TEKNOLOGI FERMENTASI
FERMENTASI TERASI DAN TEMPOYAK
Oleh :
M. RIDHO PRATAMA 2006126450
WAHYU RAHMA DANI 2006126460
Dosen Pengampu :
Ahmad Ibrahim, S.TP., M.Si.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahNya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Fermentasi Terasi dan
Tempoyak" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi
Fermentasi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang produk
fermentasi pangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Ibrahim, S.TP.,
M.Si. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Teknologi Fermentasi. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
I PENDAHULUAN
Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan atau udang yang
hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti penambahan asam)
kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses fermentasi. Terasi berbahan
baku udang rebon atau ikan yang berfungsi sebagai bahan pengganti penyedap rasa
gurih “umami” karena mengandung asam glutamat sebagai pemberi cita rasa
gurih(Nari, 2022). Terasi dengan kandungan protein tertinggi merupakan terasi
terbaik, karena komponen zat gizi yang mendukung kualitas terasi dapat dilihat
dari tingginya kadar protein. Proses fermentasi terasi akan terjadi perubahan-
perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Perubahan tersebut terjadi secara
bersamaan dan paling dominan adalah perubahan kimiawi oleh enzim dari udang,
rebon atau ikan itu sendiri, hal ini diduga bahwa kualitas terasi udang rebon dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi garam dan lama proses fermentasi untuk
menghasilkan cita rasa produk yang diinginkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui terasi dan
tempoyak secara umum, bahan pembuatan, proses pembuatan dan reaksi
fermentasi yang terjadi pada terasi dan tempoyak.
II PEMBAHASAN
2.1 Terasi
Terasi adalah suatu jenis penyedap makanan berbentuk pasta, berbau khas
hasil fermentasi udang, ikan, atau campuran keduanya dengan garam atau bahan
tambahanlain. Hampir semua negara di Asia Selatan dan Tenggara memiliki
produk ini yaitu Hentak, Ngari, dan Tungtap di India, Bagoong di Filipina, Terasi
di Indonesia, Belacan di Malaysia, Ngapi di Myanmar, Ka-pi di Thailand. Pasta
ikan atau udang biasanya terbuat dari berbagai jenis ikan air tawar dan laut serta
udang (Anggo et al., 2014). Terasi umumnya berbentuk padat, teksturnya agak
kasar, dan mempunyai kekhasan berupa aroma yang tajam namun rasanya sangat
gurih. Rasa gurih didapatkan dari senyawa asam ± asam amino, seperti: asam
glutamat dan asam nukleat. Asam glutamat merupakan sumber rasa umami (gurih)
paling dominan dan berdampak pada kesempurnaan atau keaslian dari rasa itu
sendiri. Rasa umami disebut sebagai rasa dasar kelima disamping rasa manis, asin,
asam dan pahit (Karim et al., 2014).
Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan atau udang yang
hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti penambahan asam)
kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses fermentasi. Proses fermentasi
menghasilkan zat-zat yang memberikan rasa dan aroma yang spesifik yang secara
khusus mencirikan terasi. Terasi berbahan baku udang rebon atau ikan yang
berfungsi sebagai bahan pengganti penyedap rasa gurih “umami” karena
mengandung asam glutamat sebagai pemberi cita rasa gurih(Nari, 2022). Terasi
merupakan produk awetan ikan-ikan atau rebon yang telah diolah melalui proses
penggilingan, pengeringan dan pemeraman atau fermentasi. Produk terasi
ditambahkan garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet dan memunculkan
aroma dan rasa khas terasi. Ada 3 (tiga) jenis terasi, yaitu terasi dari udang, ikan
dan campuran antara ikan dan udang. Terasi ikan umumnya dibuat dari jenis ikan
yang harganya relatif murah dan tidak terlalu digemari oleh masyarakat untuk
dikonsumsi secara langsung dan memiliki jumlah yang cukup banyak. Kelebihan
penggunaaldaging ikan sebagai bahan baku pembuatan terasi yaitu ikan memiliki
serat seperti hewan mamalia darat akan tetapi serat yang dimiliki lebih halus dan
pendek sehingga protein yang dibutuhkan dalam pembuatan terasi dapat terpenuhi
sehingga dapat meningkatkan mutu produk terasi ikan (Rohmah, 2017).
Bahan pembuatan terasi biasanya dari udang rebon dalam beberapa tahun
belakangan ini para pengolah biasa pula menggunakan ikan-ikan kecil seperti ikan
teri ataupun ikan hasil tangkapan sampingan (ikan rucah) sebagai bahan baku
pembuatan terasi untuk mensiasati kelangkaan tersedianya udang rebon sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan terasi dan penambahan garam dalam proses
fermentasi selain untuk pengawet, juga bertujuan untuk mendapatkan kondisi
tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme tahan garam
(halotoleran) dapat bereaksi menghasilkan produk makanan dengan karakteristik
tertentu(Anggo et al., 2014).
1. Pencucian
Bahan utama berupa rebon atau udang kecil yang masih segar dicuci dengan air
bersih untuk menghlangkan kotoran, lendir dan bahan-bahan asing yang terikut
serta pada waktu penangkapan dan penanganan.
2. Penjemuran
Rebon yang telah bersih dijemur pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari
langsung. Pada proses penjemuran tidak diperkenankan memakai lapisan tebal
agar rebon cepat kering.
3. Penggilingan
Rebon yang sudah kering digiling atau ditumbuk sampain halus, kemudian
ditambahkan garam atau kadang-kadang ditambahkan zat warna dan tepung
tapioka sehingga terbentuk adonan yang homogen.
4. Pemeraman I
Adonan dibuat membentuk gumpalan-gumpalan dengan cara dikepal-kepal,lalu
dibungkus dengan daun kering selanjutnya diperam semalaman sebagai proses
fermentasi tahap awal.
5. Pemeraman II
6. Pemeraman III
Prinsip proses fermentasi adalah adanya enzim proteolitik pada tubuh ikan
dan mikroba karena penggunaan konsentrasi garam yang tinggi. Hasil penguraian
protein ini adalah peptida asam amino dan komponen cita rasa. Komponen cita
rasa yang terdapat pada terasi dapat dijabarkan sebagai berikut ini: asam lemak
yang bersifat volatil menyebabkan bau keasaman, sedangkan amonia dan amin
menyebabkan bau anyir. Senyawa belerang sederhana seperti sulfida, merkaptan,
dan disulfida menyebabkan bau yang khas pada terasi. Senyawa-senyawa karbonil
besar sekali kemungkinannya dapat memberikan bau khusus yang terdapat pada
hasil-hasil perairan yang diawetkan dengan cara pengeringan, penggaraman, atau
dengan cara fermentasi. Senyawa- senyawa volatil yang terdapat dalam terasi
berasal dari lemak melalui proses oksidasi dan karena adanya aktiviti mikroba.
Kandungan karbonil volatil merupakan kandungan senyawa volatil yang terbesar
diantara komponen volatil lainnya. senyawa tersebut merupakan senyawa yang
sangat menentukan citarasa dari terasi (Rohmah, 2017.)
2.2 Tempoyak
Tempoyak memiliki cita rasa dan aroma yang kuat yang terbentuk karena
keseimbangan antara komponen gula dari buah dan asam laktat yang terbentuk
selama fermentasi. Secara fisik, tempoyak merupakan massa yang bersifat semi
padat, berwarna putih sampai kekuning-kuningan. Warna tempoyak ditentukan
oleh warna asli daging durian yang dijadikan bahan baku tempoyak yang
umumnya bergantung dari varietas durian. Karakteristik tempoyak memiliki
tekstur lunak, berserat halus, lembut agak kental, seperti bubur durian sampai
penampakan sedikit berair. Tekstur lunak dan berair pada tempoyak disebabkan
oleh degradasi daging durian selama fermentasi dan kandungan air yang
dikandungnya tinggi, yaitu sekitar 55-67% (reli et al.,2017).
Diantara produk asam organik tersebut adalah; asam asetat, asam propionat
dan CO2.Dalam proses reaksi fermentasi, senyawa glukosa yang terdapat di dalam
daging durian akan diubah oleh bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus casei dan
Lactobacillus fersantum menjadi gkulosa-6-P. Kemudian diubah menjadi
Gluconat5P dan berubah lagi menjadi Xilose 5-P-CO2. Xilose-5-P-CO2 nantinya
akan terurai menjadi dua senyawa yaitu; Trose-3P dan Acetyl P. Senyawa Trose-
3P akan diubah menjadi senyawa asam piruvat. Kemudian barulah diubah lagi
menjadi senyawa asam laktat. Kemampuan menghasilkan asam laktat ini
berlangsung sekitar 7 hari.
3.1 Kesimpulan
Tersi dan tempoyak adalah bumbu masakan yang dibuat melalui proses
fermentasi. terasi adalah bumbu masakan yang dibuat dari fermentasi udang atau
ikan yang dicampur dengan garam dan kemudian dijemur. Sementara itu
tempoyak adalah bumbu masakan khas dari fermentasi durian matang yang
melibatkan tiga spesies jamur dan bakteri asam laktat. Proses fermentasi terasi
akan terjadi perubahan kimiawi oleh enzim dari udang, rebon atau ikan itu sendiri.
Reaksi kimia yang terjadi dalam proses pembuatan tempoyak adalah reaksi
fermentasi asam laktat hetero fermentatif.
3.2 Saran
Pembaca selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih banyak sumber dari
penelitian-penelitian terbaru mengenai berbagai informasi mengenai produk
fermentasi terasi dan tempoyak karena pada dasarnya produk fermentasi Terasi
dan Tempoyak dan tempoyak memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
DAFTAR PUSTAKA