Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Bahasa
Indonesia tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW dengan syafaatnya yang kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul "Jenis Tulisan dan Kerangka Karangan" dapat diselesaikan
karena bantuan banyak pihak. Kami tidak bisa terlepas dari pihak yang membantu dan
membimbing sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Dengan karunia-Nya, pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan
lancar dan telah memberikan kesehatan kepada kami dalam pembuatannya.
2. Ibu Dr. Hindun M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah banyak
memberikan motivasi kepada kami sejak awal penulisan makalah sampai selesai.
Kami berharap makalah tentang "Jenis Tulisan dan Kerangka Karangan" ini dapat menjadi
referensi bagi pihak pembacanya. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan
sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah bertema "Karya Tulis" ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Bahasa Indonesia ini
dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menulis dan membuat karangan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hal ini karena pada hakikatnya menulis atau mengarang merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, menuangkan gagasan, pendapat,
perasaan, serta informasi ke dalam bentuk tulisan yang kemudian dapat dibaca oleh orang
lain, sehingga dapat dikatakan menulis merupakan salah satu bagian dari kegiatan berbahasa
yang berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Semakin cermat dan semakin kritis dalam
berpikir, maka akan semakin baik kemampuan menulis.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan
dasar dalam menulis, yakni keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan
keterampilan perwajahan. Penulis juga memerlukan pengetahuan akan ciri aspek, langkah
atau tahap penyusunan, jenis serta syarat apa saja yang diperlukan dalam menulis karangan.
Selain itu, penulis karangan juga perlu menguasai bahasa yang digunakan dan harus
berpegang teguh pada kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Pemilihan dan penggunaan
kata yang tepat tentunya sangat diperlukan dalam menulis.
Lalu dalam menulis, ada yang disebut dengan kerangka karangan. Kerangka karangan
akan memudahkan penulis dalam menulis karangannya, yang dapat mencegah pengulangan
ide atau gagasan, serta mencegah penulis keluar dari sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, dengan kata lain membuat penulis menjadi lebih fokus dan konsisten dalam
menulis sebuah ide, gagasan, atau tema tertentu karena dengan kerangka karangan penulis
dapat mengetahui kelemahan serta kekuatan karangan yang ia tulis.
Dalam sebuah karangan tentu terdapat bagian berupa paragraf, yang memiliki komposisi
kata dan kalimat secara runtun yang mengandung sebuah tema dengan cara penulisan yaitu
dimulai dengan baris baru. Hal ini memungkinkan suatu gagasan pokok dapat disampaikan
atau dikomunikasikan dengan baik dan jelas.
Pada dasarnya karangan yang baik merupakan karangan yang sesuai dengan susunan atau
aturan yang telah ditetapkan, bersamaan dengan kejelasan penulis dalam mengungkapkan
gagasannya, dengan kaidah kebahasaan yang baik, pemilihan kata yang tepat, dan tujuan
serta makna yang kuat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa perumusan masalah yaitu antara
lain:
1.3 Tujuan
1. Mengetahui ragam jenis tulisan
2. Memberikan pemahaman tentang tahapan menulis karangan dan kerangka karangan
3. Memberikan informasi mengenai pengertian paragraf
4. Mengetahui macam paragraf serta syarat menulis paragraf yang baik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Tulisan
2.2 Pengertian Kerangka Karangan menurut para ahli :
1. Nursito (2000 : 54) mengatakan bahwa, kerangka karangan adalah rencana
kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah
karangan yang akan ditulis.
2. Soeparno (2004 : 38) mengatakan bahwa, kerangka karangan adalah kerangka
tulis yang menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam
tataan yang sistematis.
3. Finoza (2013: 82) menerangkan bahwa, kerangka karangan adalah rencana
teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan yang berfungsi untuk
mengatur hubungan antara gagasan tersebut.
4. Keraf (1994 : 149) menerangkan bahwa kerangka karangan adalah suatu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan
digarap.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk
membentuknya menjadi karangan yang teratur dan sistematis. Maka, sebelum membuat
karangan lebih baik dibuat susunan-susunan yang dapat memudahkan dalam
mengembangkan karangan tersebut. Susunan-susunan tersebut dapat dikatakan sebagai
kerangka karangan.
2. Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam
menunjukkan eksistensi tulisan seperti mengumpulkan ide dan inovasi. Banyak cara
mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai dengan tujuan
penulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Setelah bahan dipilih, perlu disesuaikan dengan tema pembahasan. Polanya melalui
klarifikasi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
4. Membuat kerangka karangan
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan
yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi
atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat
berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Dengan kata lain, indentasi digunakan untuk menandai batas paragraf. Paragraf
mempunyai ide pokok atau gagasan utama yang dikemas dalam kalimat topik. Bagi penulis,
ide pokok itu menjadi pengendali untuk kalimat-kalimat penjelas agar tidak keluar dari pokok
pembicaraan. Sementara itu, bagi pembaca ide pokok itu menjadi penuntun dalam memahami
isi karena di situlah inti informasi yang ingin disampaikan penulis.
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan pokoknya diletakkan di awal paragraf dan
diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas untuk menunjang gagasan pokok tersebut. Gagasan
pokok atau main idea dalam bentuk kalimat umum disajikan dalam kalimat topik
Contoh :
“Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas adalah tenaga kerja yang
mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Tenaga
kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan akademis memadai
sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Terampil artinya mampu menerapkan kemampuan
akademis yang dimiliki disertai kemampuan pendukung yang sesuai untuk diterapkan agar
diperoleh hasil maksimal. Sementara itu, tenaga kerja yang berkepribadian adalah tenaga
kerja yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur.”
Paragraf di atas termasuk paragraf deduktif karena kalimat topiknya terdapat pada
awal paragraf. Kalimat topik paragraf tersebut adalah "tenaga kerja yang diperlukan dalam
persaingan bebas tenaga kerja adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja tinggi, yaitu
tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian." Kalimat topik itu kemudian
dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu masing-masing
menguraikan butir-butir yang diperlukan untuk mempertegas informasi dalam kalimat topik
tentang etos kerja tinggi, yang meliputi kepandaian, keterampilan, dan kepribadian tenaga
kerja.
2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang memiliki kalimat topik di akhir. Secara umum
paragraf induktif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Untuk menjaga konsistensi antar kalimat dalam suatu paragraf, maka pada saat menyusun
kalimat akhir digunakan konjungsi pendukung kalimat yang juga berfungsi sebagai
penghubung antar kalimat. Oleh karena itu, kata atau frasa tersebut sering digunakan untuk
menyimpulkan suatu kalimat akhir.
Karena fungsinya dalam mendukung kalimat, kata-kata tersebut ditempatkan di awal kalimat
dan tentunya harus diawali dengan huruf kapital dan sebagai penghubung antar kalimat, maka
harus ada koma setelah kata tersebut.
Contoh :
“Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah untuk bumi. Beberapa
kota disulap dengan nuansa putih, menghasilkan pemandangan cantik dan memikat bagi
penikmat keindahan. Hawa dinginnya semakin hari menggigit kawasan-kawasan yang
beriklim subtropis dan sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri matahari terbit.”
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang mempunyai kalimat topik di awal dan
akhir paragraf. Sekalipun kalimat topik muncul dua kali, bukan berarti gagasan pokoknya ada
dua. Kehadiran dua kalimat topik hanyalah bentuk pengulangan gagasan pokok untuk
menekankan suatu informasi. Paragraf campuran ini dimulai dengan pernyataan umum,
diikuti dengan pernyataan penjelasan khusus, dan diakhiri dengan pernyataan umum lainnya
yang mengulangi gagasan utama. Biasanya gagasan utama di akhir paragraf disajikan dalam
kalimat topik yang sedikit berbeda dengan kalimat topik pertama.
Contoh :
(1) Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh
yang tinggi.
(2) Di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan
yang berkadar kolesterol tinggi.
(3) Di Asia sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang
banyak mengandung kolesterol. Ketiganya merupakan penjelas atau penegas bahwa
kolesterol menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner.
4. Paragraf Ineratif
Paragraf Ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah-tengah paragraf.
Paragraf ini diawali dengan kalimat penjelas sebagai pendahuluan, kemudian dilanjutkan
dengan gagasan pokok dan ditambahkan kalimat penjelas tambahan untuk mempertegas atau
mempertegas informasi.
Contoh :
“Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda letusan Gunung Sinabung,
Gunung Kelud di Jawa Timur juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu, banjir
terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahun-tahun sebelumnya, dilanda banjir.
NTT yang sering mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia memang sedang
ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik harta
maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang siap panen menjadi gagal panen. Sayur mayur yang
banyak ditanam dan dihasilkan di lereng-lereng gunung juga hancur sehingga harga di pasar
menjadi melambung.”
Gagasan utama paragraf tersebut adalah "Indonesia sedang ditimpa banyak musibah
dan bencana." Dalam menyampaikan informasi penulis memulai dengan menampilkan hal-
hal yang bersifat khusus. Penulis mengawalinya dengan menampilkan bermacam-macam
peristiwa yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia kemudian menyimpulkannya dalam
bentuk kalimat topik. Untuk menegaskan bahwa semua yang terjadi itu merupakan musibah
yang menimpa masyarakat Indonesia, penulis menambahkan informasi yang berupa akibat
dari bencana itu.
Gagasan utama paragraf dengan pola ini tidak mempunyai kalimat utama. Gagasan
pokok tersebar di seluruh paragraf atau tersirat dalam kalimat.
Contoh :
“Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga
menjadi sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna
terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan
hati.”
Gagasan utama paragraf tersebut tidak terdapat pada kalimat pertama, kedua, dan
seterusnya. Untuk dapat memahami gagasan utama paragraf itu, pembaca harus
menyimpulkan isi paragraf itu. Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu, kita
dapat mengartikan isinya, yaitu "gambaran suasana pada pagi hari yang cerah." Inti sari itulah
yang menjadi gagasan utamanya