Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Lokasi Kegiatan
Adapun wilayah studi pada penelitian ini adalah di kawasan Losari, dengan luas
kawasan diperkirakan 195 Ha dengan jumlah bangunan sekitar 4.900 unit
bangunan.
a. Tersedianya design yang baik bagi peningkatan sistem pengelolaan air limbah
Kawasan Losari.
b. Tersedianya organisasi/lembaga pengelola air limbah dan aturan-aturan yang
terkait dengan pengelolaan air limbah Kawasan Losari.
c. Tersosialisasinya pengelolaan limbah kepada mayarakat, pihak perhotelan dan
rumah sakit Kawasan Losari.
Bab 2
Air limbah hotel adalah air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan hotel di
mana air limbah ini bisa berupa sisa-sisa kegiatan memasak, MCK, Spa, kolam
renang dan lain-lain. Komposisi air limbah hotel dapat terdiri dari beberapa
persenyawaan baik yang bersifat organik maupun anorganik. Beberapa komposisi
persenyawaan dalam air limbah hotel antara lain terdiri atas : uap air, zat organik,
pestisida, Fenol, Alidrin, Nitrogen, Phosfor, Carbon, Calcium, Seng, Kadmium,
Sulfat, Sulfida, Amoniak, Besi, Tembaga, Krom, dan senyawa kimia toksik
lainnya. Air limbah hotel juga biasanya mengandung berbagai mikroorganisme
yang bersifat patogen seperti E.coli yang dapat menimbulkan penyakit apabila
mencemari perairan.
KADAR
A B C
BOD mg/L 25 40 75
TSS mg/L 20 35 50
Kategori A :
Kategori B :
Kriteria Wilayah
Langkah pemilihan teknologi untuk setiap wilayah kajian, dilakukan penilaian dan
uji parameter terhadap kriteria di atas dengan tahapan proses sesuai diagram alir
berikut ini:
Akses Jamban
Jamban Pribadi
Sistem Komunal
Penanganan Penyaluran Air Limbah
Lumpur Tinja Sistem Kawasan
Pengolahan Air Limbah
Sistem Wilayah
Penyedotan Lumpur
Pengolahan Lumpur
Gambar 2.1
- Wilayah dengan kepadatan sangat rendah lebih kecil, atau sama dengan
50 Jiwa/ha
- Wilayah selain wilayah Off-site (secara teknis sistem Off-site sulit
dikembangkan).
- Kedalaman air tanah rendah ≤ 2 m
- Permeabilitas tanah tinggi
- Merupakan wilayah permukiman perdesaan
- Belum terdapat prasarana sarana sanitasi
- Sumber air sumur, sungai, mata air yang belum terlindungi
- Belum dilayani pelayanan persampahan
- Bukan merupakan wilayah DAS atau Sub DAS
- Jarak antara sumber air dan unit pengolahan limbah minimal 10 meter
- Beban pencemaran rendah
Ada beberapa jenis tangki air limbah yang saat ini tersedia, baik itu berupa a).
tangki pasangan batu, atau b). tangki pabrikan. Tangki air limbah pabrikan
umumnya terbuat dari plastik keras (fibre glass atau reinforced plastics). Tangki
air limbah umumnya didisain untuk bekerja secara anaerobik, seperti yang dikenal
dengan sebutan tangki septik. Walau demikian, saat ini juga tersedia tangki air
limbah yang beroperasi secara aerobik atau kombinasi antara proses aerobik dan
anaerobik. Sebagian tangki air limbah membutuhkan sumur atau bidang resapan,
sebagian lagi tidak, karena memang direncanakan untuk tersambung ke sistem
komunal atau sistem kawasan.
Gambar 2.2
Sistem Komunal
umumnya memiliki
wilayah pelayanan
yang kecil, yaitu antara
20 – 200 unit rumah.
Sistem Komunal
banyak diterapkan di
wilayah permukiman yang kurang tertata rapih.
Sistem komunal banyak diterapkan dalam implementasi program Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) atau Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS). Dalam implementasi program tersebut, peminatan dan
keterlibatan masyarakat menjadi prasyarat dilakukannya pengembangan sistem
komunal tersebut.
Tabel 2.2
Perbandingan Penggunaan Sistem Wilayah Dengan Sistem Kawasan Untuk
Suatu Kota
Tabel 2.3
Perbandingan Saluran Sederhana dan Saluran Biasa
Muatan Air limbah kakus (setelah Air limbah kakus dan air
padatan dipisahkan) dan air bekas cucian, masak, dan
bekas cucian, masak, dan kamar mandi.
kamar mandi.
permukaan tanah.
Saluran sederhana juga dapat digunakan untuk air limbah kakus yang masih
mengandung padatan. Hal ini seringkali terpaksa dilakukan untuk kawasan yang
sangat padat dimana tidak ada lagi lahan untuk pembuatan tangki pemisah
padatan. Hal ini dimungkinkan selama wilayah tersebut memiliki kemiringan
lahan yang tidak terlalu landai, dan selama pipa yang digunakan minimal
berdiameter 4 inci.
Pertimbangan Desain
Proses Pengolahan Air Limbah
Tabel 2.4
Target Hasil Olahan Instalasi Pengolahan Air Limbah
TARGET
AIR LIMBAH
PARAMETER HASIL
BAKU
OLAHAN
pH 6–8 6–9
Sumber : Target hasil olahan diambil dari nilai Kadar Maksimum dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112/2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
Pemilihan opsi jenis IPAL yang layak diterapkan di Kawasan Losari dilakukan
dengan mempertimbangkan :
Berikut ini akan dibahas beberapa opsi jenis IPAL yang layak diterapkan, baik itu
instalasi sederhana dan instalasi mekanis.
IPAL SEDERHANA
IPAL sederhana dicirikan sebagai suatu instalasi yang mudah dioperasikan,
tidak membutuhkan banyak energi, dan dapat diterapkan untuk SAL (Saluran Air
Limbah) berskala kecil, seperti Sistem Komunal dan Sistem Kawasan. Tabel
berikut menunjukkan beberapa pilihan unit pengolahan yang dapat digunakan
dalam IPAL sederhana.
Tabel 2.5
Unit Pengolahan Dalam IPAL Sederhana
UNIT
DESKRIPSI
PENGOLAHAN
Kolam Oksidasi Berupa kolam terbuka dengan kedalaman terbatas, maksimal 1 meter
- 3 meter guna menghindari terjadinya proses anaerobik di dalam
kolam.
Dapat terbagi menjadi beberapa bagian dengan pola aliran berliku.
Tidak menggunakan aerator terapung.
Kolam Berupa kolam terbuka dengan kedalaman antara 3 meter - 5 meter
Anaerobik guna menjamin terjadinya proses anaerobik di dalam kolam.
Dapat terbagi menjadi beberapa bagian dengan pola aliran berliku.
Tidak menggunakan aerator terapung.
Tangki Berupa tangki bawah tanah dalam kondisi kedap tanpa udara.
Anaerobik Dapat terbagi menjadi beberapa kompartemen dengan pola aliran
yang berliku (Tangki Anaerobik Bersekat).
Terbuat dari pasangan batu atau plastik keras.
Dapat dilengkapi media plastik tempat bakteri anaerobik melekat.
Biofilter Berupa tangki besi atau baja dalam kondisi kedap tanpa udara.
Berisi media plastik tempat bakteri anaerobik melekat.
Digunakan di banyak bangunan-bangunan komersial dan apartemen.
IPAL sederhana umumnya mengandalkan proses alamiah, tanpa bantuan peralatan
mekanis, sehingga dimensinya akan jauh lebih besar dari unit-unit pada instalasi
mekanis.
Gambar 2.3
Tangki anaerobik
semakin banyak
digunakan untuk rumah
susun atau kawasan
permukiman kecil (20 –
200 sambungan). Salah
satu contohnya adalah
penggunaannya di
Rusunawa Daya, Kota
Makasar (Sulawesi
Selatan).
IPAL MEKANIS
IPAL Mekanis menggunakan peralatan-peralatan mekanis untuk
meningkatkan laju proses pengolahannya, misalnya aerator, pompa resirkulasi
lumpur, penyapu endapan lumpur, dan sebagainya. Oleh karena itu, IPAL
Mekanis membutuhkan energi listrik yang lebih besar. Instalasi Mekanis banyak
diterapkan untuk SAL (Saluran Air Limbah) berskala menengah dan besar, seperti
Sistem Kawasan dan Sistem Wilayah.
Jenis-jenis IPAL Mekanis bisanya dibedakan dari jenis unit pengolahan sekunder1
yang digunakannya. Tabel berikut menunjukkan beberapa pilihan unit pengolahan
dalam IPAL Mekanis.
Tabel 2.6
Opsi Instalasi Pengolahan Mekanis
UNIT
BEBAN
PENGOLAHA DESKRIPSI
ORGANIK
N
1
Unit pengolahan sekunder (secondary treatment) ditujukan untuk menguraikan senyawa organik yang
dikandung air limbah melalui proses biologis, baik secara aerobik maupun anaerobik. Unit pengolahan
sekunder umumnya didahului oleh unit pengolahan primer (primary treatment) yang bertujuan untuk
memisahkan benda-benda kasar dan menurunkan kandungan padatan di air limbah melalui proses
pengendapan (sedimentasi) maupun pengapungan.
2
Clarifier adalah unit pengendap yang digunakan untuk memisahkan lumpur biologis dari efluen unit-unit
pengolahan biologis (Tangki Activated Sludge, EAAS, RBC, dan sebagainya). Pengendapan terjadi secara
gravitasi. Sebagian lumpur yang mengendap di dasar clarifier akan diresirkulasikan kembali ke unit
pengolahan biologis.
3
Sistem resirkulasi lumpur dibutuhkan untuk mengembalikan lumpur biologis (yang terbentuk akibat
konsumsi senyawa organik oleh mikroba) ke tangki aerasi. Pengembalian lumpur akan membuat laju proses
biologis berjalan lebih cepat.
UNIT
BEBAN
PENGOLAHA DESKRIPSI
ORGANIK
N
growth process).
Membutuhkan clarifier dan sistem
resirkulasi lumpur.
Menggunakan listrik yang lebih rendah.
Uplow Berupa tangki besi atau baja dalam 2 – 4
Anaerobic kondisi kedap tanpa udara. Kg
Sludge Blanket Mengandalkan proses anaerobik dari COD/m3/hari
(UASB) lapisan flok mikroba yang tersuspensi
(sludge blanket) di bagian bawah tangki.
Mengalir secara vertikal ke atas
(uplfow)
Menghasilkan biogas yang dimanfaatkan
untuk pencampuran isi tangki.
Tidak menggunakan listrik.
Sumber:
Metcalf & Eddy; Wastewater Enginering: Treatment and Reuse, 4th Edition, 2003
Edward J. Martin; Technologies for Small Water and Wastewater Systems, 1991.
Ronald W. Crites, George Tchobanoglous; Small and Decentralized Wastewater Management
Systems, 1998.
Bab ini akan membahas mengenai proses pengumpulan data yang digunakan
sebagai bahan dasar pertimbangan pemilihan IPAL yang ada di Kawasan Losari.
Hal ini diperlukan untuk menemukenali karakteristik lokasi yang cocok dengan
uraian teknologi pengolahan pada bab 2.
Dari berbagai jenis teknologi pengolah limbah yang ada saat ini, tidak seluruhnya
dapat diterapkan untuk skala kota. Beberapa jenis teknologi yang dapat
diaplikasikan dalam skala kota adalah:
1. Kebutuhan Lahan
Maksudnya adalah luasan lahan yang dibutuhkan untuk IPAL.
2. Tahan terhadap Shock Loading
Maksudnya adalah sensitivitas dari teknologi terhadap fluktuasi air limbah
yang masuk, baik secara kuantitatif atau secara kualitatif.
3. Efisiensi Pengolahan
Maksudnya adalah keandalan dari teknologi terhadap pemenuhan baku
mutu efluen yang disyaratkan.
4. Biaya Investasi
Maksudnya adalah biaya investasi untuk konstruksi IPAL.
5. Kemudahan Konstruksi
Maksudnya adalah kemudahan pembangunan secara bertahap,
kesederhanaan konstruksi sipil dan peralatan mekanik, dan keperluan
peralatan mekanik dan listrik yang minimal.
6. Kemudahan Operasi dan Perawatan
Maksudnya adalah kemudahan bagi operator dalam mengoperasikan IPAL
dan kemudahan dalam perawatan IPAL dan mudah mencari suku cadang
yang dibutuhkan untuk perbaikannya.
7. Biaya Operasi dan Perawatan
Maksudnya adalah rendahnya biaya energi yang digunakan untuk
pengoperasian IPAL dan suku cadang yang selain mudah didapat juga
murah.
8. Estetika (Bau dan Bising)
Maksudnya adalah seberapa besar bau dan bising yang dihasilkan dari
pengoperasian IPAL.
Dari ke – 8 parameter diatas kemudian diberikan pembobotan, yang mana besar
kecilnya bobot pertimbangannya disesuaikan berdasarkan kondisi Kawasan
Losari. Teknologi yang memiliki total poin atau nilai paling tinggi menjadi
teknologi yang terpilih untuk diterapkan di Kawasan Losari.
1. Kebutuhan lahan.
Kebutuhan lahan menjadi penting karena di Kawasan Losari sangat sulit
mendapatkan lahan yang strategis dan cukup luas untuk dibangun IPAL
yang kepemilikannya tanah milik pemerintah.
2. Tahan terhadap Shock Loading.
Sistem yang akan diterapkan nanti akan menggunakan pompa untuk
memindahkan air limbah dari pipa primer ke IPAL, sehingga IPAL akan
mengalami shock loading atau beban berlebih di waktu – waktu tertentu
dan IPAL pun suatu saat akan kosong.
3. Efisiensi Pengolahan.
Efisiensi pengolahan yang tinggi akan menjamin IPAL untuk
menghasilkan kualitas efluen yang akan selalu memenuhi standar
peraturan baku mutu yang ada.