KEPERAWATAN MATERNITAS
UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER
PADA SISTEM REPRODUKSI MELALUI EXERCISE
DISUSUN OLEH:
Elly Arnovi Ibrahim Mandjaw
1130022075
DOSEN FASILITATOR:
Nanik Handayani, S.Kep.Ns., M.Kes.
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Maternitas yang berjudul “Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier Pada Sistem Reproduksi Melalui Exercise” dapat selesai seperti waktu yang
telah direncanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak
yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. R. Khairiyatul Afiyah, Ns.,M.Kep.,Sp.,Mat selaku dosen penanggung
jawab mata kuliah Keperawatan Maternitas dan Ibu Nanik Handayani,
S.Kep.Ns., M.Kes. selaku dosen fasilitator.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas
kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak patah,
untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun masih
memiliki banyak kelemahan serta kekeliruan baik dari segi teknis maupun non
teknis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Bagaimana olahraga dapat menjadi metode pencegahan primer untuk
menjaga kesehatan sistem reproduksi?
3. Bagaimana olahraga dapat digunakan sebagai upaya pencegahan sekunder
untuk mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi?
4. Bagaimana olahraga berperan dalam pencegahan tersier dan pemulihan
setelah masalah kesehatan reproduksi muncul?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk memahami upaya-upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier
pada sistem reproduksi melalui exercise. Dan untuk melaksanakan tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas.
B. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep
pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada sistem reproduksi.
2. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai peran olahraga
sebagai metode pencegahan primer untuk menjaga kesehatan sistem
reproduksi.
3. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai olahraga yang
dapat digunakan sebagai upaya pencegahan sekunder untuk
mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada
individu yang berisiko.
4. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai peran olahraga
dalam pencegahan tersier dan pemulihan setelah masalah kesehatan
reproduksi muncul.
1.4 Manfaat
1. Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dimiliki khususnya mengenai upaya-upaya pencegahan primer,
sekunder, dan tersier pada sistem keperawatan melalui exercise.
2. Dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Tes penyakit menular seksual secara berkala untuk mendeteksi adanya infeksi
dan mencegah penularan lebih lanjut.
7
2. Meningkatkan Aliran Darah
Olahraga dapat bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah pada sistem
reproduksi. Orio et al., (2013) mengatakan bahwa olahraga teratur dapat
meningkatkan sirkulasi darah ke organ-organ reproduksi, termasuk ovarium dan
uterus. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menjaga kesehatan
pembuluh darah, meningkatkan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan
aliran darah ke organ-organ reproduksi. Aliran darah yang baik ke organ
reproduksi dapat membantu menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi.
3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Olahraga teratur dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, termasuk
meningkatkan produksi sel-sel kekebalan tubuh dan aktivitas antiinflamasi.
Kekebalan tubuh yang baik sangat penting dalam menjaga kesehatan sistem
reproduksi, karena dapat membantu melawan infeksi seperti mencegah infeksi
menular seksual dan peradangan yang dapat mempengaruhi organ reproduksi
(Nieman & Wentz, 2019).
4. Mengurangi Stress
Olahraga yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan mental dan
meminimalkan stres, yang dapat memengaruhi kesehatan sistem reproduksi.
Sebagai contoh, stres kronis dapat mengganggu siklus menstruasi, mengurangi
kesuburan, dan meningkatkan risiko gangguan reproduksi seperti sindrom
ovarium polikistik (PCOS). Stres dapat mempengaruhi keseimbangan hormon
reproduksi, termasuk hormon luteinizing (LH) dan hormon folikel-stimulasi
(FSH), yang dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Selain itu, stres
juga dapat mempengaruhi kualitas dan motilitas sperma pada pria, yang dapat
mempengaruhi kesuburan (Maurya et al., 2022).
8
tanda-tanda masalah reproduksi, serta meningkatkan akses ke perawatan medis
yang tepat waktu. Berikut peran olahraga sebagai upaya pencegahan sekunder:
1. Meningkatkan Kesadaran Kesehatan Reproduksi
Olahraga teratur dapat membantu meningkatkan kesadaran individu akan
kesehatan reproduksinya. Melalui aktivitas fisik, individu lebih memperhatikan
tubuh mereka dan memeriksakan kesehatan secara rutin, termasuk pemeriksaan
kesehatan reproduksi seperti mamografi atau USG, untuk mendeteksi gangguan
kesehatan reproduksi kanker payudara atau kista ovarium. Pemeriksaan
kesehatan dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan reproduksi pada
tahap awal dan mencegah masalah menjadi lebih serius.
2. Mendukung Pemeriksaan Rutin
Partisipasi dalam kegiatan olahraga dapat memotivasi individu untuk menjalani
pemeriksaan rutin terkait kesehatan reproduksi, seperti tes penyakit menular
seksual. Skrining dapat membantu mendeteksi penyakit menular seksual pada
tahap awal dan mencegah penyebaran penyakit. Beberapa contoh skrining yang
dapat dilakukan adalah tes HIV dan tes sifilis.
atau pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala.
3. Menyediakan Sarana Deteksi Awal
Olahraga yang teratur memberikan kesempatan untuk mendeteksi awal gejala-
gejala yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Misalnya, melalui
olahraga, seseorang dapat lebih peka terhadap perubahan fisik atau gejala yang
perlu mendapat perhatian medis lebih lanjut.
9
rehabilitasi fisik yang melibatkan olahraga dapat membantu mengurangi risiko
komplikasi dan memperbaiki fungsi reproduksi pada kondisi seperti
endometriosis, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan infertilitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Bonocher et al., (2014) pada pasien dengan
endometriosis menunjukkan bahwa program latihan fisik yang terstruktur dapat
mengurangi nyeri panggul, meningkatkan kualitas hidup, dan memperbaiki
fungsi reproduksi. Studi lain pada pasien dengan PCOS menunjukkan bahwa
olahraga teratur dapat membantu mengatur siklus menstruasi, meningkatkan
ovulasi, dan memperbaiki gejala PCOS (Harrison et al., 2011).
2. Manajemen Nyeri
Geneen et al., (2017) menyatakan bahwa olahraga menjadi strategi manajemen
yang efektif untuk nyeri pada berbagai kondisi, termasuk masalah kesehatan
reproduksi. Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mengurangi persepsi
nyeri, meningkatkan mood, dan meningkatkan pelepasan endorfin, yang
merupakan bahan kimia alami yang meredakan nyeri dalam tubuh. Melakukan
olahraga dengan intensitas rendah seperti berjalan, berenang, atau yoga dapat
membantu mengurangi nyeri yang terkait dengan kondisi seperti endometriosis,
nyeri haid, dan radang panggul (Armour et al., 2019).
3. Mendukung Kesehatan Mental
Masalah kesehatan reproduksi seringkali berdampak pada kesehatan mental.
Olahraga dapat memiliki efek positif pada kesehatan mental, termasuk pada
pasien yang sedang menjalani perawatan medis. Misalnya, sebuah studi yang
diterbitkan dalam jurnal "Medicine & Science in Sports & Exercise"
menemukan bahwa olahraga aerobik dapat mengurangi gejala depresi pada
pasien dengan penyakit kronis. Penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal
"Psychosomatic Medicine" menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan
suasana hati dan mengurangi kecemasan pada pasien dengan kanker.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya pencegahan pada sistem reproduksi, olahraga memiliki peran yang
penting pada tiga tingkatan pencegahan. Pertama, sebagai pencegahan primer,
olahraga membantu mencegah obesitas yang dapat mempengaruhi kesehatan
reproduksi, meningkatkan aliran darah ke organ reproduksi, memperkuat sistem
kekebalan tubuh, dan mengurangi stres. Kedua, sebagai pencegahan sekunder,
olahraga membantu meningkatkan kesadaran akan kesehatan reproduksi dan
mendorong pemeriksaan kesehatan teratur untuk mendeteksi dini masalah
reproduksi. Terakhir, sebagai pencegahan tersier, olahraga berperan dalam
rehabilitasi fisik dan manajemen nyeri, membantu mengurangi dampak dan
komplikasi dari masalah kesehatan reproduksi yang sudah ada seperti
endometriosis, sindrom ovarium polikistik, dan infertilitas. Dengan melibatkan
olahraga secara teratur, individu dapat mendukung kesehatan reproduksi dan
mengoptimalkan kualitas hidup mereka.
3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun
cara penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca dibutuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah berikutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Armour, M., Ee, C. C., Naidoo, D., Ayati, Z., Chalmers, K. J., Steel, K. A., de
Manincor, M. J., & Delshad, E. (2019). Exercise for dysmenorrhoea.
Cochrane Database of Systematic Reviews, 2019(9).
https://doi.org/10.1002/14651858.cd004142.pub4
Bonocher, C. M., Montenegro, M. L., Rosa e Silva, J. C., Ferriani, R. A., & Meola,
J. (2014). Endometriosis and physical exercises: A systematic review.
Reproductive Biology and Endocrinology, 12(1).
https://doi.org/10.1186/1477-7827-12-4
Geneen, L. J., Moore, R. A., Clarke, C., Martin, D., Colvin, L. A., & Smith, B. H.
(2017). Physical activity and exercise for chronic pain in adults: An overview
of Cochrane Reviews. Cochrane Database of Systematic Reviews, 2017(4).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD011279.pub3
Harrison, C. L., Lombard, C. B., Moran, L. J., & Teede, H. J. (2011). Exercise
therapy in polycystic ovary syndrome: A systematic review. Human
Reproduction Update, 17(2), 171–183.
https://doi.org/10.1093/humupd/dmq045
Mahutte, N., Kamga-Ngande, C., Sharma, A., & Sylvestre, C. (2018). Obesity and
Reproduction. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada, 40(7), 950–
966. https://doi.org/10.1016/j.jogc.2018.04.030
Maurya, P., Meher, T., & Muhammad, T. (2022). Relationship between depressive
symptoms and self-reported menstrual irregularities during adolescence:
evidence from UDAYA, 2016. BMC Public Health, 22(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12889-022-13196-8
Nieman, D. C., & Wentz, L. M. (2019). The compelling link between physical
activity and the body’s defense system. Journal of Sport and Health Science,
8(3), 201–217. https://doi.org/10.1016/j.jshs.2018.09.009
Orio, F., Muscogiuri, G., Volpe, A., & Sala, G. battista La. (2013). Effects of
physical on the female reproductive system. 38(3), 305–319.
Sastika, S., Suhartatik, Isa, W. M. La, & Ernawati. (2023). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Eureka Media Aksara.
12