Anda di halaman 1dari 8

Notulensi Presentasi 11 November 2023

Moderator : Ihsanul Amal


Notulen : Nanda Maulani

1. Epidemiologi Kusta – Firda Ayu Salsabila


1) Jika sudah sembuh dari penyakit kusta apakah dapat terserang kembali? (Firdus Janah)
Jawaban : Dari yang presentan baca sejauh ini presentasi kesembuhan kusta 1% untuk
kedua jenis kusta, biasanya penderita kusta yang sudah diobati juga masih dapat
mengalami reaksi kekebalan tubuh setelah sembuh dan masih ada rasa kebas pada kulit.

2) Apakah penyakit kusta itu termasuk turunan? (Nadhra Assaidah)


Jawaban : Kusta bukan penyakit turunan apalagi akibat kutukan, kusta itu infeksi yang
disebabkan Mycobacterium leprae, penularannya pun melalui udara dan kontak langsung
dengan penderita

3) Apakah penderita kusta masih bisa menyusui bayinya? (Addini Zahra)


Jawaban : Dengan pengobatan yang baik dan rutin kusta sendiri dapat disembuhkan dan
dicegah penularan lebih lanjutnya, sehingga ibu yang menderita kusta masih tetap bisa
menyusui bayinya jika telah diobati.

4) Metode apa yang digunakan untuk pemeriksaan kusta? (Tri Wahyuningrum Khoir)
Jawaban : Untuk memastikan apakah pasien menderita kusta atau tidak dokter mengambil
sampel kulit dengan cara dikerok (skin smear), sampel kulit kemudian dianalisis di
laboratorium untuk mengecek apakah ada bakteri atau tidak.

5) Apakah kusta bisa menular ke janin apabila ibu hamil terkena kusta? (Nanda Maulani)
Jawaban : Tidak akan tertular, apabila ibu hamil rajin dan disiplin meminum obat untuk
kustanya, maka tidak akan tertular ke janin
2. Epidemiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) – Addini Zahra
1) Apakah penyakit SARS sama dengan virus corona? (Nanda Maulani)
Jawaban : COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga
besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda
jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%)
lebih tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-
19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang
lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.

2) Manakah yang lebih rentan terinfeksi SARS, apakah orang yang lebih tua atau orang
yang lebih muda? (Nadhra Assaidah)
Jawaban : Tidak ada batasan usia orang-orang dapat terinfeksi oleh SARS ini. Namun
orang yang lebih tua dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, atau tekanan darah tinggi)
tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit parah.

3) Apakah harus selalu menggunakan masker? (Firdus Janah)


Jawaban : Pemakaian masker hanya bagi orang yang memiliki gejala infeksi
pernapasan (batuk atau bersin), mencurigai infeksi SARS dengan gejala ringan,
mereka yang merawat orang yang bergejala seperti demam dan batuk, dan para
petugas kesehatan. Cara yang paling efektif untuk melindungi diri dan orang lain dari
penularan SARS adalah mencuci tangan secara teratur, tutup mulut saat batuk dengan
lipatan siku atau tisu dan jaga jarak minimal satu meter dari orang yang bersin atau
batuk.

4) Apakah berbahaya bagi janin pada ibu hamil? (Tri Wahyuningrum Khoir)
Jawaban : Setiap perubahan fungsional pada sel embrionik di awal kehamilan akibat
infeksi virus apa pun sejatinya dapat menyebabkan cacat lahir yang merugikan. Sejauh
ini, para peneliti melaporkan ada peningkatan risiko untuk mengembangkan cacat lahir
bawaan jika infeksi SARS terjadi selama awal kehamilan.
3. Epidemiologi Flu Burung - Tri Wahyuningrum Khoir
1) Apa saja gejala flu burung pada unggas? (Nanda Maulani)
Jawaban : Flu burung memiliki gejala yang bervariasi. Berdasarkan “Buku Flu Burung
Ancaman dan Pencegahan” pada kasus yang sangat ganas dan akut gejala ditandai
dengan kematian tinggi tanpa disertai gejala klinis. Hewan tampak sehat tetapi tiba-tiba
mati. Namun pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus flu burung akan
menunjukkan gejala klinis, seperti :
a. Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru keungguan.
b. Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung.
c. Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala.
d. Pendarahan dibawah kulit.
e. Pendarahan titik pada daerah dada, kaki dan telapak kaki.
f. Batuk, bersin, ngorok.
g. Unggas mengalami diare dan kematian tinggi.

2) Berapa lama virus flu burung dapat bertahan? (Firdus Janah)


Jawaban : Menurut artikel dinas pertanian dan pangan Virus AI mudah mati oleh panas,
sinar matahari dan desinfektan (seperti deterjen, formalin 2-5%, iodium kompleks,
senyawa fenol, natrium). Panas dapat merusak infektifitas virus AI. Pada suhu 56ºC,
virus AI hanya dapat bertahan selama 3 jam dan pada 60ºC selama 30 menit. Namun
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari
30 hari pada 0°C.
Sumber : https://pertanian.gunungkidulkab.go.id/berita-306/pancaroba-mendekat-
waspada-avianinfluenza.html#:~:text=Strain%20yang%20sangat%20ganas
%20(virulen,hari%20pada%200%C2%B0C.

3) Apa yang harus dilakukan oleh para petugas unggas untuk melindungi dirinya dari
paparan virus flu burung di tempatnya bekerja? (Ihsanul Amal)
Jawaban : Menurut “Buku Flu Burung Ancaman dan Pencegahan” yang harus dilakukan
petugas unggas untuk melindungi dirinya dari flu burung adalah
a. Perilaku hidup bersih dan sehat seperti dengan membiasakan diri kita mencuci
tangan terlebih dahulu Sebelum makan dan masak, Setelah menyentuh
unggas/hewan dan sebagainya.
b. Menjaga Kebersihan Lingkungan kerja seperti :
 Bersihkan kandang secara rutin setiap hari
 Membuang kotoran unggas dengan cara dikubur dan ditimbun,
 Membersihkan makanan unggas yang tercecer di lantai sehingga tidak
mengundang burung-burung liar ke kandang.
 Alirkan limbah cair yang berasal dari hasil pembersihan kandang ke saluran
pembuangan kotoran yang tersedia (selokan).
 Jauhkan kandang-kandang unggas dari tempat tinggal atau pemukiman
 Apabila ada unggas yang mati gunakan sarung tangan dan masker pada saat
membakar dan menimbun unggas tersebut dan setelah itu cuci tangan dengan
sabun.
 Memakai APD (topi, masker, sarung tangan, sepatu bot, pakaian khusus)
 Cuci tangan dan kaki dengan desinfektan atau sabun setelah keluar dari
kandang.

4) Berapa lama masa inkubasi flu burung? (Addini Zahra)


Jawaban : Di kutip dari artikel Dinkes Kulon Progo bahwa masa inkubasi flu burung
adalah kurang lebih 1-7 hari dan rata-rata 3-5 hari.
Sumber : https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/955/waspadai-gejala-flu-
burung#:~:text=Masa%20inkubasi%201%2D7%20hari,%2Drata%203%2D5%20hari.

5) Apa yang terjadi apabila flu burung tidak segera ditangani atau diobati? (Firda Ayu
Salsabilla)
Jawaban : Menurut Kemenkes jika flu burung tidak segera di tangani dengan cepat dan
tepat akan menyebabkan komplikasi yang serius, seperti:
a. Pneumonia atau radang paru-paru.
b. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome): Kondisi di mana paru-paru tidak
dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
c. Gagal organ (misalnya gangguan jantung, disfungsi ginjal, dan pneumothorax
atau pengumpulan udara di dalam rongga pleura).
Sumber : https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/pencegahan-infeksi-pada-
anak/flu-burung-pada-anak#:~:text=Jika%20tidak%20ditangani%20dengan
%20cepat,cukup%20untuk%20memenuhi%20kebutuhan%20tubuh.

4. Epidemiologi Middle East Respiratory Syndrome (MERS) – Ajeng Marwa Mutiara


1) Adakah persamaan terkait virus covid 19 dan MERS? (Firdus Janah)
Jawaban : Sebelum covid 19. Beberapa penyakit lain juga telah terjadi yang disebabkan
oleh virus corona, yaitu SARS dan MERS, ketiga penyakit ini sama-sama menyerang
saluran pernafasan

2) Komplikasi apasajakah yang ditimbulkan dari MERS? (Firda Ayu Salsabilla)


Jawaban : Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal ginjal, gagal nafas, pneumonia,
syok septik.

3) Siapa yang beresiko tinggi terkena MERS? (Addini Zahra)


Jawaban : Resiko tinggi pada orang usia lanjut dan yang mengidap penyakit kronis
seperti DM, Jantung, paru-paru atau ginjal. Selain itu orang dengan daya tahan tubuh
lemah seperti pengidap hiv

4) Apa nama jenis pemeriksaan virus MERS jika kita ingin mengeceknya? (Tri
Wahyuningrum Khoir)
Jawaban : Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi Mers-CoV dilakukan
dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing.

5) Apa saja yang harus dilakukan jika terkena virus MERS? (Ihsanul Amal)
Jawaban : Hal-hal yang harus dilakukan dalam pengendalian infeksi Mers-CoV :
a. Meminimalkan kontak orang yang terinfeksi dengan orang lain untuk menjaga
menginfeksi mereka
b. Menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin (tindakan pencegahan
transmisi droplet).
c. Membuang jaringan di tempat sampah setelah digunakan dan cuci tangan setelah itu,
atau, jika hal ini tidak mungkin, untuk batuk atau bersin ke lengan atas pakaian
mereka, tapi tidak ke tangan mereka (terapkan etika batuk).
d. Melaporkan kepada staf medis sesegera mungkin.
e. Tindakan pencegahan standar diterapkan pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai atau
terkonfirmasi infeksi Mers-CoV.
f. Pencegahan infeksi dan tindakan pengendalian harus dimulai ketika pasien masuk
triase dengan gejala penyakit pernapasan akut yang disertai demam.
g. Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap pasien
dengan infeksi saluran pernapasan akut dan pasien lainnya yang tidak menggunakan
APD.
h. Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
5. Epidemiologi Ebola – Nadhra Assaidah
1) Apakah ebola bisa disembuhkan? (Ihsanul Amal)
Jawaban : Kesembuhan pasien akan tergantung pada daya tahan tubuh, cepatnya
pengobatan dilakukan serta respons terhadap pengobatan. Penderita yang sembuh dari
Ebola akan kebal terhadap virus ini selama kurang lebih 10 tahun, dan ia tidak akan
lagi bisa menularkan virus ebola.

2) Mengapa virus ebola sangat berbahaya? (Nanda Maulani)


Jawaban : Salah satu alasan virus ebola sangat mematikan adalah karena virus tersebut
mengganggu kemampuan sistem kekebalan sebagai pertahanan tubuh.

3) Apakah virus Ebola bisa menular melalui hubungan seksual? (Firda Ayu Salsabilla)
Jawaban : Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut ada potensi penularan virus ebola
melalui hubungan seksual dengan penderita PVE yang telah sembuh karena RNA
virus ebola yang dapat bertahan cukup lama dalam semen penderita PVE.

4) Bagaimana cara penyembuhan ebola (Ajeng Marwa Mutiara)


Jawaban : Pengidap ebola wajib dirawat di ruang rawat intensif yang terisolasi. Terapi
oksigen untuk mempertahankan kadar oksigen darah yang optimal. Terapi cairan infus
dan elektrolit untuk mencegah dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit.
Terapi untuk mengatasi infeksi sekunder yang dapat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai