Anda di halaman 1dari 3

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Kemampuan

Menyimak pada Tema 1 Hidup Rukum Kelas II di SD Negeri Sekaan Tahun Pelajaran
2023/2024

Oleh:
Ni Putu Ari Swandewi
pariswandewi23@gmail.com
Mahasiswa Program Studi S1-BI PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka

ABSTRAK

PENDAHULUAN
Hakikatnya keterampilan berbahasa menjadi satu kesatuan yang mencakup
keterampilan membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Keterampilan tersebut masing-
masing dimiliki oleh siswa untuk dapat meningkatkan kompetensi berbahasa indonesia yang
baik dan benar. Salah satu keterampilan yang sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa
saat kegiatan belajar mengajar terutama di Sekolah Dasar adalah keterampilan menyimak
anak. Menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Tujuan utama
menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat
dalam bahan simakan.

Berdasarkan pengamatan pada portal Guru Pintar Online (GPO) permasalahan


keterampilan menyimak di dalam kelas I SD. Di dalam pengamatan tersebut siswa
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan isi dongeng pada mata pelajaran bahasa
Indonesia, beserta alternatif pemecahan masalahnya yang ditulis oleh: Dra. Yetty Morelent,
M.Hum. & Dra. Benedicta Esti Pramuki Sri Karyati, Mpd. dan dilihat dari video terdapat
permasalahan yang sama yang di alami di dalam kelas yaitu kurangnya keterampilan
menyimak siswa dalam cerita dongeng. Selain itu juga model pembelajaran yang digunakan
kurang merangsang siswa dalam kegiatan menyimak. Dari hasil pengamatan dalam portal
Guru Pintar Online (GPO) permasalahan terjadi di dalam kelas antara lain: (1) Kurangnya
keterampilan menyimak dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas I di SD Negeri
Sekaan, (2) Kurangnya keterampilan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas I di SD Negeri Sekaan, (3) Kurangnya pemahaman siswa tentang pelajaran Matematika
khususnya pada materi lambang bilangan.
Berdasarkan dipertemukannya masalah-masalah diatas, maka guru mencari solusi
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan menerapkan
model-model pembelajaran yang dianggap cocok untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyimak dengan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan siswa tanpa
mengabaikan faktor-faktor lainnya. Kemampuan menyimak merupakan salah satu bentuk
kemampuan yang sangat substansial, karena terkait dengan kemampuan untuk menerima
serta memberi respon atas sesuatu yang diungkapkan oleh orang lain. Kemampuan untuk
menyimak merupakan kemampuan berbahasa yang harus dikembangkan, siswa sebagai
pendengar secara aktif memproses dan memahami apa yang didengarnya.

Adapun cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru di dalam kelas pada saat
menceritakan dongeng, dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat maka tingkat
keberhasilan pembelajaran dapat lebih mudah dicapai, yaitu model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray (TS-TS). Model kooperatif TS-TS merupakan model pembelajaran
dalam kegiatannya memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berbagi hasil dan
informasi dengan kelompok lain. Penerapan model kooperatif TS-TS memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran dan membangun keterampilan sosial seperti
mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan
kelompok lain, sehingga interaksi siswa akan berkembang selama proses pembelajaran.

Tipe pembelajaran two stay two stray ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1992. Struktur kooperatif tipe two stay two stray memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan keompok lain. Hal ini dilakukan
karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.
Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa lain. Padahal dalam
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama
lainnya.

Model two stay two stray merupakan pembelajaran di mana siswa belajar
memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok
tersebut bertukar informasi, dalam metode two stay two stray siswa dituntut untuk memiliki
tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. anggota kelompok lain yang
tinggal. Penggunan model two stay two stray akan mengarahkan siswa untuk aktif berdiskusi,
tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh
teman.
Lie (2008:261) menyatakan model pembelajaran two stay two stray merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu
antar kelompok untuk berbagi informasi. Selanjutnya, menurut Riyanto (2012:277), ciri-ciri
two stay two stray adalah sebagai berikut, (a) satu kelompok beranggotakan 4 siswa, (b) beri
tugas untuk berdiskusi, (c) setelah selesai, dua siswa bertamu ke kelompok lain, (d) dua siswa
yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya, dan (e) tamu kembali
ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

Lebih lanjut, menurut Suprijono (2009), two stay two stray merupakan pembelajaran
yang diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan
tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah
diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak
mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu
kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut.
Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada kelompok lain. Jika
mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka
yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka
lakukan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model two


stay two stray adalah model pembelajaran yang membentuk sebuah kelompok kecil untuk
membagi hasil informasi dengan cara bertamu dan menerima tamu dari kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai