Anda di halaman 1dari 2

Perlakuan Sulfamerazine

1. Uji Organoleptis
Bau Tidak berbau
Rasa Pahit
Warna Putih
Bentuk Serbuk hablur

2. Uji Kelarutan Hasil


Dingin Panas
a. Aquadest Larut Larut
b. HCl(Asam) Tidak Larut Larut
c. NaOH(Basa) Sukar Larut Larut
d. Etanol Sukar Larut

3. Uji Warna Warna/Bentuk Literatur


a. Asam Sulfat +α naftol Ungu Pekat Ungu (Irianto.1987)
b. Lieberman Jingga Jingga (Putri, 2011)
c. Zwikker +NaOH Biru Tosqa Biru kehijauan (Clark,2007)
d. Kristal Aseton Kristal berbentuk batu

kloramfenikol merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri sehingga sistem kekebalan tubuh
dapat memberantas infeksi dengan lebih mudah pada praktikum kali ini dilakukan uji
kualitatif pada obat golongan antibiotik dengan menggunakan obat kloramfenikol, uji
pertama yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji organoleptis bertujuan untuk mengetahui
kualitas dari suatu obat menggunkaan indra manusia, adapun kriteria yang di uji adalaah
warna, bentuk, bau, dan rasa dari sampel, adapun pada sampel kloramfenikol memiliki warna
putih, berbentuk serbuk hablur, memiliki rasa agak pahit dan tidak memiliki bau
uji selanjutnya adalah uji pengarangan yang dilakukan untuk menentukan sampel berupa zat
organik atau anorganik serta untuk menguji keberadaan kation pada sampel tersebut.
Dimasukan kloramfenikol ke dalam cawan penguap, lalu panaskan kloramfenikol di atas api
bunsen. Selanjutnya dilakukan pengamatan warna, asap dan bau pada sampel tersebut.
Hasilnya didapatkan warna lelehan coklat, memiliki bau jengkol yang menyengat, dan asap
lelehan yang bewarna putih
Uji kelarutan bertujuan untuk mengetahui pada pelarut apa saja suatu zat dapat terlarut, pada
pengujian di gunakan 4 pelarut yaitu Aquadest, HCL, Etanol, NaOH dan dilakukan dalam
suhu normal dan panas dengan dipanaskan menggunakan api Bunsen. Di dapatkan hasil pada
pelarut air Kloramfenikol sukar larut meskipun telah dilakuakn pemanasan dengan ditandai
terbentuk endapan, pada pelarut NaOH pada suhu normal Kloramfenikol sukar larut lalu
setelah dipanaskan, tidak terjadi perubahan kelarutan pada sampel, pada pelarut HCl pekat
didapatkan sampel kloramfenikol sukar larut dalam HCl pada suhu normal dan pada suhu
panas kelarutan sampl berubah menjadi agak larut, pada pelarut Etanol sampel Kloramfenikol
agak larut pada kedua suhu.
uji warna, uji warna dilakukan untuk menentukan gugus fungsi yang terdapat dalam suatu
senyawa dengan interaksinya dengan pereaksi tertensu yang biasanya di tandai dengan
perubahan warna dari suatu zat, Uji warna pertama yang dilakukan adalah Uji Asam Sulfat
+α naftol
Uji warna berikutnya adalah Uji Lieberman uji ini bertujuan untuk dengan warna yang
dihasilkan adalah orange kekuningan yang diberikan oleh senyawa yang mengandung cincin
benzen tersubtitusi tunggal yang tidak bergabung dengan gugus karbonit, amida, atau C-N-O,
dan juga disebabkan oleh adanya gugus O-alkil yang terikat pada cincin benzene. Pada uji ini
sampel Phenytoin memberikan hasil positif dikarenakan menghasilkan perubahan warna
menjadi warna jingga menunjukan terdapatnya gugus benzene tersubtitusi tunggal
Uji warna berikutnya adalah uji koppayi zwiker , uji ini bertujuan untuk mencari gugus
fungsi SO2NH, dengan mekanisme setelah ditambahkan NaOH karena terdapatnya gugus
SO2NH yang menyebabkan terjadinya perubahan warna menjadi biru kehijauan pada reagen
koppayi zwikker. Pada uji ini menghasilkan hasil positif dikarenakan sampel phenytoin
berubah warna menjadi warna biru toska menandakan terdapatnya gugus SO2NH pada
sampel.
Pengamatan kristal pada Phenytoin menggunakan reaksi aseton air yang dilakukan dengan
cara phenytoin diletakkan di atas kaca objek dan dilarutkan dengan cara ditetesi beberapa
tetes aseton. Setelah ditetesi aseton, sampel larut kemudian ditetesi air, aseton menguap dan
sampel kembali menjadi kristal yang selanjutya diamati dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Hasil yang diperoleh adalah kristal phenytoin yang tebal dan pendek

Anda mungkin juga menyukai