
berwarna cokelat (dapat diukur pada λ 540 nm).
Heksokinase
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase → Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+ oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase →
Glukonat-6-Phospat + NADPH + H+
Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur
pada λ 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah
glukosa.
• Metode Dinitrosalisilat (DNS)
▫ Mengukur gula pereduksi dengan teknik kolorimetri.
▫ Teknik ini hanya dapat mendeteksi satu gula pereduksi, misalnya
glukosa.
▫ Glukosa memiliki gugus aldehida, sehingga dapat dioksidasi
menjadi gugus karboksil.
▫ Gugus aldehida yang dimiliki oleh glukosa akan dioksidasi oleh
asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil & menghasilkan
asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa (suhu 90-1000C).
▫ Senyawa ini dapat dideteksi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 540 nm.
▫ Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak
gula pereduksi yang terkandung.
• Metode Asam Fenol Sulfat
▫ Disebut juga metode TS (total sugar)
▫ Digunakan untuk mengukur total gula.
▫ Metode ini dapat mengukur dua molekul gula pereduksi.
▫ Gula sederhana, oligosakarida & turunannya dapat dideteksi
dengan fenol dalam asam sulfat pekat yang akan menghasilkan
warna jingga kekuningan yang stabil.