Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH KLASIFIKASI TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN EVALUASI

LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaise guineensis Jacq.)

DI KEBUN PERCOBAAN POLTEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP


KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

Dosen Pengampu: Ir. Wiyanti, MP.

Disusun Oleh :

1. Marsel Steven Sijabat (2106541141)


2. Rangga Indrawan (2106541142)
3. I Gst Ngrh Alenta Juliawan M (2106541143)
4. I Putu Chandra Pradnya Nanda (2106541144)
5. I Made Ferry Putra Sedana (2106541145)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat ini masih
memberikan rahmat-Nya lah sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
penulisan makalah tentang “Evaluasi Lahan Pertanian”.

Penulis memilih sub tema, yang kemudian dituangkan dalam judul “EVALUASI
LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaise guineensis Jacq.) DI KEBUN
PERCOBAAN POLTEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP KABUPATEN BARRU
SULAWESI SELATAN”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, antara lain:
1. Kepada dosen pengampu mata kuliah Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan,
Ibu Ir. Wiyanti, MP. atas segala kesempatan yang telah diberikan.
2. Teman-teman penulis atas segala jenis dukungan yang telah diberikan.
3. Teman-teman yang sudah memberikan banyak masukan dan bantuan.

Terlepas dari semua itu, penulis mengharapkan segala jenis kritik dan saran dari semua
pihak demi makin sempurnanya penyusunan makalah ini. Sehingga karya tulis ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 07 Desember
2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1


1.2 Kegunaan .................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II METODE PENELITIAN........................................................................................ 3

2.1 Kesesuaian Lahan..................................................................................................... 3

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit................................................................ 3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................... 9

3.1 Evaluasi Kesesuaian Lahan Wilayah Sulawesi Selatan........................................ 9

3.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Sawit....................................................... 12

3.3 Evaluasi Kesesuaian Lahan .................................................................................. 16

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 21

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 21

4.2 Saran........................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 22
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Tabel Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit................................................. 4

Tabel 3.1 Tabel Kelas Kesesuaian SLH I............................................................................ 9

Tabel 3.2 Tabel Kelas Kesesuaian SLH II........................................................................ 12

Tabel 3.3 Tabel Kelas Kesesuaian SLH III...................................................................... 16


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan jenis tanaman palem yang di
perkirakan berasal dari negeri yaitu Afrika Barat atau dari Brasil, Amerika selatan. Spesies
E.guineensis atau Elaeis oleivera berasaldari Amerika Selatan dan spesies E.guineensis
berasal dari Afrika (Sastrosayono Selardi, 2006). Kelapa Sawit merupakan tanaman
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek
pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah
maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar
bagi negara setelah karet dan kopi. Sektor perkebunan khususnya kelapa sawit sangat
berperan penting dalam mensukseskan pelaksanaan strategi transformasi ekonomi di
Sulawesi selatan. Melalui transformasi ekonomi, diharapkan pembangunan ekonomi Sulawes
selatan akan berbasiskan pengelolaan sumber daya alam terbarukan dengan menitik beratkan
pada upaya peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir. Dalam
mendukung strategi diatas perkebunan memainkan peran yang sangat penting, mengingat
perkebunan terutama kelapa sawit dan komoditas lainnya menjadi komoditas unggulan
penting dalam menyediakan bahan baku untuk industri oleochemical sebagai strategi
hilirisasi industri yang akan di kembangkan, selain itu perkebunan memiliki peran penting
dalam pengembangan ekonomi kerakyatan, pengembangan energi baru terbarukan, serta
menurunkan intesitas emisi gas rumah kaca.

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan, baik untuk keperluan
produksi pertanin maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama,
terutama dalam mengambil keputusan pememfaatan yang paling menguntungkan dari sumber
daya lahan yang terbatas, sementara itu perlu adanya tindakan konservasi untuk menjaga
kelestariannya dimasa mendatang.Kecenderungan yang dikemukakan seperti diatas telah
mendorong pemikiran para ahli akan perlunya suatu perencanaan atau penataan kembali
penggunaan lahan agar dimanfaatkan secara efisien (Sitorus, 1985).

Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian atau pendugaan potensi lahan untuk
berbagai altematif penggunaan ( yoeng, 1976). Hal ini sangat diperlukan bagi usaha
perkebunan yang memerlukan investasi besar, sebab melalui proses evaluasi lahan dapat
diketahui tingkat produksi lahan, kecocokkannya untuk suatu penggunaan tertentu, dan
tingkat pengelolahan yang diperlukan agar dapat produksi secara lestari Evaluasi kesesuaian
lahan untuk tanaman kelapa sawit dilakaukan untuk mecocokkan kelas kesesuain lahan untuk
tanaman kelapa sawit dan hasil karakteristik lahan di kebun percobaan Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep Desa Harapan Kecematan Tanete Riaja Kabupaten Barru Sulawesi Selatan,
cara ini sangat penting dilakukan agar kita dapat mengetahui cocok atau tidak cocok untuk
ditanami kelapa sawit .

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui evaluasi kesesuain lahan pada tanaman
kelapasawit (Elaise guineensis Jacq.) Desa Harapan Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi
Selatan Kegunaan percobaan ini adalah sebagai bahan informasi dalam membudidayakan
kelapa sawit (Elaise guineensis Jacq.) Desa Harapan Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi
Selatan.
BAB II. METODE PENELITIAN

2.1. Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penelitian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan
memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan,Misalnya
untuk pertanian.(Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007).

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan yang akan dicapai untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil dari
evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan sesuai dengan keperluan.
Pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan mengakibatkan kerusakan-
kerusakan lahan. Selain itu, kerusakan lahan akan berdampak negatif terhadap masalah
budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat. Hal ini dapat terjadi, misalnya seperti yang pernah
terjadi di Babilonia dan Mesopotamia, Euphrat dan Tigris (Sarwono Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2011). Evaluasi lahan dilakukan agar perencanaan tataguna lahan dapat tersusun
dengan baik. Dalam perencanaan tataguna lahan, perlu diketahui terlebih dahulu potensi dan
kesesuaian lahannya untuk berbagai jenis penggunaan lahannya. Maka dari itu, dengan
dilakukannya evaluasi lahan dapat diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian lahan atau
kemampuan lahan untuk penggunaan lahan tersebut.Dalam bidang pertanian, kesesuain lahan
di kaitkan dengan penggunaannya untuk usaha pertanian. Evaluasi kesesuaian lahan atau
kemampuan lahan dilakukan dengan cara membadingkan persyaratan pengguna lahan dengan
kualitas (karakteristik) lahanya jika persyaratan pengguna lahan dapat dipenuhi oleh kualitas
(karakteristik) maka lahan tersebut masuk kelas (sesuai) untuk penggunaan lahan yang
dimaksud sebaliknya, bila ada salah satu kualitas atau karakteristik lahan yang tidak sesuai,
maka lahan tersebut masuk dalam kelas tidak sesuai. Beberapa kualitas lahan yang
menentukan tingkat kesesuaian lahan bagi tanaman yaitu ketersediaan air tanah, ketersediaan
unsur hara, daya menahan unsur hara, kemasaman,ketahanan terhadap erosi, sifat olah tanah,
kondisi iklim, dan kondisi daerah perakaran. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk
kondisi saat ini(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial).

Dalam evaluasi lahan perlu dipahami beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Kemampuan lahan : potensi lahan yang didasarkan atas ke cocokan lahan pertanian secara
umum yaitu daerah pertanian, padang rumput, hutan, dan cagar alam.

2. Kesesuaian lahan :tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.

3. Kesesuaian lahan aktual : kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau
sumber daya lahan, sebelum lahan tersebut diberikan masukan masukan yang diperlukan
untuk mengatasi kendala / sebelum dilakukan perbaikan lahan.

4. Kesesuaian lahan potensial : kesesuaian lahan yang akan di capai apabila di lakukan usaha-
usaha perbaikan,misalnya lahan yang secara aktual masuk marjinal (S3) karena kekurangan
unsur hara, dapat berubah menjadi cukup sesuai (S2) atau bahkan menjadi sangat sesuai (S1)
setelah dilakukan perbaikan seperti pemupukan.

5. Kesesuaian lahan fisik : kesesuaian lahan yang hanya didasarkan pada faktorfaktor fisik
lahan (sifat tanah, lereng, iklim).

6. Kesesuaian lahan ekonomi : kesesuaian lahan yang didasarkan disamping faktor-faktor


fisik juga didasarkan atas perhitungan ekonomi (biaya yang dikeluarkan disbanding
kandengan pendapatan yang diperoleh).

7. Karakteristik lahan :sifat-sifat lahan yang dapat diukur besarnya seperti lereng, pH tanah,
tekstur tanah, curah hujan, kadar N,P,K kejenuhan basah. Evalauasi kesesuaian lahan
dilakukan dengancara menbandingkan Persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas lahan
yang ada maka tanah tersebut masuk kelas (sesuai). Untuk penggunaan lahan yang dimaksud
sebaliknya bila ada salah satu kualitas atau karakteristik lahan yang tidak sesuai maka lahan
tersebut masuk dalam tidak sesuai.

Klasifikasi kesesuaian lahan menurut system FAO (1976)dibedakan menurut tingkatannya,


yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Dapat di pakai untuk klasifikasi kesesuaian
lahan kuantitatif maupun kualitatiftergantung data yang telah ada. Kerangka dari system
klasifikasi kesesuaian lahan meliputi empat kategori yaitu:

1. Ordo : Menggambarkan apakh lahan sesuai atautidak sesuai untuk penggunaan lahan yang
dipilih.

2. Kelas : keadaan tingkat kesesuaian lahan dalam tingkat ordo..

3. Sub-kelas : keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan atau mencerminkan macam
pembatas/macam perbaikan yang harus dilakukan dalam masing-masing kelas.

4. Unit : keadaan tingkatan dalam sub-kelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat
tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaan.

A. Kesesuaian Lahan Tingkat Ordo ( Order)

Pada tingkat ordo di gambarkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis
penggunaan lahan yang di pilih, dan dikenal ada dua ordo yaitu :

1. Ordo S ( sesuai) : Lahan dapat digunakan dlm jangkah waktu tdk terbatas untuk suatu
tujuan penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit reziko kerusakan terhadap sumber daya
alam, keuntungan memuaskan setelah diperhitungkan masukan yang diberikan.

2. Ordo N ( tidak sesuai) : merupakan lahan yang mempunyai factor pembatas yang sangat
berat dan sulit diatasi, sehigga penggunaanya untuk suatu tujuan yang telah direncankan.
Digunakan bagi sautu usaha pertanian karena berbagai penghambat, baik secara fisik ( lereng
sangat curam dan berbatu-batu) maupun secara ekonomi ( keuntungan yang dapat lebih kecil
dari pada biaya yang dikeluarkan).

B. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Kelas

Kesesuaian lahan pada tingkat kelas adalah keadaan tingkat kesesuian lahan dalam tingkat
ordo, kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang symbol ordo, dimana nomor
menunjukan tingkat kelas. Ordo kesesuaian lahan dikelompokkan menjadi 5 kelas yaitu:
1. Kelas S1 ( sangat sesuai) : Lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas yang
nyataterhadap penggunaan secarah berkelanjutan, dan tidak berpengaruh terhadap
produktivitas lahan.

2. Kelas S2 ( cukup sesuai) : Lahan yang mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas
ini akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan.

3. Kelas S3 ( sesuai marginal) : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat,dan faktor
pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan.

4. kelas N1 ( tidak sesuai untuk saat ini ) : Lahan yang mempunyai pembatas yang lebih
besar, tapi masih ada kemungkinan untuk diatasi/diperbaiki, sehingga tidak memungkinkan
penggunaan lahan lestari dalam jangkah panjang. Faktor pembatas sedemikian besarnya
sehingga tidak dapat diperbaiki dengan pengolahan tinggi.

5. Kelas N2 ( tidak sesuai permanen): Lahan yang mempunyai pembatas permanen, sehigga
mencegah segalah kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

C. Kesesuaian Pada Tingkat Sub-Kelas

Kesesusaian lahan pada tingkat sub-kelas merupakan keadaan tingkatan dalam kelas
kesesuaian lahan atau mencerminkan jenis pembatas/macam perbaikan yang diperlukan kelas
tersebut. Tiap dapat terdiri satu atau lebih subkelas, tergantung dari jenis pembatas yang
ditunjukan dengan symbol huruf kecil yang ditetapkan setelah simbol misalnya kelas S2 yang
mempunyai pembatas efektif (S) dapat menjadi S2s dalam satu sub-kelas dapat mempunyai
satu, dua , atau paling banyak tiga simbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan
ditulis paling depan. Misalnya dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan topografi (t)
adalah pembatas yang paling dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas
kedua atau tambahan.

D. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Unit

Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan dalam sub-kelas kesesuaian
lahan, yang di dasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaan. Semua
unit yang berada dalam sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian yang samadalam kelas
danmempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub-kelas. Unit di beri simbol angka
yang di tulis di belakang simbol sub-kelas.

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit


Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan
yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim
dan tanah. Selain itu, factor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah
faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.

a. Iklim

Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 – 500 m dpl.
Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar
matahari, suhu, kelembapan, udara dan angin.

1. Curah hujan

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata – rata 2.000 - 2.500
mm/tahun dengan disrtibusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan.
Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit.
Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah.
Oleh sebab itu, musim kemarau yang berkepanjangan akan menurunkan produksi.

2. Sinar matahari

Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbihidrat dan memacu pembentukan bunga
dan buah. Untuk itu intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama
penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 – 7 jam/hari. Penyinaran
yang kurang dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi dan gangguan penyakit.

3. Suhu

Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu
yang optimum 24 – 280 C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih
bisa tumbuh pada suhu terendah 180 C dan tertinggi 320 C. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin
lama penyinaran atau makain rendah suatu tempat, makin tinggi suhunya. Suhu berpengaruh
terhadap masa pembungaan dan kematangan buah.

4. Kelembaban udara dan angin


Kelembaban udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang pertumbuhan
kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan
angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan.

b. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, aluvial,
atau regososl. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh yaitu sifat fisik dan sifat
kimia tanah, jika kedua sifat ini seimbang Kelapa sawit akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dengan baik.

1. Sifat fisik tanah

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi,
kemiringan tanah. Permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air
tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik,
permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas.
Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Keadaan
topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan
tanaman dan panen. Topografi yang dianggap untuk tanaman kelapa sawit adalah areal
dengan kemiringan 0 – 150. Hal ini akan memudahkan pengangkutan buah dari pohon ke
tempat pemungutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan. Areal dengan
kemiringan lereng lebih dari 150 masih memungkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras.
Areal seperti ini akan menyulitkan panen serta pengangkutan hasil.

2. Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara
mineralnya. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa
sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian,
tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan
vegeratif dan generative tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan
keseimbangan unsur – unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada PH tanah
antara 4,0 – 6,5, sedangkan PH optimumnya adalah 5 – 5,5. Tanah yang memiliki PH rendah
dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan
PH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Kesesuaian Lahan Wilayah Kajian untuk: pertanian
Jenis Tanaman: Kelapa sawit
SLH: I
Kualitas/Karakteristik Nilai Data Pengharkatan dan Kelas Usaha Perbaikan Pengharkatan dan
Lahan Kes.Lahan aktual Kelas Kes.Lahan
Potensial
Temperatur ( tc)
Suhu rata2 thnan 17-21 S3 Tidak ada S3
Ketersediaan Air (wa)
Curah hujan/thn 2500 S1 Tidak ada S1
Kelembaban >80 -
Media Perakaran (rc)
Drainase
Tekstur Lempung S1 Tidak dapat di S1
berdebu perbaikin
Bahan kasar
Kedalaman efektif >120 S1 Tidak ada S1
Retensi Hara (nr)
KTK tanah 36,95 T S1 Tidak ada S1
KB 81,87 ST
pH 6,3 S1 Dengan cara S1
pengelolaan
tinggkat
sedang,melakukan
pengapuran pada
lahan tersebut
C-organik 8,42 ST

Ketersediaan Hara (na)


N total 1,20 ST S1 Tidak ada S1
perbaikan
K terssedia 251,17 ST S1 Tidak ada S1
P2O5 tersedia 8,96 R S2 Tinggkat S1
pengelolaannya
sedang
Bahaya erosi (eh)
Lereng >40 N2 Melakukan S2
tinggkat tinggi
dengan membuat
teras
Tingkat bahaya Sangat berat N2 Melakukan S2
erosi penanaman
dengan tanaman
penutup tanah
Bahaya Banjir (fh) Tidak ada
tinggi
lama

Penyiapan Lahan (lp)


Batuan permukaan 12-15 S2 Pengelolaan S1
(%) tingkat tinggi
pembuatan
terasering
Singkapan batuan 12-15 S3 Pengelolaan S2
(%) tingkat rendah
pembuatan
terasering

KELAS KESESUAIAN Aktual (A) : N2e Pontensial (P) : S3re


Data diatas merupakan data penelitian tanah SLH I Dari data tersebut didapatkan
bahwa kelas kesesuaian lahan actualnya adalah N2e, dimana terdapat faktor pembatasnya
yaitu bahaya erosi yang sangat berat. Disisi lain terdapat beberapa permasalah jika tanaman
tomat ini ditanam di daerah SLH 1 ini yaitu dari segi retensi hara P, media perakaran, dan
penyiapan lahan.

Adapun usaha perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dari media perakaran dengan
melakukan pengelolaan tingkat tinggi melalui pembongkaran tanah saat dilakukannya
pengolahan tanah. Hal ini hanya dapat dilakukan perbaikan dengan tingkat tinggi sehingga
kelas keseuaiannya naik dari S2 menjadi S1. Kedalaman tanah ini tak dapat dibenahi dengan
perbaikan tingkat sedang, sehingga diperlukan biaya yang tinggi. Namun dalam media
perakaran tektstur tanah tak dapat diperbaiki sehingga tetap dalam kelas S2. Dari segi retensi
hara P yang masuk kedalam kelas kesesuaian S3 dapat ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian
S1 dengan pengelolaan tingkat tinggi. Pengelolaan tingkat sedang dapat dilakukan jika biaya
tak mencukupi dan dapat dilakukan oleh petani sehingga kelas kesesuaiannya naik menjadi
satu, dari S3 menjadi S2. Cara peningkatannya yaitu dengan penambahan pupuk P baik
dikelola secara tingkat tinggi maupun secara tingkat rendah.

Bahaya tingkat erosi yang terjadi memiliki tingkat bahaya erosiyang sangat berat
dengan lereng yang tinggi yaitu >40 sehingga kelas kesesuiannya yaitu N2, dengan adanya
kendala ini kelas potensinya dapat ditikngkatkan dengan pengelolaan tingkat tinggi dengan
membuat terasering atau dengan menanam sesuai kontur di lapangan, sehingga kelas
kesesuaiannya naik dari N2 menjadi S2. Untuk penyiapan lahan, dari S2 dapat naik menjadi
S1 dengan pengelolaan tingakt tinggi seperti membuat terasering. Untuk penyiapan lahan
sendiri tak dapat dilakukan pengelolaan tingkat sedang sehingga kelas kesesuaiannya akan
tetap berada di kelas kesesuaian S2. Maka nilai akhir dari kelas kesesuaian lahan adalah S2
dengan faktor pembatas pada media perkaran ( r ) dan pada bahaya erosi.
Evaluasi Lahan Daerah Penelitian untuk: Pertanian

Jenis Tanaman: Kelapa sawit

SLH: II
Kualitas/Karakteristik Nilai Data Pengharkatan dan Kelas Usaha Pengharkatan dan
Lahan Kes.Lahan aktual Perbaikan Kelas Kes.Lahan
Potensial
Temperatur ( tc)
Suhu rata2 thnan 17-21 S3 Tidak ada S3
Ketersediaan Air (wa)
Curah hujan/thn 2500 S1 Tidak ada S1
Kelembaban 60-80
Media Perakaran (rc)
Drainase
Tekstur Lempung S1 Tidak ada S1
berdebu
Bahan kasar -
Kedalaman efektif 90-110 S1 Tidak ada S1
Retensi Hara (nr)
KTK tanah 33,24 T S1 Tidak ada S1
KB 93,79 ST
pH 6,5 S1 Tidak ada S1
C-organik 2,68 S

Ketersediaan Hara (na)


N total 0,63 S S1 Tidak ada S1
K terssedia 211,49 S S1 Tidak ada S1
P2O5 tersedia 2,15 SR S3 Melakukan S1
pemupukan
unsur P
dengan
tingkat
pengelolaan
yang tinggi
Bahaya erosi (eh)
Lereng 25-40 N1 Dengan S2
melakukan
pengelolaan
tinggkat
tinggi yaitu
membuat
teras atau
penanaman
mengikuti
kontur
Tingkat bahaya erosi Ringan S2 Melakukan S1
pengelolaan
tingkat
sedang
yaitu
melakukan
penanaman
penutup
tanah
Bahaya Banjir (fh)
tinggi Tidak ada
lama

Penyiapan Lahan (lp)


Batuan permukaan 6-8 S2 Dengan S1
(%) melakukan
pengelolaan
tingkat
tinggi
dengan
pembuatan
terasering
Singkapan batuan 6-8 S2 Dengan S1
(%) melakukan
pengelolaan
tingkat
tinggi
dengan
pembuatan
terasering

KESESUAIAN LAHAN Aktual (A) : N1e Potensial (P) : S3re

Dari data tersebut diketahui bahwa kelas kesesuaian tanah N1 dengan faktor pembatas
yaitu bahaya erosi. Disamping itu permasalah lainnya yaitu retensi hara P yang masuk
kedalam kelas kesesuaian S3. Tak jauh berbeda dari tempat sebelumya dimana tekstur dari
tanah di desa ini masuk ke dalam kelas S2 dan tekstur ini tak dapat ditingkatkan ataupun
dirubah sama sekali sehingga tekstur tanah akan tetap masuk kedalam kelas kesesuian S2.
Tak hanya itu kedalaman efektif tanah yang ada termasuk kedalam kelas kesesuaian S2
namun dengan mengelola tanah dengan tingkat yang tinggi yaitu dengan pembongkaran
tanah atau penggemburan tanah maka kelas kesesuaiannya akan naik menjadi kelas S1.
Retensi hara P pada tanah ini asuk kedalam kelas S3 namun dengan pengelolaan tingkat
sedang, maka kelas kesesuaiannya dapar naik satu tingkat menjadi S2 dan dengan
pengelolaan tingkat tinggi kelas kesesuaiannya naik 2 kelas menjadi kelas S3. Cara
menaikkan kelas kesesuaian pada retensi hara ini yaitu dengan melakukan pemupukan unsur
P baik dengan pengelolaan tingkat sedang maupun tingkat tinggi.

Menjadi faktor pembatas terbesar, bahaya erosi terutama pada lereng dengan kelas
kesesuaiannya adalah N1, dengan keadaan tersebut pengelolaan tingkat tinggi dapat
menaikkan kelas kesesuaian dari N1 menjadi S2 dengan membuat terasering, selain itu pada
pengelolaan tingkat sedang dengan menanam mengikuti garis kontur maka kelas kesesuaian
lahan akan naik satu tingkat menjadi kelas S3. Tak hanya disana dengan menanam tanaman
penutup tanah maka dapat meningkatkan kelas kesesuaian dari S3 ke S1 tentu dengan modal
yang sangat banyak namun jika tak memungkinkan maka dapat melakukan pengelolaan
tingkat sedang, sehingga kelas kesesuaiannya akan naik menjadi S2.

Kelas kesesuaian pada penyiapan lahan pada desa ini dapat ditingkatkan dari S2
menjadi S1 dengan menggunakan pengelolaan tingkat tinggi yaitu dengan membuat
terasering, dan untuk menaikkan kelasnya hanya bisa mengelola dengan tingkat yang tinggi.
Sehingga jika dilihat dari segi kesesuaian lahan secara actual,yaitu N1 dengan faktor
pembatas bahaya erosi (e) pada lereng. Jika dilihat kesesuaian lahan secara potensial maka
kesesuaian lahannya menjadi S2 dengan faktor pembatasnya yaitu media perakaran (r) pada
tekstur dan bahaya erosi (e) pada lereng.
Evaluasi Lahan Daerah Penelitian untuk: Pertanian

Jenis Tanaman: Kelapa sawit

SLH: III
Kualitas/Karakteristik Nilai Data Pengharkatan dan Kelas Usaha Pengharkatan dan
Lahan Kes.Lahan aktual Perbaikan Kelas Kes.Lahan
Potensial
Temperatur ( tc)
Suhu rata2 thnan 17-21 S3 Tidak ada S3
Ketersediaan Air (wa)
Curah hujan/thn 2500 S1 Tidak ada S1
Kelembaban 60-80
Media Perakaran (rc)
Drainase
Tekstur Lempung N2 Pengelolaan S1
berpasir yang tinggi
dengan
menggunaka
n pupuk
kompos
dll.serta
memperbaiki
tanah yang
tidak
memiliki
humus
Bahan kasar
Kedalaman efektif 90-110 S1 Tidak ada S1
Retensi Hara (nr)
KTK tanah 48,75 ST S1 Tidak ada S1
KB 54,80 T
pH 6,7 S2 Melakukan S1
pengelolaan
yang tinggi
dengan cara
pengapuran
C-organik 2,60 S

Ketersediaan Hara (na)


N total 0.47 S S1 Tidak ada S1
K terssedia 191,99 S S1 Tidak ada S1
P2O5 tersedia 2,50 SR S3 Melakukan S1
pemupukan
unsur P
dengan
tingkat
pengelolaan
yang tinggi
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 8-15 S2 Dengan S1
melakukan
pengelolaan
tinggkat
tinggi yaitu
membuat
teras atau
penanaman
mengikuti
kontur
Tingkat bahaya Sedang S3 Dengan S1
erosi pengelolaan
tingkat tinggi
yaitu
penanaman
tanaman
penutup
tanah
Bahaya Banjir (fh)
tinggi Tdk ada
lama

Penyiapan Lahan (lp)


Batuan permukaan 10-12 S2 Dengan S1
(%) melakukan
pengelolaan
tingkat tinggi
dengan
membuat
terasering
Singkapan batuan 10-12 S3 Dengan S1
(%) melakukan
pengelolaan
tingkat tinggi
dengan
membuat
terasering
KELAS Aktual (A) : Pontensial
KESESUAIAN N2ne (P) :S3r

Tak jauh berbeda dari data sebelumnya, bahaya erosi masih menjadi faktor tertinggi
namun kelasnya lebih rendah dibanding dengan kelas sebelumnya yaitu N2 sednagkan pada
SLH III ini kelas bahaya erosinya adalah S3 untuk persentase lereng dan tingat bahaya erosi
itu sendiri. Dengan pengelolaan tingkat tinggi maka kelas bahaya erosi dapat naik dua kelas
menjadi S1, tetapi dapat juga dengan pengelolaan tingkat sedang sehingga kelasnya akan naik
satu menjadi kelas S2. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan menanam
tanaman penutup tanah atau menanam mengikuti kontur lereng bagi pengelolaan tingkat
sedang dan untuk pengelolaan tingkat tinggi dapat dibuat terasering.

Untuk penyiapan lahan dengan batuan permukaan dan singkapan batuan yang sama-
sama masuk kedalam kelas S2 maka upaya perbaikan yang dapat dilakuakan untuk
meningkatkan kelasnya dengan pembutan terasering. Untuk perbaikan penyiapan lahan hanya
dapat dilakukan dengan menggunakan pengelolaan tingkat tinggi saja. Untuk karakteristik
lainnya tak perlu untuk diperbaiki karena telah sangat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
tomat sehingga hanya perlu dikontrol agar kelas tak turun ke kelas yang lebih rendah. S3
dengan faktor pembatasnya yaitu ketersediaan hara (n) pada karakteristik P tersedia dan
bahaya erosi (e) pada lereng dan tingkat bahaya erosi, namun secara potensial kelas
kesesuaian lahan dari lahan di Desa Pegayaman adalah kelas S2 dengan faktor pembatasnya
yaitu media perakaran (r) pada karakteristik tekstur
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan jenis tanaman palem yang di
perkirakan berasal dari negeri yaitu Afrika Barat atau dari Brasil, Amerika selatan. Spesies
E.guineensis atau Elaeis oleivera berasaldari Amerika Selatan dan spesies E.guineensis
berasal dari Afrika (Sastrosayono Selardi, 2006). Kelapa Sawit merupakan tanaman
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek
pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah
maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar
bagi negara setelah karet dan kopi.
Saran
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan
yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim
dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah
faktor genetik, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017.


Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan. (Kelapa Sawit, Karet dan
Kakao). Direktorat Jenderal Perkebunan.

Ritung, S, K. Nugroho, A. Mulyani dan E. Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi


Lahan Untuk Komoditas Pertanian (edisi
revisi). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberday
a Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 168 hal

Mega, I.M., I. N. Dibia, I.G.P. Ratna dan T.B. Kusmiyarti. 2010. Klasifikasi Tanah dan
Kesesuaian Lahan. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. 145 hal

Sulistyo, Bambang. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian


Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Universitas Gadjah M
ada Press. Yogyakarta. 352 hal

Anda mungkin juga menyukai