MATERI TENTANG
Dosen Pengampu :
DISUSUN :
ZAFIRA (112110002)
SALSABILA (112110003)
PONTIANAK 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungkan kita
Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“MATERI TENTANG KETERAMPILAN DASAR KONSELING” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu,kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi.Kami berharap makalah ini dapat memberi
bermanfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Definisi Keterampilan Dasar Konseling.....................................................
2.2 Jenis-jenis Keterampilan Dasar Konseling.................................................
BAB III KESIMPULAN................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Ahli lain juga menggambarkan hal yang kurang lebih sama tentang
keterampilan dasar dalam konseling. Reiter (2008), Cormier, Nurius dan Osborn
(2009) dan Timulak (2011) menjelaskan bahwa memperhatikan, mendengarkan
dan menanggapi dengan tepat adalah “keterampilan inti” yang dapat membantu
konseli mengeksplorasi dan memahami kekhawatiran mereka.
Keterampilan dasar ini akan efektif dalam membantu beberapa konseli
apabila digunakan secara tepat, karena keterampilan ini akan membantu konseli
untuk menggali dan memahami apa yang terjadi dan bagaimana mereka
menangani masalah mereka, sedangkan untuk beberapa konseli lain keterampilan
dasar saja tidak cukup sehingga konselor perlu memiliki keterampilan lanjutan.
b) Dengan perilaku attendjng dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena
klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa
terlindungi secara emosional.
2. Tingkat pencapaian
a) Calon konselor dapat mengidentifikasi perilaku atrendr'ng yang baik dan yang
kurang baik.
3. Materi
a) Posisi pengawakan badan yang terdiri dari posisi tubuh, jarak konselor-klien,
sikap duduk.b) Keadaan muka yaitu keadaan ekspresi wajah, keadaan kontak
mata.c) Tangan dan lengan yang terdiri dari variasi gerakan tangan/lengan,
menggunakan tangan sebagai isyarat, menyentuh, melakukan gerakan sebagai
penekanan.d) Mendengarkan, yaitu bagaimana konselor mendengarkan kepada
klien, apakah dia melakukan diam pada saat tertentu, dan bagaimana perhatiannya
terhadap klien.
Sebelum diadakan latihan maka prosedur latihan harus dipahami oleh semua
pesertaPelatih atau pembimbing memberikan informasi tentang latihan secara
rinci, dan kemudian memberikan motivasi kepada para peserta agar mengikuti
latihan dengan minat dan perhatian yang sungguh-sungguh.Membentuk pasangan-
pasangan peserta, untuk mengadakan permainan peran dalam konseling mikro
Attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri kllien, menciptakan
suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien secra bebas. Ciri-
ciri attending yang baik adalah:
B. Empati
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor sebelum merespons
pernyataan klien.Pertama konselor harus mengobservasi tingkah
lakunya.Terutama konselor harus memerhatikan postur klien dan ekspresi
wajahnya. Konselor harus mendengarkan hati-hati apa yang dikatakan oleh klien.
Dan yang lebih penting adalah konselor harus dapat memahami perasaan yang
diekspresikan oleh klien.
1. Rasional
Seorang calon konselor harus dilatih agar peka terhadap perasaan klien,
memahami pikirannya, dan mampu merasakan perasaan dan pengalaman
klien.Untuk mencapai hal tersebut maka dilatihkan teknik empati. Latihan tersebut
mencakup ungkapan perasaan konselor mengenai perasaan, pengalaman, pikiran
(keadaan dunia dalam klien) baik dengan cara biasa (pn'mazy empatby-PE)
maupun dengan cara yang lebih mendalam/ menyentuh (advance accurate
empathy-AAE).
2. Tujuan
Latihan empati bertujuan agar calon konselor mampu memasuki &an dalam klien
melalui ungkapan-ungkapan empati (PE dan AAE) yang menyentuh perasaan
klien. Jika demikian keadaannya maka klien akan terbuka dan mau
mengungkapkan dunia dalamnya lebih jauh baik berbentuk perasaan, pengalaman,
dan pikiran.
3. Materi
a) Latihan mengosongkan diri calon konselor dari perasaan dan pikiran egoistik,
dan masuk kedalam diri klien dengan merasakan apa yang dirasakan klien,
berpikir bersama klien, dan bukan merasakan dan memikirkan tentang klien.b)
Melakukan empati primer (PE) dengan mengungkapkanSaya dapat merasakan apa
yang anda rasakan.Sa ya memahami apa yang telah anda lakukan.Saya mengerti
apa yang anda inginkan.c) Melakukan empati tingkat tinggi (AAE) dengan
mengatakanSaya ikut terluka dengan penderitaan anda.Namun saya juga bangga
dengan kemampuan daya tahan anda.”
4. Proses Latihan
a) Siapkan pasangan-pasangan peserta dalam pengamat. Setiap pasang
mempelajari dialog-dialog empati yang sudah di siapkan oleh pembimbing.b)
Pelatih/pembimbing menjelasakan materi dan proses latihan.c) Menonton video
empati (kalau ada).d) Pasangan-pasangan peserta berperan sebagai konselor dank
lien.e) Konselor dan klien melakukan dialog empati.f) Pengamat amengamati
perilaku verbal dan nonverbal konselor.g) Di adakan diskusi dan evaluasi bersama
hasil pengamatan para pengamat, pembimbing, dan kelas.
(1) empati primer atau (primary empathy), yaitu kemampuan konselor memahami
perasaan, fikiran, keinginan, dan pengalaman klien.
Dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut, ketika
koselor berkata:”saya memahami perasaan. Pikiran, dan keinginan anda” berarti
konselor bersimpati, tetapi ketika konselor berkata “saya dapat merasaakan apa
yang anda rasakan” berarti konselor sedang berempati.
Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empat proses konseling
tidak akan berjalan secara efektif. Konselor yang tidak mampu berempati tidak
akan bisa menjadi pemecaha masalah yang efektif, dalam arti akan mengalami
kesulitan membantu mencarikan alternative pemecahan masalah individu (klien).
Melalui keterampilan ini, dalam proses konseling diharapkan klien akan terlibat
pembicaraan dan terbuka. Selain itu, berempati klien akan tersentuh dan bersedia
serta terbuka untuk mengemukakan isi yang tersimpan dalam lubuk hati yang
dalam berupa persaan, pikiran, pengalaman bahkan penderitaanya.
C. Refleksi
Refleksi adalah suatu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan
konseling.Yaitu sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan
pengalaman klien, kemudian merefleksikan kepada klien kembali.Hal ini harus
dilakukan konselor sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Jika dia menyadari akan perasaannya, maka klien mungkin akan segera
mengubah perilakunya ke arah positif. Namun tidaklah mudah bagi seorang calon
konselor untuk menangkap dan memahami perasaan dan pikiran serta
pengalaman, lalu mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa calon
konselor sendiri.Karena itu seorang calon konselof haruslah dilatih secara terus
menerus dan bertahap mengenai keterampilan refleksi ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bolton (2003) yang mengatakan bahwa
mendengar adalah lebih dari hanya mendengar saja. Lebih khusus ia mengatakan
dalam proses mendengarkan terdapat unsur menyimak. yang berarti konselor
harus memerhatikan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh klien. Ada
tiga jenis refleksi yaitu:
Contoh:Klien :Saya begitu yakin akan menamatkan sekolah pada usia sekarang.
Tetapi saya gagal menyelesaikannya.Saya merasa bodoh.Konselor : jadi,
kegagalan itulah yang menyebabkab Anda merasa bodoh?
a. Tidak menilai (nonjudgmental).b. Refleksi akurat dari apa yang dialami oleh
pihak yang lain.c. Ringkasd. Kadang-kadang lebih banyak/dalam dan pada kata-
kata yang terucap.
D. Eksplorasi
1) Eksplorasi Perasaan
2) Eksplorasi Pengalaman
3) Eksplorasi Pikiran
Pada dasarnya ada empat tujuan utama dari teknik pamphrasing. yaitu:
1) Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor benama dia, dan
berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien.2) Mengendapkan apa yang
dikemukakan klien secara lebih ringkas.3) Memberikan arah wawancara
konseling.4) Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang
dikemukakan klien.
3.1 KESIMPULAN
https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/3/24/keterampilan-
keterampilan-dalam-konseling.html
https://jurnal.unsyiah.ac.id/suloh/article/view/8259/6702
file:///C:/Users/USER/Downloads/BukuAjarKDK2017.pdf
https://books.google.co.id/books?
id=_jZMEAAAQBAJ&pg=PA3&dq=Keterampilan+dasar+konseling&hl=id&ne
wbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwi4p
_ah3rn8AhVVluYKHXufC5EQ6wF6BAgIEAU#v=onepage&q=Keterampilan
%20dasar%20konseling&f=false