Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih banyak

menggunakan model belajar konvensional (metode Ceramah). Pada pembelajaran,

siswa hanya menjadi objek, sehingga kurang mendorong potensi yang dimiliki

siswa untuk berkembang. Pembelajaran kurang merangsang siswa untuk bisa

mandiri sehingga prestasi siswa kurang optimal. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan, guru harus memiliki kecakapan dalam

menentukan dan memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum pada

suatu lembaga pendidikan. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi

siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada

dasarnya adalah mengantarkan siswa ke arah perubahan-perubahan tingkah laku,

baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu

dan makhluk sosial.

Oleh karena itu, perlu kita sadari bahwa proses pembelajaran di dalam kelas

merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan. Pembelajaran yang

bermutu tentu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam hal ini guru

memiliki peran yang sangat besar dalam mengorganisasi kelas sebagai bagian dari

proses pembelajaran dan siswa sebagai subyek yang sedang

1
2

belajar. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar. Selain itu,

kualitas dan keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan

dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Arief (2005) menyatakan “Pemilihan model dan metode pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan

keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru.” Hal ini didasari oleh

asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran

akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa.

Menurut Djodjo Suradisastra, dan kawan-kawan (1991:91) metode

mengajar adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai

dengan efektif.

Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa guru selalu berusaha memilih

metode yang tepat dan efektif, sehingga siswa dapat memperoleh kecakapan dan

pengetahuan dari guru dengan baik. Dalam mengajar, terdapat berbagai alternatif

metode mengajar yang dapat dipilih guru, karena metode mengajar banyak sekali

macamnya, antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,

metode bermain peran, metode karya wisata, metode proyek, metode inkuiri dan

lain-lain.

Oleh karena itu banyak metode yang dapat digunakan guru dalam

pembelajaran, karena pada prinsipnya, waktu satu kali mengajar bisa


3

menggunakan beberapa metode pembelajaran, hal ini tergantung pada apa tujuan

pembelajaran, bahan atau materi apa yang diajarkan.

Salah satu metode yang dapat membina hubungan sosial murid, baik di

dalam kelas maupun di lingkungan masyarakat, adalah penggunaan metode

bermain peran. Menurut Roestiyah (2001:90) mengemukakan bahwa metode

bermain peran adalah siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan

gerak-gerik dan ekspresi wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia,

dimana siswa bisa memainkan peranan dalam dramatisasi masalah-masalah sosial

atau psikologis.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam pemilihan metode

menurut Roestiyah (2001:70) adalah: 1) Merumuskan tujuan yang jelas atau

kegiatan yang dilaksanakan oleh guru. 2) Mempertimbangkan waktu yang

dibutuhkan. 3) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa dan tujuan

pengajaran yang akan di capai.

Hal pokok yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah

tercapainya tujuan pembelajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program

pembelajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah

satu kegiatan yang harus dilakukan guru adalah melakukan pemilihan dan

penentuan metode dan bagaimana menerapkan metode yang dipilih tersebut untuk

mencapai tujuan pembelajaran.


4

Kegagalan guru mencapai tujuan pembelajaran akan terjadi jika pemilihan

dan penentuan metode tidak dilakukan dengan baik dan melakukan pengenalan

terhadap karakteristik dari masing-masing metode pembelajaran. Karena itu, guru

harus mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metode dan

disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan di kelas nantinya.

Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa pemilihan metode sangat penting

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan nantinya. Dalam

hal ini penulis memilih metode pembelajaran yang digunakan adalah metode

bermain peran. Metode bermain peran tidak terlepas dari fungsinya yang

merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam mengajar. Sedangkan sejauh yang

penulis ketahui di lapangan melalui observasi yang penulis lakukan di SMK

Negeri 5 Kepahiang, guru jarang sekali menggunakan metode bermain peran

khususnya dalam mata pelajaran Food and Beverage. Pada hal kalau

dipergunakan secara tepat, banyak tujuan atau sasaran yang dapat dicapai dalam

pelajaran Food and Beverage. Pembelajaran pelajaran Food and Beverage lebih

baik diketahui oleh anak melalui pengalaman yang langsung, menarik dan

berguna dengan mengoptimalkan proses belajar mengajar yang bermakna, melalui

suatu metode yang tepat dipergunakan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

membahas masalah tersebut dalam suatu penelitian tindakan kelas yang penulis

beri judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan

Metode Bermain Peran di Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang

Tahun Ajaran 2022/2023


5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan penentuan dari masalah-masalah yang akan

dikemukakan di dalam penulisan nantinya, agar penulisan ini lebih terarah dan

tidak terlepas dari topik yang akan dibahas nantinya.

Untuk lebih terarahnya apa yang telah penulis kemukakan di atas,

sehingga dapat mencapai tujuan yang diarahkan maka secara umum penulis akan

memberikan rumusan masalah agar tidak menyimpang dari apa yang menjadi

pokok dalam pembahasan, yaitu “Bagaimana menggunakan metode bermain

peran dalam meningkatkan hasil pembelajaran Food and Beverage di Kelas XI

Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang?”

Permasalahan tersebut akan dibahas lagi secara khusus mengenai:

1. Bagaimana bentuk rancangan pembelajaran Food and Beverage dengan

menggunakan metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5

Kepahiang.

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Food and Beverage dengan

menggunakan metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5

Kepahiang.

3. Bagaimana penilaian belajar siswa dalam pembelajaran Food and Beverage

dengan menggunakan metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK

Negeri 5 Kepahiang.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan

metode bermain peran dalam peningkatan hasil pembelajaran Food and


6

Beverage di Kelas XI Perhotelan SMK. Secara khusus, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mendeskripsikan Rancangan pembelajaran Food and Beverage dengan

menggunakan metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5

Kepahiang.

2. Mendeskripsikan Food and Beverage metode bermain peran dalam

pelaksanaan pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan

metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang.

3. Mendeskripsikan hasil belajar siswa pada pembelajaran Food and Beverage

dengan menggunakan metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK

Negeri 5 Kepahiang

D. Manfaat Hasil Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi Ilmu Pengetahuan di Sekolah Menengah Kejuruan khususnya

pembelajaran Food and Beverage.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, peneliti dan

siswa sebagai berikut:

1. Bagi guru, penerapan pembelajaran dengan penggunaan metode bermain

peran, dapat bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dalam melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran. Guru diharapkan

mampu untuk menggunakan metode bermain peran dalam rangka memberi

pelajaran yang menyenangkan bagi siswa.


7

2. Bagi peneliti, penerapan pembelajaran dengan penggunaan metode bermain

peran, dapat bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan dapat dijadikan

pembanding antara hasil pembelajaran dengan menggunakan metode

bermain peran dengan metode pembelajaran lainnya.

3. Bagi Siswa, untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan penelitian.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian

a. Food and Beverage

Keterampilan food and beverage adalah salah satu mata pelajaran

SMK program keahlian Perhotelan bagi siswa kelas XI semester 1 dan 2.

Pelajaran ini termasuk pada paket keahlian (C3) pada struktur kurikulum

SMK Pariwisata. Materi pelajaran yang diajarkan pada mata pelajaran

Food and Beverage meliputi house keeping, food and beverage service,

tata hidang, dan hotel. Kegunaan mata pelajaran ini antara lain agar siswa

dapat mengetahui istilah-istilah yang berasal dari bahasa Prancis yang

sering dijumpai di bidang akomodasi perhotelan. Berdasarkan studi

pendahuluan yang sudah dilakukan, terdapat istilah-istilah bahasa Prancis

yang termuat dalam buku Pengantar Akomodasi dan Restauran.

b. Pembelajaran

Menurut Udin (2000:43) mengemukakan bahwa pembelajaran

adalah kegiatan yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa

dan aktivitas guru.

Oemar Hamalik (2000:44) menyatakan bahwa pembelajaran

diartikan sebagai upaya pembimbingan terhadap siswa agar ia secara sadar

dan terarah untuk belajar dan memperoleh hasil belajar yang sebaik

8
9

mungkin sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang

bersangkutan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan proses bimbingan yang diselenggarakan oleh

guru terhadap siswa, agar siswa sadar dan terarah untuk belajar, sehingga

siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

c. Metode

Adapun pengertian metode menurut beberapa ahli adalah sebagai

berikut:

Menurut Syaiful (2006:46) metode ialah “suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Menurut Mulyani (1999:134) metode ialah ”cara-cara yang di

tempuh guru untuk mencapai situasi pengajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan

tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”.

Menurut Udin (2000:44) menyatakan bahwa metode ialah “salah

satu komponen yang ada dalam kegiatan pembelajaran atau cara yang

digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung”.

Nana Sudjana (2000:76) memberi pengertian, metode ialah “cara

yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa saat

berlangsungnya pengajaran”.
10

Dan menurut JJ. Hasibuan, dan Moedjino (2004:3) metode adalah

“alat yang merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam

pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa,

metode ialah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan

yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran

dapat tercapai dengan efektif.

2. Macam-macam Metode Mengajar

Setiap mata pelajaran mempunyai metode tertentu sesuai dengan

kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat

menentukan metode apa yang paling efisien bagi mata pelajaran tersebut.

Macam-macam metode menurut Syaiful (2006:82) adalah sebagai

berikut:

a. Metode Proyek

Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang

bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi

yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan

bermakna.

b. Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan adalah cara penyajian pelajaran,

dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari.


11

c. Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan,

dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan

belajar.

d. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-

siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau

pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan

bersama.

e. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya.

Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam

hubungannya dengan masalah sosial.

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan

meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau

benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan,

yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

g. Metode Problem Solving

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya

sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,

sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya

yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.


12

h. Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan

mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk

mempelajari/menyelidiki sesuatu.

i. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi

dapat pula dari siswa kepada guru.

j. Metode Latihan

Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu

cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.

k. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah yang boleh dikatakan metode tradisional,

karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi

lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

3. Pengertian Metode Bermain Peran

Menurut Roestiyah (1989:78) bermain peran adalah “metode yang

memberikan kesempatan kepada anak untuk memerankan situasi dengan

bermain sandiwara”. Kemudian menurut Nana Syaodih. S (2003:104) bermain

peran adalah “metode yang digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dimana

siswa yang memerankannya”. Dan menurut Moedjiono dan Dimyati (1991:81)

bermain peran adalah


13

Memainkan peranan dari peranan-peranan yang sudah pasti


berdasarkan kejadian terdahulu yang dimaksudkan untuk
menciptakan kembali situasi sejarah peristiwa masa lalu,
menciptakan kemungkinan kejadian dimasa yang akan datang,
menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat dipercaya atau
mengkhayalkan situasi pada suatu tempat atau waktu tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

bermain peran adalah cara mengajar yang dilakukan guru dengan jalan

menirukan tingkah laku yang menirukan tingkah laku dalam hubungan sosial

yang menekankan pada keikutsertaan para murid untuk memerankannya

(mendramatisasi). Metode bermain peran (role playing) dikenal juga dengan

metode sosiodrama, kedua metode ini sering diartikan sama. Metode bermain

peran dengan sosiodrama memiliki perbedaan yaitu dalam pelaksanaannya.

Metode sosiodrama tidak menekankan pada keikutsertaan siswa untuk

memerankan tingkah laku dalam hubungan sosial, sedangkan bermain peran

lebih menekankan pada keikutsertaan siswa untuk memerankan tingkah laku

dalam hubungan sosial.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran

Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan

metode bermain peran. Adapun kelebihan dan kelemahan metode bermain

peran menurut Syaiful (2002:101) adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

a. Siswa melatih dirinya untuk memahami, mengingat isi bahan yang akan

didramakan.

b. Siswa akan melatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk.


14

d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina.

e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung

jawab dengan sesamanya.

f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik.

Dari beberapa poin diatas yang merupakan kelebihan dari metode

bermain peran dapat diketahui bahwa metode bermain peran sangatlah baik

untuk diterapkan untuk perkembangan siswa, baik cara berpikirnya, bakat,

mental, maupun kehidupan sosialnya.

Kelemahan:

a. Sebagian besar anak tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang

aktif.

b. Banyak memakan waktu.

c. Memerlukan tempat yang luas.

d. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton

yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

Dari beberapa poin tersebut dapat pula kita ketahui bahwa meskipun

metode bermain peran tersebut baik untuk dilaksanakan, namun memiliki

kelemahan dalam pelaksanaannya, yaitu susah untuk menerapkan metode

tersebut yang dikarenakan oleh faktor lingkungan kelas, waktu yang

digunakan dan faktor minat dari siswa itu sendiri.

Metode bermain peran ini sangat menarik banyak perhatian siswa SMK

sebagai suatu pembelajaran, didalamnya dapat melibatkan aspek-aspek

kognitif (problem solving atau pemecahan masalah) dan efektif (sikap nilai-

nilai pribadi atau orang lain, membandingkan dan mempertentangkan nilai-


15

nilai, mengembangkan empati dan sebagainya, atas dasar tokoh yang mereka

perankan. (Djodjo Suradisastra, 1991:95).

5. Tujuan Penggunaan Metode Bermain Peran

Tujuan merupakan hal-hal yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan

tertentu, yang dalam hal ini adalah penggunaan metode bermain peran.

Adapun tujuan dari penggunaan metode bermain peran menurut Syaiful

(2002:100) adalah sebagai berikut:

a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok

secara spontan.

d. Meransang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.

Dari beberapa tujuan penggunaan metode bermain peran tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode tersebut sangat baik untuk

perkembangan jiwa sosialnya. Bagaimana ia bergaul dan menghargai teman,

bagaimana ia beraktifitas dalam kelompok, bagaimana ia dapat berpikir kreatif

dan mengambil keputusan pada saat dihadapkan pada situasi yang tiba-tiba.

6. Syarat-syarat Penggunaan Metode Bermain Peran

Sebelum guru menggunakan metode bermain peran dalam mengajar,

terlebih dahulu harus mengetahui syarat-syaratnya supaya metode ini efektif.

Menurut Roestiyah NK (1989:78) syarat-syarat tersebut antara lain:

a. Masalah yang akan diperankan menyangkut relasi antar manusia,

b. Masalah yang akan diperankan terletak dalam bidang perhatian siswa,


16

c. Penonton/pendengar yakni siswa yang sedang tidak memerankan, tetapi

tahu akan kewajibannya,

d. Guru melukiskan masalah-masalah yang akan diperankan secara jelas,

e. Didalam memerankan, siswa harus mendapat kebebasan sepenuhnya

sehingga adegan yang ditampilkan keluar secara spontan, makin spontan

makin baik,

f. Guru menghentikan drama tersebut pada titik puncak drama,

g. Penyelesaian pemecahan masalah relasi antara manusia itu dilanjutkan

dengan diskusi umum.

Dari beberapa hal yang disyaratkan dalam penggunaan metode bermain

peran tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bermain peran tersebut

tidak terlepas dari peran guru pembimbing sebagai pengarah dan penyusun

tentang topik yang akan diperankan serta perhatian dari guru pembimbing

sangat diharapkan untuk suksesnya bermain peran tersebut.

7. Langkah-Langkah Metode Bermain Peran

Dalam melaksanakan metode bermain peran agar berhasil dengan

efektif, maka perlu mempertimbangkan langkah-langkah yang akan dilakukan.

Menurut Roestiyah NK (2001:91) langkah-langkah metode bermain peran

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini

bahwa dengan metode bermain peran siswa diharapkan dapat memecahkan

masalah hubungan sosial yang aktual yang ada di masyarakat, maka

kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan, masing-


17

masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan

siswa lain jadi penonton dengan tugas-tugas lain pula.

b. Guru harus memilih masalah yang urgen atau mendesak yang

membutuhkan pemecahan segera, sehingga menarik minat anak. Ia mampu

menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha

memecahkan masalah itu.

c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan

sambil untuk mengatur adegan yang pertama.

d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi

tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya itu.

Bila tidak, ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan

pengetahuan serta pengalaman seperti yang diperankan itu.

e. Jelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka

tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun

berdialog.

f. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, disamping

mendengar dan melihat mereka harus bisa memberi saran dan kritik pada

apa yang akan dilakukan setelah bermain peran selesai.

g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat

pertama dalam dialog.

h. Setelah bermain peran itu dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan,

agar kemungkinan-kemingkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan

secara umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat,


18

menilai permainan dan sebagainya. Bermain peran dapat pula dihentikan

apabila sedang menemui jalan buntu.

i. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walau mungkin masalahnya belum

terpecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab.

B. Kerangka Teori.

Pembelajaran Food and Beverage pada Kelas XI Perhotelan SMK akan

lebih dirasakan keberhasilannya apabila diajarkan dengan menggunakan metode

bermain peran.

Pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan metode bermain

peran di Kelas XI Perhotelan SMK bertujuan agar siswa mampu memerankan

sesuatu di depan kelas, mempunyai sikap menghargai orang lain serta mempunyai

rasa tanggung jawab. Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa

kemampuan bermain peran siswa Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang

masih rendah. Penyebabnya adalah metode ini jarang digunakan dalam

pembelajaran Food and Beverage. Atas dasar tersebut maka penulis mengadakan

penelitian pada Pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan metode

bermain peran.

Oleh karena itu, perlu kita sadari bahwa proses pembelajaran di dalam

kelas merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan. Pembelajaran yang

bermutu tentu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam hal ini guru

memiliki peran yang sangat besar dalam mengorganisasi kelas sebagai bagian dari

proses pembelajaran dan siswa sebagai subyek yang sedang belajar. Iklim

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat


19

besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar. Selain itu, kualitas dan

keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan

ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 5 Kepahiang. Tepatnya pada

anak kelas Kelas XI Perhotelan dalam mata pelajaran Food and Beverage.

2. Subjek Penelitian

Adalah siswa Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang yang

berjumlah 23 orang, 9 laki-laki dan 14 perempuan, proses belajar

mengajar di lakukan oleh peneliti dan guru kelas sebagai observer.

3. Waktu

Penelitian ini peneliti laksanakan pada semester 3 tahun ajaran

2022/2023 di Sekolah Menengah Kejuruan. Penelitian dilakukan selama 3

bulan mulai dari Juni sampai dengan September 2022 dimulai dari waktu

perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian.

B. Rancangan Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan

pendekatan kualitatif. Sesuai dengan penelitian tindakan kelas, masalah

yang dipecahkan berasal dari persoalan praktek pembelajaran di kelas

20
21

secara professional, prosedur pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip-

prinsip dasar penelitian tindakan kelas yang umum.

2. Pendekatan penelitian

1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di

kelasnya dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki

kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat,

(Rustam, 2004). 20

Menurut Supriyadi (2005), Classroom action research (CAR) atau

penelitian tindakan kelas adalah action research yang dilaksanakan

oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan

rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara

siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu

terpecahkan.

2) Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan merupakan intervensi  praktik dunia nyata

ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian

tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan

situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan disebut

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Suwarsih, 2005).

Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian tindakan

kelas, karena kajiannya bersifat reflektif. Reflektif dilakukan untuk


22

meningkatkan kemantapan rasional serta memperdalam pemahaman dan

memperbaiki tindakan pembelajaran. Rangkaian langkah terdiri dari studi

pendahuluan, refleksi awal, perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.

2. Siklus dan Alur Penelitian .

Alur Penelitian Tindakan

Studi pendahuluan Observasi Latar Sekolah, guru dan


KBM

Rencana Rancangan Pembelajaran I

Langkah penggunaan metode bermain peran:


a. Kegiatan awal:
Guru harus memperkenalkan metode bermain peran kepada
siswa, bahwa dengan metode ini siswa diharapkan dapat
memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual yang ada
di masyarakat.
Guru harus memilih masalah yang urgen atau mendesak yang
membutuhkan pemecahan segera, sehingga menarik minat
anak.
Tindakan Agar siswa memahami peristiwa, guru harus bisa menceritakan
Siklus I sambil untuk mengatur adegan yang pertama.
dan Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan harap
Pengamata ditanggapi.
n b. Kehiatan inti:
Jelaskan kepada para pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga
mereka tau tugas peranannya.
Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif.
Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dala menimbulkan
kalimat pertama dalam dialog.
Setelah bermain peran itu dalam situasi klimaks, maka harus
dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan
masalah dapat didiskusikan secara umum.
c. Kegiatan akhir:
Sebagai tindak lanjut
Refleksi Belumdari hasil diskusi, walaupun
berhasil revisi mungkin
masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka ruang
I tanya jawab.

Rencana Rancangan Pembelajaran II

Langkah penggunaan metode bermain peran:


a. Kegiatan awal:
Guru harus memperkelankan metode bermain peran kepada siswa,
bahwa dengan metode ini siswa diharapkan dapat memecahkan
masalah hubungan sosial yang aktual yang ada di masyarakat.
Guru harus memilih masalah yang urgen atau mendesak yang
membutuhkan pemecahan segera, sehingga menarik minat anak.
Agar siswa memahami peristiwa, guru harus bisa menceritakan
sambil untuk mengatur adegan yang pertama.
Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan harap
ditanggapi.
Siklus II Tindakan dan b. Kehiatan inti:
pengamatan Jelaskan kepada para pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka
tau tugas peranannya.
Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif.
Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dala menimbulkan
kalimat pertama dalam dialog.
Setelah bermain peran itu dalam situasi klimaks, maka harus
dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah
dapat didiskusikan secara umum.
c. Kegiatan akhir:
Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walaupun mungkin
masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka ruang tanya
jawab.
Refleksi II Diskusi Berhasil Laporan
23

3. Prosedur Penelitian

Kegiatan pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tahapan pelaksanaan

pembelajaran yang meliputi 2 siklus yakni, perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan tahapan refleksi. Masing-masing kegiatan tersebut

diuraikan seperti berikut :

a. Perencanaan

Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan, penulis

bersama guru memuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Tindakan itu

berupa pelaksanaan pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan

metode bermain peran di SMK. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan

rancangan tindakan pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan

metode bermain Peran, yaitu dengan kegiatan berikut :

1) Menyusun rancangan tindakan berupa model rancangan pelaksanaan

pembelajaran. Hal ini meliputi: Standar kompetensi, Kompetensi dasar,

Indikator, memilih dan menetapkan materi, kegiatan belajar mengajar,

memilih dan menetapkan media dan sumber belajar, dan evaluasi.

Menyusun indikator, deskriptor dan kriteria pembelajaran Food and

Beverage dengan menggunakan metode bermain peran di SMK.

2) Menyusun alat pedoman observasi dan dokumentasi.

b. Tahap pelaksanaan.

Tahap ini dimulai dari pembelajaran membuat prediksi berdasarkan

petunjuk judul. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus

dilakukan satu kali pertemuan, di sini siswa dilatih sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan dilakukan oleh


24

peneliti sebagai praktisi dan guru sebagai observer. Praktisi melaksanakan

kegiatan pembelajaran di kelas berupa kegiatan interaksi antara guru dan

siswa. Kegiatan yang dilakukan seperti kegiatan berikut ini:

1. Peneliti melaksanakan pembelajaran Food and Beverage dengan

menggunakan metode bermain peran di SMK, sesuai dengan rancangan

pembelajaran yang dibuat.

2. Guru melakukan pengamatan dengan menggunakan format observasi.

3. Peneliti dan guru melakukan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan,

kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk perbaikan

atau penyempurnaan selanjutnya.

Tahap pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam dua siklus dan

masing-masing siklus dilaksanakan satu kali pertemuan pembelajaran.

Fokus tindakan pada setiap siklus berupa penggunaan metode bermain

peran dalam pembelajaran Food and Beverage dengan mengunakan metode

bermain peran di SMK.

c. Tahap pengamatan

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran Food and Beverage

dengan menggunakan metode bermain peran dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan secara intensif, objektif dan

sistematis. Pengamatan dilakukan oleh guru pada waktu peneliti

melaksanakan tindakan pembelajaran Food and Beverage dengan

menggunakan metode bermain peran di SMK.

Kegiatan ini peneliti dan guru berusaha mengenal, dan

mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang


25

terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak

intervensi dalam pembelajaran Food and Beverage dengan

menggunakan metode bermain peran di SMK. Keseluruhan hasil

pengamatan yang dilakukan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan

ini kemudian didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi untuk

perencanaan siklus berikutnya.

d. Tahap refleksi

Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini

peneliti dan guru mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru

dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah :

1) Menganalisis tindakan yang baru dilakukan.

2) Menjelaskan perbedaan rencana pelaksanaan dan pelaksanaan

tindakan yang telah dilakukan.

3) Melakukan pengolahan, pemaknaan, dan penyimpulan data yang

diperoleh.

Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai masukan bagi penelitian

pada tindakan selanjutnya. Selain itu, hasil kegiatan refleksi setiap

tindakan digunakan untuk menyusun kesimpulan.

4. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan observasi dan

dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran Food and Beverage

dengan menggunakan metode bermain peran di Kelas XI Perhotelan SMK


26

Negeri 5 Kepahiang. Data tersebut berisi tentang hal-hal yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanan dan hasil pembelajaran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan siswa yang meliputi

interaksi belajar mengajar antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru

dalam pembelajaran Food and Beverage dengan mengunakan metode

bermain peran.

2. Evaluasi pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan metode

bermain peran baik yang berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Sumber data penelitian adalah proses kegiatan belajar mengajar Food

and Beverage dengan menggunakan metode bermain peran meliputi:

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir, Kegiatan evaluasi

pembelajaran, prilaku guru dan siswa sewaktu kegiatan belajar mengajar. Data

diperoleh dari subjek terteliti, yakni siswa Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5

Kepahiang.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembaran

observasi, dan hasil tes. Untuk masing-masingnya diuraikan pada lampiran.

Pada dasarnya berisi deskripsi atau berupa paparan tentang latar

pengamatan terhadap tindakan praktis sewaktu pembelajaran Food and

Beverage dengan menggunakan metode bermain peran. Unsur-unsur yang

diamati dalam pelaksanaan mengacu pada apa yang tertera pada butir-butir

lembar observasi. Di samping itu, juga memuat rancangan refleksi

berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dengan cara observasi


27

Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat

berlangsungnya pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan

metode bermain peran. Dengan berpedoman pada lembar-lembar observasi

penulis mengamati apa yang terjadi pada proses pembelajaran. Unsur-unsur

yang menjadi butir-butir sasaran pengamatan bila terjadi dalam proses

pembelajaran ditandai dengan memberikan ceklis pada kolom “tidak” akan

dituliskan setelah berakhirnya proses pembelajaran. Peneliti berperan sebagai

praktisi. Maksudnya yang akan melaksanakan proses belajar mengajar dalam

penelitian ini, dan guru sebagai obsever maksudnya pengamat berada di luar

aktivitas tetapi masih berada dalam setting peneliti.

Wawancara digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi

di kelas baik dari unsur guru, maupun unsur siswa. Wawancara dilakukan

kepada guru yang melakukan tindakan intervensi langsung di kelas, terutama

yang berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran Food and

Beverage dengan menggunakan metode bermain peran. Hasil diskusi ini

digunakan sebagai bahan untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan yang

akan dilakukan pada siklus berikutnya. Wawancara juga dilakukan kepada

siswa untuk memperoleh data berkaitan dengan proses belajar mengajar

berlangsung.

Tes digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam

kelas terutama dalam butir penguasaan materi pembelajaran dari unsur siswa.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat atas kemampuan siswa
28

memahami pembelajaran Food and Beverage dengan menggunakan metode

bermain peran.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk penelitian ini adalah, guru kelas sebagai observer dan

penulis sendiri sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran di kelas. Guru

sebagai instrumen utama menurut Bogdan dan Biklen (1992) bertugas

menyaring, menilai, menyimpulkan, dan memutuskan data yang digunakan.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan

analisis data kualitatif yang ditawarkan oleh Miles dan Huberman (1992:18)

yakni analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai

seluruh data terkumpul. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang

diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir pengumpulan data atau Verifikasi.

Tahap analisi yang demikian dilakukan berulang-ulang begitu data selesai

dikumpulkan pada setiap tahap pengumpulan data dalam setiap tindakan.

Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Menelaah data yang terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, dengan

melakukan proses Food and Beverage hasil pengamatan, penelitian dan

pemilahan data. Seperti mengelompokkan data pada siklus satu, dua, dan

seterusnya. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal data

dikumpulkan.

2. Reduksi data meliputi kategorian dan pengklasifikasian. Semua data yang

terkumpul diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan fokus. Data yang


29

telah dipisah-pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang tidak relevan,

data yang relevan dianalisis, dan tidak relevan dibuang.

3. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi

yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah, tetapi

setelah tindakan terakhir direduksi, keseluruhan data tindakan dirangkum

dan disajikan secara terpadu sehingga diperoleh sajian tunggal

berdasarkan fokus pembelajaran Food and Beverage dengan metode

bermain peran.

4. Mengumpulkan hasil penelitian dan triangulasi. Kegiatan ini merupakan

penyimpulan akhir penelitian, diikuti dengan kegiatan triangulasi atau

pengujian temuan penelitian. Kegiatan triangulasi dilakukan dengan cara:

a. Peninjauan kembali catatan lapangan, dan

b. Bertukar pikiran dengan ahli, teman sejawat, dan guru.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data

perencanaan, pelaksanaan, maupun data evaluasi. Analisis data dilakukan

dengan cara terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan

berbagai informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang

mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan

demikian pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat

dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5

Kepahiang pada mata pelajaran Food and Beverage Semester 3 tahun ajaran

2022/2023. Dalam pelaksanakan tindakan, dibagi atas 2 siklus dengan rentang

waktu 1 minggu. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru Kelas XI Perhotelan.

Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai

guru, sedangkan guru kelas sebagai pengamat. Tahap-tahap pembelajaran setiap

tindakan disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran. Untuk keefektifan

Metode Bermain Peran sebanyak 2 siklus. Adapun perincian setiap siklus adalah

sebagai berikut:

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Tahap Perancanaan

Pelaksanaan siklus ini dilakukan pada hari Senin 1 Agustus 2022

pada pukul 0800 sampai 1000 WIB. Guru dalam merencanakan tindakan

membuat persiapan yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran.

Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen

observasi rencana pelaksanaan pembelajaran dari aspek guru dan siswa

dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan

lembaran soal yang disertakan dengan kunci jawaban. Keseluruhan

instrumen yang peneliti cantumkan di atas terdapat pada lampiran.

30
31

Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I adalah

pembelajaran tentang mengenal berbagai peralatan di area restoran.

Sedangkan indikator yang ingin dicapai pada siklus 1 ini adalah:

1. Menjelaskan peralatan dan perlengkapan restoran

2. Menjelaskan fungsi peralatan restoran.

3. Menentukan peralatan dan perlengkapan restaurant sesuai prosedur

pengunaan

4. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan restaurant sesuai prosedur

pengunaan

5. Melaksanakan praktek peralatan dan perlengkapan restaurant sesuai

prosedur pengunaan

Untuk mencapai indikator yang telah ditentukan, maka disini peneliti

selaku praktisi mencoba untuk menggunakan metode bermain peran

dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan.

Penelitian terhadap pembelajaran di siklus I ini adalah dengan

melaksanakan penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

diambil disaat menerangkan materi kepada siswa. Sedangkan penilaian

hasil dilaksanakan setelah penilaian proses dilakukan. Penilaian tersebut

rencananya untuk menentukan skor akhir yang diperoleh pada siklus I dan

berguna untuk melihat keberhasilan dari siklus I ini.

Pada pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan beberapa tindakan

sebagai berikut:
32

1. Guru menggunakan model pembelajaran bermain peran, dengan

didampingi oleh metode ceramah, bermain peran, penugasan, diskusi

dan tanya jawab.

2. Guru membagi siswa kedalam 2 kelompok untuk memainkan peranan

dalam bermain peran. Masing-masing kelompok memainkan peranan

yang sama.

3. Menugasi kelompok lain untuk mengamati kelompok yang sedang

tampil di depan kelas secara bergantian sambil melakukan diskusi

dengan sesama anggota kelompoknya.

4. Selesai berdiskusi, guru menunjuk kelompok untuk melaporkan hasil

diskusinya ke depan kelas secara bergantian.

5. Kemudian pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes berupa

lembaran soal kepada siswa.

6. Setelah lembaran jawaban dikembalikan siswa setelah di isi, para

siswa dipersilahkan untuk istirahat ke luar kelas.

Dalam penyajian materi ini peneliti bertindak sebagai guru kelas,

sedangkan guru Kelas XI Perhotelan bertindak sebagai observer yang

bertugas sebagai pengamat terhadap jalannya proses pembelajaran. Materi

yang disajikan adalah peralatan dan perlengkapan di restoran. Adapun

rencana pelaksanaan pembelajarannya dapat dilihat pada lampiran,

berikutnya pengamat melaksanakan tugasnya sesuai dengan isi dari lembar

observasi.
33

Setelah siklus I selesai dilaksanakan, peneliti melaksanakan diskusi

dengan guru (observer). Diskusi bertujuan untuk merefleksikan tindakan

yang telah dilaksanakan, termasuk merefleksikan prosedur dan teknik

evaluasi. Hasil refleksi siklus I, khususnya mengenai prosedur dan teknik

evaluasi, akan menghasilkan:

1. Rencana pembelajaran yang telah dibuat.

2. Prosedur pelaksanakan pembelajaran oleh praktisi.

3. Prosedur penilaian pelaksanaan pembelajaran.

4. Hasil yang diperoleh siswa.

Hasil refleksi ini nantinya dapat diimplementasikan pada siklus kedua.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru.

Mengawali tindakan ini, peneliti mengucapkan salam. Kemudian

menyampaikan topik yang akan dipelajari, yaitu berbagai peralatan dan

perlengkapan di restoran. Sebelum peneliti menyampaikan tujuan

pembelajaran, terlebih dahulu peneliti menyanyikan lagu Indonesia Tetap

Merdeka bersama-sama dengan siswa untuk membangkitkan semangat

siswa. Setelah lagu dinyanyikan, guru melakukan tanya jawab mengenai

lagu dengan siswa. Barulah setelah itu guru melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran tersebut menurut

Roestiyah NK (2001:91) adalah:

1. Guru harus memperkenalkan metode bermain peran kepada siswa,


bahwa dengan metode ini siswa diharapkan dapat memecahkan
masalah hubungan sosial yang aktual yang ada di masyarakat.
34

2. Guru harus memilih masalah yang urgen atau mendesak yang


membutuhkan pemecahan segera, sehingga menarik minat anak.
3. Agar siswa memahami peristiwa, guru harus bisa menceritakan sambil
untuk mengatur adegan yang pertama.
4. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan harap
ditanggapi.
5. Jelaskan kepada para pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tau
tugas peranannya.
6. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif.
7. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan
kalimat pertama dalam dialog.
8. Setelah bermain peran itu dalam situasi klimaks, maka harus
dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah
dapat didiskusikan secara umum.
9. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walaupun mungkin
masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka ruang tanya jawab.

Setelah itu guru membagi siswa atas 2 kelompok. Kelompok pertama

berjumlah 11 orang dan kelompok kedua berjumlah 12 orang. Jumlah

seluruh siswa adalah 23 orang. Masing-masing anggota kelompok

mendapat peranan sebagai tokoh yang dipilih secara acak. Kemudian,

peneliti menyampaikan materi pelajaran yang akan diperankan oleh siswa

untuk melaksanakan seluruh langkah-langkah dalam pembelajaran dengan

kegiatan utama adalah bermain peran. Setelah itu barulah siswa diminta

untuk melaksanakan diskusi.

Sebelum berdiskusi, guru membagikan soal yang akan didiskusikan

siswa. Selain itu, guru juga mengingatkan siswa untuk ikut aktif dalam

berdiskusi. Karena nanti pada waktu melaporkan ke depan kelas, guru

akan menunjuk satu nomor yang akan melaporkannya. Ketika siswa

berdiskusi, guru memberikan bimbingan terhadap tiap kelompok, terutama

kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah selesai berdiskusi, guru

menunjuk satu nomor dalam kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya


35

ke depan kelas. Kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Kemudian

dilanjutkan oleh nomor berbeda pada kelompok yang berbeda.

Setelah selesai berdiskusi dan melaporkan hasil diskusinya ke depan

kelas, guru membimbing siswa dalam merangkum materi pelajaran yang

baru dipelajari. Kemudian guru menugasi siswa mengerjakan tes, dimana

guru membagikan soal kepada siswa secara langsung dan siswa menulis

jawabannya saja. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan.

Perangkat tes dibuat oleh guru yang terdiri dari 5 butir soal. Untuk

menentukan nilai siswa, guru mengadakan Tanya jawab kembali terhadap

soal yang telah dikerjakan siswa dengan cara menjawab soal secara

bersamaan. Dengan demikian siswa dapat menentukan sendiri nilai yang

diperolehnya. Namun, karena keterbatasan waktu maka pelaksanaannya

kurang tepat sasaran. Akibatnya masih ada siswa yang tidak mengetahui

hasil tugasnya sendiri. Hal ini dilakukan mengingati masih ada beberapa

hal yang belum selesai dilaksanakan. Setelah hasil tersebut diperiksa oleh

guru, kemudian guru memberikan penghargaan kepada siswa yang

memperoleh nilai paling tinggi dibandingkan dengan teman-temannya.

Berikut daftar nilai yang diperoleh siswa pada siklus I berdasarkan hasil

penilaian proses yang ditampilkan pada tabel berikut ini:


36

Tabel 4.1 Penilaian Proses

Aspek Yang Di Nilai Jumlah


No. Nama Nilai
Kerjasama Keaktifan Keberanian Skor
1 MD 7 7 6 20 6,6
2 MML 7 6 6 19 6,3
3 AS 7 7 7 21 7
4 JM 6 6 7 19 6,3
5 RM 7 7 7 21 7
6 RP 6 7 6 19 6,3
7 SW 7 6 7 20 6,6
8 AMA 7 7 8 22 7,3
9 ADP 8 8 8 24 8
10 CPR 8 8 8 24 8
11 DSP 7 7 7 21 7
12 DMS 8 8 7 23 7,6
13 DAS 6 7 7 20 6,6
14 PMD 8 8 7 23 7,6
15 PA 8 8 7 23 7,6
Penilaian pada tabel diatas didasarkan pada penilaian masing-masing

kelompok pada saat bermain peran yang mencakup aspek kerjasama,

keaktifan dan keberanian siswa dalam memainkan peranan.

Sedangkan nilai yang didapat siswa berdasarkan hasil tes akhir

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Penilaian Hasil Tes Akhir

No. Nama Nilai Akhir


1 MD 5
2 MML 7
3 AS 7
4 JM 5
5 RM 7
6 RP 6
7 SW 5
8 AMA 7
9 ADP 8
10 CPR 8
11 DSP 5
12 DMS 7
13 DAS 5
14 PMD 8
15 PA 8
Jumlah 98
Rata-rata 6,53
37

Nilai yang didapat siswa pada tabel di atas berdasarkan pada

pelaksanaan tes akhir yang dibagikan oleh guru berupa lembaran soal.

Pada akhir pembelajaran, guru membimbing siswa menyimpulkan

pelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan tentang pendapatnya

mengenai tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Pembelajaran siklus I ini diamati oleh guru Kelas XI Perhotelan

SMK Negeri 5 Kepahiang dan teman sejawatnya. Sedangkan proses

pembelajarannya dilaksanakan oleh peneliti sendiri sebagai praktisi (guru).

Dimana guru kelas dan teman sejawat tersebut mengamati jalannya

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.

Dimana berdasarkan hasil observasinya pada siklus I ini praktisi telah

melaksanakan pembelajaran sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

a) Peneliti memulai pelajaran dengan mengucapkan salam.

b) Peneliti membangkitkan semangat siswa dengan

menyanyikan lagu Indonesia Tetap Merdeka.

c) Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai

lagu tersebut.

d) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai

dengan materi.

2. Kegiatan Inti

a) Peneliti membagi siswa atas 2 kelompok.


38

b) Peneliti menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

c) Peneliti menyuruh siswa untuk melaksanakan kegiatan inti, yaitu

melaksanakan pembelajaran dengan metode bermain peran dan

menyuruh siswa untuk memainkan peranan sesuai dengan topik,

yaitu mengenal berbagai peralatan di area restoran.

d) Peneliti memberikan permasalahan yang harus didiskusikan dalam

kelompok berbentuk soal.

e) Peneliti menugasi siswa berdiskusi dalam kelompok.

f) Peneliti mengecek pemahaman siswa dengan menunjuk satu nomor

dalam kelompok untuk mewakili menjawab pertanyaan yang telah

diberikan.

g) Peneliti mengarahkan siswa dalam merangkum pembelajaran.

h) Peneliti memberikan tes secara individual.

i) Peneliti memberi penghargaan terhadap hasil yang diperoleh siswa.

3. Kegiatan Akhir

a) Siswa menyimpulkan pelajaran secara keseluruhan.

Dari hasil temuan kolaborator, ditemui hal-hal sebagai berikut:

1) Dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran,

pembelajaran Food and Baverage menjadi lebih menarik.

2) Ada interaksi guru dan siswa.

3) Ada kerja sama antar siswa.

4) Pembejalaran lebih aktif.

5) Masih ada diantara kelompok yang belum terlalu memahami

materi dilihat dari hasil diskusi dan tes yang dilakukan. Karena

masih terdapat nilai-nilai yang rendah.


39

6) Waktu yang disediakan untuk diskusi tidak mencukupi.

7) Terhadap kegiatan siswa, pengamat melaporkan sebagai

berikut:

i) Siswa tampak antusias dan bersemangat dalam mengikuti

pelajaran.

ii) Siswa menunjukkan keaktifannya dalam bermain peran dan

berdiskusi.

iii) Siswa berusaha menjawab pertanyaan sedapat mungkin dari

soal yang dibagikan guru untuk mendapatkan nilai terbaik.

Berikut ini data ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan

pembelajaran yang terdapat di siklus I sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Ketuntasan Belajar Siswa

Hasil % Ketuntasan Belajar


No. Nama Siswa Tes Ketuntasan Belum Ket.
Akhir Perorangan Tuntas Tuntas
1 MD 5   
2 MML 7  - 
3 AS 7  - 
4 JM 5   
5 RM 7  - 
6 RP 6   
7 SW 5   
8 AMA 7  - 
9 ADP 8  - 
10 CPR 8  - 
11 DSP 5   
12 DMS 7  - 
13 DAS 5   
14 PMD 8  - 
15 PA 8  - 
Rata-rata 6,53  9
Persentase 64,8 %  51,61 %
Kriteria Keberhasilan:
70% - 100% = Tuntas
0% - 60% = Belum Tuntas

d. Tahap Analisis dan Refleksi


40

Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif antara praktisi dan

guru kelas (observer), setiap pembelajaran berakhir. Pada kesempatan ini,

temuan dan hasil pengamatan peneliti dibahas bersama. Refleksi tindakan

siklus I ini mencakup refleksi terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

dan hasil yang diperoleh oleh siswa.

Refleksi terhadap perencanaan yakni sebagai berikut: Dilihat dari

hasil paparan siklus I diketahui bahwa perencanaan pembelajaran

terlaksana dengan baik. Meskipun terdapat beberapa langkah yang

terlaksana tumpang tindih. Berdasarkan hasil kolaborasi dengan guru kelas

selaku observer, maka diusahakan untuk menempatkan bagian yang bisa

didahulukan ke bagian yang cocok. Agar terdapat kecocokan dengan apa

yang akan dilaksanakan di siklus II.

Pelaksanaan penggunaan metode bermain peran dapat dilakukan

dengan baik. Sebahagian dari langkah pada perencanaan terlaksana sesuai

dengan yang diinginkan. Tapi terdapat beberapa langkah yang tidak

berjalan dengan baik. Contohnya, pada waktu memberikan pertanyaan

kepada siswa, siswa menjawab pertanyaan dari guru secara serempak. Dan

apabila ditunjuk, siswa tetap tidak mau menjawab apa yang ditanya oleh

guru. Dalam berdiskusi para siswa pada umumnya telah mengikuti dengan

baik. Tetapi diskusi mengalami kekurangan waktu, sehingga menyebabkan

siswa menjawab apa adanya.

Pada penilaian penggunaan metode bermain peran dilakukan dengan

memberikan tes secara individual. Tes tersebut berupa soal yang dibagikan

oleh guru. Sedangkan siswa hanya menulis jawabannya di bawah soal


41

tersebut. Setelah diperiksa, ternyata masih ada siswa yang mendapat nilai

dibawah rata-rata, yaitu nilai dengan angka 5.

Dari keseluruhan pelaksanaan pembelajaran pada langkah-langkah

siklus I, nilai rata-rata yang didapatkan siswa secara keseluruhan adalah

6,48.

Dari hasil diskusi dengan guru kelas, maka diperoleh hal-hal sebagai

berikut:

1. Waktu bermain peran terlalu sedikit.

2. Anak masih susah melafalkan dialog.

Berdasarkan pengamatan, wawancara, tes dan pencatatan lapangan

maka tujuan pembelajaran yang diharapkan pada pembelajaran siklus I

belum tercapai dengan baik. Dengan demikian upaya yang telah

dilaksanakan pada penggunaan metode bermain peran pada siklus I dapat

digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah proses

pembelajaran yang akan ditargetkan pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Hasil analisis refleksi pada siklus I menunjukkan subjek penelitian

belum mencapai tujuan pembelajaran khususnya yang diharapkan. Karena

itu pembelajaran dilanjutkan dengan siklus II. Pembelajaran siklus II

diberikan agar siswa dapat memahami lebih lanjut tentang materi peralatan

dan perlengkapan area restoran. Pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam

satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.


42

Agar peneliti dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka

peneliti menyiapkan instrumen observasi rencana pelaksanaan

pembelajaran dari aspek guru dan siswa dan lembar observasi aktifitas

guru dan siswa dalam pembelajaran dan juga lembaran soal dilengkapi

oleh kunci jawaban. Keseluruhan instrument yang peneliti cantumkan di

atas terdapat pada lampiran.

b. Tahap Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Agustus 2022

pukul 08.00 sampai 09.30 WIB. Pembelajaran siklus II berlangsung

selama 90 menit atau 2 jam pembelajaran. Dalam pelaksanaan siklus II ini

peneliti tetap bertindak sebagai guru seperti dalam siklus I. Sedangkan

guru Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang sebagai pengamat

didampingi oleh seorang rekan sejawat.

Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan

menyampaikan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya peneliti

menyampaikan tujuan yang akan dicapai.

Peneliti kemudian memotivasi siswa dan melacak pemahaman

sementara siswa dengan cara menanyakan tentang materi yang telah lalu

menyangkut tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan Tanya jawab, peneliti

menyimpulkan bahwa materi sebelumnya telah dipahami oleh siswa.

Dalam pelaksanaan siklus II ini, skor dasar yang akan digunakan untuk

menentukan keberhasilan adalah nilai tes pada siklus I. kegiatan inti

tersebut menurut Roestiyah NK (2001:91) adalah sebagai berikut:


43

1. Guru memperkenalkan metode bermain peran kepada siswa, bahwa

dengan metode ini siswa diharapkan dapat memecahkan masalah

hubungan sosial yang aktual yang ada di masyarakat.

2. Guru harus memilih masalah yang urgen atau mendesak yang

membutuhkan pemecahan segera, sehingga menarik minat anak.

3. Agar siswa memahami peristiwa, guru harus bisa menceritakan sambil

untuk mengatur adegan yang pertama.

4. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan harap

ditanggapi.

5. Jelaskan kepada para pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tau

tugas peranannya.

6. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif.

7. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dala menimbulkan

kalimat pertama dalam dialog.

8. Setelah bermain peran itu dalam situasi klimaks, maka harus

dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah

dapat didiskusikan secara umum.

9. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walaupun mungkin

masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka ruang tanya jawab.

Guru Kelas XI Perhotelan mengamati, mendengar dan mencatat

aktifitas yang dilakukan subjek penelitian selama kegiatan belajar secara


44

klasikal dan kelompok. Setelah kegiatan belajar berakhir dilakukan

wawancara dengan subjek penelitian.

Berdasarkan catatan lapangan aktivitas selama kegiatan

pembelajaran secara klasikal dan kelompok dapat dianalisis beberapa hal

sebagai berikut:

1. Siswa nampak aktif dalam menjawab pertanyaan guru.

2. Siswa nampak aktif dalam berdiskusi agar lebih memahami materi

pelajaran.

3. Waktu yang disediakan untuk berdiskusi dapat dimanfaatkan siswa

dengan baik.

Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah peneliti memberikan

lembaran soal secara individual kepada siswa. Bentuk dan jenis tes

berbeda dengan soal-soal tes siklus I. Soal tes pada siklus II dapat dilihat

pada lampiran.

Hasil tes menggambarkan bahwa subjek penelitian menguasai

dengan baik materi. Siswa memperoleh skor masing-masing diatas 100.

tetapi ada 3 orang siswa diantaranya masih ada yang mendapat nilai

dibawah 70. Berdasarkan hasil tes akhir pada siklus II telah mencapai

target, maka penelitian ini tidak dilanjutkan kepada siklus III. Sedangkan

hasil penilaian pada saat proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel

berikut ini:
45

Tabel 4.4 Penilaian Proses


Aspek Yang Di Nilai Jumlah
No. Nama Nilai
Kerjasama Keaktifan Keberanian Skor
1 MD 7 7 7 21 7
2 MML 8 7 8 23 7,6
3 AS 8 8 8 24 8
4 JM 7 7 8 22 7,3
5 RM 8 8 7 23 7,6
6 RP 7 7 7 21 7
7 SW 8 7 7 22 7,3
8 AMA 8 8 8 24 8
9 ADP 8 8 8 24 8
10 CPR 8 8 8 24 8
11 DSP 7 7 8 22 7,3
12 DMS 8 8 8 24 8
13 DAS 7 6 7 20 6,6
14 PMD 8 8 8 24 8
15 PA 8 8 8 24 8
Penilaian pada tabel di atas didasarkan pada penilaian masing-masing

kelompok pada saat bermain peran yang mencakup aspek kerjasama, keaktifan

dan keberanian siswa dalam memainkan peranan yang dilaksanakan pada siklus

II.

Sedangkan hasil tes akhir pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.5 Hasil Tes Akhir


No. Nama Nilai Akhir
1 MD 7
2 MML 7
3 AS 10
4 JM 6
5 RM 8
6 RP 7
7 SW 7
8 AMA 7
9 ADP 10
10 CPR 8
11 DSP 10
12 DMS 10
13 DAS 8
14 PMD 10
15 PA 10
Jumlah 125
Rata-rata 8,3
46

Nilai yang didapat siswa pada tabel di atas berdasarkan pada pelaksanaan

tes akhir yang dibagikan oleh guru berupa lembaran soal yang terdapat pada siklus

II.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Sebagaimana halnya siklus I dan siklus II, pembelajaran siklus II

diamati oleh guru Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang dan

melaporkan bahwa penelitian dalam pembelajaran siklus II telah

melaksanakan tugas dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada lampiran.

1. Kegiatan awal.

a) Peneliti mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam.

b) Peneliti menimbulkan motivasi belajar siswa dengan menanyakan

tentang materi yang telah lalu

c) Peneliti menyebutkan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

a) Peneliti menyampaikan materi pembelajaran.

b) Peneliti membagi siswa atas kelompok dan menetapkan nomor

yang berbeda antar anggota kelompok.

c) Peneliti menyampaikan permasalahan yang akan diperankan dan

yang akan didiskusikan oleh siswa.

d) Peneliti mebagikan soal dan menugaskan siswa untuk berdiskusi.

e) Peneliti memberikan bimbingan terhadap siswa yang merasa

kesulitan dalam berdiskusi.

f) Peneliti menugaskan siswa melaporkan dengan menunjuk satu

nomor untuk membacakan kedepan kelas.


47

g) Siswa aktif meminta untuk ditunjuk dalam melaporkan hasil

diskusi ke depan kelas.

3. Kegiatan akhir

a) Peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran.

b) Peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran.

Terhadap kegiatan siswa, pengamat melaporkan sebagai berikut:

a) Penggunaan metode bermain peran sangat menarik bagi siswa.

Namun terkadang ada juga yang hanya duduk saja dan tidak ikut

diskusi.

b) Dengan penggunaan metode bermain peran dapat menentukan

sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

Berikut ini data ketuntasan belajar siklus II:

Tabel 4.6 Data ketuntasan Belajar Siswa

Hasil % Ketuntasan Belajar


No. Nama Siswa Tes Ketuntasan Belum Ket.
Akhir Perorangan Tuntas Tuntas
1 MD 7   -  
2 MML 7   -  
3 AS 10   -  
4 JM 6     
5 RM 8   -  
6 RP 7   -  
7 SW 7   -  
8 AMA 7   -  
9 ADP 10   -  
10 CPR 8   -  
11 DSP 10   -  
12 DMS 10   -  
13 DAS 8   -  
14 PMD 10   -  
15 PA 10   -  
Rata-rata 8,3  1
Persentase 82,2 %  2,67 %
Kriteria Keberhasilan:
70% - 100% = Tuntas
0% - 60% = Belum Tuntas
48

d. Tahap analisis dan refleksi.

Berdasarkan tabel 4.4, 4.5 dan tabel 4.6 di atas, terlihat peningkatan

yang terjadi pada siswa. Hal itu dapat dilihat dari beberapa hal yang ada

dibawah ini:

1. Keberhasilan guru

a) Guru sudah lebih leluasa menyampaikan dan menggunakan

langkah-langkah dalam pembelajaran.

b) Penggunaan waktu dalam pembelajaran pun sudah maksimal.

c) Setiap kelompok dapat dibimbing dengan baik.

2. Keberhasilan siswa.

a) Keaktifan siswa sudah terlihat dengan baik.

b) Siswa yang ditunjuk bersedia dengan senang hati untuk tampil ke

depan kelas melaporkan hasil diskusinya.

c) Nilai yang didapat siswa sudah menampakkan hasil yang

memuaskan, baik nilai disaat proses pembelajaran maupun diskusi

kelompok dan nilai tes akhir serta ketuntasan belajar siswa.

B. Pembahasan

1. Pembahasan Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sangat

dibutuhkan oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan karena dapat

mempermudah siswa untuk memahami materi dengan cepat.

Berdasarkan hasil catatan lapangan dan diskusi peneliti dengan

teman kolaborator di atas penyebab dari adanya siswa yang belum dapat
49

memahami materi dengan baik. Dan menurut guru Kelas XI Perhotelan

tersebut, peneliti kurang membimbing siswa dalam berdiskusi dan peneliti

hanya menunjuk siswa-siswa yang dirasa dapat menjawab pertanyaan

peneliti.

Dari analisis penelitian siklus I nilai rata-rata kelas baru mencapai

6,48. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I yang diperoleh maka

direncanakan untuk melakukan siklus II. Guru harus dapat memperhatikan

perbedaan yang ada pada siswa karena tiap individu mempunyai

karakteristik yang berbeda. Menurut Rochman Natawijaya (dalam Rosna,

2006:43) “ belajar adalah proses pembinaan yang terus menerus terjadi

dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh unsur keturunan, tetapi

lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar anak.” Dalam belajar

siswa banyak memperoleh dari guru, maka guru harus lebih memahami

kembali ketiga aspek dalam pendidikan yaitu yang belajar, proses belajar

dan situasi belajar. Yang belajar adalah anak didik atau siswa yang secara

individu atau kelompok mengikuti proses pembelajaran dalam suasana

tertentu.

Guru sebagai penggerak dan pengatur proses pembelajaran sudah

seharusnya dapat mengaktifkan semua peserta didik tanpa terkecuali agar

potensi memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran.

Peran guru dalam memberikan motivasi anak adalah “mengenal

setiap siswa yang diajarkannya secara pribadi, memperlihatkan interaksi

yang menyenangkan, menguasai berbagai metode dan teknik mengajar


50

serta menggunakannya dengan tepat, menjaga suasana kelas supaya siswa

terhindar dari konflik dan frustasi serta yang amat penting memperlakukan

siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.”

2. Pembahasan Siklus II

Pembelajaran pada siklus II ini sudah berjalan dengan baik, walau

masih ada beberapa orang siswa yang belum dapat menyelesaikan soal

yang diberikan dengan baik. Cara guru dalam membimbing siswa

berdiskusi sudah cukup merata. Begitu juga dalam hal menunjuk siswa

untuk melaporkan hasil diskusi ke depan kelas, juga sudah merata di

seluruh siswa.

Dari hasil analisis penelitian siklus II sudah mencapai 82,2 % dan

nilai rata-rata kelas 8,22. Berdasarkan hasil pengamatan siklus II yang

diperoleh, maka pelaksanaan siklus II sudah baik dan guru sudah berhasil

dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

bermain peran bagi siswa Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 5 Kepahiang.

Pembelajaran yang disajikan guru pada siklus II sangat baik. Pada

proses pembelajaran guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berdiskusi bersama dan bertanya tentang permasalahan yang tidak

dimengerti siswa. Untuk itu guru harus mampu menciptakan situasi yang

meyenangkan untuk belajar.

Untuk mencapai hal tersebut sudah seharusnya guru mampu

menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain

itu, guru juga harus memperhatikan keberhasilan siswa dalam memahami


51

sesuatu dengan cara sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Karena guru

bertugas membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan siswa tersebut guru

haruslah menggunakan berbagai macam cara agar pembelajaran dapat

bermakna bagi siswa, seperti menggunakan model pembelajaran yang

bervariasi, media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.


BAB V
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan.

Dari paparan data dan hasil penelitian serta pembahasan di atas, maka

peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian ini yakni:

Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran sangat baik

dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, baik dalam hal

kretifitas, kerjasama dalam kelompok, pemecahan masalah maupun pergaulan

dalam kehidupan sosialnya.

Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan siswa dalam melakukan

pembelajaran bermain peran dan penilaian hasil tes akhir berupa lembaran

soal yang dibagikan.

Dengan menggunakan metode ini, siswa sudah mulai cenderung untuk

aktif dalam pembelajaran. Apalagi dengan menggunakan metode bermain

peran ini, nantinya guru akan memberikan penghargaan kepada siswa yang

memperoleh nilai yang tertinggi.

Meningkatnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari rata-rata

yang diperoleh pada siklus I yakni 6,5 dan mengalami peningkatan pada siklus

II yakni 8,3. Hal ini merupakan bukti keberhasilan pelaksanaan penelitian

yang telah dilakukan di SMK Negeri 5 Kepahiang.

B. Saran.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dicantumkan di atas, maka peneliti

mengajukan beberapa saran untuk dipertimbangkan:

52
53

1. Untuk guru, agar dapat mencobakan dan menerapkan metode bermain

peran yang lebih bervariasi dengan tujuan agar siswa dapat tertarik untuk

mengikuti pembelajaran yang diberikan.

2. Untuk Kepala sekolah, dapat berupaya untuk meningkatkan sarana dan

prasarana yang menunjang keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

3. Untuk peneliti dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat.

4. Untuk pembaca, agar bagi siapapun yang membaca tulisan ini dapat

menambah wawasan kepada pembaca.


54

DAFTAR RUJUKAN

Arief. 2005. Implementasi Model Cooperative Learning Dalam Pendidikan Sejarah


Indonesia Di Tingkat Persekolahan 2005.
(http://re-searchengines.com/0805arief6.html/05/02/2008/11:35)

Depdiknas (2004). Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Mata Pelajaran SEJARAH


INDONESIA. Jakarta: Puskur-BNSP.

J.J. Hasibuan DIP.Ed. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
RoSMKakarya.

Moedjiono dan Moh. Dimyati. (1991). Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta:Depdikbud.

Mulyani Soemantri. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikbud

Nana Sudjana. (1997). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru
Algesindo.

Oemar Hamalik (2000). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan dan


Sistem. Bandung: Bumi Aksara.

Rochiati Wiraatmadja. 2007. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT


RemajaRoSMKa Karya.

Roestiyah NK. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rustam Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas. Tersedia


dalam http://klinikpembelajaran.com/booklet/penelitiantindakan. kls.pdf
(diakses tanggal 18 Februari 2008)

Supriyadi. 2005. Penelitian Tindakan kelas. Tersedia dalam


http://akhmadsudrajat .wordpress.com/2008/01/21/penelitian-tindakan-kelas.
Diakses tanggal 18 Februari 2008

Suwarsih Madya.(2005) Penelitian Tindakan Kelas 1. Tersedia dalam


http:/ktiguru.org/index.php/ptk-1. diakses tanggal 18 Februari 2008.

Syaiful Bahri Jamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMK N 5 Kepahiang


Mata Pelajaran : Food and Baverage
Komp. Keahlian : Perhotelan
Topik : Peralatan dan Perlengkapan Restoran
Kelas/Semester : XI/ 1
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Alokasi Waktu : 5 × 45 menit

A. Kompetensi inti
KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Akomodasi Perhotelan pada
tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia
kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secaraefektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif
dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.6. Memahami peralatan dan perlengkapan restoran
4.6 Menggunakan peralatan dan
perlengkapan restaurant
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) INDIKATOR PENCAPAIAN
DARI KD 3.6 KOMPETENSI (IPK) DARI KD 4.6
3.6.1 Menjelaskan peralatan dan 4.6.1 Menentukan peralatan dan
perlengkapan restoran perlengkapan restaurant sesuai
3.6.2 Menjelaskan fungsi prosedur pengunaan
peralatan restoran. 4.6.2 Menyiapkan peralatan dan
perlengkapan restaurant sesuai
prosedur pengunaan
4.6.3Melaksanakan praktek peralatan
dan perlengkapan restaurant
sesuai prosedur pengunaan
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mencari informasi dan mendapatkan penjelasan, peserta didik akan dapat
1. Memahami peralatan dan perlengkapan restoran.
2. Menjelaskan fungsi setiap peralatan.
3. Melakukan praktek dengan presentasi setiap peralatan.

D. Materi
Alat- Alat di Restoran
 Furniture
Adalah perabot untuk keperluan restoran yang harus benar-benar diseleksi secara
cermat. Perabot Restoran (Meubeler).Perabot restoran merupakan peralatan
restoran berukuran besar (Large Equipment), seperti furniture. Diantaranya yaitu
meja, kursi, meja kasir, meja samping, Bahan serta warna perabot
bermacammacam ada yang terbuat dari kayu, stenlessteel, fiberglass dan plastic.

Contoh Furniture Kursi


B. Linen
Adalah barang-barang yang terbuat dari kain untuk keperluan operasi suatu
restoran. Jenis linen:
 Kain alas (Molton)
Kain alas atau disebut juga dengan Molton ini digunakan sebagai alas atau dasar
dari taplak meja. Kegunaan kain alas ini adalah sebagai peredam bunyi, membuat
taplak tetap pada posisinya, dan jika terjadi suatu kesalahan (minuman atau
makanan berkuah tumpah) maka molton akan langsung menyerap cairan
tersebut. Molton umumnya berbahan handuk atau lebih tebal tetapi menyerap
cairan.
 Taplak Meja (Table Cloth)
Taplak meja makan dapat memberi suasana tersendiri. terhadap ruang makan.
ukuran taplak meja jangan terlalu besar maupun terlalu kecil dari ukuran meja
makannya. Ukuran table cloth untuk meja persegi 76cm dan bulat diameter 1m
dan meja buat diameter 1,5m adalah ukuran 183cm x 183cm. Sedangkan ukuran
table cloth untuk meja persegi panjang ukuran 137cmx76cm dan ukuran 183cm x
137cm.
 Taplak Meja Hias (Slip Cloth)
Taplak meja hias atau slip cloth merupakan lenan tambahan yang keberaannya
dapat menambah kesan tersendiri terhadap ruang makan. Ukuran slip cloth
umumnya lebih kecil dari taplak meja,

Serbet Makan (Napkin) Fungsi Serbet Makan


1) Penutup pangkuan agar terhindar dari makana yang jatuh ke pangkuan
2) Mengelap dan membersihkan mulut
3) Penutup mulut disaat mengambil tulang atau biji yang terbawa oleh makanan
4) Mengelap remah makanan pada jari tangan
Pengelompokkan Peralatan Restoran :
1) Bahan
a) Keramik (china ware)
Peralatan yang berbahan dasar keramik ini disebut juga China ware, karena
umumnya peralatan di China terbuat dari keramik Bahan keramik ini umumnya
berwarna putih
susu.
b) Kaca (glass ware)
Bahan yang terbuat dari kaca ini bening, sehingga makanan atau minuman
yang berada didalamnya dapat terlihat dengan jelas.

E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi Kelompok, Tanya Jawab, Penugasan
Model : Bermain Peran

F. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 (5 ×45 menit)


Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi, motivasi dan apersepsi 15
menit
1. Memberi salam, berdoa’ dan membaca selama
15 menit untuk kelas yang masuk di jam pertama;

2. Mengkondisikan suasana belajar yang


menyenangkan (mengecek kehadiran peserta didik);

3. Menyampaikan kompetensi atau kegiatan yang


akan dilakukan dalam proses pembelajaran pertemuan
kali ini.
4. Menyampaikan metode penilaian, tugas dan
rencana kegiatan selama satu semester
Kegiatan Inti 1. PEMBERIAN STIMULUS KEPADA 75
SISWA. (Mengamati) Menit

 Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang


pengertian peralatan dan perlengkapan restaurant.

 Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang


beberapa jenis peralatan dan perlengkapan restaurant.
 Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
peralatan dan perlengkapan restaurant
 Peserta didik menyimak jenis dan penggunaan
peralatan dan perlengkapan restaurant.

Peserta didik membaca buku/internet berkaitan


dengan metode pengolahan makanan.

2. IDENTIFIKASI MASALAH (Menanya)


 Pesertadidik mengidentifikasi peralatan dan
perlengkapan restaurant.
 peserta didik secara individu membuat
pertanyaan tentang peralatan dan perlengkapan
restaurant.
Peserta didik secara bergantian menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti kepada guru
3. PENGUMPULAN DATA MELALUI
EKSPERIMEN (Mengumpukan Informasi)

· Peserta didik secara individu mencari jenis-


jenis dan contoh peralatan dan perlengkapan
restaurant.

Peserta didik diminta untuk mengerjakan pada lembar


kerja.

4. PEMBUKTIAN (Mengumpulkan informasi,


Menalar)

· peserta didik secara bergantian untuk


menyampaikan hasil pencarian informasi.

· peserta didik yang lain menilai hasil dari


presentasi

5. (Mengomunikasikan)

· Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaan


tentang peralatan dan perlengkapan restaurant.

· Peserta didik menerima tanggapan dari guru.

 Peserta didik memperbaiki hasil pekerjaan dan


membuat kesimpulan.
Penutup Rangkuman, refleksi, tes, dan tindak lanjut 45
Menit
· Peserta didik menanyakan hal-hal yang masih
ragu dan melaksanakan evaluasi

· Guru membantu peserta didik untuk


menjelaskan hal-hal yang diragukan sehingga
informasi menjadi benar dan tidak terjadi kesalah
pahaman terhadap materi.

· Peserta didik menyimpulkan materi di bawah


bimbingan guru
Guru memberi tugas untuk membawa kertas dan
mencari gambar tentang berbagai macam
furniture di restoran dan membawa kain untuk
skirting (taplak meja)

· Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan


memberikan pesan untuk tetap belajar.
Pertemuan ke 2 (5x 45 menit)

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Orientasi, motivasi dan apersepsi 15 meni
t
1. Memberi salam, berdoa’ dan membaca selama
15 menit untuk kelas yang masuk di jam pertama;

2. Mengkondisikan suasana belajar yang


menyenangkan (mengecek kehadiran peserta didik);

3. Menyampaikan kompetensi atau kegiatan yang


akan dilakukan dalam proses pembelajaran pertemuan
kali ini.

4.Menyampaikan metode penilaian, tugas dan rencana


kegiatan selama satu semester
KegiatanInti 2. PEMBERIAN STIMULUS KEPADA
SISWA. (Mengamati)
30
 Peserta didik menyimak penjelasan guru menit
napkin, fungsi/ kegunaan.
 Peserta didik menyimak penjelasan guru
tentang napkin dan fungsinya.
 Peserta didik menyimak penjelasan tentang
berbagai macam bentuk napkin, melalui video
atau dari pembimbing.
 Peserta didik menyimak penjelasan tentang
berbagai macam bentuk napkin, melalui video
atau dari pembimbing.·
3. IDENTIFIKASI MASALAH (Menanya)
 Peserta didik mengidentifikasi tentang napkin.

 Peserta didik secara


berkelompok membuat pertanyaan-pertanyaan
yang belum dimengerti.

 Peserta didik secara bergantian menanyakan


hal-hal yang belum dimengerti kepada guru
sebelum praktek.
4. PENGUMPULAN DATA MELALUI
EKSPERIMEN (Mengumpukan Informasi)

 Peserta didik dibagi secara individu


mempersiapkan karton dan kertas lipat yang
sudah dibawa.

 Peserta didik diminta untuk membuat

 bentuk napkin dengan prosedur yang benar.

 Peserta didik boleh mencari informasi atau


brosing tentang cara pembuatan napkin.

 Peserta didik diminta membuat 10


macam lipatan napkin.

5. PEMBUKTIAN (Mengumpulkan informasi,


Menalar)

 Peserta didik menyimak penjelasan guru


tentang napkin dan fungsinya.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video
atau dari pembimbing.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video
atau dari pembimbing.·

6. IDENTIFIKASI MASALAH (Menanya)


 Peserta didik mengidentifikasi tentang napkin.
 Peserta didik secara
 berkelompok membuat pertanyaan-pertanyaan yang
belum dimengerti.

 Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang


napkin dan fungsinya.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video atau
dari pembimbing.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video atau
dari pembimbing.·

7. IDENTIFIKASI MASALAH (Menanya)


 Peserta didik mengidentifikasi tentang napkin.

 Peserta didik secara

 berkelompok membuat pertanyaan-pertanyaan yang


belum dimengerti.

 Peserta didik secara bergantian menanyakan hal-hal


yang belum dimengerti kepada guru sebelum
praktek.

 Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang


napkin dan fungsinya.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video atau
dari pembimbing.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video atau
dari pembimbing.·
 Peserta didik menyimak penjelasan guru
tentang napkin dan fungsinya.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video
atau dari pembimbing.

 Peserta didik menyimak penjelasan tentang


berbagai macam bentuk napkin, melalui video
atau dari pembimbing.·

8. IDENTIFIKASI MASALAH (Menanya)

 Peserta didik mengidentifikasi tentang napkin.

Peserta didik secara


berkelompok membuat pertanyaan-pertanyaan yang
belum dimengerti.
 Peserta didik secara bergantian menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti kepada guru
sebelum praktek.
9. PENGUMPULAN DATA MELALUI
EKSPERIMEN (Mengumpukan Informasi)
 Peserta didik dibagi secara individu
mempersiapkan karton dan kertas lipat yang sudah
dibawa.
Peserta didik diminta untuk membuat
bentuk napkin dengan prosedur yang benar.
 Peserta didik boleh mencari informasi atau
brosing tentang cara pembuatan napkin.
Peserta didik diminta membuat 10 180
macam lipatan napkin. menit

10. PEMBUKTIAN (Mengumpulkan


informasi, Menalar)
· peserta didik secara berkelompok menunjukan
hasil kreativitas pembuatan lipatan napkin.
guru menilai pembuatan lipatan
·
5. (Mengomunikasikan)

 Peserta didik mempresentasikan hasil praktek


lipatan napkin menggunakan kertas lipat, kemudian
mempraktean 3 jenis lipatan dengan munggunkan
kain napkin yang sudah disediakan.
 Peserta didik menerima tanggapan dari
siswa dan guru.
 Peserta didik memperbaiki hasil.

Penutup Rangkuman, refleksi, tes, dan tindak lanjut 45 Meni


t
· Peserta didik menanyakan hal-hal yang masih
ragu dan melaksanakan evaluasi

Guru membantu peserta didik untuk menjelaskan hal-


hal yang diragukan sehingga informasi menjadi benar
dan tidak terjadi kesalahpahaman terhadap materi.

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan


memberikan pesan untuk tetap belajar.

G. Media/Alat
Media/Alat : Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, Leptop
Media alat praktek :
 Peralatan praktek China wares, glasswares dan silverwares
 Napkin dan Kain meja/ taplak meja.

H. Sumber Belajar :
WA,Marsum.Buku restoran dan segala permasalahannya.Yogyakarta:Penerbit
Andi
Internet
Risnawati, Renny.S.Pd, Modul Tata Hidang: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Depok : 2013

I. Penilaian

1. Teknik Penilaian:
a) Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b) Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
c) Penilaian Keterampilan : Praktek
2. Bentuk Penilaian :
1. Observasi : Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
2. Tes tertulis : Uraian
 Teknik : obyektif (tugas terstruktur),
 Bentuk : uraian
 Instrumen Penilaian Indikator & soal:
3. Tes Keterampilan : Praktek.
4. Instrumen Penilaian
5. Remedial
· Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian KD nya belum
tuntas
· Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching
(klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
· Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali
6. Pengayaan
· Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan berupa dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
baik materi dalam cakupan KD atau yang melebihi.
Lampiran 2
Pre Test

A. Soal Esai
1. Sebutkan dan jelaskan berbagai macam penataan peralatan makanan dan
minuman!
2. Jelaskan beberapa cara pelayanan yang dipergunakan dalam restaurant yang
bersifat formal!

B. Pilihlah jawaban yang paling benar!


1. Perhatikan pernyataan di bawah ini:
1) Semua peralatan yang terdapat direstoran seperti meja, kursi
danperlengkapan yang lainnya
2) Digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan makan dan minum
direstoran
3) Pelayanan penyajian makanan dan minuman sangat membutuhkan
berbagai jenis peralatan makan restoran
Pernyataan diatas merupakan arti dari…..
a. Chinaware
b. Glassware
c. Peralatan penyajian makanan
d. Peralatan pengolahan makanan
e. Peralatan restoran
2. Perhatikan pernyataan dibawah ini:
1) Perlengkapan yang digunakan untuk mengolah sustu hidangan
2) Semua peralatan yang digunakan oleh tamu dalam menikmati hidangan
3) Perlengkapan yang digunakan untuk menyajikan hidangan
4) Dust cloth, soft cloth merupakan contoh-contoh dari perlengkapan restoran
Pernyataan diatas merupakan arti dari perlengkapan restoran adalah
a. 1
b. 1,2,3
c. 2,3,4
d. 2,3
e. 1, 4
3. Banyak ragam peralatan yang terdapat disebuah restoran yang dipergunakan
untuk menyajikan makanan dan minuman sehingga dapat menunjang
pelayanan makan minuman yang ada direstoran. Salah satunya adalah
chinaware yang merupakan peralatan restoran terbuat dari…..
a. Kain, stainless stell
b. Porcelain, keramik
c. Silver, keramik
d. Kaca, kayu, stailess stell
e. Barang pecah belah seperti kaca
4. Pelayanan makan dan minum direstoran sangat bervariasi, masing-masing
penyajian makanan maupun minuman menggunakan alat yang berbeda – beda.
Dalam penerapannya contoh peralatan yang tergolong ke dalam glassware
adalah….
a. Meja, piring, sendok
b. Gelas, sendok, piring
c. Gelas berkaki dan gelas tidak berkaki.
d. Taplak meja, meja, baki
e. Gelas ukur, flover vase
5. Perhatikan gambar di samping
Jenis - jenis peralatan yang terdapat dalam gambar merupakan peralatan
restoran yang tergolong ke dalam……
a. Silverware
b. Linen, Chinaware, glassware, silverware
c. Chinaware, glassware, silverware
d. Linen, glassware, chinaware
e. Hollowware, other equipment

A. Jawaban Soal Esai

NO. KUNCI SKOR


1. a. Penataan Meja Makan A la Carte
Pada waktu menata meja makan a la carte, penata belum tahu 25
hidangan apa saja yang akan dipesan oleh tamu. Oleh karena itu kita
tata peralatan makan dan minum yang standar. Apabila tamu
memesan bermacam-macam hidangan, pramusaji akan menambah
peralatan makan dan minum yangdiperlukan
b. Penataan Meja Makan table d’hote
peralatan makan untuk table d’hote ditata di atas meja lengkap
mulai dari peralatan makan untuk Appetizer sampai dengan
peralatan makan untuk hidangan dessert sesuai dengan menu table
d’hote yang dihidangkan.
2. a. Pelayanan Restoran: Table 25
Service
Table service merupakan jenis pelayanan restoran di mana tamu
dipersilakan untuk duduk dan memesan hidangan ke pelayan.
Kemudian, pelayan akan menyajikan hidangan tersebut di hadapan
para tamu.
Saat melakukan table service, seorang pelayan harus fokus dan
mampu mengingat pesanan dari setiap pengujung. Hal ini bertujuan
agar hidangan yang disajikan di hadapan pengunjung sesuai dengan
masing-masing pesanan yang diminta.
b. Buffet / Self Service
Sering dikenal dengan istilah prasmanan, buffet atau self
service merupakan jenis layanan yang sangat praktis dan cepat. Di
sini, seluruh hidangan telah ditata dan diatur di atas meja hidang.
Para tamu diperbolehkan untuk memilih sendiri makanan sesuai
selera dan porsi yang diinginkan. Karena itu, tipe layanan ini
sangatlah cocok untuk digunakan pada berbagai acara,
seperti banquet dan pernikahan.
Total 50

B. Jawaban Soal Pilihan Ganda

No Jawaban Skor
1 E 10
2 D 10
3 B 10
4 C 10
5 B 10
Jumlah 50
Lampiran 3
Post Test

A. Soal Esai
1. Sebutkan dan jelaskan berbagai macam penataan peralatan makanan dan
minuman!
2. Jelaskan beberapa cara pelayanan yang dipergunakan dalam restaurant yang
bersifat formal!

B. Pilihlah jawaban yang paling benar!


1. Perhatikan pernyataan di bawah ini:
1) Semua peralatan yang terdapat direstoran seperti meja, kursi
danperlengkapan yang lainnya
2) Digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan makan dan minum
direstoran
3) Pelayanan penyajian makanan dan minuman sangat membutuhkan
berbagai jenis peralatan makan restoran
Pernyataan diatas merupakan arti dari…..
a. Chinaware
a. Glassware
b. Peralatan penyajian makanan
c. Peralatan pengolahan makanan
d. Peralatan restoran
2. Perhatikan pernyataan dibawah ini:
1) Perlengkapan yang digunakan untuk mengolah sustu hidangan
2) Semua peralatan yang digunakan oleh tamu dalam menikmati hidangan
3) Perlengkapan yang digunakan untuk menyajikan hidangan
4) Dust cloth, soft cloth merupakan contoh-contoh dari perlengkapan restoran
Pernyataan diatas merupakan arti dari perlengkapan restoran adalah
a. 1
b. 1,2,3
c. 2,3,4
d. 2,3
e. 1, 4
3. Banyak ragam peralatan yang terdapat disebuah restoran yang dipergunakan
untuk menyajikan makanan dan minuman sehingga dapat menunjang
pelayanan makan minuman yang ada direstoran. Salah satunya adalah
chinaware yang merupakan peralatan restoran terbuat dari…..
a. Kain, stainless stell
b. Porcelain, keramik
c. Silver, keramik
d. Kaca, kayu, stailess stell
e. Barang pecah belah seperti kaca
4. Pelayanan makan dan minum direstoran sangat bervariasi, masing-masing
penyajian makanan maupun minuman menggunakan alat yang berbeda – beda.
Dalam penerapannya contoh peralatan yang tergolong ke dalam glassware
adalah….
a. Meja, piring, sendok
b. Gelas, sendok, piring
c. Gelas berkaki dan gelas tidak berkaki.
d. Taplak meja, meja, baki
e. Gelas ukur, flover vase
5. Perhatikan gambar di samping
Jenis - jenis peralatan yang terdapat dalam gambar merupakan peralatan
restoran yang tergolong ke dalam……
a. Silverware
b. Linen, Chinaware, glassware, silverware
c. Chinaware, glassware, silverware
d. Linen, glassware, chinaware
e. Hollowware, other equipment

A. Jawaban Soal Esai

NO. KUNCI SKOR


1. a. Penataan Meja Makan A la Carte
Pada waktu menata meja makan a la carte, penata belum tahu 25
hidangan apa saja yang akan dipesan oleh tamu. Oleh karena itu kita
tata peralatan makan dan minum yang standar. Apabila tamu
memesan bermacam-macam hidangan, pramusaji akan menambah
peralatan makan dan minum yangdiperlukan
b. Penataan Meja Makan table d’hote
peralatan makan untuk table d’hote ditata di atas meja lengkap
mulai dari peralatan makan untuk Appetizer sampai dengan
peralatan makan untuk hidangan dessert sesuai dengan menu table
d’hote yang dihidangkan.
2. a. Pelayanan Restoran: Table Service 25
Table service merupakan jenis pelayanan restoran di mana tamu
dipersilakan untuk duduk dan memesan hidangan ke pelayan.
Kemudian, pelayan akan menyajikan hidangan tersebut di hadapan
para tamu.
Saat melakukan table service, seorang pelayan harus fokus dan
mampu mengingat pesanan dari setiap pengujung. Hal ini bertujuan
agar hidangan yang disajikan di hadapan pengunjung sesuai dengan
masing-masing pesanan yang diminta.
b. Buffet / Self Service
Sering dikenal dengan istilah prasmanan, buffet atau self
service merupakan jenis layanan yang sangat praktis dan cepat. Di
sini, seluruh hidangan telah ditata dan diatur di atas meja hidang.
Para tamu diperbolehkan untuk memilih sendiri makanan sesuai
selera dan porsi yang diinginkan. Karena itu, tipe layanan ini
sangatlah cocok untuk digunakan pada berbagai acara,
seperti banquet dan pernikahan.
Total 50
B. Jawaban Soal Pilihan Ganda

No Jawaban Skor
1 E 10
2 D 10
3 B 10
4 C 10
5 B 10
Jumlah 50
Lampiran 4
Hasil Penilaian Proses

Aspek Yang Di Nilai Jumlah


No. Nama Nilai
Kerjasama Keaktifan Keberanian Skor
1 MD 7 7 6 20 6,6
2 MML 7 6 6 19 6,3
3 AS 7 7 7 21 7
4 JM 6 6 7 19 6,3
5 RM 7 7 7 21 7
6 RP 6 7 6 19 6,3
7 SW 7 6 7 20 6,6
8 AMA 7 7 8 22 7,3
9 ADP 8 8 8 24 8
10 CPR 8 8 8 24 8
11 DSP 7 7 7 21 7
12 DMS 8 8 7 23 7,6
13 DAS 6 7 7 20 6,6
14 PMD 8 8 7 23 7,6
15 PA 8 8 7 23 7,6
Lampiran 5
Hasil Penilaian Proses

Aspek Yang Di Nilai Jumlah


No. Nama Nilai
Kerjasama Keaktifan Keberanian Skor
1 MD 7 7 7 21 7
2 MML 8 7 8 23 7,6
3 AS 8 8 8 24 8
4 JM 7 7 8 22 7,3
5 RM 8 8 7 23 7,6
6 RP 7 7 7 21 7
7 SW 8 7 7 22 7,3
8 AMA 8 8 8 24 8
9 ADP 8 8 8 24 8
10 CPR 8 8 8 24 8
11 DSP 7 7 8 22 7,3
12 DMS 8 8 8 24 8
13 DAS 7 6 7 20 6,6
14 PMD 8 8 8 24 8
15 PA 8 8 8 24 8

Lampiran 6
Acuan pengamatan proses kegiatan guru siklus 1

RAMBU-RAMBU KEBERHASILAN MENGAJAR GURU

No. Aspek-aspek yang Indikator SB B C K SK


diamati
1 Menentukan bahan a. Memilih bahan √
pembelajaran dan pembelajaran yang
merumuskan tujuan sesuai
b. Merumuskan tujuan √
khusus
pembelajaran
2 Memilih dan a. Mengorganisasikan √
mengorganisasikan materi
materi, media dan b. Menentukan √
sumber pelajaran media/alat bantu
c. Menentukan sumber √
belajar
3 Merancang skenario a. Menentukan jenis √
pembelajaran kegiatan belajar
b. Menyusun langkah- √
langkah
pembelajaran
c. Menyediakan √
pertanyaan
bimbingan

Keterangan:
SB : Sangat Baik (5)
B : Baik (4)
C : Cukup (3)
K : Kurang (2)
SK : Sangat Kurang (1)

B = 5 x 4 = 20
C=3x3= 9+
29
Jadi, jumlah yang dinilai semua = 8 x 5 = 40

Penetuan Skor
Rambu-Rambu Analisis Karakteristik Penggunaan Metode Bermain Peran (Dari
Aspek Guru)
Tahap Kualifikasi
Pembelajaran Karakteristik SB B C K SK
Kegiatan Awal a. Pembukaan pembelajaran √
 Penyampaian tujuan pembelajaran √
dan langkah – langkah
pembelajaran
 Menugasi siswa menyanyikan lagu √
indonesia tetap merdeka
 Menjelaskan materi yang akan √
diajarkan
 Tanya jawab tentang materi yang √
akan di ajarkan
 Memilih siswa yang ikut dalam
bermain peran
 Menyampaikan topik yang akan √
diperankan

Kegiatan Inti  Menugasi siswa bermain peran √


 Menugasi siswa (kelompok) lain √
untuk mengamati
 Menghentikan permainan pada √
puncak suasana
 Menyuruh siswa mendiskusikan √
masalah yang timbul dan belum
terselesaikan
 Melaporkan hasil diskusi √
Kegiatan Akhir  membimbing siswa dalam √
menyimpulkan pembelajaran
 Memberikan tes formatif √

Keterangan:
SB : Sangat Baik (5)
B : Baik (4)
C : Cukup (3)
K : Kurang (2)
SK : Sangat Kurang (1)
B = 6 x 4 = 24
C = 5 x 3 = 15
K=3x2= 6+
45

Jadi, jumlah yang dinilai semua = 14 x 5 = 70

Penetuan Skor

Observer

IRA WULANDARI, S.Pd.I


NIP.19820406 200904 2 002

Lampiran 7
Acuan pengamatan proses kegiatan siswa siklus 1
Rambu-Rambu Analisis Karektiristik Penggunaan Metode Bermain Peran
(Dari Aspek Siswa)
Tahap Kualifikasi
Pembelajaran Karakteristik SB B C K SK
Kegiatan Awal  Keterlibatan siswa merespon √
penjelasan guru
 Keterlibatan dalam menyanyikan √
lagu Indonesia tetap maerdeka
 Keterlibatan siswa dalam √
menjawab pertanyaan yang
disediakan guru
 Mendengarkan topik yang akan √
dimainkan
Kegiatan Inti  keseriusan dalam bermain peran √
 Mengamati teman yang sedang √
bermain peran
 Menanggapi hasil tampilan √
temannya
 Melakukan diskusi √
 Melaporkan hasil diskusi √
 Menanggapi hasil diskusi √
Kegiatan Akhir  Keterlibatan dalam menyimpulkan √
hasil pembelajaran
 Melakukan tes tertulis

Keterangan:
SB : Sangat Baik (5)
B : Baik (4)
C : Cukup (3)
K : Kurang (2)
SK : Sangat Kurang (1)
B = 5 x 4 = 20
C=2x3= 6
K = 5 x 2 = 10 +
36
Jadi, jumlah yang dinilai semua = 12 x 5 = 60

Penetuan Skor

Lampiran 8
Acuan pengamatan proses kegiatan guru siklus II

RAMBU-RAMBU KEBERHASILAN MENGAJAR GURU

No. Aspek-aspek yang Indikator SB B C K SK


diamati
1 Menentukan bahan a. Memilih bahan √
pembelajaran dan pembelajaran yang
merumuskan tujuan sesuai
b. Merumuskan tujuan √
khusus
pembelajaran
2 Memilih dan a. Mengorganisasikan √
mengorganisasikan materi
materi, media dan b. Menentukan √
sumber pelajaran media/alat bantu
c. Menentukan √
sumber belajar
3 Merancang skenario a. Menentukan jenis √
pembelajaran kegiatan belajar
b. Menyusun langkah- √
langkah
pembelajaran
c. Menyediakan √
pertanyaan
bimbingan

Keterangan:
SB : Sangat Baik (5)
B : Baik (4)
C : Cukup (3)
K : Kurang (2)
SK : Sangat Kurang (1)

SB = 3 x 5 = 15
B = 5 x 4 = 20 +
35
Jadi, jumlah yang dinilai semua = 8 x 5 = 40

Penetuan Skor

Rambu-Rambu Analisis Karakteristik Penggunaan Metode Bermain Peran


(Dari Aspek Guru)

Tahap Kualifikasi
Pembelajaran Karakteristik SB B C K SK
Kegiatan Awal a. Pembukaan pembelajaran √
 Menyanyikan lagu Indonesia tetap √
merdeka
 Tanya jawab tentang materi yang √
akan diajarkan
 Menjelaskan materi yang akan √
diajarkan
 Memilih siswa yang ikut dalam √
bermain peran
 Menyampaikan topik yang akan √
diperankan
Kegiatan Inti  Menugasi siswa bermain peran √
 Menugasi siswa (kelompok) lain √
untuk mengamati
 Melaporkan hasil diskusi √
Kegiatan Akhir  membimbing siswa dalam √
menyimpulkan pembelajaran
 Memberikan tes formatif √
Keterangan:
SB : Sangat Baik (5)
B : Baik (4)
C : Cukup (3)
K : Kurang (2)
SK : Sangat Kurang (1)
SB = 5 x 5 = 25
B = 6 x 4 = 24 +
49
Jadi, jumlah yang dinilai semua = 11 x 5 = 55

Penetuan Skor

Lampiran 9
Acuan pengamatan proses kegiatan siswa siklus II
Rambu-Rambu Analisis Karektiristik Penggunaan Metode Bermain Peran

Tahap Kualifikasi
Pembelajaran Karakteristik SB B C K SK
Kegiatan Awal  Keterlibatan siswa merespon √
penjelasan guru
 Keterlibatan dalam menyanyikan √
lagu Indonesia tetap merdeka
 Keterlibatan siswa dalam √
menjawab pertanyaan yang
disediakan guru
 Mendengarkan topik yang akan √
dimainkan
Kegiatan Inti  keseriusan dalam bermain peran √
 Mengamati teman yang sedang √
bermain peran
 Menanggapi hasil tampilan √
temannya
 Melakukan diskusi √
 Melaporkan hasil diskusi √
 Menanggapi hasil diskusi √
Kegiatan Akhir  Keterlibatan dalam menyimpulkan √
hasil pembelajaran
 Melakukan tes tertulis

Keterangan:
SB : Sangat Baik (5)
B : Baik (4)
C : Cukup (3)
K : Kurang (2)
SK : Sangat Kurang (1)
SB = 2 x 5 = 10
B = 9 x 4 = 36
C =1x3= 3+
49
Jadi, jumlah yang dinilai semua = 12 x 5 = 60

Penetuan Skor

Lampiran 10
Foto Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai