Seorang guru hendak mengajarkan muatan pelajaran sejarah dengan materi perumusan teks
proklamasi kepada siswanya. Agar pembelajaran tersebut lebih menyenangkan, guru
tersebut menggunakan strategi bermain peran. Siswa dibagi kelompok untuk kemudian
masing-masing siswa mendapatkan peran sebagai tokoh-tokoh perumus teks proklamasi.
Siswa kemudian merancang naskah drama dan menampilkan drama hasil rancangan
mereka sendiri. Berdasarkan kasus tersebut, maka sesungguhnya guru tersebut telah
menerapkan salah satu dari ketiga teori yang melandasi pendidikan SD.
a. Analisislah teori apa yang telah diterapkan oleh guru tersebut
Jawaban :
Teoriyang telah diterapkan oleh guru tersebut adalah teori Humanistik
2. Bu Arni adalah seorang guru SD yang mengabdi di kota Bandung, sedangkan teman
kuliahnya dulu, Bu Sinta mengabdi sebagai guru di Jakarta. Setiap awal tahun pelajaran,
Bu Sinta selalu meminta rancangan kurikulum yang telah dikembangkan oleh Bu Arni
untuk diterapkan di sekolahnya karena Bu Sinta beranggapan materi yang diajarkan sama
saja. Jika dilihat dari prinsip sosiologis-antropologis, maka:
a. Apakah tindakan yang dilakukan Bu Sinta sudah tepat? Kemukakan alasan
Saudara.
Jawaban :
Menurut saya, apa yang dilakukan oleh Bu Sinta kurang tepat. Secara sosiologis
dan antropologis, masyarakat di Bandung dan Jakarta sangat berbeda, kehidupan
masyarakat dan kebudayaan masyarakat di Bandung berbeda dengan di Jakarta.
Oleh karena itu, sangat tidak tepat jika Bu Sinta meminta rancangan kurikulum
yang dikembangkan oleh Bu Arni untuk digunakan di sekolahnya.
4. Sebagai seorang guru yang paling senior, Pak Alex sangat disegani dan dihormati oleh
rekanrekan guru lainnya dan juga oleh siswa-siwanya. Beliau selalu meminta bantuan guru
Wiyata Bhakti dan guru baru untuk membuatkan media pembelajaran untuknya. Bahkan
tidak jarang beliau meminta guru baru untuk menggantikannya mengajar di kelas.
Berdasarkan kasus tersebut;
a. Jelaskan kompetensi guru SD apa sajakah yang tidak dimiliki oleh Pak Alex?
Jawaban :
Kompetensi yang tidak dimiliki oleh Pak Alex adalah Kurangnya strategi untuk
memikirkan atau membuat media pembelajaran, kurangnya sikap bersungguh -
sungguh dan bertanggung jawab, kurangnya sikap untuk bisa menghasilkan yang
terbaik dari pekerjaannya sebagai guru, dan tidak memperhatikan sikapnya bahwa
mungkin bisa saja murid-muridnya mencontohnya, mungkin juga bagi guru lain.