Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL KEPERAWATAN GERONTIK KONSEPTUAL


ADAPTASI ROY DAN KONSEPTUAL HUMAN BEING ROGER
Dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing :

Linda Widiastuti S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Oleh :

Susilawati (212113004)

Muhamad Sidiq Arifa ( 212113016 )

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNG PINANG

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. kelompok sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam tindakan keperawatan. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang 29 Agustus 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
D. Manfaat............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
A. Definisi............................................................................................................................................6
B. MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ROY..................................................................................7
C. MODEL KONSEPTUAL HUMAN BEING ROGER...................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................................14
1.Kesimpulan.........................................................................................................................................14
2.Saran...................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penuaan menyebabkan lansia sulit untuk melakukan Activity Daily Life
(ADL) secara mandiri, merasa sendirian, frustasi, depresi dan kehilangan kepercayaan
diri sehingga banyak lansia yang sulit beradaptasi (Prabasari, Juwita, & Maryuti, 2017).
Depresi yang dialami lansia menyebabkan kesulitan untuk beradaptasi, sehingga
membutuhkan suatu metode penyesuaian diri yang menjadikan sesseorang memiliki
kemampuan menerima hal-hal di mana seseorang tidak mempunyai kontrol akan
keadaan suatu perubahan (Prabasari et al, 2017). Kejadian depresi pada lansia di dunia
sekitar 8-15% (Nauli, Yuliatri, & Savita, 2014). Lansia di Indonesia sekitar 74%
memiliki potensi menderita masalah depresi akibat mengkonsumsi obat terus-menerus
selama hidupnya (Nauli et al., 2014).
Perubahan lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
seseorang karena harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yang menyediakan
sumber dukungan sosial positif agar lansia merasa bahagia, dan terhindar dari stress dan
depresi (Indriana, Desiningrum, & Kristiana, 2011; Jamil, 2012). Penyesuaian diri yang
baik dapat diukur dari cara mengatasi setiap perubahan yang terjadi dalam hidupnya
(Isnawati & Suhariadi, 2012). Kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara
psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, mengakibatkan seringkali
terjadi permasalahan psikososial pada lansia (Parasari & Lestari, 2015).
Model keperawatan di Indonesia sudah semakin berkembang seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan, menyesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Ilmu keperawatan membentuk suatu susunan yang mengatur
hubungan di antara beberapa teori guna mengembangkan model konseptual dan teori-
teori keperawatan sebagai kerangka kerja pemberian layanan keperawatan secara
komprehensif , pemilih Model konseptual keperawatan Adaptasi Sister Calista Roy dan
Model konseptual Human Being Roger.
Model konseptual keperawatan Adaptasi Sister Calista Roy menjelaskan
individu sebagai sistem adaptif yang berinteraksi dengan lingkungan sebagai stimulus
dan dapat berpengaruh pada kesehatannya (Adinugraha, 2014; Hadidi, 2015; Herawati,
2015). Model adaptasi ini dapat menjadi tolak ukur pada individu yang memiliki
masalah atau kesulitan dalam beradaptasi terutama pada lansia yang umumnya
berpotensi menderita depresi.
Sedangkan Model Roger mengungkapkan bahwa keperawatan banyak
dipengaruhi oleh teori sistem dan teori medan energi. Manusia dilihat sebagai medan
energi, yang melakukan pertukaran energi dengan lingkungannya secara terus-menerus
(hemodinamik), dengan lima karakteristiknya yang merupakan lan dasan dibangunnya
prinsip kesatuan utuh, keterbukaan, kesatuan arah, pola, organisasi dan kemampuan
mempersepsikan perasaan.
Dari latar belakang diataslah yang mendasari pembuatan malakalah yang berjudul
“Model Keperawatan Gerontik Konseptual Adaptasi Roy Dan Konseptual Human
Being Roger” dan untuk memenuhi salah satu tugas di mata kuliah keperawatan
Gerontik dan lebuh menambah pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana model keperawatan Gerontik?
2. Bagaimana model konseptual adaptasi Roy?
3. Bagaimana model konseptual Human Being Roger?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi nilai dalam mata kuliah
keperawatan Gerontik serta menambah wawasan kepada mahasiswa/i STIKES HANG
TUAH TAJUNG PINANG terkait dengan pemahami tentang model keperawatan
Gerontik dengan konseptual adaptasi Roy dan model konseptual Human Being Roger.

1.4 Manfaat
Untuk mengetahui dan memahami apa itu model keperawatan Gerontik serta
model konseptual adaptasi menurut Roy dan model konseptual Human Being Roger
dan menambah wawasan terkait dua teori tersebut dalam keperawatan Gerontik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan


pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-
psiko- sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik
sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI
No.38 tahun 2014).
Keperawatan gerontik menurut Kozier (1987), adalah praktek keperawatan yang
berkaitan dengan penyakit pada proses penuaan. Sedangkan menurut Lueckenotte
(2000) adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus
pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi hingga
evaluasi. Gerontologi telah menjadi aspek penting di dunia saat ini; alasannya adalah
bahwa jumlah orang menua, terutama ketika peningkatan populasi lansia di seluruh
dunia yang menyebabkan pekerja profesional dan para ahli harus memiliki pengetahuan
yang cukup tentang studi populasi lansia.
Menurut Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan lansia bahwa
lansia adalah seorang individu yang telah mencapai usia 60 tahun. Dalam Sitanggang
(2021) Menua bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi adalah sebuah proses alami
yang terjadi dalam kehidupan yang dapat mengakibatkan perubahan kumulatif yang
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh seperti yang tertuang di dalam undang-undang Nomor 13 tahun
1998. Secara umum populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan. Populasi
lansia di Indonesia diprediksi terus meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di
dunia setelah tabun 2100 (Infodatin, 2016). Batasan batasan lansia menurut WHO
lanjut usia dibagi menjadi empat kriteria, yakni:
a. Usia pertengahan (middle age) adalah usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (erderly) adalah usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) adalah usia di atas 90 tahun.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses penuaan merupakan masa ketika
individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan berbagai perubahan (Amalia,
2019). Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terlihat dan tidak
terlihat. Perubahan fisik yang terlihat seperti kulit yang mulai keriput dan mengendur,
rambut yang beruban, gigi yang ompong, serta adanya penumpukan lemak di pinggang
dan perut. Sedangkan perubahan yang tidak terlihat seperti perubahan fungsi organ
seperti penglihatan, pendengaran, dan kepadatan tulang. Oleh karena itu, penting untuk
melakukan pengecekan kesehatan secara rutin (Amalia, 2019). Perubahan fisik yang
terjadi pada lansia akan mempengaruhi kemandirian lansia dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari serta dapat menurunkan tingkat produktifitasnya (Ekasari dkk,
2019).

2.2 Model Model Keperawatan Gerontik

Model keperawatan di Indonesia sudah semakin berkembang seiring


berkembangnya ilmu pengetahuan, menyesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Ilmu keperawatan membentuk suatu susunan yang mengatur
hubungan di antara beberapa teori guna mengembangkan model konseptual dan teori-
teori keperawatan sebagai kerangka kerja pemberian layanan keperawatan secara
komprehensif.Model keperawatan sangat penting untuk menunjang pelayanan
kesehatan.

A. Model Konseptual Adaptasi Roy


Model Adaptasi Suster Calista Roy memandang individu sebagai suatu
sistem adaptasi. Tujuan keperawatan model Roy adalah untuk membantu
seseorang beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat sakit (Tomey dan
Alligood, 2006). Kebutuhan akan asuhan keperawatan timbul di saat individu
tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.
Individu harus mampu beradaptasi terhadap kebutuhan berikut (Potter & Perry,
2005):
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis dasar
2. Mengembangkan konsep diri positif
3. Menampilkan peran sosial
4. Mencapai keseimbangan antara kemandirian dan keterikatan
Model adaptasi Roy muncul dengan desain respon perilaku yang dapat
dihubungkan dengan cara sebagai berikut:
1. Stimulus: fokal, kontekstual, dan residual.
2. Proses kontrol atau mekanisme koping: sistem regulator dan kognator.
3. Tanggapan adaptif individu/kelompok: fisiologis, identitas konsep diri-
kelompok, fungsi peran, dan interdependensi.
Sistem model adaptasi Roy dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem Input
Roy mengidentifikasi bahwa stimulus merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon,
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual, dan residual
(Prasetyo, 2014).
 Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan dengan
seseorang, efeknya segera.
 Stimulus kontekstual adalah stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur, serta secara subjektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif
pada stimulus fokal.
 Stimulus residual adalah ciri-ciri tambahan, serta relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi. Stimulus ini berasal dari faktor
internal dan eksternal, yang berefek tidak jelas.
2. Proses kontrol atau mekanisme koping
Proses kontrol seseorang menurut Roy merupakan bentuka mekanisme
koping yang digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kogantor yang merupakan subsistem (Prasetyo, 2014).
 Subsistem regulator, merupakan sebuah tipe dasar dari proses adaptif yang
merespon secara otomatis melalui saraf, kimia, dan koping saluran
endokrin.
 Subsistem kognator, merupakan proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat.
3. Efektor atau Perilaku
Efektor dalam konsep adaptasi Roy, merupakan bagian dari proses
internal dan bertindak sebagai efektor sistem. Tujuan dalam efektor adalah
untuk beradaptasi dengan rangsangan, meliputi fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan interdepdensi (Prasetyo, 2014).
1. Fungsi fisologis, melibatkan kebutuhan dasar tubuh dan cara beradaptasi.
Indikator adaptif pada fungsi fisiologis sebagai berikut:
a.Oksigenasi: dikatakan adaptif pada area oksigenasi, jika pernafasan
yang seimbang, pola pertukaran gas yang stabil, dan transportasi gas
yang memadai.
b. Nutrisi: dikatakan adaptif jika pencernaan tabil, pola nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tubuh, kebutuhan metabolisme dan nutrisi
terpenuhi.
c.Eliminasi: yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari intestinal dan
ginjal.
d. Aktivitas dan istirahat: kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis
dalam memperbaiki dan memmulihkan semua komponen-komponen
tubuh.
e.Proteksi/perlindungan: sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal
ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, gtrauma dan perubahan
suhu.
f. The sense/perasaan: penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan sensasi
nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
g. Cairan dan elektrolit: keseimbangan yang termasuk didalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
h. Fungsi syaraf/neurologis: hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang.
Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi
pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik
untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh.
i. Fungsi endokrin: aksi endokrin adalah pengeluaran hormon sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyarukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping meknisme.
2. Konsep Diri, berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi,
aktivitas mental dan ekspresi perasaan.konsep diri menurut Roy terdiri
dari dua komponen, yaitu the physical self dan the personal self (Meleis,
2012)
a. The physical self, yaitu bagimana sesorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitas pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilangn kempuan seksualitas.
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral-etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area
ini.
3. Fungsi peran, mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannnya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder, dan tersier. Fokusnya pada gaiamana sesorang dapat
memerankan dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya.
4. Interdependensi, adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima
cinta/kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdepensi itu
sendiri adalah keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan oleh
kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdepndesi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim,
yaitu memberi dan menerima.
4. Output atau Respon
Output/respon dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
maupun dari luar. Roy mengkategorikan output sistem sebagi respon yang
adaptif atau respon yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
sesorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan
respon yang amladaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini
(Kristianto, 2014).
B. Model Konseptual Being Human Roger
Model Roger mengungkapkan bahwa keperawatan banyak dipengaruhi oleh
teori sistem dan teori medan energi. Manusia dilihat sebagai medan energi, yang
melakukan pertukaran energi dengan lingkungannya secara terus-menerus
(hemodinamik), dengan lima karakteristiknya yang merupakan lan dasan
dibangunnya prinsip kesatuan utuh, keterbukaan, kesatuan arah, pola, organisasi dan
kemampuan mempersepsikan perasaan. Teori Roger dikenal sebagai “human beings
theory”, adalah sebagai berikut (Desmawati, 2018):
1. Manusia, adalah kesatuan yang utuh, mempunyai sifat dan karakter yang
berbeda serta mempunyai proses hidup yang dinamis.
2. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, dimana manusia merupakan
sebuah sistem terbuka, dan manusia akan mempengaruhi dan dipengaruhi
lingkungan sekitarnya.
3. Proses kehidupan manusia berjalan lambat, tidak dapat diubah dan tidak
terarah, karena jalan hidup tiap individuberbeda-beda.
4. Identitas dari individu merupakan gambaran dari seluruh proses
kehidupannya sehingga perkembangan manusia dapat dilihat dari tingkah
lakunya.
5. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
Manusia tidak hanya menjadi suatu kesatuan yang utuh, tetapi juga memilki
integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar beberapa
bagian. Manusia yang utuh merupakan sumber dimensi energi yang diidentifikasi
oleh pola dan manifestasi karakateristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan
yang tidak dapat ditinjau berdasarkan bagian pembentuknya. Keempat sumber
dimensi energi tersebut adalah sumber energi, keterbukaan, keteraturaan dan
pengorganisasian, dan empat dimensionalitas manusia. Digunakan untuk
menentukan prinsip mengenai bagaimana manusia berkembang.
Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah
manusia dan lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu
mampu mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan energi
dan informasi untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah sistem
terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Martha E Roger.
Menurut Martha E Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung
dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan
memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk
memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia
seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di kemukakannya. Prinsip-
prinsip Hemodinamika,Teori menyatakan bahwa dalam keperawatan dipergunakan
prinsip hemodinamika untuk melayani manusia, yaitu :
1. Integritas (Integrality), adalah proses berhubungan yang menguntungkan antar
manusia dan lingkungannya secara berkesinambungan.
2. Resonansi (Resonancy), Prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan
yang terjadi antara manusia dan lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan
sebagai suatu pola-pola gelombang yang ditunjukkan dengan perubahan-
perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi yang lebih tinggi pada
gelombang perubahan.
3. Helicy, Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia
dan lingkungan adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan
peningkatan jenis pola-pola perilaku manusia dan lingkungan yang
menimbulkan kesinambungan, menguntungkan, merupakan interaksi yang
simultan antara manusia dan lingkungan bukan menyatakan ritmitasi.

Komponen dalam proses keperawatan Prinsip Hemodinamik

 Komponen Pengkajian Keperawatan Mengkaji interaksi antara indvidu dan


lingkungan, bagaimana keduannya saling mempengaruhi Mengkaji kejadian
yang bervariasi selama proses kehidupan Mengkaji ritmisasi pola kehidupan
dan lingkungan perubahan waktu dan perubahan kebutuhan yang terjadi
selama terjadinya perubahan pola kehidupan yang berirama mengkaji tujuan
hidup.
 Komponen Diagnosa Keperawatan Menggambarkan pengabungan medan
energi antara individu dengan lingkungan Menggambarkan proses kehidupan
yang bervariasi sebagai individu yang utuh Menggambarkan pola yang
berirama antara individu dan lingkungan.
 Komponen Rencana dan Implementasi Keperawatan Menciptakan lingkungan
yang sebaik baiknya bagi individu Mendukung atau memodifikasi variasi
proses kehidupan individu dalam konteks seutuhnya Mendukung terciptanya
dinamisasi pola yang berirama antara individu dan lingkungan. Menerima
perbedaan sebagai evolusi yang cepat
 Komponen Evaluasi Keperawatan Mengevaluasi perubahan di dalam integrasi
lingkungan dan individu Mengevaluasi modifikasi yang diciptakan dalam
variasi proses kehidupan manusia Mengevaluasi pola yang berirama dari
individu dan lingkungan. Mengevaluasi hasil yang di harapkan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-psiko-
sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI No.38
tahun 2014).
Proses penuaan menyebabkan lansia sulit untuk melakukan Activity Daily Life
(ADL) secara mandiri, merasa sendirian, frustasi, depresi dan kehilangan kepercayaan
diri sehingga banyak lansia yang sulit beradaptasi (Prabasari, Juwita, & Maryuti, 2017).
Batasan batasan lansia menurut WHO lanjut usia dibagi menjadi empat kriteria, yakni:
a. Usia pertengahan (middle age) adalah usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (erderly) adalah usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) adalah usia di atas 90 tahun.
Model Adaptasi Suster Calista Roy memandang individu sebagai suatu sistem adaptasi.
Tujuan keperawatan model Roy adalah untuk membantu seseorang beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi
selama sehat sakit (Tomey dan Alligood, 2006). Kebutuhan akan asuhan keperawatan
timbul di saat individu tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal
dan eksternal. Individu harus mampu beradaptasi terhadap kebutuhan berikut (Potter &
Perry, 2005):
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis dasar
2. Mengembangkan konsep diri positif
3. Menampilkan peran sosial
4. Mencapai keseimbangan antara kemandirian dan keterikatan
Pada intinya Martha E. Rogers memandang perawat sebagai ilmu dan mendukung
adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan mengembangkan
pengetahuan dari ilmu – ilmu dasar dan fisiologi, begitu juga dengan ilmu keperawatan
itu sendiri, ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari pengetahuan abstrak
untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis dan kemampuan
menerapkannya dalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah keperawatan
merupakan hasil penemuan terbaru mengenai keperawatan secara humanistik.
3.2 Saran
Dari uraian materi diatas kita dapat melihat dan memahami tentang keperawatan
gerontik terkait dengan model konseptual adaptasi teori Roy dan Human Being Roger,
selanjutnya mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai reverensi terkait tugas
tugas yang berkaitan dengan teori tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Journal of Holistic Nursing and Health Science Volume 3, No. 1, Juni 2020 (Hal. 40-51)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

Dwirajanuar. 2016. Model konseptual keperawatan handerson danrogers. Diakses melalui


https://dwirajanuar.wordpress.com/2016/11/24/modelkonseptual-keperawatan-
henderson-rogers/, tanggal 01Oktober 2022.

Potter dan Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:Salemba.

Aini, Nur. 2018. Teori Model Keperawatan Berdasarkan Aplikasinya Dalam Keperawatan.
UMM Press: Malang.

Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Diakses melalui


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Konsep-dasar-
keperawatanKomprehensif.pdf, tanggal 01 Oktober 2022.

Anda mungkin juga menyukai