Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

KARYA ILMIAH AKHIR

FORMAT DIPAN (DISCHARGE PLANNING) SEBAGAI

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN

ASUHAN PERENCANAAN PULANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program


Studi Pendidikan Ners Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH:

ATI PURWANINGSIH 20174030013

SANTI ARIYANI 20174030058

SERLY WIDIA NINGSIH 20174030047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017

i
ii
ii
Daftar Isi

Daftar Isi...........................................................................................................................ii
Bab I
Pendahuluan.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................3
D. Luaran..................................................................................................................4
Bab II
Tinjauan Pustaka.............................................................................................................5
A. Definisi Discharge Planning................................................................................5
B. Pemberi layanan discharge planning.................................................................6
C. Penerima Discharge planning.............................................................................7
D. Tujuan Discharge Planning................................................................................7
E. Manfaat discharge planning...............................................................................8
F. Prinsip Discharge Planning................................................................................9
G. Proses Discharge planning................................................................................10
H. Cara Mengukur Discharge Planning...............................................................13
I. Unsur-unsur yang Harus Ada dalam Discharge Planning.............................13
J. Informasi yang harus diketahui oleh pasien pasca operasi............................14
K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning.............................15
Bab III
Metode Pelaksanaan......................................................................................................18
A. Alur Pelaksanaan Program..............................................................................18
B. METODE PELAKSANAAN............................................................................18
C. Evaluasi Dan Penyempurnaan.........................................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................................................21

iii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang pertumbuhan penduduknya

tinggi yaitu sekitar 1,49% per tahun dengan jumlah keseluruhan penduduk

mencapai 237.641,3 juta jiwa (Badan Pusat Statistik , 2017). Dimana 2,3 %

penduduk Indonesia selama tahun 2013 melakukan rawat inap untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan itu sendiri adalah

pelayanan keperawatan prosfesional dimana salah satunya yaitu discharge

planning (Purnamasari & Ropyanto, 2012).

Hospital discharge merupakan suatu proses yang kompleks dan menantang

bagi profesional kesehatan, pasien dan care giver pasien. Praktik yang baik

dalam pemberian discharge planning telah lama diketahui menjadi landasan

transisi yang sukses seorang individu dari lingkungan rumah sakit ke

lingkungan rumah mereka (The Queen's Nursing Institute, 2016). Program

discharge planningtersebutmulai diberikan kepada pasien sejak awal mereka

datang ke sebuah tempat pelayanan kesehatan (Cawthron, 2005 dalam

(Wahyuni, Nurrachmah, & Gayatri, 2012).

Pelaksanaan discharge planning pada pasien di rumah sakit umumnya hanya

berupa catatan resume pasien pulang serta pemberian informasi singkat

mengenai jadwal kontrol pasien ke poliklinik, obat-obatan yang harus di

1
2

minum, serta diet yang harus dipenuhi dan dihindari setelah pasien pulang

dari rumah sakit. Hal ini menyebabkan pelaksaan discharge planning tidak

efektif dan tidak terjadi kontinuitas perawatan ketika pasien di rumah. Kondisi

ini dapat menyebabkan pasien kembali ke rumah sakit dengan penyakit yang

sama ataupun munculnya komplikasi penyakit yang lebih berat(Darliana,

2012). Sehingga, pelaksanaan discharge planning yang baik dapat

meningkatkan kualitas kesehatan pasien.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bangsal penyakit dalam RS X pada

bulan Desember 2017 dengan cara wawancara kepada kepala ruang bangsal

tersebut, didapatkan data bahwa sebagian besar perawat di bangsal tersebut

melaksanakan discharge planning pada saat pasien akan pulang, dan dalam

pelaksanaan tersebut tidak adekuat karena hanya sebagian besar pasien yang

mendapatkan discharge planning, serta pasien dan keluarga hanya

diberitahukan mengenai obat-obatan yang harus diminum, jadwal kontrol,

serta diet yang harus dijalani. Selain itu, berdasarkan data stasistik didapatkan

jumlah pasien rawat inap di bangsal tersebut selama bulan Desember 2017

adalah sebanyak 205 pasien, sehingga memerlukan discharge planning yang

tinggi.

Mengingat penting dan bermanfaatnya pelaksanaan discharge planning

sebagai upaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan, maka format DIPAN

(discharge planning) dapat dijadikan solusi untuk mempermudah perawat

dalam melaksanakan discharge planning. Format DIPAN merupakan suatu

format yang berisi chek list mengenai kebutuhan-kebutuhandisharge planning


3

untuk diberikan kepada pasien. Format ini merupakan inovasi dari format

discharge planning yang sudah ada di RS tersebut, namun terdapat perbedaan

yaitu format DIPAN lebih komperehensif dalam memberikan discharge

planning kepada pasien.

B. Tujuan

1. Membuat format discharge planning sebagai upaya mempermudah

perawat dalam memberikan asuhan perencanaan pulang bagi pasien.

2. Membuat desain inovatif dari format discharge planning yang

dikombinasikan dengan penggunaan aplikasi berbasis android.

C. Manfaat

1. Rumah Sakit

Hasil KIA format discharge planning dapat digunakan pihak rumah sakit

sebagai SPO dalam pemberian asuhan perencanaan pulang pasien rawat

inap, karena format yang dibuat lebih lengkap dan lebih up to date.

2. Perawat

Hasil KIA format discharge planning dapat memudahkan perawat dalam

memberikan asuhan perencanaan pulang pasien, sehingga perawat dapat

memberikan asuhan perencanaan pulang secara komperehensif.

3. Pasien

Meningkatkan derajat kesehatan pasien, karena diberi asuhan perencanaan

pulang yang komperehensif sehingga dapat mencegah untuk kembalinya

pasien dirawat.
4

D. Luaran

Luaran atau hasil dari KIA format discharge planning adalah sebuah format

yang berisi mengenai asuhan perencanaan pulang pada pasien dalam bentuk

hard copy, serta aplikasi yang berbasis android.


Bab II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi Discharge Planning

Menurut Rakhmawati dkk (2013) Discharge planningadalah perencanaan

yang dilakukan untuk pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan

rumah sakit dengan tujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan yang optimal

dan mengurangi biaya rumah sakit. Rondhianto (2008) mendefenisikan

discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan

memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang

perlu dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca operasi.

Perencanaan pulang merupakan salah satu kegiatan dalam pemberian

asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit, yang dapat memberikan

dampak terhadap pemendekan serta lamanya perawatan pasien di rumah sakit

dan akan dapat menurunkan angka kekambuhan pasien (Rofi’I, dkk, 2013).

Program discharge planning merupakan suatu proses mempersiapkan

pasien untuk mendapatkan perawatan yang berkelanjutan dan

mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk

kembali ke lingkungannya. Proses tersebut dimulai sejak awal pasien datang

ke sebuah tempat pengelolaan layanan kesehatan (Cawthorn, 2005).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkandischarge planningatau

biasa disebut perencanaan pulang merupakan salah satu kegiatan dalam

pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien dan keluarga

yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien

5
6

merasa siap untuk kembali ke lingkungannya, proses tersebut dimulai

sejak awal pasien diterima di suatu agen pelayanan kesehatan.

Discharge planning yang efektif sebaiknya mencakup pengkajian

berkelanjutan untuk memperoleh informasi yang komperhensif mengenai

kebutuhan pasien yang berubah-ubah, seperti perencanaan diagnosa

keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan

apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2010).

B. Pemberi layanan discharge planning

Discharge planning dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu seperti

keperawatan, kedokteran, farmasi, ahli terapi fisik, kerja sosial, giziserta

memiliki tugas masing-masing. Ahli gizi memiliki tugas memenuhi kebutuhan

dalam memenuhi gizi dan makanan yang tepat dalam diet pasien. Farmasis

menerima order untuk obat-obatan serta menyiapkan obat-obat yang akan

diberikan oleh perawat. Ahli terapi membantu rehabilitasi dan mengembalikan

fungsi musculoskeletal normal pasien. Pekerja sosial membantu menemukan

sumber biaya untuk membayar biaya pengobatan. Beberapa rumah sakit,

perawat berperan utama sebagai pengelola kasus yang didasarkan pada

tangung jawab praktek dalam keperawatan, serta perawat bertanggung jawab

terhadap hasil yang spesifik selama perawatan klien di rumah sakit (Perry &

Potter, 2005). Dalam the royal marsden hospital, (2004) pelaksanaan

discharge planning tidak hanya melibatkan berbagai displin ilmu namun juga

melibatkan keluarga.
7

C. Penerima Discharge planning

Semua pasien yang sedang dirawat inap memerlukan discharge planning

(Discharge PlanningAssociation, 2008). Namun menurut Potter & Perry 2005,

terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien

pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan

kecatatan permanen.

D. Tujuan Discharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk memberikan pelayanan pada pasien

dan keluarga yang akan menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara

rumah sakit dan komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association,

2008). Discharge planning dilakukan bertujuan untuk mengantisipasi

kebutuhan yang diperlukan pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan

perawatan selanjutnya, serta mendidik pasien untuk pemulihannya (Holland

dkk, 2012). Discharge planning juga dapat digunakan agar perawat lebih

focus untuk melakukan intervensi yang diperlukan seperti pemberian obat dan

pendidikan kesehatan (Rudy,2010). Selain itu tujuan discharge planning

menurut Yuliana (2013) adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah

kesehatan dan kemungkinan terjadinya komplikasi yang mungkin

terjadi.
8

2. Memberikan pelayanan terbaik untuk keberlanjutan asuhan

keperawatan yang berkwalitas antara rumah sakit dan komunitas

dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif.

3. Mempersiapkan pasien dan keluarga baik secara fisik maupun

psikologis untuk ditransfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang

dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan variabel kepada

pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan

mereka dalam proses pemulangan.

4. Memfasilitasi proses pemindahan/rujukan yang nyaman dengan

memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan

telah dipersiapkan untuk menerima pasien dengan pelayanan

kesehatan lain.

5. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dengan

memandirikan aktivitas perawatan diri.

6. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

ketrampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan

status kesehatan masyarakat.

7. Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan

dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat

mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien

sebagai penerima pelayanan dengan perawat dari pasien masuk

sampai dengan pasien pulang.


9

E. Manfaat discharge planning

Nursalam (2008) menyampaikan manfaat dari discharge planning yaitu:

1. Memberikan pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah

sakit.

2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang sudah direncanakan dan

mengidentifikasi adanya kekambuhan atau perawatan baru yang

dibutuhkan.

3. Membantu pasien untuk lebih mandiri dan siap melakukan

perawatan di rumah.

F. Prinsip Discharge Planning

Menurut Nursalam (2008) prinsip-prinsip discharge planning adalah

sebagai berikut:

1. Pasien merupakan fokus utama dalam perencanaan pulang. Perlu

dilakukan pengkajian dan evaluasi terkait nilai keinginan dan

kebutuhan dari klien.

2. Kebutuhan klien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan

masalah yang mungkin muncul pada saat klien pulang, sehingga

masalah yang berkemungkinan muncul di rumah dapat segera

diantisipasi.

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan

pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus

saling bekerja sama.


10

4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya pengetahuan

dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di

lingkungan rumah.

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan

kesehatan. Setiap pasien masuk maka perencanaan pulang harus

dilakukan.

G. Proses Discharge planning

Menurut Perry dan Potter (2013) proses discharge planning meliputi

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan sejak awal pasien & keluarga datang ke

tempat pelayanan kesehatan. Pengkajian diakukan secara sistematis

dimulai dari pengumpulan, verifikasi data tentang klien yang

berfokus pada 4 area yang potensial seperti pengkajian fisik dan

psikososial, status fungsional serta kebutuhan edukasi dan

konseling.

Mengkaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap bagaimana

menciptakan suasana yang mendukung dapat tercapai di rumah

dengan cara mengkaji larangan yang dapat menganggu kesehatan

dan terjadinya komplikasi bersama-sama dengan pasien dan

keluarga. Mengkaji faktor lingkungan di dalam rumah yang

mungkin menghalangi dalam perawatan sehingga diperlukan

kolaborasi dengan dokter dan staf profesi untuk memenuhi


11

pelayanan perawatan. Serta yang terakhir mengkaji persepsi

kesehatan pasien dan keluarga terhadap perawatan yang

berkelanjutan setelah keluar dari rumah sakit (Potter & Perry,

2005).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa didasarkan pada pengkajian dan dikembangkan untuk

mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga. Adapun diagnosa

keperawatan yang dapat ditegakkan seperti kecemasan, tekanan

terhadap keluarga, dan kurang pengetahuan terhadap pembatasan

perawatan di rumah.

3. Perencanaan

Setelah prosedur lengkap dan telah dilakukan diharapkan

pasien dan keluarga dapat melakukan hal sebagai berikut:

a) Pasien dan keluarga dapat menjelaskan bagaimana melakukan

perawatan di rumah atau fasilitas lain, pengobatan apa yang

dibutuhkan dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang

dapat muncul.

b) Pasien dapat mengulangaktivitas perawatan diri serta anggota

keluarga dapat melakukannya.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dibedakan menjadi dua bagian yaitu

penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan

dilakukan pada saat hari pemulangan.


12

5. Persiapan sebelum hari pemulangan:

a) Mempersiapkan pasien dan keluarga dalam memberikan

informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di

rumah.

b) Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala

terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, diet,

latihan dan pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau

pembedahan.

c) Mengkomunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap

penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim

kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.

6. Penatalaksanaan pada hari pemulangan, aktivitas yang dapat

dilakukan pada hari pemulangan sebagai berikut:

a) Menganjurkan pasien dan keluarga bertanya dan berdiskusi yang

berhubungan dengan perawatan di rumah.

b) Menentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan

dalam kebutuhan transportasi.

c) Menawarkan bantuan untuk memakai baju pasien.

d) Memastikan barang-barang pasien tidak ada yang tertinggal.

e) Mempersiapkan resep pengobatan pasien sesuai dengan yang

diinstruksikan dokter.
13

f) Memberikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up

control ke dokter.

7. Evaluasi

a) Meminta pasien dan keluarga untuk menjelaskan tentang

penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda dan gejala yang

mengharuskan menghubungi dokter.

b) Meminta pasien dan keluarga menjelaskan setiap pengobatan

yang akan dilanjutkan setelah di rumah.

H. Cara Mengukur Discharge Planning

Keberhasilan tindakan discharge planning dapat dilihat dari kemampuan

pasien melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah

meninggalkan rumah sakit dan dapat dilihat dari kesiapan untuk menghadapi

pemulangan (Hou, 2001 dalam Potter & Perrry, 2006).

I. Unsur-unsur yang Harus Ada dalam Discharge Planning

Discharge planning Association (2008) menyatakan bahwa unsur-unsur

yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain:

1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang

dibutuhkan serta pengobatan yang harus dihentikan.

2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan

efek samping yang sering muncul.


14

3. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan

aktivitas, latihan, diet makan yang dianjurkan dan

pembatasannya.

4. Petunjuk perawatan diri seperti perawatan luka.

5. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya

yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan,

waktu, tanggal dan lokasi setiap janji untuk control.

6. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomer

telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang

petunjuk pemulangan.

J. Informasi yang harus diketahui oleh pasien pasca operasi

Swearingen, (2000) mengatakan bahwa informasi yang harus diketahui

oleh pasien dan keluarga pasca operasi:

1. Obat-obatan, meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, tindakan

pemeliharaan serta efek samping yang mungkin muncul.

2. Penatalaksanaan diet untuk meningkatkan pemeliharaan nutrisi

dan cairan. Diet yang dianjurkan diantaranya daging, telur, ikan,

buah, sayuran, susu, keju, serela dan roti. Serta pemenuhan cairan

sedikitnya 2-3 L/hari.

3. Perawatan insisi, penggantian balutan, dan izin untuk mandi atau

mandi pancuran jika jahitan sudah diangkat.

4. Pembatasan aktivitas pasca bedah sesuai petunjuk, biasanya

mengangkat bendah yang berat lebih dari 4 kg, mendorong,


15

menarik, dan mengedan dikontraindikasikan selama kira-kira 6

minggu untuk mencegah terjadinya herniasi insisi. Pasien dapat

kembali bekerja dalam waktu 2 minggu untuk pekerja kantoran

dan 6 minggu untuk pekerja buruh. Istirahatlah jika kelelahan,

beristirahat semaksimal mungin, meningkatkan aktivitas secara

bertahap sesuai kemampuan.

5. Melaporkan tanda-tanda gejala terjadinya infeksi luka seperti

kemerahan menetap, bengkak, drainase purulen, hangat pada area

luka, bau busuk, dan nyeri.

6. Pastikan jadwal kontrol ke dokter.

K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning

Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Waluyo (2010:17-18), faktor yang

berasal dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian

pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa

lalu.

1. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi

penyampaian informasi kepada pasien, sehingga informasi akan

lebih jelas untuk dapat dimengerti pasien.

2. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor

yang

mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian

emosi yang baik akan mengarahkan perawat untuk lebih


16

bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan demikian informasi

yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.

3) Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan

kesehatan. Perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup

untuk memberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan yang

baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan

pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima

informasi dan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan

pasien.

4. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya

perawat dalam memberikan informasi sehingga informasi yang

diberikan akan lebih terarah sesuai dengan kebutuhan pasien.

Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien berdasarkan

pengalaman yang mereka miliki.

Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang

mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian pendidikan

kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk (2002)

dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo (2010:18-

19) adalah motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik,

tahap perkembangan dan pengetahuan sebelumnya, kemampuan

dalam belajar, serta tingkat pendidikan.

1. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan

mengarahkan pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi,


17

maka pasien akan giat untuk mendapatkan informasi tentang

kondisinya serta tindakan yang perlu dilakukan untuk

melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatannya.

2. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan

akan

memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan

pendidikan kesehatan.

3. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi,

sedangkan perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk

menerima informasi.

4. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan

penerimaan informasi terganggu.

5. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin

dewasa usia kemampuan menerima informasi semakin baik dan

didukung pula pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

6. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien

untuk menerima dan memproses informasi yang diberikan

ketika dilakukan pendidikan kesehatan. Kemampuan belajar

seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang

dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya

kemampuan belajarnya juga semakin tinggi.


18

1. Pendidikan kesehatan.
2. Informasi pelayanan kesehatan yang
dapat dikunjungi.
3. Perubahan yang terjadi pada
lingkungan rumah.
4. Tempat dan waktu pelaksanaan
pendokumentasian

Dilakukan Tidak dilakukan


Bab III

Metode Pelaksanaan

A. Alur Pelaksanaan Program

Gambaran umum tentang pelaksanaan program kegiatan disajikan dalam


bentuk alur seperti berikut ini:

Survey permasalahan Ide: Format


yang terjadi Discharge Planning

Rancangan alat

Prinsip kerja dan Analisa: Efisiensi,


penentuan spesifikasi Efektivitas & Potensi
model: Aplikasi dan pengembangan
Hard copy

Pembuatan artikel ilmiah Evaluasi: Pengujian &


perbaikan

Laporan akhir Selesai

Gambar 3.1 Diagram Metodologi Pelaksanaan Program

B. METODE PELAKSANAAN

1. Pengumpulan data awal

Tahap pengumpulan data awal dimulai dari survei di bangsal marwa dan

mewawancarai kepala ruangannya, lalu didapatkan data pasien yang ada

dibangsal. Setelah didapatkan data pasien lalu membuat discharge

19
20

planning dengan studi literatur. Studi literaturnya dengan mengumpulkan

jurnal-jurnal maupun texbook tentang discharge planning. medis pasien.

2. Rekayasa ketekhnikan

Prinsip kerja Form Discharge Planning adalah dengan menyusun format

discharge planning yang telah didapatkan dari jurnal-jurnal maupun

textbook menjadi sebuah form. Lalu form tersebut akan disusun menjadi

aplikasi berbasis android.

3. Cara uji keandalan karya

Cara pengujiannya dengan uji expert. From yang telah dibuat dilakukan

uji expert dengan 2 orang ahli dalam bidangnya dan dari uji expert

tersebut dinyatakan bahwa form bisa digunakan maka dibuat dalam

bentuk aplikasi.

4. Pengumpulan data akhir

Tekhnik pengumpulan data akhir dengan mengujicobakan form untuk

digunakan oleh perawat dalam memberikan asuhan perencanaan pulang

pada pasien. Setelah itu perawat akan diberikan kuesioner kepuasan

dalam menggunakan form apakah membantu mereka dalam membuat

perencanaan pulang pada pasien atau tidak.

5. Pengolahan dan analisa data


Pengolahan data akhir dalam program ini adalah dengan melihat seberapa

banyak perawat menggunakan form dicsharge planning dan melihat

tindakan yang dipilih apakah sudah sesuai dengan penyakit yang diderita

oleh pasien.
21

C. Evaluasi Dan Penyempurnaan

Tahap evaluasi ini meliputi langkah-langkah dalam pengujian form untuk

memastikan bahwa form dapat digunakan dengan baik, dan langkah ini

berfungsi untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan form.


Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik . (2017). Statistik Indonesia 2017. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Darliana, D. (2012). Discharge planning dalam keperawatan. Idea Nursing Jurnal,


32-41.

Holland , D.E 2013.dkk Targeting Hospitalized Patients for Early Discharge


Planning intervention. National institutes of
health.http://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc /articles/PMC3775892/
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013, Desember 1).
www.depkes.go.id. Retrieved November 23, 2016, from
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf

Kozier, B.,et al (2010).Fundamental of Nursing Consepts Prosess and Practice. 1


st volume, 6 th edition New Jersey: person/prentice Hall.
Notoadmodjo, S. 2003. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.
Yogyakarta: Andi Offset
Nursalam, dan Efendi, F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Purnamasari, L. D., & Ropyanto, C. B. (2012). Evaluasi pelaksanaan perencanaan
pulang. Jurnal Nursing Studies, 213-218.

Rakhmawati N. Dian,dkk (2013). Pengaruh Discharge Planning Terhadap


Penambahan Berat Badan Pada BBLR Dalam 3 Bulan Pertama Di Kota
Semarang Jurnal Keperawatan Anak.Volume 1, No. 2, November 2013;
127-134.

22
23

Rofi’i Muhamad dkk, (2013).Faktor Personil Dalam Pelaksanaan Discharge


Planning Pada Perawat Rumah Sakit Di Semarang.Jurnal Managemen
Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 89-94
Rhudy LM, Holland DE & Bowles KH, (2010). Illuminating hospital discharge
planning: staff nurse decision making. Applied Nursing Research. 23,
198–206.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3014219/pdf/nih
ms257452.pdf

The Queen's Nursing Institute. (2016). Discharge planning best practice in


transitions of care . United Kingdom: The Queen's Nursing Institute.

Wahyuni, A., Nurrachmah, E., & Gayatri, D. (2012). Persiapan pulang pasien
penyakit jantung koroner melalui penerapan discharge planning. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 151-158.

Anda mungkin juga menyukai