Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HADIS AHAD
Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas Ilmu Hadis

Disusun oleh :
Nabila Auditha Ahmad (2381130527)
Ray Khan Al Mas (2381130529)
Irvan Hidayat (2381130540)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SIBER SYEKH NURJATI
CIREBON
1445 H/2023 M

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami berhasil menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Walaupun

dalam proses penyusunan makalah ini penulis mendapatkan beberapa hambatan dan

masalah tetapi dengan usaha yang tiada henti dan atas izin zat yang maha kuasa

akhir nya kami berhasil menyusun makalah ini.

Makalah ini dibuat sebagai tugas individu mata kuliah Ilmu Hadis. Selain

itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat mengenai Hadis

Ahad.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari

bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan, oleh karena nya kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan dan

akan di terima penulis dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di

masa mendatang. Sekian dan Terima Kasih.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………….4

Latar Belakang Masalah…………………………………………………………...4

Rumusan Masalah………………………………………………………...……….5

Tujuan Pembelajaran.……………………………………………………...……....5

BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………..6

Pengertian Hadis Ahad...……..……………………………………………………6

Klasifikasi Hadis Ahad..……………………………………………………….......8

BAB III : KESIMPULAN……………………………………………………....14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen
Mata Kuliah Ilmu Hadits, yaitu Ibu Neng Wardatushobariah, M.Pd. Selain
itu menjadi langkah awal untuk mengasah kemampuan saya dalam membuat
makalah sekaligus menambah wawasan mengenai Pancasila Sebagai
Ideologi Terbuka

Hadis yang eksistensinya sebagai sumber hukum Islam kedua setelah


Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi. Proses transmisi hadis berbeda
dengan Al-Qur’an, dalam proses penerimaannya tentu mengalami berbagai
persoalan serius yang membedakannya dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an
tertransmisi kepada umat Islam dengan cara mutawatir. Selain itu, sisi
kodifikasi masa pengkodifikasian hadis jauh lebih lama setelah Nabi wafat
dibandingkan dengan Al-Qur’an. Sebelum Nabi wafat, posisi dan
sistematika Al-Qur’an telah tersusun dengan baik. Kondisi ini sangat
berbeda dengan apa yang dialami hadist.

Untuk kepentingan netralisasi hadis, dalam proses dan perkembangan


selanjutnya para ulama hadist melakukan upaya serius berupa penyeleksian
terhadap hadis dengan menilai para perawi hadis dari berbagai thabaqat
(tingkatan) secara ketat. Setelah proses ini, hadis tidak secara otomatis
selamat dan langsung dipakai atau dijadikan rujukan dalam penetapan
hukum Islam. Hadis terus dievaluasi sehingga nyaris tidak ada suatu disiplin
ilmu yang tingkat kehati-hatiannya dalam merujuk sumber, seteliti seperti
yang dialami ilmu hadis.

4
2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hadis Ahad?
2. Bagaimana klasifikasi hadis Ahad?
3. Apa saja contoh hadis Ahad
4. Adakah kitab khusus yang memuat hadis Ahad?
3 Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui arti hadis Ahad
2. Mengetahui klasifikasi hadis Ahad
3. Mengetahui contoh hadis Ahad
4. Menyebutkan dan menjelaskan kitab khusus yang memuat hadis Ahad

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hadits Ahad

Secara etimologi, kata Ahad merupakan bentuk jama' dari wahid yang berarti
satu. Maka hadits Ahad atau hadits Wahid adalah suatu yang disampaikan oleh satu
orang. Sedangkan secara terminologi hadis Ahad adalah hadis yang para perawinya
tidak mencapai jumlah perawi hadis Mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga,
empat, atau seterusnya. Tetapi jumlahnya tidak memberi pengertian bahwa hadits
dengan jumlah perawi tersebut masuk dalam kelompok hadis Mutawatir.

Adapun yang dimaksud hadis ahad menurut istilah banyak ulama, antara
lain sebagai berikut:
‫ما لم تبلغ نقلته فى الكثرة مبلغ الخبر المتواتر سواء كان المخبر واحدا و اثنين او ثالثا او اربعة‬
‫او خمسة او الى غير ذلك من االعداد التى ال تشعر بأن الخبر دخل بها فى خبر المتواتر‬
“Hadis yang tidak sampai jumlah rawinya kepada jumlahhadis mutawatir,
baik rawinya itu seorang, dua, tiga,empat, lima atau seterusnya dari bilangan-
bilangan yangtidak memberi pengertian bahwa hadis itu denganbilangan tersebut
masuk ke dalam hadis mutawatir.”

Ada juga ulama yang mendefinisikan hadis ahad secara singkat, yakni hadis
yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir, hadist selain hadist mutawatir,
atau hadist yang sanadnya sah dan bersambung hingga sampai kepada sumber- nya
(Nabi) tetapi kandungannya memberikan pengertian zhanni dan tidak sampai
kepada qath’i dan yaqin.
Abdul Wahab Khalaf menyebutkan bahwa hadis ahad adalah hadist yang
diriwayatkan oleh satu, dua orang atau sejumlah orang, teapi jumlahnya tidak
sampai kepada jumlah perawi hadis mutawatir. Jumhur ulama sepakat bahwa
beramal dengan hadis ahad yang telah memenuhi ketentuan maqbul hukumnya
wajib. Abu Hanifah, Imam al-Syafi’I, dan Imam Ahmad memakai hadis ahad

6
Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddiqi, hadis ahad didefinisikan sebagai
“khabar yang jumlah perawinya tidak sampai sebanyak jumlah perawi hadis
mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya yang
tidak memberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak sampai kepada
jumlah perawi hadis mutawatir.
Jumhur ulama sepakat bahwa beramal dengan hadis ahad yang telah
memenuhi ketentuan maqbul hukumnya wajib. Abu Hanifah. Imam Al-Syafi’i dan
Imam Ahmad memakai hadis ahad, syarat-syarat periwayatan yang sahih
terpenuhi.1 Hanya saja Abu Hanifah menetapkan syarat tsiqqah dan adil bagi
perawinya, dan amaliahnya tidak menyalahi hadis yang diriwayatkan. adapun Imam
Malik menetapkan persyaratan bahwa perawi hadis ahad tidak menyalahi amalan
ahli Madinah.
Golongan qadariyah, rafidah, dan sebagian ahlu zhahir menetapkan bahwa
beramal dengan dasar hadis ahad hukumnya tidak wajib. Sementara itu, Al-Juba’i
dari golongan Mu'tazillah menetapkan tidak wajib beramal, kecuali berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh dua orang yang diterima dari dua orang. Sementara,
ulama yang lain mengatakan tidak wajib beramal, kecuali hadis diriwayatkan oleh
empat orang dan diterima dari empat orang pula.
Untuk menjawab golongan yang tidak memakai hadis ahad sebagai dasar
beramal, Ibnu Qayyim mengatakan, "Ada tiga segi keterkaitan sunnah dengan
Alquran. Pertama, kesesuaian terhadap ketentuan yang terdapat dalam Alquran.
Kedua, menjelaskan maksud Alquran. Ketiga, menetapkan hukum yang tidak
terdapat dalam Alquran." Alternatif ketiga itu merupakan ketentuan yang ditetapkan
oleh Rasulullah saw. yang wajib ditaati. Lebih dari itu, ada yang menetapkan bahwa
dasar beramal dengan hadis ahad adalah Alquran, as-sunnah, dan ijma’.

1
Munzier Suparta, Ilmu Hadis..., h. 109.

7
2. Klasifikasi Hadis Ahad

Jumlah rawi dari masing-masing thabaqah, mungkin satu orang, dua orang,
tiga orang, atau malah lebih banyak, namun tidak sampai pada tingkat mutawatir.2
Berdasarkan jumlah dari thabaqah masing-masing rawi tersebut, hadis ahad ini
dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu masyhur, ‘aziz, dan gharib.

a. Hadis Masyhur

Masyhur merupakan Isim Maf’ul dari kata syahrah yang secara etimologi
berarti sesuatu yang jelas, diterangkan. Sedangkan menurut terminology
merupakan hadits yang diriwayatkan tiga orang pewawi atau lebih di setiap
tingkatan (thabaqat) tapi tidak sampai tingkat hadis Mutawatir.3

Contoh hadits Masyhur:

‫حىت إذا مل يُ ْب ِق‬ ِ ِ ‫ْم بَِق ْب‬ ِ ‫اعا ي ْن تَ ِزعُهُ ِمن‬


ِ ُ ‫العباد ولكن‬ ِ ‫ض الْعِل‬ِ َّ
َّ ‫العلماء‬ ‫ض‬ َ ‫يقبض الْعل‬ ْ َ ً ‫ْم انْتز‬
َ ُ ‫((إن هللاَ ال يَ ْقب‬

َ َ‫سئِلُوا فَأفْ تَ ْوا بغ ِري عل ٍم فضلُّ ْواوأ‬


)‫)) (أخرجه البخاري‬.‫ضلُّ ْوا‬ ُ َ‫َّاس ُرءُ ْو ًسا ُجهَّاالً ف‬
ُ ‫عاملاً اخت َذ الن‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu dengan melepaskan dari


dada seorang hamba, akan tetapi akan melepaskan ilmu dengan mengambil para
ulama, sehingga apabila sudah tidak terdapat seorang yang alim, maka orang yang
bodoh akan dijadikan sebagai pemimpin, lalu memberikan fatwa tanpa didasari
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas Masyhur di tingkat sahabat, karena diriwayatkan 3 orang


sahabat, yaitu Ibn `Amr, `Aisyah, dan Abu Hurairah. Sedangkan pada sanad di
kalangan tabi`in lebih dari 3 orang. Hadits masyhur bisa jadi terjadi pada satu atau
dua tingkatan sanad saja atau pada seluruh tingkatan sanad.

2
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.
134.
3
Muhammad Mahmud Ahmad Bakkar, Bulugh al-Amaal.. hlm. 88

8
Hukum hadis masyhur bergantung kepada hasil penelitian atau pemeriksaan
para ulama. Sebagain Hadits masyhur ada yang shahih, sebagian hasan, dan
sebagian lagi ada yang dha`if, bahkan ada yang Maudhu. Namun perlu diketahui,
bahwa ke-shahih-an hadis masyhur lebih kuat dari pada ke-shahih-an hadis Aziz
dan Gharib yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang periwayat saja.

Adapun kitab-kitab hadist masyhur yang beredar di tengah-tengah


masyarakat, bukan masyhur menurut istilah hadits, diantaranya:

1. al-Maqashid al-Hasanah fi maa Isytahara ‘ala al-Sinati. Karya As-


Sakhawi.
2. Kasyfu al-Khafa wa Muzail al-Ilbas fi maa Isytahara min al-Hadits ‘ala al-
Sinati al-Naas. Karya Al-‘Ajluni
3. Tamyizu al-Thayyib min al-Khabits fi maa Yaduru ‘ala al-Sinati al-Naas
min al-Hadis. Karya Ibnu al-daiba’ as-Syaibani.

b. Hadis Aziz

Kata "Aziz" menurut etimologi, jika diambil dari kata ", Ya'izzu" berarti
"sedikit" dan jika diambil dari kata ", Ya'izzu "berarti "kuat."4 Adapun pengertian
hadis aziz menurut terminologi ialah hadis yang diriwayatkan oleh dua Orang rawi
atau lebih dalam satu thabaqatnya.5 Definisi ini paling populer dan telah digunakan
oleh Ibnu Hajar kitabnya "Al-Nukhbah" Sedang menurut Ibnu Al-Shalah dan yang
lain, bahwa hadis aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh dua atau tiga orang rawi,
sebagaimana dikatakan oleh pengarang kitab Al-Baiquniyyah:
‫مروي فوق ما ثال ثة‬
ّ ‫عزيزمروي اثنينى او ثالثة مشهور‬
ّ
"Hadis aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh dua atau tiga orang rawi,
sedang hadis masyhur ialah hadis yan riwayatkan oleh lebih dari tiga orang
rawi."6

4
Munzier Suparta, Ilmu Hadis..., h. 116.
5
Moh. Anwar, Ilmu Musthalah Hadits..., h. 24.
6
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis.., h. 84.

9
Contoh hadis Azis

‫ الَ يُؤْ ِمنُ أَ َحدُ ُك ْم َحتهى‬: ‫س هل َم قَا َل‬


َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ ‫ص هلى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫ع ْنهُ أَ هن َر‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرةَ َر‬ َ
. َ‫اس أَ ْج َمعِين‬ِ ‫أَ ُكونَ أَ َحبه ِإ َل ْي ِه ِم ْن َوا ِل ِد ِه َو َو َل ِد ِه َوالنه‬
"Bahwasanya Rasulullah saw bersabda, 'Tidak semmpurna iman salah
seorang di antara kamu sekalian sehinggaaku lebih disukai olehnya
daripadaorangtuanya dan anaknya.”7
Hadits ini diriwayatkan dari Rasulullah oleh Anas bin Malik kemudian
diriwayatkan kepada dua orang yaitu, qatadah dan Abdul Aziz bin suhaib, dari
qatadah diriwayatkan pada dua orang, yaitu Syu’bah dan Husain al-Muallim. Dan
dari Abdul Aziz diriwayatkan kepada dua orang yaitu Abdul Warits dan Ismail bin
‘Ulaiyyah, dari keempat orang rawi ini diriwayatkan pada generasi dibawahnya
lebih banyak lagi yang akhirnya sampai pada Imam Bukhari dan Muslim.8

2. Hadis Gharib
Gharib menurut bahasa berarti jauh dari tanah air atau sukar dipahami. 9
Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang asing, sebab hanya diriwayatkan oleh
seorang rawi, atau disebabkan oleh adanya penambahan matan atau sanad. Hadis
yang demikian disebut gharib karena keadaannya asing menurut pandangan rawi-
rawi yang lain, seprti ora ng yang jauh dari tempat tinggalnya.10
Adapun pengertian hadis gharib menurut para ahli sebagai berikut:
1. Ulama ahli hadis dalam hubungan ini mendefinisikan hadis gharib sebagai
berikut.
‫هو ما ينفرد بروايته راو واحد‬.
“Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
menyendiridalam meriwayatkannya.”11

7
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis..., h. 45.
8
Munzier Suparta, Ilmu Hadis..., h. 117.
9
Moh. Anwar, Ilmu Musthalah Hadits..., h. 25.
10
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis.., h. 79.
11
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis..., h. 137.

10
2. Ibn Hajar meberikan pengertian hadis gharib dalam kitab Nukhbatul Fikr
sebagai berikut:
‫ي موضع وقع التفرد به من السند‬
ّ ‫ما ينفرد بروايته شخص واحد فى ا‬
“Yaitu hadis yang sendirian saja seorang perawi dalam meriwayatkan dan
kesendiriannya itu terletak dimana saja dalam sanad.”12

3. Menurut H. Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir mendefinisikan gharib


sebagai berikut

‫ي موضع وقع التفرد من‬


ّ ‫الحديث الغريب هو الحديث الذى انفرد بروايته شخص واحد فى ا‬
‫السند‬
“Hadis yang pada sanadnyaterdapat seorang yang menyendiridalam
meriwayatkannya di mana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.”
Hadis gharib terbagi dua, yaitu gharib muthlaq dan gharib nisbi.
a. Gharib Muthlaq
‫ما ينفرد بروايته شخص واحد فى اصل سنده‬
Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya pada asal
sanad.
Dikategorikan sebagai mutlak apabila penyendirian itumengenai
personilnya, sekalipun penyendirian tersebut hanya terdapat dalam suatu thabaqat.
Penyendiriari hadis gharib mutlak iniharus berpangkal di tempat ashlu sanaa, yakni
tabiin, bukan sahabat sebab yang menjadi tujuan membicarakan pendirian perawi
dalam hadis gharib ialah untuk menetapkan apakah periwayatan dapat diterima atau
ditolak. Sedangkan mengenai sahabat tidak perlu diperbincangkan, sebab telah
diakui oleh jumhur ulama ahli hadis bahwa keadilan sahabat tidak perlu diragukan
lagi, bahwa semua sahabat dianggap adil semuanya.13
Contoh hadis gharib mutlak, antara lain adalah:
‫انّما اال عما ل بالنّيات‬

12
Moh. Anwar, Ilmu Musthalah Hadits..., h. 25.
13
Munzier Suparta, Ilmu Hadis..., h. 119.

11
Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niatnya (H.R. Bukhari dan
Muslim).14
Dari contoh hadis gharib tersebut diterima dari Nabi oleh Ibnu Umar, dan
dari Ibnu Umar hanya Abdullah bin Dinar sajayang meriwayatkannya. Abdullah bin
Dinar adalah seorang tabi’inyang hafidz, kuat ingatannya, dan dapat dipercaya.
b. Gharib Nisby
Gharib nisby adalah apabila penyendirian itu mengenai sifat- sifat atau
keadaan tertentu seorang rawi. Penyendirian rawi mengenai sifat-sifat atau keadaan
tertentu dari seorang rawi, mempunyai beberapa kemungkinan, antara lain:
a. sifat keadilan dan kt-dhabit-an (ke-tsiqat-an) rawi.
b. kota atau tempat tinggal tertentu.
c. meriwayatkannya dari orang tertentu.
Apabila penyendirian itu ditinjau dari segi letaknya apakah terletak di sanad
atau matan, hadis gharib terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Gharib pada sanad dan matan.
b. Gharib pada sanadnya saja.
c. Gharib pada sebagian matannya,
Cara untuk menetapkan ke-gharib-an hadis
Untuk menetapkan suatu hadis itu gharib, hendaklah periksa dulu pada
kitab-kitab hadis, seperti kitab Jami٠dan kitab Musnad, apakah hadis tersebut
mempunyai sanad lain yang menjadi mutabi’ dan atau matan lain yang menjadi
syahid. Cara tersebut dinamakan i’tibar.
Menurut istilah, ilmu hadis mutabi’ adalah hadis yang mengikuti
periwayatan rawi lain dari gurunya (yang terdekat), atau gurunya guru (yang
terdekat itu).
Mutabi’ ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
(1). Mutabi’ tam, yaitu bila periwayatan mutabi’ itu mengikutiperiwayatan guru
(mutaba’) dari yang terdekat sampai guru yang terjauh.

14
Mahmud Thahan, Ilmu Hadits Praktis..., h. 32.

12
(2). Mutabi’ qashir, yaitu bila periwayatan mutabi’ itu mengikuti periwayatan guru
(mutaba’) yang terdekat saja, tidak sampai mengikuti gurunya guru yang jauh
sekali.
Adapun syahid adalahMeriwayatkan sebuah hadis lain sesuai dengan
maknanya. Hadis syahid ada dua macam, yaitu:
(1).Syahid bi Al-Lafzhi, yaitu bila matan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang
lain sesuai redaksi dan maknanya dengan hadis fard-nya.
(2).Syahid bi Al-Ma’na, yaitu bila matan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat lain
itu, hanya sesuai dengan maknanya.
Kitab-Kitab Yang Memuat Banyak Hadits Gharib
Yaitu kitab-kitab yang di dalamnya terdapat banyak hadits gharib:
a. Musnad aJ-Bazzar.
b. Mu’jam al-Ausath-nya at-Thabrani.
Kitab-Kitab Hadits Gharib Yang Populer :
a. Gharaib Malik, karya ad-Daruquthni.
b. al-Afraad, karya ad-Daruquthni.
c. as-Sunan allati Tafarrada bikulii Sunnatin minha Ahlu Baldatun,
karya Abu Daud as-Sijistani.

13
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah ini dapat kami simpulkan bahwa hadis Ahad
adalah hadis yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah mutawatir, tidak
memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat mutawatir.
Klasifikasi Hadis Ahad terbagi menjadi Masyhur dan Ghairu Masyhur.
Hadis Masyhur adalah sesuatu yang sudah tersebar dan populer. Ada yang Masyhur
di kalangan ini ahli hadis, Masyhur di kalangan ulama ahli hadis, Masyhur di
kalangan ahli ushul fiqh, Masyhur di kalangan ahli sufi, Masyur di kalangan ulama-
ulama Arab, dan Masyhur dikalangan masyarakat awam, dan masih banyak lagi
hadis yang kemasyhurannya di kalangan tertentu, sesuai dengan disiplin ilmu dan
bidangnya masing-masing
Hadis ghairu masyhur terbagi menjadi hadis ‘Aziz dan hadis gharib dan
hadis gharib terbagi lagi menjadi gharib muthlaq dan gharib Nisby.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, Bandung: Pustaka Al-Ma’arif, 1974

Hasbi As-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993

Jalaluddin Al-Suyuthi, Tadrib al-Rawiy, Cet. III, Kairo: Dar al-Turats, 2005

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset, Bandung: Bandar Maju, 1990

Muhammad Mahmud Ahmad Bakkar, Bulugh al-Amaal min Musthalah al-Hadits wa al-

Rijal, Kairo: Darussalam, 2011

Mahmud Thahan, Ilmu Hadits Praktis, cet. IV, terj. Abu Fuad, Bogor: Pustaka Thariqul

Izzah, 1985

……………, Taisir Musthalah al-Hadits, (Riyadh: Al-Ma’arif, 2011

Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah, Al-Mu’jam al-Wajiz, Mesir: Ihya’ al-Turats, 1980

Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, cet. I, terj. Mifdhol Abdurrahman,

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014

Nuruddin ‘Itr, Manahij al-Muhadditsin al-‘Ammah fi al-Riwayah wa al-Tashnif, Mesir:

Darussalam, 2014

……………, Nuzhat al-Nadhar fi Taudhihi Nukhbat al-Fikr, Kairo: Dar al-Bashair, 2011

Al-Maliki, Muhammad Alawi, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta, Pustaka


Pelajar, 2006.
Anwar , Moh., Ilmu Musthalah Hadits, Surabaya, Al-Ikhlas, 1981.
Ash Shiddieqy, TM Hasbi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jakarta,
Bulan Bintang, 1987.
B. Smeer, Zeid, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, Malang,
UIN-Malang Press, 2008.
Fatchurrahman, Ikhtisar Musthalah Hadits, Bandung, Al-Ma’arif, 1974.
Ichwan , Mohammad Nor, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Semarang, Rasail
Media Group Semrang, 2013.
Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010.

15
Solahuddin , M. Agus dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung, Pustaka
Setia, 2008.
Thahan , Mahmud, Ilmu Hadits Praktis, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah,
2005.
Suparta , Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002.

16
HADIS AHAD
KELOMPOK 7
tim kami

Irvan Hidayat
Ray Kha
Aud itha n al mas
Nabila d
Ahma
latar belakang
Hadits adal ah se ga la se su at u ya ng be rs um be r
atau di sa nd ar ka n ke pa da N ab i M uh am m ad Sa w ,
baik beru pa pe rk at aa n, pe rb ua ta n at au ta qr irn ya .
Se ba ga i su m be r ajar an Is lam se te la h Al -Q ur 'an,
sejara h pe rja la na n H ad its tid ak te rp isah ka n da ri
sejarah pe rja la na n Is lam itu se nd iri. Ak an te ta pi ,
da lam be be ra pa ha l te rd ap at ciri- ciri te rten tu
yang sp es ifik, se hi ng ga da lam m em pe la ja rin ya
diperlukan pendekatan khusus.
Pengertian
hadis ahad

secara terminologi
Secara etimologi, kata hadis Ahad adalah
Ahad merupakan hadis yang para
bentuk jama' dari perawinya tidak
wahid yang berarti mencapai jumlah
satu. Maka hadits perawi hadis
Ahad atau hadits Mutawatir, baik
Wahid adalah suatu
perawinya itu satu,
yang disampaikan oleh
dua, tiga, empat, atau
satu orang.
seterusnya.
Klasifikasi
hadis ahad
1. Hadis Masyhur.
merupakan ha dits ya ng diriw ayatka n tig a or an g pe w aw i
atan (tha baqa t) tapi tidak sa m pa i
atau lebih di setiap tingk
tingkat hadis Mutawatir.
2.Hadis Aziz.
ialah hadis yang di riw ayat ka n oleh du a O rang raw i atau
lebih dalam satu thabaqatnya.
Hadis gharib
Gharib menurut bahasa berarti jauh
dari tanah air atau sukar dipahami.
Sedangkan menurut istilah adalah
hadis yang asing, sebab hanya
diriwayatkan oleh seorang rawi, atau
disebabkan oleh adanya penambahan
matan atau sanad.
Hadis gharib
1.Gharib muthlaq
Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam
periwayatannya pada asal sanad.
2.Gharib nishby.
Gharib nisby adalah apabila penyendirian itu
mengenai sifat- sifat atau keadaan tertentu
seorang rawi.
kesimpulan
dis Ah ad te rb ag i m en ja di M as yh ur da n G ha iru
Klasifikasi Ha
yh ur ad al ah se su at u ya ng su da h te rs eb ar da n
Masyhur. Hadis Mas
yang M as yh ur di ka la ng an in i ah li ha di s, M as yh ur di
populer. Ada
li ha di s, M as yh ur di ka la ng an ah li us hu l fiq h,
kalangan ulama ah
li su fi, M as yu r di ka la ng an ul am a- ul am a
Masyhur di kalangan ah
ur di ka la ng an m as ya ra ka t aw am , da n m as ih
Arab, dan Masyh
ke m as yh ur an ny a di ka la ng an te rten tu ,
banyak lagi hadis yang
disip lin ilm u da n bi da ng ny a m as in g- m as in g
sesuai dengan
ur te rb ag i m en ja di ha di s ‘A ziz da n ha di s
Hadis ghairu masyh
s gh arib te rb ag i la gi m en ja di gh arib m ut hl aq da n
gharib dan hadi
gharib Nisby.
terima kasih
Kelompok 7

Anda mungkin juga menyukai