Anda di halaman 1dari 30

Bab 1

Pendahuluan

Latar Belakang

Saat ini, banyak terjadi penurunan (degradasi) kualitas lingkungan secara


luar biasa dengan berbagai kenyataan terjadinya kerusakan dan tercemarnya
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan masyarakat,
ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Limbah domestik (baik limbah cair maupun
limbah padat) menjadi permasalahan lingkungan karena secara kuantitas maupun
tingkat bahayanya, mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan dan
mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Rendahnya kesadaran dan
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat, serta belum memadainya
pemahaman masyarakat akan dampak air limbah yang tidak diolah, akan
berdampak terhadap terjadinya kejangkitan penyakit yang berkaitan dengan
pencemaran air yang pada akhirnya akan menurunkan derajat kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan.

Tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar dilihat


secara umum berdasarkan data BPS tahun 2000, dengan asusmsi bahwa 42%
penduduk tinggal diperkotaan dan 58% penduduk tinggal di perdesaan,
menunjukkan bahwa akses tehadap fasilitas sanitasi adalah sebesar 37,52% di
perkotaan, 36,50% di perdesaan dan 25,98% tidak terdeteksi. Data ini tidak
menunjukan kualitas jamban itu sendiri, apakah berfungsi dengan baik, apakah
digunakan sesuai dengan peruntukannya, apakah sesuai dengan standar kesehatan
dan teknis yang telah ditetapkan. (Biro Pusat Statistik, Jakarta, Tahun 2000).

Dalam rangka percepatan pemenuhan pelayanan sanitasi serta pencapaian


target MDG’s tahun 2015, pemerintah daerah seluruh indonesia melakukan
kegiatan sanitasi dengan sasaran pada tahun 2015 terdapat peningkatan akses
pelayanan air limbah menjadi sebesar 85 % atau setara dengan penambahan
pelayanan kepada sekitar 67 juta jiwa penduduk yang terlayani dan pencapaian
peningkatan akses persampahan menjadi 70 % atau setara dengan peningkatan
pelayanan bagi sekitar 24 juta jiwa penduduk perkotaan. Untuk mewujudkan
pencapaian target tersebut, dilaksanakan program-program di bidang air limbah
maupun di bidang sampah. Untuk bidang air limbah, kegiatan yang dimaksud
meliputi peningkatan kualitas air limbah domestik, pengembangan on-site
management, pengembangan sanitasi berbasis masyarakat, pengembangan
cakupan pelayanan sistem air limbah terpusat yang ada, peningkatan perencanaan
pembangunan prasarana sarana air limbah, penelitian dan pengembangan serta
aplikasi teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.

Rumusan Masalah

Pertumbuhan penduduk yang pesat sangat berpengaruh terhadap berbagai


macam aktifitas didalam kota, diantaranya adalah perkembangan dari indutri
keramahtamaan dan konsekuensimya berdampak pada lingkungan sekitar.

Demikian pula halnya dengan penanganan air limbah industri


keramahtamaan (Hospitality industry), sebagai salah satu kota terdepan di
Indonesia Timur, Kota Makassar dituntut untuk menyelenggarakan suatu system
sanitasi kota yang komprehensif, efektif dan efisien serta memenuhi syarat-syarat
kesehatan lingkungan.

Pantai Losari Terletak di sebelah Barat Kota Makassar dan termasuk


dalam Kecamatan Ujung Pandang, Pantai Losari yang dikelola sabagai tempat
wisata ini, sangatlah menarik minat warga kota dan wisatawan yang berkunjung
ke Kota Makassar untuk datang ke pantai tersebut, terutama pada sore hari.
Kondisi ini pada gilirannya menjadi salah satu daya tarik bagi bidang usaha
Industri Keramahtamaan (Hospitality Industry). Hal ini dapat dilihat banyaknya
bangunan hotel dan restoran yang terdapat disepanjang Pantai Losari. Secara
langsung dari kegiatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran air yaitu dengan
adanya timbulan air limbah hasil dari aktifitas tersebut yang memberikan
konstribusi yang sangat besar terhadap terjadinya pencemaran air di Pantai Losari,
di samping limbah domestik yang dihasilkan penduduk yang bermukiman di
sekitar Pantai Losari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mirianty, 2015, hasil analisa
pengujian sampel air laut losari dengan parameter kimia meliputi BOD, COD,
amoniak dan fosfat memiliki nilai rata-rata secara berturut-turut 39,325 mg/l,
98,23 mg/l, 2,3475 mg/l dan 4,08 mg/l yang tidak memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan. Kandungan mikroba pencemar dan mikroba pathogen di Pantai
Losari telah melampaui ambang batas Baku Mutu Air Laut untuk kawasan
rekreasi, perairan umum, mandi dan renang, hal ini berdasarkan hasil pemantauan
yang dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keindahan
Kota Makassar Tahun 2003-2006, serta data primer yang pemeriksaanya
dilakukan pada bulan Juli 2007 menunjukan bahwa kualitas air laut di Pantai
Losari sudah sangat tercemar dan tidak sehat lagi sehingga dapat membahayakan
bagi kesehatan masyarakat. Disamping itu dengan tercemarnya lingkungan akan
mengakibatkan dampak lanjutan terhadap sosial, ekonomi dan budaya.

Lokasi Kegiatan
Adapun wilayah studi pada penelitian ini adalah di kawasan Losari, dengan luas
kawasan diperkirakan 195 Ha dengan jumlah bangunan sekitar 4.900 unit
bangunan.

Tujuan dan Sasaran

Studi ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut :

a. Mewujudkan penyelengaraan pengelolaan air limbah Kota Makassar yang


baik dan terpadu (komunal),

b. Mewujudkan lingkungan perumahan dan pemukiman perkotaan yang


layak, sehat, bersih, aman dan serasi dengan lingkungan sekitarnya dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Adapun dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan sasaran sebagai berikut:

a. Tersedianya design yang baik bagi peningkatan sistem pengelolaan air limbah
Kawasan Losari.
b. Tersedianya organisasi/lembaga pengelola air limbah dan aturan-aturan yang
terkait dengan pengelolaan air limbah Kawasan Losari.
c. Tersosialisasinya pengelolaan limbah kepada mayarakat, pihak perhotelan dan
rumah sakit Kawasan Losari.
Bab 2

Metodologi Penentuan Teknologi Pengolahan Air Limbah Hotel dan


Restoran (Hospitality Industry)

Perencanaan pembangunan pengolahan IPAL Komunal di melalui tahapan


pemilihan teknologi dalam mengolah air limbah secara bersama dan diproses
dalam satu tempat, adapun mengenai proses pemanfaatan teknologi dijabarkan
melalui kriteria pilihan sebagai berikut.

Air Limbah Hotel dan Restoran

Air limbah hotel adalah air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan hotel di
mana air limbah ini bisa berupa sisa-sisa kegiatan memasak, MCK, Spa, kolam
renang dan lain-lain. Komposisi air limbah hotel dapat terdiri dari beberapa
persenyawaan baik yang bersifat organik maupun anorganik. Beberapa komposisi
persenyawaan dalam air limbah hotel antara lain terdiri atas : uap air, zat organik,
pestisida, Fenol, Alidrin, Nitrogen, Phosfor, Carbon, Calcium, Seng, Kadmium,
Sulfat, Sulfida, Amoniak, Besi, Tembaga, Krom, dan senyawa kimia toksik
lainnya. Air limbah hotel juga biasanya mengandung berbagai mikroorganisme
yang bersifat patogen seperti E.coli yang dapat menimbulkan penyakit apabila
mencemari perairan.

Sumber Limbah Hotel

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh


bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara
komersial, meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga menyediakan
pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan,
pencucian/laundry dan lain-lain bagi para pengunjungnya, sehingga menghasilkan
limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk. Limbah
cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan
hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Kondisi ini disebabkan karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama
dengan seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel.
Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain:

1) Limbah dari kamar mandi dan toilet,


2) Limbah dari kegiatan di dapur atau restauran,
3) Limbah dari kegiatan pencucian/laundry, dan
4) Limbah dari fasilitas kolam renang.

Karakteristik Limbah Hotel

Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama dengan limbah


domestik dari pemukiman, menurut Pirani, 2014, aktivitas-aktivitas yang ada di
hotel relatif sama dengan aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara
jumlah limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang
ada dan tingkat huniannya (Metcalf & Eddy, 1991) di samping juga dipengaruhi
oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.

Limbah pada umumnya mempunyai sifat-sifat, yaitu:

1) Senyawa fisik: berwarna dan mengandung padatan;

2) Senyawa kimia organik mengandung: karbohidrat, minyak dan lemak,


protein, unsur surfactan seperti detergen dan sabun;

3) Senyawa kimia inorganik mengandung: alkalinity, khloride, nitrogen,


phospor, dan sulfur; dan

4) Unsur biologi mengandung proyista dan virus.

Rata-rata karakteristik perhotelan, konsentrasi BOD 200 – 300 mg/lt dan


konsentrasi SS 200- 250 mg/lt di dalam air limbah.
Kriteria Pemilihan Teknologi

Kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata, baik jumlahnya maupun


tingkat kesejahteraannya, mengakibatkan sangat sulit memisahkan mana saja
daerah yang bisa dimasukkan kedalam daerah yang harus dilayani dengan on-site
ataupun off-site. Untuk itulah perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria yang jelas
untuk memisahkan keduanya.

Baku Mutu Air Limbah Hotel

Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan


teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Di samping itu,
biaya operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat meberikan
hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu
yang beralku. Baku mutu air limbah hotel adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
air limbah hotel yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Jadi semua air
limbah hotel sebelum dibuang ke perairan/ saluran umum harus diolah terlebih
dahulu sampai memenuhi baku mutu seperti tersebut. Untuk wilayah kawasan
Losari mengikuti Propinsi Sulawesi Selatan dalam acuan standar baku mutu yang
dipergunakan diatur Peraturan Gubernur No. 69 Tahun 2010
Tabel 2.1

Standar Baku Mutu AirLimbah Domestik Peraturan Gubernur No. 69


Tahun 2010

KADAR

PARAMETER SATUAN MAKSIMUM

A B C

pH - 6-9 6-9 6-9

BOD mg/L 25 40 75

COD mg/L 80 100 125

TSS mg/L 20 35 50

Minyak dan Lemak mg/L 5 8 10

(Sumber: Pergub Sulsel No. 69 Tahun 2010)

Kategori A :

1) Kawasan permukiman (Real Estate) dengan ukuran > 200 Ha

2) Restauran (Rumah Makan) dengan ukuran > 2300 m2

3) Perkantoran Perniagaan dan apartement dengan ukuran > 50.000 m2

Kategori B :

1) Kawasan permukiman (Real Estate) dengan ukuran 16-200 Ha

2) Restauran (Rumah Makan) dengan ukuran 1400 – 2300 m2

3) Perkantoran Perniagaan dan apartement dengan ukuran > 10.000 – 50.000 m2


Kategori C :

1) Kawasan permukiman (Real Estate) dengan ukuran < 14 Ha

2) Restauran (Rumah Makan) dengan ukuran < 1400 m2

3) Perkantoran Perniagaan dan apartement dengan ukuran < 10.000 m2.

Kriteria Wilayah

Langkah pemilihan teknologi untuk setiap wilayah kajian, dilakukan penilaian dan
uji parameter terhadap kriteria di atas dengan tahapan proses sesuai diagram alir
berikut ini:

Akses Jamban
Jamban Pribadi

Penanganan Air Jamban Bersama


Limbah Kakus

Sistem Setempat Sistem Saluran Air Limbah

Sistem Komunal
Penanganan Penyaluran Air Limbah
Lumpur Tinja Sistem Kawasan
Pengolahan Air Limbah
Sistem Wilayah
Penyedotan Lumpur

Pengolahan Lumpur

Gambar 2.1

Skema Pembahasan Opsi Teknologi


Kriteria pemilihan sistem On-site
Sistem setempat atau individual umumnya digunakan untuk menangani
air limbah kakus (black water). Sistem ini menggunakan tangki air limbah yang
terletak di lahan yang sama dengan unit bangunan dimana limbah dihasilkan. Saat
ini lebih dari 90% rumah atau bangunan di Kawasan Losari menggunakan sistem
setempat, baik berupa cubluk maupun septic tank.

Suatu sistem setempat yang memenuhi syarat harus :

a) Mampu menurunkan kadar senyawa organik, padatan sehingga memenuhi baku


mutu air limbah domestik,

b) Diletakkan setidaknya 10 meter dari sumur air bersih terdekat,

c) Kedap dan tidak ada kebocoran,

d) Memiliki lubang kontrol sekaligus untuk penyedotan tinja,

e) Memiliki sistem pelepasan gas, dan

f) Dirawat setidaknya melalui penyedotan lumpur tinja secara periodik.

Sistem setempat layak digunakan untuk wilayah permukiman yang memenuhi


kriteria sebagai berikut :

- Wilayah dengan kepadatan sangat rendah lebih kecil, atau sama dengan
50 Jiwa/ha
- Wilayah selain wilayah Off-site (secara teknis sistem Off-site sulit
dikembangkan).
- Kedalaman air tanah rendah ≤ 2 m
- Permeabilitas tanah tinggi
- Merupakan wilayah permukiman perdesaan
- Belum terdapat prasarana sarana sanitasi
- Sumber air sumur, sungai, mata air yang belum terlindungi
- Belum dilayani pelayanan persampahan
- Bukan merupakan wilayah DAS atau Sub DAS
- Jarak antara sumber air dan unit pengolahan limbah minimal 10 meter
- Beban pencemaran rendah

Ada beberapa jenis tangki air limbah yang saat ini tersedia, baik itu berupa a).
tangki pasangan batu, atau b). tangki pabrikan. Tangki air limbah pabrikan
umumnya terbuat dari plastik keras (fibre glass atau reinforced plastics). Tangki
air limbah umumnya didisain untuk bekerja secara anaerobik, seperti yang dikenal
dengan sebutan tangki septik. Walau demikian, saat ini juga tersedia tangki air
limbah yang beroperasi secara aerobik atau kombinasi antara proses aerobik dan
anaerobik. Sebagian tangki air limbah membutuhkan sumur atau bidang resapan,
sebagian lagi tidak, karena memang direncanakan untuk tersambung ke sistem
komunal atau sistem kawasan.

Penerapan sistem setempat di suatu wilayah perlu didukung oleh :


 Pemeriksaan awal guna memastikan agar tangki air limbah memiliki
volume yang memadai dan tidak mengalami kebocoran.
 Penyedotan endapan lumpur dari dasar tangki air limbah secara berkala.
 Pembersihan berkala terhadap bidang resapan.

Kriteria wilayah pemilihan sistem komunal


Sistem komunal merupakan suatu opsi jenis layanan saluran air limbah (off-
site) atau SSAL berskala kecil. Ciri dari sistem komunal ini adalah :
 Melayani rumah atau bangunan berjumlah 100 – 500 unit.
 Menggunakan saluran sederhana yang hanya menyalurkan bagian cairan
dari air limbah kakus.
 Menggunakan instalasi pengolahan sederhana dengan proses anaerobik.
 Merupakan wilayah permukiman perkotaan sedang hingga padat / kumuh
 Kedalaman air tanah tinggi > 2 m
 Permeabilitas tanah rendah
 Merupakan daerah relatif datar, dengan kemiringan lahan kurang dari < 2
%
 Sumber air terbatas sumur, sungai, mata air yang belum terlindungi,
ataupun hidran umum dari PDAM
 Sudah ataupun belum terdapat prasarana sarana sanitasi, tapi belum
memenuhi standar teknis (tidak ada unit pengolahan limbah)
 Belum dilayani pelayanan persampahan
 Merupakan wilayah DAS atau Sub DAS
 Masyarakat mempunyai minat menyambung layanan air limbah

Sistem ini layak dikembangkan di kawasan permukiman dengan :


 Pola tata guna lahan yang kurang rapih (perkampungan atau kawasan
kumuh).
 Kepadatan penduduk lebih dari 150 orang/Ha.
 Rumah-rumah dan bangunan yang memiliki sumber air bersih dan
jamban pribadi.
 Ketersediaan lahan untuk unit pengolahan, dengan ukuran lahan
setidaknya 36 m2 untuk tiap 100 KK.

Gambar 2.2

Sistem Komunal
umumnya memiliki
wilayah pelayanan
yang kecil, yaitu antara
20 – 200 unit rumah.
Sistem Komunal
banyak diterapkan di
wilayah permukiman yang kurang tertata rapih.
Sistem komunal banyak diterapkan dalam implementasi program Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) atau Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS). Dalam implementasi program tersebut, peminatan dan
keterlibatan masyarakat menjadi prasyarat dilakukannya pengembangan sistem
komunal tersebut.

Kriteria wilayah pemilihan sistem kluster / sistem kawasan


- Wilayah dengan kepadatan sedang hingga tinggi 150 jiwa/ha
- Merupakan wilayah permukiman perkotaan dan komersial
- Kedalaman air tanah tinggi < 2 m
- Permeabilitas tanah tinggi
- Merupakan daerah dengan kemiringan lahan lebih dari > 2 %
- Tersedia layanan jaringan air minum
- Masyarakat mempunyai minat menyambung layanan air limbah
- Untuk wilayah yang tertata (real estate) dengan pelayanan kluster antara
500 sambungan hingga 5.000 sambungan per sistem
- Tersedia lahan untuk IPAL yang cukup (minimal 1.000 m2/ 500
sambungan), dan dapat memanfaatkan ruang taman / hijau

Kriteria wilayah pemilihan system Off-Site / sistem Wilayah


- Kepadatan tinggi > 150 jiwa/ha
- Kedalaman air tanah tinggi < 2 m
- Merupakan daerah dengan kemiringan lahan lebih dari > 2 %
- Permeabilitas tanah tinggi
- Tersedia layanan jaringan air minum kota (sambungan air minum dari
PDAM)
- Masyarakat mempunyai minat menyambung layanan air limbah
- Untuk wilayah permukiman perkotaan dan daerah komersial dengan
pelayanan lebih dari 5.000 sambungan
- Tersedia lahan untuk IPAL skala kota
Tabel berikut menunjukkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari penerapan
sistem wilayah, khususnya dibandingkan dengan sistem kawasan.

Tabel 2.2
Perbandingan Penggunaan Sistem Wilayah Dengan Sistem Kawasan Untuk
Suatu Kota

ASPEK SISTEM WILAYAH SISTEM KAWASAN

Kelayakan Banyak diterapkan untuk Banyak diterapkan untuk


penggunaan wilayah yang lebih luas. wilayah yang lebih kecil,
seperti kawasan permukiman.

Investasi Lebih tinggi mengingat Lebih rendah karena skala


pengembangan awal yang pengembangan awal dapat
berskala lebih besar. dilakukan lebih kecil.

Pentahapan Kurang fleksibel mengingat Lebih fleksibel karena


pengembangan pengembangannya dilakukan pengembangannya dapat
untuk wilayah yang lebih dilakukan untuk wilayah-
besar. wilayah lebih kecil.

Pengelolaan Lebih sederhana karena Lebih rumit karena jumlah


manajerial hanya ada satu sistem dalam sistem di satu wilayah yang
satu wilayah. lebih banyak.

Stuktur Lebih sederhana, walau Lebih kompleks, mengingat


organisasi mungkin saja memiliki banyaknya sistem .
pengelola jumlah personil yang lebih
banyak.

Penyaluran air Membutuhkan sistem Tidak selalu membutuhkan


limbah pemompaan mengingat
ASPEK SISTEM WILAYAH SISTEM KAWASAN

wilayah layanan yang luas. sistem pemompaan.

Instalasi Satu instalasi. Lebih dari satu instalasi.


pengolahan
Membutuhkan lahan yang Membutuhkan lahan yang
lebih luas di suatu tempat. lebih kecil, walau jumlahnya
lebih banyak.

Kapasitas yang lebih besar. Kapasitas lebih kecil, walau


dengan jumlah yang lebih
banyak.

Perlu teknologi lebih modern Masih dapat menerapkan


yang membutuhkan banyak teknologi sederhana yang
energi. rendah enegi.

Membutuhkan operator Tidak selalu membutuhkan


dengan kompetensi tinggi. operator dengan kompetensi
tinggi.

Biaya operasi Tinggi karena menggunakan Rendah jika dapat


teknologi yang membutuhkan menggunakan pilihan
banyak energi. teknologi sederhana.

Lebih murah jika Lebih mahal jika


dioperasikan sesuai kapasitas menggunakan pilihan
rencana. teknologi dan kapasitas yang
sama dengan Skala Kawasan.

(Sumber: Gebauer, 2012)


Sistem komunal, sistem kawasan, dan sistem wilayah membutuhkan jaringan
saluran air limbah (sewer). Berdasarkan muatannya, saluran air limbah dapat
dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu :

a) saluran gabungan (combined sewer) dimana saluran mengalirkan air hujan


berikut air limbah permukiman, dan
b) saluran terpisah (separate sewer) dimana saluran hanya mengalirkan air
limbah permukiman. Saluran terpisah yang juga disebut sebagai saluran
sanitari (sanitary sewer) ini kemudian dapat dibedakan sebagai :
1) saluran sederhana (simplified sewer) dan
2) saluran biasa (conventional sewer). Perbedaan keduanya dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 2.3
Perbandingan Saluran Sederhana dan Saluran Biasa

ASPEK SALURAN SEDERHANA SALURAN BIASA

Penerapan Tepat untuk wilayah kecil, Tepat untuk wilayah luas,


sehingga tepat untuk Sistem sehingga sesuai untuk Sistem
Komunal dan Sistem Kawasan dan Sistem
Kawasan yang kecil. Wilayah.

Muatan Air limbah kakus (setelah Air limbah kakus dan air
padatan dipisahkan) dan air bekas cucian, masak, dan
bekas cucian, masak, dan kamar mandi.
kamar mandi.

Kedalaman Dangkal, maksimal 50 cm. Dalam, dapat mencapai 7


meter.

Kemiringan Landai (+ 0,5% - 1%), dan Bebas.


mengikuti kemiringan
ASPEK SALURAN SEDERHANA SALURAN BIASA

permukaan tanah.

Komponen  Sambungan rumah  Sambungan rumah,


(dilengkapi tangki pemisah  Perpipaan lingkungan
padatan), (tersier), perpipaan
 Perpipaan lingkungan pengumpul (collector pipe),
(tersier) dan perpipaan dan perpipaan pembawa
pengumpul (collector pipe), (main sewer),
 Bak kontrol,  Manhole (lubang kontrol),
 Instalasi pengolahan.  Sistem pemompaan,
 Instalasi pengolahan,
 Bangunan pengendali.
Diameter 2 inci – 4 inci 4 inci – 20 inci

Material PVC PVC dan beton

Penyaluran air Mengandalkan gravitasi Dapat menggunakan


limbah dengan bantuan air pemompaan.
pembilasan jamban.

Saluran sederhana juga dapat digunakan untuk air limbah kakus yang masih
mengandung padatan. Hal ini seringkali terpaksa dilakukan untuk kawasan yang
sangat padat dimana tidak ada lagi lahan untuk pembuatan tangki pemisah
padatan. Hal ini dimungkinkan selama wilayah tersebut memiliki kemiringan
lahan yang tidak terlalu landai, dan selama pipa yang digunakan minimal
berdiameter 4 inci.

Pertimbangan Desain
Proses Pengolahan Air Limbah

Sistem komunal, sistem kawasan, dan sistem wilayah membutuhkan suatu


instalasi pengolahan air limbah (IPAL) guna menurunkan senyawa organik dan
padatan (suspended solids) yang terkandung dalam air limbah sampai mencapai
target hasil olahan (efluent) yang diinginkan. Beberapa IPAL yang lebih canggih
dirancang juga mampu menurunkan kandungan pencemar lainnya, seperti
senyawa nutrien (nitrogen dan pospat). IPAL untuk air limbah domestik hampir
selalu menerapkan proses biologis untuk menurunkan kandungan senyawa
organik, baik secara aerobik, anaerobik, maupun fakultatif.

Tabel 2.4
Target Hasil Olahan Instalasi Pengolahan Air Limbah
TARGET
AIR LIMBAH
PARAMETER HASIL
BAKU
OLAHAN

pH 6–8 6–9

BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) 300 - 450 mg /L 100 mg/L

TSS (Total Suspended Solids) 250 - 300 mg /L 100 mg/L

Minyak dan Lemak 15 mg/L 10 mg/L

Sumber : Target hasil olahan diambil dari nilai Kadar Maksimum dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112/2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
Pemilihan opsi jenis IPAL yang layak diterapkan di Kawasan Losari dilakukan
dengan mempertimbangkan :

(a) kinerja teknis yang dapat dicapai,

(b) kondisi dan kemampuan Kawasan Losari,

(c) jenis instalasi yang sudah digunakan di Kawasan Losari,

(d) pengalaman kota-kota lain di Indonesia atau negara tetangga,

(e) ketersediaan teknologi di Indonesia,

(f) kemudahan operasi, dan

(g) biaya investasi.

Berikut ini akan dibahas beberapa opsi jenis IPAL yang layak diterapkan, baik itu
instalasi sederhana dan instalasi mekanis.

 IPAL SEDERHANA
IPAL sederhana dicirikan sebagai suatu instalasi yang mudah dioperasikan,
tidak membutuhkan banyak energi, dan dapat diterapkan untuk SAL (Saluran Air
Limbah) berskala kecil, seperti Sistem Komunal dan Sistem Kawasan. Tabel
berikut menunjukkan beberapa pilihan unit pengolahan yang dapat digunakan
dalam IPAL sederhana.
Tabel 2.5
Unit Pengolahan Dalam IPAL Sederhana
UNIT
DESKRIPSI
PENGOLAHAN

Kolam Oksidasi  Berupa kolam terbuka dengan kedalaman terbatas, maksimal 1 meter
- 3 meter guna menghindari terjadinya proses anaerobik di dalam
kolam.
 Dapat terbagi menjadi beberapa bagian dengan pola aliran berliku.
 Tidak menggunakan aerator terapung.
Kolam  Berupa kolam terbuka dengan kedalaman antara 3 meter - 5 meter
Anaerobik guna menjamin terjadinya proses anaerobik di dalam kolam.
 Dapat terbagi menjadi beberapa bagian dengan pola aliran berliku.
 Tidak menggunakan aerator terapung.
Tangki  Berupa tangki bawah tanah dalam kondisi kedap tanpa udara.
Anaerobik  Dapat terbagi menjadi beberapa kompartemen dengan pola aliran
yang berliku (Tangki Anaerobik Bersekat).
 Terbuat dari pasangan batu atau plastik keras.
 Dapat dilengkapi media plastik tempat bakteri anaerobik melekat.
Biofilter  Berupa tangki besi atau baja dalam kondisi kedap tanpa udara.
 Berisi media plastik tempat bakteri anaerobik melekat.
 Digunakan di banyak bangunan-bangunan komersial dan apartemen.
IPAL sederhana umumnya mengandalkan proses alamiah, tanpa bantuan peralatan
mekanis, sehingga dimensinya akan jauh lebih besar dari unit-unit pada instalasi
mekanis.

Gambar 2.3

Tangki anaerobik
semakin banyak
digunakan untuk rumah
susun atau kawasan
permukiman kecil (20 –
200 sambungan). Salah
satu contohnya adalah
penggunaannya di
Rusunawa Daya, Kota
Makasar (Sulawesi
Selatan).

IPAL MEKANIS
IPAL Mekanis menggunakan peralatan-peralatan mekanis untuk
meningkatkan laju proses pengolahannya, misalnya aerator, pompa resirkulasi
lumpur, penyapu endapan lumpur, dan sebagainya. Oleh karena itu, IPAL
Mekanis membutuhkan energi listrik yang lebih besar. Instalasi Mekanis banyak
diterapkan untuk SAL (Saluran Air Limbah) berskala menengah dan besar, seperti
Sistem Kawasan dan Sistem Wilayah.
Jenis-jenis IPAL Mekanis bisanya dibedakan dari jenis unit pengolahan sekunder1
yang digunakannya. Tabel berikut menunjukkan beberapa pilihan unit pengolahan
dalam IPAL Mekanis.

Tabel 2.6
Opsi Instalasi Pengolahan Mekanis

UNIT
BEBAN
PENGOLAHA DESKRIPSI
ORGANIK
N

Kolam Aerasi Berupa kolam terbuka dengan aerator 0,1 – 0,4


(Aerated terapung. Kg
Lagoon)  Tidak membutuhkan clarifier2 dan sistem BOD/m3/hari
resirkulasi lumpur3 karena tidak ada lumpur
yang perlu dikembalikan.
 Lumpur biologis dibiarkan mengendap di
dasar kolam dan pembersihannya dilakukan
melalui pengerukan secara periodik.

Tangki Lumpur  Berupa tangki aerasi dengan aerator 0,4 – 1,9
Aktif (Activated apung atau diffuser. Kg
Sludge)  Membutuhkan clarifier dan BOD/m3/hari
membutuhkan sistem resirkulasi lumpur.

1
Unit pengolahan sekunder (secondary treatment) ditujukan untuk menguraikan senyawa organik yang
dikandung air limbah melalui proses biologis, baik secara aerobik maupun anaerobik. Unit pengolahan
sekunder umumnya didahului oleh unit pengolahan primer (primary treatment) yang bertujuan untuk
memisahkan benda-benda kasar dan menurunkan kandungan padatan di air limbah melalui proses
pengendapan (sedimentasi) maupun pengapungan.
2
Clarifier adalah unit pengendap yang digunakan untuk memisahkan lumpur biologis dari efluen unit-unit
pengolahan biologis (Tangki Activated Sludge, EAAS, RBC, dan sebagainya). Pengendapan terjadi secara
gravitasi. Sebagian lumpur yang mengendap di dasar clarifier akan diresirkulasikan kembali ke unit
pengolahan biologis.
3
Sistem resirkulasi lumpur dibutuhkan untuk mengembalikan lumpur biologis (yang terbentuk akibat
konsumsi senyawa organik oleh mikroba) ke tangki aerasi. Pengembalian lumpur akan membuat laju proses
biologis berjalan lebih cepat.
UNIT
BEBAN
PENGOLAHA DESKRIPSI
ORGANIK
N

 Membutuhkan sistem pengeringan


lumpur biologis4.
Extended  Berupa tangki aerasi dengan aerator apung 0,1 – 0,4
Aeration atau diffuser. Kg
Activated Sludge Membutuhkan clarifier dan sistem BOD/m3/hari
(EAAS) resirkulasi lumpur (lebih besar karena
proporsi pengembalian lumpur yang tinggi).
 Mengkonsumsi listrik yang tinggi.
 Digunakan di banyak bangunan-bangunan
komersial.
Sequencing  Berupa tangki aerasi dengan aerator apung 0,1 – 0,4
Batch Reactor atau diffuser. Kg
(SBR)  Bekerja secara batch dimana aerasi dan BOD/m3/hari
pengendapan berlangsung di tangki yang
sama, sehingga unit ini tidak membutuhkan
clarifier.
 Mengkonsumsi listrik yang tinggi.
 Digunakan di banyak bangunan komersial
dan kawasan permukiman kecil.
Oxidation Ditch  Berupa tangki terbuka berbentuk parit 0,09 – 0,5
melingkar dengan aerator sikat. Kg
 Membutuhkan clarifier dan sistem BOD/m3/hari
resirkulasi lumpur aerasi.
 Membutuhkan sistem pengeringan
lumpur biologis.
Rotating  Berupa tangki yang dilengkapi dengan 0,5 – 1,0
Biological piringan-piringan biologis tempat Kg
4
Sistem pengeringan lumpur ditujukan untuk menurunkan kandungan air dari lumpur biologis sampai cukup
kering untuk dibuang ke lingkungan.
UNIT
BEBAN
PENGOLAHA DESKRIPSI
ORGANIK
N

Contactor bakteri melekat dan mengkonsumsi BOD/m3/hari


(RBC) senyawa organik.
 Piringan biologis berputar pada
porosnya yang terletak di atas
permukaan tangki.
 Membutuhkan clarifier dan sistem
resirkulasi lumpur.
 Menggunakan listrik yang lebih rendah.
 Digunakan di banyak bangunan-
bangunan komersial.
Trickling Filter  Berupa tangki yang berisi media (batuan 0,2 – 0,7
berukuran kecil, bola atau rangka Kg
plastik) dimana bakteri melekat dan BOD/m3/hari
mengkonsumsi senyawa organik.
 Air limbah disemprotkan ke atas
permukaan media agar dapat berkontak
dengan bakteri.
 Membutuhkan clarifier dan sistem
resirkulasi lumpur.
 Menggunakan listrik yang lebih rendah.
 Digunakan di beberapa kawasan
permukiman skala kecil dan menengah.
Moving Bed  Berupa tangki aerasi yang berisi media 0,91
Bioreactor (rangka plastik) dimana bakteri melekat Kg
(MBBR) dan mengkonsumsi senyawa organik. BOD/m3/hari
 Merupakan proses hibrid dimana proses
lumpur aktif dikombinasikan dengan
proses pengolahan melekat (attached
UNIT
BEBAN
PENGOLAHA DESKRIPSI
ORGANIK
N

growth process).
 Membutuhkan clarifier dan sistem
resirkulasi lumpur.
 Menggunakan listrik yang lebih rendah.
Uplow  Berupa tangki besi atau baja dalam 2 – 4
Anaerobic kondisi kedap tanpa udara. Kg
Sludge Blanket  Mengandalkan proses anaerobik dari COD/m3/hari
(UASB) lapisan flok mikroba yang tersuspensi
(sludge blanket) di bagian bawah tangki.
 Mengalir secara vertikal ke atas
(uplfow)
 Menghasilkan biogas yang dimanfaatkan
untuk pencampuran isi tangki.
 Tidak menggunakan listrik.
Sumber:

 Metcalf & Eddy; Wastewater Enginering: Treatment and Reuse, 4th Edition, 2003
 Edward J. Martin; Technologies for Small Water and Wastewater Systems, 1991.
 Ronald W. Crites, George Tchobanoglous; Small and Decentralized Wastewater Management
Systems, 1998.

IPAL Mekanis dapat dihasilkan dari modifikasi IPAL Sederhana, misalnya


Aerated Lagoon yang dibuat dari penambahan aerator pada Kolam Oksidasi dan
Kolam Anaerobik. Untuk meningkatkan kapasitasnya, suatu unit pengolahan
mekanis juga dapat dimodifikasi untuk menjadi unit pengolahan mekanis lainnya.
Salah satu contohnya adalah penambahan media kerangka plastik pada unit
Tangki Lumpur Aktif, EAAS, SBR, atau Oxidation Ditch, sehingga menjadi unit
pengolahan MBBR. Modifikasi ini dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja unit
pengolahan sampai dua atau tiga kali lipat.
Gambar 2.4

Penambahan media kerangka plastik


dapat dilakukan pada beberapa unit
pengolahan mekanis yang ada
(misalnya, Tangki Lumpur Aktif atau
Oxidation Ditch) agar unit
pengolahan dapat bekerja seperti
suatu MBBR. Penambahan media
akan membuat suatu unit pengolahan
dapat bekerja dengan konsentrasi
lumpur mikroba (MLSS) yang lebih
tinggi. Modifikasi ini diyakini dapat
meningkatkan kapasitas suatu unit
pengolahan sampai tiga kali, tanpa
harus merubah dimensi tangki.
Bab 3

Teknik Pengumpulan Data

Bab ini akan membahas mengenai proses pengumpulan data yang digunakan
sebagai bahan dasar pertimbangan pemilihan IPAL yang ada di Kawasan Losari.
Hal ini diperlukan untuk menemukenali karakteristik lokasi yang cocok dengan
uraian teknologi pengolahan pada bab 2.

Dari berbagai jenis teknologi pengolah limbah yang ada saat ini, tidak seluruhnya
dapat diterapkan untuk skala kota. Beberapa jenis teknologi yang dapat
diaplikasikan dalam skala kota adalah:

1. Kolam Aerasi (Aerated Pond)


2. RBC (Rotating Biological Contactor)
3. Trickling Filters
4. Lumpur Aktif (Activated Sludge)
5. UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket)
6. MBBR (Moving Bed Biofilm Reactor)
Setiap teknologi diatas memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing.
Untuk menentukan teknologi mana yang paling tepat untuk diterapkan di
Kawasan Losari, maka terlebih dahulu kita uraikan parameter – parameter apa
saja yang akan menjadi pertimbangan pemilihannya.

Parameter – parameter tersebut adalah:

1. Kebutuhan Lahan
Maksudnya adalah luasan lahan yang dibutuhkan untuk IPAL.
2. Tahan terhadap Shock Loading
Maksudnya adalah sensitivitas dari teknologi terhadap fluktuasi air limbah
yang masuk, baik secara kuantitatif atau secara kualitatif.
3. Efisiensi Pengolahan
Maksudnya adalah keandalan dari teknologi terhadap pemenuhan baku
mutu efluen yang disyaratkan.
4. Biaya Investasi
Maksudnya adalah biaya investasi untuk konstruksi IPAL.
5. Kemudahan Konstruksi
Maksudnya adalah kemudahan pembangunan secara bertahap,
kesederhanaan konstruksi sipil dan peralatan mekanik, dan keperluan
peralatan mekanik dan listrik yang minimal.
6. Kemudahan Operasi dan Perawatan
Maksudnya adalah kemudahan bagi operator dalam mengoperasikan IPAL
dan kemudahan dalam perawatan IPAL dan mudah mencari suku cadang
yang dibutuhkan untuk perbaikannya.
7. Biaya Operasi dan Perawatan
Maksudnya adalah rendahnya biaya energi yang digunakan untuk
pengoperasian IPAL dan suku cadang yang selain mudah didapat juga
murah.
8. Estetika (Bau dan Bising)
Maksudnya adalah seberapa besar bau dan bising yang dihasilkan dari
pengoperasian IPAL.
Dari ke – 8 parameter diatas kemudian diberikan pembobotan, yang mana besar
kecilnya bobot pertimbangannya disesuaikan berdasarkan kondisi Kawasan
Losari. Teknologi yang memiliki total poin atau nilai paling tinggi menjadi
teknologi yang terpilih untuk diterapkan di Kawasan Losari.

a) Penentuan Bobot Tiap Parameter


Sebelum menentukan bobot dari masing – masing parameter, terlebih dahulu
ditentukan prioritas apa yang paling diinginkan untuk terpenuhi dari ke – 8
parameter yang ada. Prioritas ini ditentukan dari kesepakatan diantara para pihak.
Berdasarkan kesepakatan tersebut ada 3 parameter yang dianggap sangat penting
yang menjadi prioritas utama dibandingkan parameter – parameter yang lain. Ke –
3 parameter itu adalah:

1. Kebutuhan lahan.
Kebutuhan lahan menjadi penting karena di Kawasan Losari sangat sulit
mendapatkan lahan yang strategis dan cukup luas untuk dibangun IPAL
yang kepemilikannya tanah milik pemerintah.
2. Tahan terhadap Shock Loading.
Sistem yang akan diterapkan nanti akan menggunakan pompa untuk
memindahkan air limbah dari pipa primer ke IPAL, sehingga IPAL akan
mengalami shock loading atau beban berlebih di waktu – waktu tertentu
dan IPAL pun suatu saat akan kosong.

3. Efisiensi Pengolahan.
Efisiensi pengolahan yang tinggi akan menjamin IPAL untuk
menghasilkan kualitas efluen yang akan selalu memenuhi standar
peraturan baku mutu yang ada.

Untuk menguji apakah pembobotan yang dilakukan sudah konsisten menurut


kaidah – kaidah keilmuan yang ada, maka digunakan Metode AHP (Analytical
Hierarchy Process) untuk mengujinya. Prinsip menyusun hirarki adalah dengan
menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecahakan
persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. Didalam memilih teknologi
yang akan dilakukan perincian teknologi yang ada dengan pertimbangan kondisi
wilayah Kawasan Losari. Dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya
setiap variabel secara relatif dalam teknologi air limbah, dan menetapkan variabel
mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada
pembuatan pengolahan secara komunal.

Anda mungkin juga menyukai