Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Filsafat Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “HAKIKAT FITRAH
MANUSIA DAN POTENSI ROHANI MANUSIA ” dimana tugas ini merupakan
prasyarat dari aspek penilaian mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
3. Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat
4. Seluruh sivitas akademik yang ada di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA.............................................................................................................. i
BAB I PEMBAHASAN
2. Macam-Macam Fitrah........................................................................... 4
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................ 16
ii
BAB I
PEMBAHASAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Selain
menyembah Allah SWT, tugas manusia adalah mengelola alam beserta isinya. Dalam
menjalankan peran dan fungsinya itu, manusia diberikan bekal berupa potensi atau fitrah.
Oleh karena itu manusia harus mampu menggunakan potensi itu agar pengelolaan bumi,
alam, dan kekayaan yang ada di dalamnya, dapat berjalan sesuai dengan irodat Allah
SWT.
(fisiologis) dan bekal ruhaniah (psikologis). Secara fisik manusia adalah makhluk Allah
yang diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya. Firman Allah dalam Surrat At-Tiin ayat 4
yang artinya: “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.”
Jika diperbandingkan dengan makhluk-makhluk kasat mata lainnya, seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan, manusia memiliki bentuk yang paling baik. Keindahan itu masih
dilengkapi dengan akal dan budi yang sengaja diberikan oleh Allah agar manusia bisa
Bekal akal dan budi yang dimiliki manusia, merupakan potensi yang paling
penting dalam kehidupan manusia. Potensi itu juga yang dapat menentukan level kualitas
dan kemuliaan manusia. Secara fisik, bisa jadi tidak semua manusia memiliki bentuk yang
sempurna. Tetapi, akal dan budi yang dimiliki oleh manusia dapat melengkapi sehingga ia
bisa tetap menjalankan peran dan fungsinya sebagai khalifah. Sebaliknya bentuk fisik
yang sempurna tidak menjamin seseorang menjadi manusia yang mulia. Apalagi jika akal
dan budinya tidak baik atau tidak selaras dengan tujuan penciptaannya. Oleh karena itu,
1
keterpaduan dalam menggunakan dua macam potensi itu sangat diperlukan, agar manusia
Fitrah merupakan asal kata dari fathara yang mempunyai makna asal
‘menjadikan’. Kata tersebut berasal dari akar kata al-fathr yang berarti “belahan atau
pecahan”. Fitrah mengandung arti “yang mula-mula diciptakan Allah”, “keadaan yang
mula-mula”, “yang asal”, atau “yang awal” Sedangkan dalam Bahasa Arab fitrah
penciptaan.1
Fitrah secara bahasa juga mempunyai arti belahan, muncul, kejadian, dan
dihubungkan dengan manusia, maka yang dimaksud dengan fitrah manusia adalah apa
yang menjadi kejadian atau bawaannya semenjak lahir, dalam bahasa Melayu sering
disebut semula jadi (kejadian semula). Selain itu, fitrah manusia dapat dicari rumusan
karakteristiknya melalui penelitian empirik, tetapi juga dapat dipahami melalui teks
al-Qur’an. Fitrah juga mengandung arti “kejadian”, oleh karena kata fitrah berasal dari
kata fathara yang berarti “menjadikan”. Makna fitrah secara etimologi juga
mengandung arti “kejadian”, oleh karena itu makna fitrah itu berasal dari kata kerja
Adapun menurut M. Quraish Shihab dari segi bahasa kata fitrah terambil dari
kata fatrh yang berarti belahan, dan dari makna ini lahirlah makna-makna yang
lainnya seperti, penciptaan atau kejadian. Selanjutnya dipahami juga bahwa fatrh
adalah bagian dari khalq (penciptaan) Allah swt. Sedangkan mengenai hal apakah
1
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Sisi Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta:
Ali Husna Zikra. 1995), hlm.44
2
Achmad Mubarok, Sunatullah dalam Jiwa Manusia; IIIT Indonesia, Jakarta, Sebuah Pendekatan Psikologi
Islam, 2003, hlm. 24
2
fitrah yang Allah swt. Berikan kepada manusia tersebut terbatas hanya kepada fitrah
agama saja, Muhammad bin Askur yang dikutip M. Quraish Shihab mengatakan
bahwa: “fitrah adalah bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah swt. pada setiap
makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah
swt. pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (rohaninya)3
(sesuai dengan kecenderungan asli) itulah fitrah Allah yang Allah menciptakan
manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah ciptaannya. Itulah agama yang
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa fitrah adalah suatu perangkat yang
diberikan oleh Allah yaitu kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya
yang disebut dengan potensialitas dan manusia diciptakan Allah dalam struktur yang
paling tinggi, yaitu memiliki struktur jasmaniah dan rohaniah yang membedakannya
keingintahuan manusia terhadap kebenaran ini, Allah swt. anugerahkan kepada setiap
individu manusia, sedangkan digunakan atau tidaknya fitrah ini oleh manusia
tergantung pada manusianya itu sendiri. Dengan demikian fitrah pada dasarnya baik
dan sempurna, fitrah juga memiliki probabilitas untuk menjadi baik dan buruk. Oleh
3
M. Quraih Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan, 1995, hlm. 283
3
karena itu, fitrah juga dapat diartikan sebagai dasar-dasar kemampuan manusia untuk
2. Macam-Macam Fitrah
Bahwa fitrah mengacu kepada potensi yang dimiliki manusia. Potensi itu diantaranya
yaitu:
a) Potensi beragama.
Perasaan keagamaan adalah naluri yang dibawa sejak lahir bersama ketika
Maha Unggul di luar dirinya dan dan diluar dari alam benda yang dihayati
Akal akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu hanyalah bagi pencipta alam
jagat raya ini, yaitu Allah. Islam bertujuan merealisasikn penghambaan sang
Insan dibawa menyembah kehadirat Allah penciptanya dengan tulus ikhlas tersisih
b) Kecenderungan moral.
membedakan yang baik dan buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat
mengarahkan kehendak dan akal. Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti
di atas, maka kecenderungan moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana
4
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta, Bumi Aksara, 1991, hlm. 65
5
Omar M. Al Toumy al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (Terjemahan), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
hlm. 122
4
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan
menghayati adat adat, nilai, tendeni atau aliran baru. Atau meninggalkan adat,
nilai dan aliran lama, dengan cara interaksi social baik dengan lingkungan yang
bersifat alam atau kebudayaan. Allah berfirman tentang bagaimana sifat manusia
yang mudah lentur, terdapat dalam surat Al Insan ayat 3; “Sesungguhnya Kami
telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
d) Kecenderungan bermasyarakat.
Urgensi fitrah bagi manusia tidak akan pernah pernah bisa dilepaskan dari peranan
dan fungsi manusia diciptakan Allah swt. dan dalam hal ini, penciptaan manusia
memiliki tujuan yang sangat jelas sebagaimana dapat dilihat dari pernyataan Allah
swt. kepada para Malaikat yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah ayat 30, ayat ini pada
manusia pada dasarnya adalah makhluk, artinya diciptakan, karena manusia sebagai
ciptaan maka secara logika Penciptanya pasti memiliki rencana untuk tujuan dan
fungsi tertentu. Sedangkan manusia diciptakan oleh Allah swt. sehingga manusia tidak
dapat menentukan rencana, tujuan, dan fungsinya, maka secara langsung maupun
tidak hanya Allah swt. sebagai khaliq-nya manusia yang memiliki kompetensi untuk
6
Musa Asy’arie, Filsafat Islam Sunah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta, LESFI, 2002, hlm. 229
5
Dalam pandangan Islam diciptakannya manusia oleh Allah swt. memiliki
a. Menjadi hamba Allah swt. (‘abd Allah) yang tugasnya mengabdi kepada Allah swt.
b. Menjadi khalifah Allah fi al-ard (wakil Tuhan) yang tugasnya mengolah alam dan
Nya.7Agar tujuan tersebut bisa tercapai secara maksimal oleh manusia, maka Allah
Urgensi fitrah manusia pun dapat dilihat dari sisi kemanusiaannya manusia,
lebih rendah dari binatang sekalipun. Akan tetapi di sisi lain, kelemahan dan
manusia itu sendiri. Penciptaan manusia memiliki tujuan, peran, dan fungsi seperti
yang telah diutrakan di atas, kesemua itu tidak akan pernah tercapai tanpa adanya
(potensi) baik itu potensi lahir maupun batin, jasmani maupun rohani, bagi manusia
adalah suatu keniscayaan dalam usahanya memenuhi tujuan, peran, dan fungsinya
sebagai khalifah di muka bumi sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada khaliq-nya
rangka memperkuat hubungan manusia khaliknya karakter manusia yang terdiri dari
badan (unsur jasmaniah) dan roh (unsur rohaniah), dengan daya aql dan qalb-nya
7
Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2004, hlm. 145
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 1998, hlm. 112
6
dalam proses pendidikan sehingga balancing (keseimbangan) antara pendidikan
agama dan moral terus tetap terjaga. Sedangkan untuk mengetahui tentang konsep
tersebut tidak dapat dilakukan dengan keilmuan atau teori-teori empirik, pendekatan
rasional- falsafi. Hal ini dikarenakan pendektan semacam itu tidak akan dapat
menyentuh esensi dan hakikat manusia yang sesungguhnya, akan tetapi bisa dilakukan
dengan pendekatan qur’ani (bimbingan wahyu). Selain itu, pendekatan yang sifatnya
empirik dan rasional falsafi hanya diperlukan sebagai sarana untuk memahami wahyu
maka yang terjadi adalah ketimpangan yang bisa menyebabkan kehancuran manusia
pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakikat manusia di alam semesta ini.
Pengetahuan ini sangat penting karena dalam proses pendidikan manusia bukan saja
sebagai objek tetapi juga sebagai subjek, sehingga pendekatan yang harus dilakukan dan
Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang lebih mulia dan lebih
tinggi derajatnya dari makhluk Tuhan lainnya. Ia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 1998, hlm. 205
7
Al-Thoumy al-Syaibany (1979: 103-106), meletakkan ciri khas manusia sesuai
dengan ruh Islam melalui prinsip-prinsip tertentu yang disebutnya dengan “prinsip-prinsip
pertamamenyatakan bahwa manusia adalah makhluk termulia dari makhluk dan wujud
lain di alam jagat raya ini; kedua kepercayaan akan kemuliaan manusia sebagai khalifah
di bumi ini; ketiga, kepercayaan bahwa manusia sebagai “hewan yang berkata”; keempat,
kepercayaan bahwa manusia memiliki tiga dimensi, yaitu badan, akal, dan ruh; kelima,
kepercayaan bahwa pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor warisan (endogen) dan
berkecendrungan, memiliki kebutuhan baik yang diwarisi atau yang diperolehnya dalam
perbedaan sifat di antara yang satu dengan lainnya; terakhir, kepercayaan bahwa manusia
Manusia sebagai makhluk psikis memiliki potensi rohani seperti fitrah (Q.S. 30:
30), qalb (Q.S. 22: 46), ‘aql (Q.S. 3: 190-191). Potensi tersebut menjadikan manusia
sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya (Q.S. 17: 70) yang berbeda dengan makhluk-
makhluk lainnya, dalam arti bila potensi psikis tersebut tidak digunakan, ia tak ubahnya
seperti binatang, bahkan lebih hina (Q.S. 7: 179 dan Q.S. 25: 44), sedangkan bentuk
insaniahnya (humanisme) terletak pada iman dan amalnya (Q.S. 95: 6).
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai tugas dan tanggung jawab sosial
terhadap alam semester. Klasifikasi ketiga ini sebab manusia berfungsi tidak hanya
sebagai khalifatullah (Q.S. 2: 30) dan Q.S. 10: 14) untuk mewujudkan kemakmuran (Q.S.
11: 61), kebahagiaan (Q.S. 33: 71 dan Q.S. 13: 29) dalam kehidupan dunia akhirat.
8
Manusia adalah makhluk alternatif dan makhluk eksploratif. Sebagai makhluk
menentukan jalan hidupnya. Namun kemampuan itu tergantung pada kondisi seperti usia,
eksploratif, manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan (Jalaluddin dan Usman
yang berbeda. Adakalanya ruh sebagai pemberian hidup dari Allah kepada manusia
adakalanya penciptaan terhadap nabi Isa, ruh menun,jukkan Al-quran, juga menunjukkan
wahyu dan malaikat yang membawanya. Semua pengertian tersebut tidak satupun
menjukkan badan atau badan ruh, sehingga menunjukkan bahwa ruh berbeda dengan
Nafs.4 Setinggi apa pun ilmu seseorang, ia tidak mungkin menernukan hakikatruh, karena
ruh bagian dari misteri Ilahi dan manusia tidak mempunyai pengetahuan penuh untuk
memahaminya.
anugerah Allah SWT yang paling mulia.Hal ini karena dengan qalbini, manusia mampu
beraktivitas sesuai dengan hal-hal yang dititahkan oleh Allah.qalb berperan sebagai
sentral kebaikan dan kejahatan manusia, walaupun pada hakikatnya cenderung pada
kebaikan. Sentral aktivitas manusia bukan ditentukan oleh "badan yang sehat"
sama pada kedudukan sebagai "pembawa amanah" yang berhasil, tidak dapat bekerja
rahmatnya memegang teguh fitrah yang diberikannya, baik fitrah "Mukholaqah" (fitrah
10
Abdul Aziz, "Hakikat Manusia dan Potensi..." (Tulungagung, Ta'alum: 2013), h.21
9
yang dibekalkan pada manusia sejak diciptakan), maupun fitrah "Munazzalah" (doktrin
kehidupan yang diberikan kepada Allah sebagai acuan bagi manusia dalam menyusuri
1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini sebenarnya telah memiliki potensi.
Potensi yang dimaksud menurut penulis seperti yang dikemukakan oleh Gardner. Ia
Kecerdasan-kecerdasan ini yang selanjutnya kita sebut sebagai potensi tentu saja tidak
sama dimiliki oleh setiap individu. Ada individu yang memiliki kelebihan dalam hal
kebahasaan, tetapi kurang pintar dalam hal musik, ada individu yang lebih pintar matematika,
tetapi tidak pintar tentang kebahasaan. Oleh karena itu, setiap individu tidak boleh
diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat berbeda dengan yang lain atau menjadi seperti
dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi ini. Penulis sangat setuju
dengan dimensi keindividualan seperti yang telah diungkapkan di atas. Memang benar bahwa
tidak ada manusia yang identik dengan manusia lain di atas permukaan bumi ini. Bahkan,
anak yang terlahir kembar pun pada hakikatnya tidak memiliki karakter yang persis sama.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya, mereka dikaruniai
benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul ini, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga penjara
11
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2004),
h.84
12
Herman Firdaus, Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan dan Dinamikannya, (Campbel, 2006),
h.2-3
10
merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan
mutlak.Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan
3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan
tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya dengan berbuat yang
pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu terkandung kejahatan terselubung. Oleh
karena itu, pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan istilah yang mempunyai konotasi berbeda
yaitu etiket (persoalan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan
tidak beretika dan tidak bermoral, sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket.
Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket
4. Dimensi Keberagamaan
manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses
pendidikan manusia.
Manusia diciptakan tuhan terdiri dari unsur roh dan tubuh dengan cara yang rumit dan
penuh misteri, dan tak terduga.perangkat pembentukan zat insaniyah dan menunjuk pada
potensinya. Al-Qur’an menggunakan beberapa terma diantaranya; insan, basyar, al-jism, ‘aql,
11
qalb, nafs, dan fitrah. Semua terma tersebut membentuk manusia dan satu sama lain tidak
dapat dipisahkan.13
1. Terma Insan
Manusia jika merujuk kepada kata insan, nasiya mengacu kepada manusia dari
aspek mental-spiritualnya. Kata insan dari asal kata nasiya yang artinya lupa.
Sedangkan insan dilihat dari asalnya al-uns dapat berarti jinak. Insan dari asal kata
nasiya yang berarti lupa atau salah. Manusia memiliki sifat salah dan lupa. Manusia
Insan dilihat dari asalnya al-uns dapat berarti jinak. Manusia pada dasarnya
adalah makhluk yang jinak, yang berbudaya, dan dapat mendidik dan dididik serta
2. Terma Basyar
Manusia jika merujuk kepada kata albasyar mengacu manusia dari aspek
lahiriahnya. Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk, baik laki-laki
maupun perempuan, baik secara individu maupun kolektif. Dengan demikian jika
manusia mengacu pada aspek lahiriah yang dapat tumbuh secara alami sesuai
3. Terma Jism
termasuk tabiat manusia dan harus diperhatikan pula, bahwa kekuatan fisik dapat
13
Zalik Nuryana, "Kajian Potensi Manusia Sesuai dengan Hakikatnya dalam Pendidikan Holistik "(Yogyakarta,
Urecol Proceeding: 2017), h.1237
12
4. Terma al-‘Aql
Kata ‘aql dengan kata jadiannya dimuat dalam Al-Qur’an dalam 49 kali.
eksplisit mengenai arti yang menggunakan akar kata ‘aql dan albab, namun dari
d. Akal sebagai daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah
5. Terma al-Qalb
Kata al-qalb dan al-qulub dan segala kata jadiannya tidak kurang dari 170
ayat yang tersebar di beberapa surah A-Qur’an. Menurut Imam al-Ghazali bahwa
kalbu itu mempunyai dua pengertian. Pertama, ia segumpal daging yang berbentuk
bulat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah kiri yang mempunyai tugas
khusus di dalamnya ada rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber roh.
Kedua, ia berupa sesuatu yang halus bersifat ketuhanan dan kerohanian yang ada
Qalb adalah salah satu gelajala dari perangkat hakikat manusia yang asasi
13
6. Terma Nafs
sebagai totalitas manusia. Kata nafs yang berkaitan dengan manusia menunjuk
7. Terma Fitrah
Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya tertera pada 19 ayat 17 surat.
Dari segi bahasa, kata fitrah diambil dari kata al-fatr yang berarti cara penciptaan,
sifat pembawaan lahir, watak manusia, agama dan sunnah. Dapat dirangkum bahwa
fitrah adalah sistem aturan atau potensi yang diciptkan kepada setiap makhluk sejak
manusia cenderung kepada agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda,
pernah menentukan dan berkompromi kapan ia lahir, dimana dia lahir, dari rahim
siapa ia lahir dan fungsi apa yang harus dijalankan. Menurut Zuhairini, setidaknya
Baqarah:60)
alIsra’:70)
14
f. Sebagai makhluk yang bertanggung jawab.(QS.at-Takatsur:8 dan an-Nur:24-
25
alAlaq:1-5)
Manusia merupakan makhluk sempurnya yang dibekali akal untuk dapat berfikir,
peserta didik dengan kempuan yang produktif agar dapat berfungsi dan berkembang seirama
Manusia punya potensi yang berbeda. Respon terhadap sesuatu hal tentu berbeda
antara satu dengan yang lain. Pendidikan harus mampu memahami perbedaan ini, pendidikan
harus merespon secara menyeluruh dan menyadari bahwa pendidikan bukan memaksakan dan
dasar, dan juga menumbuhkan sifat dasar manusia tidak akan bisa dilaksanakan tanpa sebuah
15
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
dasar yang dimiliki oleh manusia. Fitrah manusia cenderung bersifat ganda, artinya
fitrah bisa mendorong timbulnya perbuatan baik, dan juga bisa mendorong perbuatan
jelek, karena di dalam fitrah itu sendiri terdapat potensi rohani lainnya seperti nafsu.
berinteraksi dengan lingkungan yang baik, maka jaminan kehidupan yang lebih baik
akan dimiliki manusia. Namun sebaliknya, apabila manusia sejak kecil sudah
berinteraksi dengan lingkungan yang buruk, maka kepribadian dan perilaku manusia
sosial, Susila dan agama. Dalam suatu proses pembelajaran, baik wujud sifat hakikat
manusia maupun dimensi-dimensi manusia yang telah dimiliki oleh setiap peserta
didik perlu dikembangkan. Tujuannya tentu saja agar mereka lebih tahu eksistensi
mereka di atas permukaan bumi ini dan agar makhluk ciptaan Allah yang pada
hakikatnya berbeda dengan makhluk yang lain sehingga akan terlahir manusia
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami sangat berharap atas pemberian kritik dan
saran yang diberikan. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran dari pembaca
16
DAFTAR RUJUKAN
Achmad Mubarok, Sunatullah dalam Jiwa Manusia; IIIT Indonesia, Jakarta, Sebuah
Bulan Bintang.
Firdaus, Herman. (2006). Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan Dan
Dinamikannya. Campbel
Gazalba, Sisi. (1981). Sistematika Filsafat Buku Iii. Jakarta: Bulan Bintang
Hasan, Muhammad Tholhah. (2004) . Islam Dan Masalah Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Lantabora Press
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Sisi Psikologi, Filsafat dan
Jalaluddin Dan Usman Said. 1994. Filsafat Pendidikan Islam, Konsep Dan Perkembangan
Musa Asy’arie, Filsafat Islam Sunah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta, LESFI, 2002
Nurwadjah Ahmad E.Q., Tafsir Ayat-ayat Pendidikan; Hati yang Selamat Hingga Kisah
Nuryana, Zalik. (2017). Kajian Potensi Manusia Sesuai Dengan Hakikatnya Dalam
iii
Omar M. Al Toumy al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (Terjemahan), (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979).
Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Vol. Xviii, No. 01. Palembang: Ta’dib
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta, Bumi Aksara, 1991
iv