Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN DAN TEORI KONSEP

BBLR & NEONATUS IKTERIK


disusun untuk memenuhi tugas case alaysis method mata kuliah keperawatan anak
dengan dosen fasilitator Maya Amalia, S.Kep Ners. M.Kep.

Disusun oleh :

Pembanding

Raifal Esa Ramadhan 102021005

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

Jalan K.H.A Dahlan Dalam No.6 Bandung

2023
ASKEP PEMBANDING

KASUS CAM : BBLR + ikterik neonatus

By. Ny. A lahir di klinik bersalin pada 12 februari 2023, pukul 07.00. dirujuk ke
IGD RSUD pada 14 februari 2023 dengan keluhan bayi tampak sesak. Identitas
orang tua Tn A dan Ny C. usia 27 tahun dan 25 tahun.pendidikan orang tua SMA.
Pekerjaan IRT dan buruh bangunan.
Diagnose medis BBLR dan Ikterik Neonatus
Menurut ibu, By. Lahir di bidan, dari sejak lahir bayi seperti susah saat meminum
ASI kadang sekitar mulut bayi tampak biru. Sekarang bayi juga disertai tampak
kuning seluruh badan pada hari ke 2, bayi kurang aktif fan setiap harinya selalu
tertidur, demam (-), mual muntah (- / -), minum ASI lemah. Bayi lahir di klinik
bersalin ditolong oleh bidan, neonatus dengan usia gestasi 35 minggu, letak
kepala, lahir spontan ketuban jernih, menangis (+). Berat badan lahir 2.1
Kg.Panjang badan 45 cm, Lingkar kepala 31 cm.

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, dan tidak ada yang
menderita penyakit keturunan. Gol. Darah ibu : 0, Gol. Darah ayah : A. APGAR
score menit ke 1: 8 dan menit ke 5 : 10. Bayi sudah diberikan imunisasi Hepa.
B. dan diberikan Vit K.

Ibu sangat bingung tidak tau bagaimana cara merawat bayi karena By terutama
karena By selalu tertidur dan kurang aktif dalam minum ASI, By adalah anak
pertama. Ibu juga sedih karena bayi harus dirawat di RS. Orang tua berharap By.
Akan segera pulih dan bisa kembali pulang. Ibu selama kehamilan mengalami
hyperemesis gravidarum dan sempat 2x dirawat di RS karena selalu muntah dan
lemas, ibu selalu rutin memeriksakan kehamilan ke bidan.
Pemeriksaan fisik yaitu nadi 145x/menit, RR 62 x/menit, suhu 36.6 C. BB 2040
gram. PB 45 cm.
Pernafasan spontan. Tidak ada sianosis. Bunyi jantung S1 S2 regular tidak ada
suara jantung tambahan.
Suara napas vesikuler, teratur. Terdapat retraksi dada. Terdapat pernafasan cuping
hidung.
CRT < 3 detik, akral hangat. kualitas denyut nadi kuat. Mulut dengan mukosa
lembab. Tidak ada pembesaran tonsil. Refleks menghisap lemah.
Turgor kulit elastis. Warna kulit kuning, sklera kuning, Bising usus normal. Anus
(+) konsistensi lembek, urine spontan. Tidak ada kelainan tulang . Gerakan bayi
bebas.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 14 februari 2023

Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan

FAAL HATI Tanggal 16 Februari 2023

Bilirubin Total 12,75 0,20 - 1,00 mg/dl

Billirubin direct 0,56 0,10 – 0,30 mg/dl

Billirubin indirect 12,19 0,20 – 0,70 mg/dl

Golongan darah ABO dan Rhesus

Golongan darah ABO A

Golongan darah Positif


Rhesus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.
NY. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
BBLR + IKTERIK NEONATUS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas

1. Nama : By. Ny. A


2. Usia : 4 Tahun
3. Tempat tanggal lahir : Bandung,12 Februari 2023
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Tanggal Masuk : 14 Februari 2023
6. Tanggal pengkajian : 14 Februari 2023
7. Diagnosa Medis : BBLR + ikterik neonatus

b. Identitas Orangtua

1. Nama Ibu : Ny.A


2. Usia : 25 tahun
3. Pekerjaan : IRT
4. Alamat : Bandung
5. Nama Ayah : Tn. C
6. Usia : 27 tahun
7. Pekerjaan : Buruh Bangunan
8. Alamat : Bandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Bayi tampak sesak

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi datang ke IGD RSUD Pada 14 Februari 2023 dengan keluhan bayi
tampak sesak. Ibu bayi mengatakan sejak lahir bayi seperti susah
meminum asi kadang sekitar mulut bayi tampak biru. Sekarang bayi juga
disertai tampak kuning seluruh badan pada hari ke 2, bayi kurang aktif dan
setiap harinya selalu tertidur, demam (-), mual muntah(-/-), minum asi
lemah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal: Selama kehamilan ibu mengalami hiperemesis gravidarum dan
sempat 2x dirawat di RS karena selalu muntah dan lemas, ibu selalu rutin
memeriksakan kehamilan ke bidan.
2) Natal: bayi lahir di klinik bersalin ditolong oleh bidan, neonatus dengan
usia gestasi 35 minggu, lahir spontan, ketuban jernih, menangis(+)
3) Postnatal:
- Berat badan lahir 2,1 kg
- Panjang Badan: 45 cm
- Lingkar Kepala: 31 cm
4) Riwayat Imunisasi:
Imunisasi Hepa B
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, dan tidak ada yang
menderita penyakit keturunan. Gol darah ibu: O, Gol darah ayah: A

3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital:
Suhu : 36,6º C
Nadi : 145 x/menit
RR : 62 x/menit

b. Antropometri
Panjang badan : 45 cm
Berat badan : 2040 g

c. Head To Toe
1) Hidung:
Pernapasan spontan, tidak ada sianosis, terdapat pernapasan cuping
hidung
2) Mata:
Sklera kuning
3) Mulut:
Mukosa bibir lembab, reflek menghisap lemah, tidak ada pembesaran
tonsil
4) Telinga:
Tidak terkaji
5) Dada:
Suara napas vesikuler teratur, terdapat retraksi dada, Bunyi jantung S1
S2 regular tidak ada suara jantung tambahan
6) Abomen: Bising usus normal
7) Genitalia:
Urin spontan
8) Ekstremitas:
CRT < 3 detik, akral hangat, gerakan bayi bebas, tidak ada kelainan
tulang
9) Kulit:
Turgor kulit elastis, warna kulit kuning

4. Pola Aktivitas Sehari-hari


Kond Sebelum Sakit Saat
isi Sakit
a. Nutrisi
Keinginan Kurang
Kurang
Menyusu Minum asi lemah
Minum asi lemah
Frekuensi
Menyusui
b. Cairan
Jenis minuman ASI ASI
Frekuensi Tidak terkaji Tidak
minum Tidak diketahui terkaji
Kebutuhan Tidak terkaji
cairan
c. Eliminasi BAB/BAK
Frekuensi/waktu Tidak Tidak terkaji
Konsistensi terkaji Lembek
Kesulitan Tidak Tidak terkaji
Obat
terkaji Tidak terkaji
pencahar
Tidak
terkaji
Tidak terkaji
d. Istirahat/Tidur
Jam tidur
Tidak terkaji Tidak terkaji
Bayi selalu Bayi selalu tertidur
Pola tidur
tertidur Tidak terkaji
Kesulitan tidur
Tidak terkaji

5. Terapi Obat

No. Nama obat Dosis Rute Indikasi


1. Vit. K 1 ml IM Obat untuk membantu
proses pembekuan darah
dan mencegah
perdarahan yang bisa
terjadi pada bayi.
2. Imunisasi hepa B 0, 5 ml IM Untuk mencegah
penyakit hepatitis B

6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Hasil Rujukan Interpretasi


16 Februari Bilirubin Total 12,75 0, 20 – 1, 00 Tinggi
2023
Billirubin direct 0, 56 0,10- 0, 30 Tinggi
Billirubin 12, 19 0, 20 – 0, 70 Tinggi
indirect
Golongan darah A Rhesus
positif
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS : Prematuritas Pola napas
- Ibu mengatakan ↓
tidak efektif
bayi tampak sesak
Fungsi organ dalam tubuh
belum sempurna
DO :

- Terdapat
pernapasan Pertumbuhan dinding dada
belum sempurna
cuping hidung ↓
- Terdapat retraksi
Vaskuler paru imatur
dada ↓
- Pola napas
Insuf pernapasan
abnormal ↓
(takipnea)
Penyakit membrane hialine
- TTV: ↓
N: 145x/mnt
Dispnea
RR: 62x/mnt ↓
S: 36,6 C
Pola napas tidak efektif
2 Ds: Prematuritas Ikterik
- ↓ Neonatus
Do:
- Bilirubin serum Fungsi organ dalam tubuh
belum sempurna
total 12,75 mg/dl

- Bilirubin direct
Gangguan konjungsi bilirubin
0,56 mg/dl

- Bilirubin indirect
Pemecahan bilirubin berlebih
12,19 mg/dl

- Warna kulit
kuning Kadar bilirubin semakin
meningkat
- Sklera kuning ↓

Ikterus pada kulit badan dan


sklera

Ikterik Neonatus
3. DS: Prematuritas Menyusui
- Ibu mengatakan ↓ tidak efektif
bayi kurang aktif
Fungsi organ dalam tubuh
dalam menyusui belum sempurna

DO:
- Reflek menghisap
Imaturitas sentrum vital
lemah ↓
- Bayi menghisap
Ketidakadekuatan refleks
tidak terus menghisap bayi
menerus ↓

Menyusui tidak efektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
2. Ikterik Neonatus b.d bayi prematur
3. Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada prematuritas b.d
ketidakadekuatan refleks meghisap bayi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujua Interven Rasion


Diagnosa
n si al
Pola napas tidak efektif Setelah diakukan tindakan Manajemen Jalan
b.d hambatan upaya keperawatan selama 2x24 jam Napas
napas Observasi Observasi
diharapkan Pola napas 1. Untuk mengetahui frekuensi dalam
1. Monitor pola napas (frekuensi,
rentang normal, adanya otot bantu
membaik dengan kriteria hasil : otot bantu pernapasan, pernapasan dan pernapasan cuping
1. Sesak menurun pernapasan cuping hidung) hidung.

2. Retraksi dada menurun Terapeutik Terapeutik


2. Berikan terapi oksigen 2. Terapi oksigen bertujuan untuk
3. Pernapasan cuping hidung
menghindari distress pernapasan
menurun Edukasi (Nurviyanti, 2021).
4. Frekuensi napas dalam Edukasi
3. Edukasi pada keluarga pasien
rentang normal yaitu 40- mengenai tindakan yang akan 3. Agar kelurga pasien paham serta
dilakukan menyutujui mengenai tindakan yang
60x/mnt akan di lakukan.
Ikterik Neonatus b.d Setelah dilakukan tindakan Fototerapi neonatus
bayi prematur keperawatan 2x24 jam Observasi Observasi
1. Monitor ikterik pada sklera dan
diharapkan status nutrisi bayi 1. Untuk mengetahui ikterik pada kulit
kulit bayi
membaik dengan kriteria hasil: bayi dan juga sklera
2. Monitor tanda tanda vital
1. Kulit kuning menurun 2. Pemeriksaan tanda vital
3. Monitor efek samping foto terapi
2. Sclera kuning menurun merupakan suatu langkah yang
(mis. Hipertermi, diare, rush
3. Kadar bilirubin dalam darah tepat untuk memonitor keadaan
pada kulit, penurunan bb lebih
menurun dan respon pasien untuk tindakan
dari 8-10%)
yang akan di lakukan selanjutnya
Terapeutik
(Sulityowati dalam Kusuma,
4. Siapkan lampu fototerapi dan
2021).
inkubator
3. Untuk mengetahui apakah terdapat
5. Lepaskan pakaian bayi kecuali
efek samping setelah dilakukannya
popok
foto terapi
6. Berikan penutup mata
(eyeprotector/biliband) pada bayi
Terapeutik
4. Untuk menyediakan alat yang
akan di gunakan saat fototerapi
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemeriksaan darah berlangsung
vena bilirubin direk dan indirek 5. Melepaskan pakaian bayi kecuali
popok dapat membuat tubuh bayi
lebih maksimal terkena efek
fototerapi (Dewi dalam Kusuma,
2021).
6. Memberikan penutup mata agar
sinar yang di pancarkan oleh
fototerapi tidak merusak
penglihatan bayi (Dewi dalam
Kusuma, 2021).
7. Mengukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi dengan jarak
30 cm untuk menghindari
terjadinya hipertermi

Kolaborasi
8. Pemeriksaan bilirubin dilakukan
untuk mengetahui kadar bilirubin
dalam tubuh.
Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Pendampingan 1.
efektif b.d hambatan keperawatan selama 2x24 jam proses menyusui
pada prematuritas b.d diharapkan status menyusui Observasi
ketidakadekuatan membaik dengan kriteria hasil: 1. Monitor kemampuan bayi menyusu
refleks meghisap bayi 1. Hisapan bayi meningkat
2. Waktu menyusu bayi Terapeutik
meningkat 2. Dampingi selama kegiatan menyusui
berlangsung

Edukasi
3. Ajarkan teknik menyusui yang benar
1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), BBLR adalah berat badan saat lahir
kurang dari 2.500 gram.

BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan


perhatian di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara
dengan sosio-ekonomi rendah. WHO (World Health Organization)
mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO
mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram),
BBLSR (1000- 1499 gram), BBLER (< 1000 gram).
Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-organ yang berada
dalam tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk
bila berat bayi semakin rendah.
2. Etiologi
Sutan, et.al., (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa BBLR dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor ibu (status gizi, umur, paritas, status
ekonomi), riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan BBLR, aborsi), asuhan
antenatal care yang buruk, keadaan janin.
Wanita dengan status ekonomi rendah cenderung memiliki asupan
makanan yang tidak memadai, sanitasi tempat tinggal yang buruk, dan
kemampuan untuk mencari perawatan selama kehamilan yang kurang sehingga
dapat mempengaruhi berat lahir bayi mereka (Perera & Manzur, 2014). Usia ibu ≤
15 tahun memiliki risiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat rendah.
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas), IUGR
(Intra Uterin Growth Restriction) dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT). Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko seperti
faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa 2 kehamilan
3. Manifestasi Klinis
Bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian,
keterlambatan petumbuhan dan perkembangan selama masa kanak-kanak
dibandingkan dengan bayi yang tidak BBLR (Rajashree, 2015). Bayi BBLR
memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup. Ketika mereka bertahan hidup,
mereka lebih rentan terhadap penyakit hingga mereka dewasa.
BBLR cenderung mengalami gangguan perkembangan kognitif, retardasi
mental serta lebih mudah mengalami infeksi yang dapat mengakibatkan kesakitan
atau bahkan kematian. Dampak lain yang muncul pada orang dewasa yang
memiliki riwayat BBLR yaitu beresiko menderita penyakit degeneratif yang dapat
menyebabkan beban ekonomi individu dan masyarakat (Pramono, 2009).
4. Patofisiologi
Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain adalah karakteristik sosial
demografi ibu, risiko medis ibu sebelum hamil, status kesehatan reproduksi dan
status pelayanan antenatal. Karakteristik sosial demografi ibu meliputi umur
kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status ekonomi
yang kurang, status perkawinan yang tidak sah, tingkat pendidikan yang 12-15
rendah. Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR
meliputi paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan 12-15 BBLR,
jarak kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai