Makalah Sej. Pergerakan Kel.02
Makalah Sej. Pergerakan Kel.02
Dosen Pengampu :
Oleh Kelompok 5 :
Supianti (2006101020059)
2023
KATA PENGANTAR
Puji beserta syuur selalu tercurahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah
dan kenikmatan dan juga kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Organisai Bercorak Keagamaam” dalam mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia tepat waktu dengan segala kekurangannya. Tak lupa pula shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman Jahiliyah ke dalam
zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis kepada Bapak Drs.Mawardi, M.
Hum dan Bapak Teuku Bahagia Kesuma., S.Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas makalah ini
dan juga turut membantu dalam proses penyusunannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Adapun dalam makalah ini tentu masih banyak kekurangannya, maka dari itu sangat
diharapkan kriti[k dan saran yang membangun untuk penulis lebih baik lagi kedepannya.
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................................................................2
B. Nahdlatul Ulama...............................................................................................................................6
C. Sarekat Islam.................................................................................................................................10
D. Ahmadiyah....................................................................................................................................12
E. Partai Katolik..................................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pergerakan Nasional adalah istilah yang merujuk pada serangkaian gerakan yang dilakukan
oleh rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dan memperjuangkan hak-hak politik,
ekonomi, dan sosial di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Pergerakan Nasional tidak hanya
mencakup perjuangan untuk kemerdekaan politik dari penjajahan Belanda, tetapi juga
perjuangan untuk keadilan sosial, ekonomi, dan hak-hak asasimanusia. Semangat pergerakan
nasional terus hidup dan menjadi bagian penting dalam membentuk Indonesia sebagai negara
merdeka yang berdaulat. Muncul nya pergerakan nasional diawali dengan semangat
nasionalisme yang timbul dalam kalangan intelektual yang mayoritas kaum bangsawan karena di
masa kolonial Belanda sebelum politik etis dicetuskan hanya kaum bangsawan yang dapat
bersekolah. Rasa Nasionalisme muncul semakin besar dan dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia
yang mendapat pendidikan sejak politik etis mulai diterapkan di Indonesia. Hasilnya, pada tahun
1908 berdiri sebuah organisasi modern bernama Boedi Oetomo yang menjadi pelopor
pergerakan nasional dan memotivasi orang Indonesia untuk berjuang secara cerdas melalui
organisasi yang kemudian menapaki perjuangan melalui jalur diplomasi. Dapat dikatakan bahwa
masa pergerakan nasional ini lebih banyaknya perjuangan dengan berorganisasi, meskipun masih
sebagian kecil terjadi perjuangan secara fisik dengan melakukan perlawanan terhadap kolonial
Belanda yang masih bersifat kedaerahan. Namun, pada awal perkembangannya, organisasi
seperti Boedi Oetomo juga masih bersifat kedaerahan.
1
Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, Partai Katolik, dan sebagainya. Berangkat dari banyaknya
organisasi pergerakan nasional yang bercorak keagamaan seperti telah disebutkan tentunya
menimbulkan pertanyaan apa itu organisasi-organisasi pergerkan nasional yang bercorak agama,
bagaimana sejarah mereka, lalu perkembangannya, hingga bagaimana pengaruh organisasi-
organisasi tersebut terhadap kondisi Indonesia saat itu. Maka untuk menjawab pertanyaan
tersebut diangkatlah sebuah kajian penulisan makalah dengan judul Sejarah Pergerakan Nasional
yang bertema “Organisasi-Organisasi Bercorak Keagamaan”. Menarik untuk dibahas, semua
jawaban mudah-mudahan dapat terjawab pada pembahasan berikut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, pada
tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 H., bertepatan dengan tanggal 18 Nopember tahun 1912 M. di
Yogyakarta. Nama “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat, murid, sekaligus
sahabat Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton
Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, lewat
keputusan Ahmad Dahlan setelah melalui shalat istikhārah. Pada tanggal 20 Desember 1912,
Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan
badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan
Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta
dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta saja. Pemerintah Hindia Belanda
khawatir akan perkembangan organisasi ini, itulah sebabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun
Muhammadiyah dibatasi perkembangannya, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,
Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan
dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda.
Munculnya Muhammadiyah pada tahun 1912, juga sempat menimbulkan sedikit kegaduhan
di tengah masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta ketika itu. Masyarakat Jawa yang sangat
kental dengan budaya klenik terusik dengan gerakan purifikasi yang dicanangkan gerakan yang
didirikan KH Ahmad Dahlan ini. Ahmad Dahlan, yang pemikiran dan gerakannya banyak
diinspirasi oleh pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, menegaskan bahwa maraknya
praktik takhayul, bid’ah dan khurafat di tengah masyarakat Muslim kala itu adalah salah satu
bentuk aktivitas anti tauhid yang dapat mengotori akidah Islam dan bahkan termasuk tindakan
syirik. Ahmad Dahlan sempat dituduh menciptakan agama baru atas gerakan purifikasi ini.
3
Sikap resistensi terhadap Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dari sebagian masyarakat Jawa
tidak hanya menyangkut gerakan purifikasi dalam tataran praktik keberagamaan saja. Dalam
bidang pendidikan, sekolah-sekolah yang dirintis Muhammadiyah sempat mendapat cemooh
dari masyarakat karena mengajarkan ilmuilmu umum semisal ilmu alam, ilmu hitung, bahasa
Belanda, tulisan latin, dan sebagainya. Di tengah pemahaman yang berkembang saat itu,
bahwa hanya ilmu agama yang wajib dipelajari, sedangkan ilmu umum yang kebetulan
diperkenalkan di Indonesia oleh sekolahsekolah Belanda hukumnya haram karena dianggap
sebagai ilmu kafir, sekolah-sekolah Muhammadiyah justru mendobrak anggapan masyarakat
umum ini dengan langkahnya memodernisir diri. Ahmad Dahlan bahkan sempat dicap
sebagai kyai kafir karena mengadopsi sistem pendidikan Barat ini. Tidak hanya dengan
mengajarkan ilmu-ilmu umum yang dianggap sebagai ilmu kafir, tetapi juga memberlakukan
sistem klasikal, proses pendidikan yang menyertakan siswa laki-laki dan perempuan di kelas
yang sama.
Pada masa sebelum kemerdekaan perjuangan muhammadiyah sendiri pada saat itu di beri
ruang gerak yang sangat sempit oleh jepang akan tetapi Ki Bagus Hadikusumo mampu
mempertahankan misi pergerakan Muhammadiyah dan pada periode tahun 1942 sampai
1953, kondisi politik masih masa transisi Belanda ke Jepang. Selain itu beliau dengan tegas
menentang arahan atau instruksi terhadap “Sei Kerei” dari Jepang, yang mana Sei Kerei ini
sendiri memiliki makna membungkukkan badan ke arah timur atau ke arah Negeri Jepang
untuk menghormati Dewa Matahari.setelah kemerdekaan muhammadiyah ikut aktif dalam
4
perjuangan, yang mana mareka terjun dalam kancah revolusi di berbagai laskar kerakyatan
hingga tahun 1953.
Dalam setiap organisasi memilki karakteristik yang berbeda- beda karena didalamnya terdapat
visi dan misi yang berbeda pula. Seperti hal nya Muhammadiyah, terdapat karakteristik yang
menunjukkan ciri khas dari organisasi ini. Berikut dijelaskan :
5
zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id
dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.
Bidang pendidikan
Dalam penyelengaraan pendidikan Muhammadiyah membagi dua peran dalam
"Penyelenggaraan pendidikan yaitu majelis untuk sekolah (Disdakmen dan Dikti) serta
untuk luar sekolah (Tabligh). Tugas bagian Tabligh ini adalah mengajar masyarakat lewat
guru atau Kyai yang terjun langsung ke desa sehingga masyarat di desa pun bisa belajar
ilmu agama Islam dengan gembira. Pendidikan di Muhammadiyah bertujuan untuk
menyiapkan lingkungan yang memupuk kesadaran akan kehadiran ALLAH SWT sebagi
Rabb dan juga dapat menguasai ilmu pengetahuan seni dan teknologi. Salah satu Peran
Kyai dalam mengubah tata laku masyarakat terdahulu antara lain meluruskan tata laku
penguasa dalam ritual.
B. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama di deklarasikan sebagai sebuah organisasi modern pada 31 Januari 1926
dan juga diperingati sebagai hari lahirnya organisasi tersebut. NU merupakan sebuah cikal bakal
yang berasal dari sebuah komite dimana mengusulkan Raja Saud di Arab Saudi untuk tidak
6
menghancurkan situs-situs bersejarah baagi umat Islam di Tanah Hijaz, termasuk juga makam
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Nama Nahdlatul Ulama memiliki arti “kebangkitan
para ulama”. Harapannya, arah kebangkitan dan kejayaan umat islam yang telah roboh bisa
bangkit lagi dibawah pimpinan para ulama. Jauh sebelum NU lahir sebagai organisai jam’iyah,
organisasi ini awalnya berbentuk jama’ah yang terikat kuat terhadap aktivitas sosial keagamaan
dengan karakternya sendiri. Latar belakang lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama sangat erat
kaitannya dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia islam masa itu yang
mulai kembali di giatkan oleh para tokoh-tokoh islam diseluruh penjuru dunia. Selain itu,
berdirinya NU juga tidak bisa dilepaskan dari usaha untuk mempertahankan ajaran ahlussunnah
waljamaah yang bersumber dari Alquran, Sunnah, Ijma’ Ulama dan Qiyas. Adapun berdirinya
NU pertama kali didirikan atas gagasan dari K.H. Wahab Chasbullah dan K.H. Bisri Syansuri
yang kemudian disampaikan kepada K.H. Hasyim Asyari untuk mendirikan Nahdlatul Ulama
sehingga pada 31 Januari 1926 lahirlah Nahdlatul Ulama dimana sebelumnya 3 tokoh tersebut
mengumpulkan para ulama.
Nahdlatul Ulama lahir berdasarkan 3 faktor antara lain menegakkan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari, kemudian membangkitkan rasa nasionalisme, dan terakhir untuk
mempertahanka aqidah Aswaja dari aliran-aliran sesat. Hal tersebut ditegaskan lagi oleh K.H.
Hasyim Asyari dimana beliau mengatakan agama dan nasionalisme tidak sama sekali
bertentangan, bahkan sebaliknya saling menguatkan. Dalam perkembangannya, NU tidak sedikit
menghadapi resistensi yang tinggi terutama dari kelompok penjajah dan kelompok yang
mengatasnamakan permurnian akidah (puritan), namun berupaya memberangus tradisi dan
budaya Nusantara yang merupakan identitas kebangsaan. Hingga masa orde baru pun, NU masih
terdiskriminasi oleh rezim. Walau demikian, NU justru makin besar, berkembang, dan
mempunyai pengaruh luas di tengah masyarakat. Tugas yang diemban NU dari masa ke masa
akan terus mengalami tantangan yang tidak mudah. Namun, berkaca pada dinamika internal
organisasi, akan lebih baik jika warga NU memahami dan mengetahui titik awal perkembangan
NU. Pada prinsipnya, perkembangan NU ada pada visi dan cita-cita mewujudkan Islam rahmatan
lil 'alamin yang berupaya selalu memoderasi Islam dengan kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara. Pada pekembangan selanjutnya, tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama mulai terlibat secara aktif
dalam dunia politik. Hal ini terlihat pada saat tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama ikut memprakarsai
lahirnya Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937, yang kemudian dipimpin oleh
7
KH. A. Wahid Hasyim. Ide mendirikan MIAI tidak bisa lepas dari kerangka usaha
pengembangan Nahdlatul Ulama dalam perjuangan bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan.
Berdasarkan sejarah NU, organisasi islam terbesar di Indoneisa ini telah memantapkan
dirinya sebagai pengawas tradisi dengan mempertahankan ajaran empat mazhab Syafi’i, yang
diterima oleh sebagian besar umat Islam di seluruh tanah air. Selain itu, NU memberikan
perhatian khusus pada bidang- bidang yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, seperti
kehidupan pemilik tanah dan para pedagang. Pada masa penjajahan Belanda sikap Nahdlatul
Ulama jelas, yaitu menerapkan politik non coorporation (tidak mau kerjasama) dengan Belanda.
Untuk menanamkan rasa benci kepada penjajah para ulama mengharamkan segala sesuatu yang
berbau Belanda sehingga semakin menumbuhkan rasa kebangsaan dan anti penjajahan. Hal ini
terlihat ketika Nahdlatul Ulama menolak mendudukkan wakilnya dalam Volksraad (DPR masa
belanda).
Pola perjuangan Nahdlatul Ulama pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang
sudah terealisasikan. Pada masa penjajahan Belanda Nahdlatul Ulama menolak usulan agar
anggotanya menjabat didalam Volksraad. Pada masa pendudukan Jepang Nahdlatul Ulama lebih
memilih bersikap kooperatif dengan memanfaatkan isu kolaborasi dengan pemerintahan Jepang.
Dari sini dapat diihat, pada awal perkembangannya NU dimasa pemerintah kolonial dimana
pergerakan sedang bergejolak di jiwa para tokoh dan cendekiawan bangsa, mereka menolak
untuk bekerjasama dengan Belanda dengan tidak mau mengirim delegasinya kedalam birokrasi
kolonial di Volksraad. Dengan sikap non kooperatif ini NU mendapat dukungan yang besar dari
masyarakat. Ciri-ciri perjuangan NU pada masa pergerakan nasional antara lain denngan
membentuk sekolah pesantren dan menggalakkan semangat nasionalisme denngan menolak
bekerjasama dengan Belanda. Namun berbeda dengan zaman Jepang, meskipun akhirnya NU
melakukan perlawanan kepada Jepang, pada awalnya NU mau bekerjasama agar mengusir
Belanda dari tanah air. Namun puncaknya, setelah Indonesia semakin buruk dibawah pengaruh
Jepag, NU melakukan perjuangan secara fisik.
8
c). Peran Nahdlatul Ulama
Bidang Politik,
Peranan Nahdlatul Ulama pada masa penjajahan Belanda dapat dilihat pada Muktamar
Nahdlatul Ulama ke-11 di Banjarmasin pada tahun 1936. Pada saat itu ditetapkan
kedudukan Hindia Belanda (Indonesia) sebagai Dar al-Salam, yang menegaskan
keterikatan Nahdlatul Ulama dengan nusa bangsa. Meskipun disadari peraturan yang
berlaku tidak menggunakan Islam sebagai dasarnya, akan tetapi Nahdlatul Ulama tidak
mempersoalkan, karena yang terpenting adalah ummat Islam dapat melaksanakan syariat
agamanya dengan bebas. Menyadari akan bahaya politik adu domba yang diterapka
belanda dan kaum priyayi yang hanya menjadi Boneka kepentingan belanda di Indonesia
membuat Organisasi Nahdlatul Ulama mengambil sikap bersebarangan dan bermusuhan
dengan Belanda. Hal ini tentu menjadi komitmen NU untuk mengecam aksi imperalisme
dan menunjukkan sikap nasionalisme yang tinggi.
Bidang Sosial
Peran organisasi Nahdlatul Ulama di bidang sosial ini lebih difokuskan pada aspek
keagamaan yang berbentuk pada dakwah dan penguatan keislaman. Tentunya hal ini
dilakukan karena menyikapi Kristenisasi yang dilakukan oleh pihak Belanda terhadap
bangsa pribumi. Sehingga hal tersebut sangat diperlukan untuk membendung arus para
missionaris Kristen dalam menyebarkan paham agama lain selain Islam.
Bidang Pendidikan
Peran Nahdlatul Ulama dalam pendidikan inilah yang akan mengubah pola perjuangan
masyarakat Indonesia selama ini. Di bidang pendidikan inilah NU lebih memfokuskan
pada dunia pesantren. Pendidikan di dalamnya haya membahas mengenai ilmu agama
dan nasionalisme, sehingga penguatan keislaman dan paham nasionalisme terus
dilaksanakan demi menjaga stabilitas perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Dalam
pendidikan inilah Nahdlatul Ulama terus berkomitmen dan menunjukkan sikap
perjuangan lewat pendidikan dengan terus menambah jumlah pesantren-pesantren dan
madrasah di nusantara. Hal ini dilakukan demi mengimbangi jumlah sekolah buatan
Belanda yang hanya diisi oleh kaum bangsawan dan priyayi, serta pendidikan yang isinya
tidak memasukkan mata pelajaran agama di dalamnya.
9
Bidang Ekonomi
Nahdlatul Ulama menunjukkan perannya sebagai organisasi sosial yang bergerak tidak
hanya di bidang agama saja, melainkan juga memperhatikan ekonomi rakyat. Ini menjadi
reaksi dari adanya sistem ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah jepang yang
tentunya sangat merugikan rakyat pribumi. Ekonomi yang ditunjukkan meh Nahdlatul
Ulama adalah dengan mendirikan perserikatan dagang bersama serta ekonomi sitem
koperasi. Dalam hal perserikatan dagang ini Nahdlatul Ulama lebih memfokuskan pada
sistem perdagangan Islam, dan yang menjadi anggota perserikatan ini adalah para
pedagang muslim dan tentunya yang menjadi lahan pasar adalah penduduk pribumi
sendiri yang tentunya akan saling memberikan keuntungan di masing-masing pihak, tidak
seperti ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Jepang yang mana hanya
menguntungkan pihak Jepang dan merugikan pihak pribumi.
C. Sarekat Islam
Sarekat Islam merupakan salah satu organisasi modern abad ke 20 bercorak Islam dimana
kemunculannya dengan gerakan politik. Pada awal terbentuknya, Organisasi ini didirikan pada
tahun 1905 oleh Haji Samanhudi di Surakarta dengan nama Saerkat Dagang Islam. Sesuai
dengan namanya, organisasi ini awalnya menghimpun para pedagang dan pengusaha khususnya
beragama Islam untuk dapat bersaing dengan para pedagang Tionghoa. Hal ini dilakukan untuk
menjaga stabilitas pereknomomian masyarakat Indonesia sendiri yang tertindas oleh dampak
dilakukannya monopoli perdagangan sejak berlakunya kebijakan politk liberal. Selain itu,
Sarekat Dagang Islam yang kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam dimana awalnya
merupakan gerakan politik didirikan untuk membina kerjasama antara sesame anggota, tolong-
menolong, terutama sesame umat Islam. Dis.amping itu, hal yang penting yaitu tujuan mencapai
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dan berusaha mensyiarkan Islam di Indonesia dengan
berbagai terobosan-terobosan yang mereka lakukan.
Sarekat Islam sangat berlandaskan agama dalam berorganisasi, berpolitik, dan ekonomi
serta segala aspek kehidupan dan sangat menjaga konsistensi nya tersebut. Adapun tujuannya
10
adalah agar tidak terpengaruh dengan hal-hal lain yang menjerumuskan kearah kesesatan.
Meskipun sangat kuat berlandaaskan Islam, namun pada perkembangan berikutnya Sarekat Islam
terdepat dua kubu dimana nantinya menimbulkan perpecahan karena dimasuki paham komunis
dengan tokoh utamanya Semaoen, Alimin, dan Darsono. Namun dibalik itu semua, Sarekat Islam
telah berkiprah dengan menegakkan nilai-nilai nasionalisme luhur bagi bangsa Indonesia,
membekali sikap melawan terhadap pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang, dan
membuat program kerja yang bermanfaat bagi orang banyak sehingga Belanda menganggap
organisasi merupakan ancaman serius bagi kekuasaannya di Indonesia.
Sejak didirikan pada 1905 oleh Haji Samanhudi di Surakarta, SDI berkembang menjadi
sebuah organisasi yang pesat sehingga pengaruhnya sangat besar sekali khususnya di Pulau
Jawa. Berbagai cabang di dirikan seperti di Buitenzorg oleh R.M. Tirtosurjo, kemudian di
Surabaya didirikan oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Setahun setelah itu tepatnya pada
1912, Tjokroaminoto bergabung dengan SDI di pusat dan dalam pertemuann tersebut beliau
diangkat menjadi penerus Haji Samanhoedi sehingga beliau merubah nama SDI menjadi Saerkat
Islam dengan menghilangkan “dagang”. Perubahan nama tersebut dilakukan agar organisasi ini
tidak hanya bergerak di sektor ekonomi, tetapi juga lebih aktif di bidang politik dan lainnya.
Pada perkembangan selanjutnya, Sarekat Islam yang sudah besar pengaruhnya disusupi ideology
komunis dimana tokoh-tokoh seperti Tan Malaka, Semaoen, Darsono, dan Alimin menjadi yang
paling menonjol. Dengan aadanya paham tersebut tentu tidak sesuai dengan pedoman yang di
atur sejak berdirinnya SI. Kemudian pecahla dua kubu dimana akhirnya menjadi SI Merah dan
SI Putih. Semaoen, Darsono, Alimin, dan Tan Malaka menjadi bagian SI Merah dengan pusatnya
di Semarang dan cenderung lebih agresif dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintah
kolonial. Sedangkan SI Putih ada Haji Agus Salim, Abdul Moeis, Kartosuwiryo dan lain-lain
tetap bertahan dengan paham awal yaitu Islam.
Sarekat Islam sejak berdiri 1905 atas prakarsa Haji Samanhoedi memiliki tujuan awal
yaitu menghinpun para pedagang dan pengusaha khusunya yang beragama Islam untuk bersatu
agar dapat dengan pedagang Tionghoa, dari sini dapat di ketahui bahwa diawal berdirinya,
Sarekat Islam berjuang dengan langkah awal menghimpun para pedagang agar dapat bersatu dan
memperbaiki perekonomian yang dimonopoli oleh Belanda yang lebih memihak kepada
11
pedagang China atau Tionghoa. Sejak Sarekat Dagang Islam berubah nama menjadi Sarekat
Islam yang kemudian dipimpin oleh Tjokroaminoto, perjuangan mereka pun bertambah dengan
lebih aktif di dunia perpolitikan terhadap pemerintah kolonial Belanda, hal ini dibuktikan dengan
sikap non-kooperatif mereka terhadap Belanda masa itu.
Sarekat Islam berperan penting terhadap perkembangan politik Indonesia masa kolonial
Belanda dimana dengan besarnya pengaruh SI sehingga mulai banyak berdiri organisasi yang
hanpir mirip dengan SI. Berbeda dengan organisasi lainnya, Sarekat Islam didirikan khusus
tujuannya adalah terjun dalam perpolitikan, tidak ada kaintannya dengan pendidikan. SI pada
awal berdirinya sudah banyak menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda dimana
kesenjangan sosial masih marak dilakukan. Sarekat Islam jelas sangat menentang semua
kebijakan Belanda.
D. Ahmadiyah
12
Pada 1928, secara resmi Ahmadiyah berdiri di Indonesia sebagau sebuah organisai yang
didirikan oleh Raden Ngabehi H.M. Djojosoegito dan Wahab Chasballah. Adapun mereka
berdua ini merupakan sepupu dari pendiri Nahdlatul Ulama K.H. Hasyim Asyari. Pengakuan
yang di publikasikan oleh Belanda terhadap Ahmadiyah terjadi pada 1930. Pada kurun waktu
Juni-Juli 1930 Ahmadiyah melakukan Kongres I di Purwokerto untuk membahas ancaman
daripada agama Kristen dan Atheisme. Lebih jelasnya, Ahmadiyah tidak terlalu fokus terjun
dalam perpolitikan yang dimasa itu kebanyakan organisasi berjuang dengan politik.
Ahmadiyah lebih fokus merrekrut kaum nasionalis yang berlatarbelakang pendidikan Barat.
Sebagai salah satu organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah yang tujuanya
menyebarkan Islam dan menghambat paham Ateisme dan Kristen, Ahmadiyah menjadi garda
terdepan. Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa mereka fokus utamanya adalah terhadap
perkembangan agama Islam, inilah yang membedakannya dari NU dan Muhammadiyah. Mereka
juga membantu menerjemahkan Alqur’an ke versi mereka sendiri meskipun mendapatkan
kecaman keras dari tokoh Sarekat Islam seperti H. Agus Salim.
c) Peran Ahmadiyah
13
Ahmad, RA memiliki pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu
beliaubersama dua juta jama’ah Ahmadiyah dari seluruh dunia turut mendoakan warga
Indonesia, menyerukan negara Timur Tengah sampai Amerika untuk mengakui kemerdekaan
Indonesia dan menuliskan di koran mengenai perjuangan rakyat Indonesia melawan Belanda.
E. Partai Katolik
14
didirikan atas prakarsa Rm. F.G.J. van Lith SJ dimana mereka menyebut bangkitnya kesadara ini
dengan sebutan “kebangkitan orang jawa:”. Namun perlu digarisbawahi bahwa gagasan ini
bersifat local diseluurh Hindia Belanda.
Dalam perkembangannya hingga pada tahun 1923 berdiri sebuah partai Katolik di
Yogyakarta dengan nama Pakempalan Politik Katolik Jawi. Tujuan didirikannya partai ini adalah
intuk memperjuangkan kepemtingan gereja dalam politik yang diperjuangkan melalui partai ini
karena mengingat tidak ada organisasi yang dapat memperjuangkan agama Kristen masa itu.
Selain itu, disadari bahwa untuk memperjuangkan cita-cita nasional, orang-orang Katolik terikat
pada cara-cara perjuangan yang sesuai dengan prinsip dan keyakinan Kato- lik, misalnya dalam
sikap anti-kekerasan. Maka dibutuhkan partai secara tersendi- ri, yang turut menyumbang andil
dari pihak Katolik bagi perjuangan nasional. Pendirian partai Katolik sendiri mendapatkan
legitimasinya dari panflet yang dibuat oleh Rm. van Lith pada tahun 1922 berjudul "De politiek
van Neder- land ten opzichte van Nederlands Indie" (Politik Belanda Tentang Hindia-Belan- du).
Dalam pamflet tersebut Rm. van Lith menyatakan bahwa era kolonial telah berakhir, dan jika
ingin supaya hak-haknya sendiri diakui, Belanda harus menga- kui hak-hak rakyat pribumi.
Belanda, Indo-Belanda dan Jawa harus hidup bersama dalam damai sebagai saudara.
Partai Katolik ini lebih bersifat kooperatif, berbeda dengan organisasi keagamaan seperti
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang bersikap sebaliknya, non-kooperatif. Sebagai wujud
kooperatifnya, Partai Kristen mengirim utusannya masuk ke dalam volksraad di pemerintahan
kolonial Belanda. Selain itu, orang-orang Kristen masa itu sudah mulai banyak yang sudah
berpendidikan tinggi dan lebih mapan daripada orang Islam, maka para tokoh-tokoh penting
mendirikan lembaga pendidikan seperti barat untuk kemajuan umat Katolik masa itu. Dari
sinilah mulai banyaknya muncul tokoh tokoh penting dari Kristen kelak yang berpengaruh
terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kasimo, seorang delagasi Kristen dalam
Vlokksraad memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia melalui pidato nya dalam pertemuan
anggota Volksraad,
15
Partai Katolik banyak berperan dalam kondisi yang genting dalam situasi bangsa Indonesia, kala
itu tokoh-tokoh penting sperti Soekarno, Hatta, Agus Salim diasingkan, orang-oraang Kristen
tampil menjadi pelopor perjuangan di sidang-sidang penting dalam pertemuan anggota
volksraaad untuk kemerdekaan Indonesia. Peran tak kalah pentingnya yaitu mendirikan lembaga
sekolah Katolik bagi orang-orang Kristen guna memajukan manusia agar mendapatkan
pengetahuan yang layak. Selain itu mereka juga aktif dalam pertemuan-pertemuan pemuda
dariseluruh nusantara yang mana nantinya mereka tergabung dalam pencetusan Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muncul nya pergerakan nasional diawali dengan semangat nasionalisme yang timbul
dalam kalangan intelektual yang mayoritas kaum bangsawan karena di masa kolonial Belanda
sebelum politik etis dicetuskan hanya kaum bangsawan yang dapat bersekolah. Rasa
Nasionalisme muncul semakin besar dan dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia yang mendapat
pendidikan sejak politik etis mulai diterapkan di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa masa
pergerakan nasional ini lebih banyaknya perjuangan dengan berorganisasi, meskipun masih
sebagian kecil terjadi perjuangan secara fisik dengan melakukan perlawanan terhadap kolonial
Belanda yang masih bersifat kedaerahan. Namun, pada awal perkembangannya, organisasi
seperti Boedi Oetomo juga masih bersifat kedaerahan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Jayusman, Iyus dan Kurniawan Shavab A, Oka. “Peranan Sarekat Islam dan Muhammdiyah
Sebagai Gerakan Politik dan Pendidikan Masa Pergerakan Nasional”. Jurnal Pendidikan
Sejarah Vol. 7 No. 2 Tahun 2021 : 85.
Purwono, A. (2013). Organisasi Keagamaan dan Keamanan Internasional: Beberapa Prinsip dan
Praktik Diplomasi Nahdlatul Ulama (NU) Indonesia. Jurnal Politik Profetik, 1(2).
Zain, A., Yusuf, M., & Fuadi, M. (2017). Internalisasi nilai-nilai modernitas dalam gerakan
dakwah organisasi Muhammadiyah di Aceh. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, 1(1), 17-42.
Aprilia, Annisa C. (2017). Peran Nahdlatul Ulama Dalam Pergerakan Nasional Indonesia 1926—
1945. SKRIPSI.
Usman, Ismail. “Sarekat Islam Gerakan Pembaruan Politik Islam”. Jurnal Penelitian dan
Pemikiran Islam Vol 21. No. Tahun 2017 : 47
Website :
http://www.uny.ac.id/id/berita/peran-penting-muhammadiyah-dalam-pendidikan-di-tanah-air
17
https://muhammadiyahponorogo.or.id/ciri-perjuangan-muhammadiyah/
https://www.uc.ac.id/seh/mengenal-ahmadiyah-perjuangan-kebangsaan-yang-dilupakan/
http://journal.wima.ac.id/index.php/ARETE/article/view/4288
18