ABPA - Analisis Kuantitatif Vitamin C - Kel 4
ABPA - Analisis Kuantitatif Vitamin C - Kel 4
KELOMPOK 4
RAHMANIAH 2202301032
LINDA DIAN AMARANGGANI 2202301015
NOVITA FITRIYANI 2202301033
ZAINAL ABIDIN 2202301047
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Tujuan...............................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4
2.1 Pengertian Vitamin C........................................................................................................4
2.2 Kadar Vitamin C...............................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
METODE...................................................................................................................................6
3.1 Waktu Dan Tempat...........................................................................................................6
3.2 Alat Dan Bahan.................................................................................................................6
3.2.1 Alat.............................................................................................................................6
3.2.2 Bahan.........................................................................................................................6
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................................................6
BAB IV......................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................8
4.1 Hasil..................................................................................................................................8
4.2 Pembahasan......................................................................................................................8
BAB V......................................................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................10
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
5.2 Saran...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
LAMPIRAN.............................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai gizi secara khusus dari buah-buahan terletak pada penyedian vitamin-vitamin,
khususnya vitamin C atau asam askorbat, karoten (provitamin A), berbagai vitamin B,
khususnya asam folat, dan mineral-mineral khususnya unsur-unsur Ca dan Fe
(Syahruddin, 2007).
Vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia yang berfungsi untuk pengaturan
dan berbaikan tubuh manusia. Sebab vitamin tidak dihasilkan dalam tubuh. Vitamin pada
umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam
lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air yang
meliputi vitamin C dan Vitamin B (Legowo, 2007).
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C
bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan
antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron
ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor
untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosentetis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan
bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering (Dewoto, 2007).
1.2 Tujuan
Menentukan kandungan vitamin C dalam sampel dengan mengunakan pereaksi Benedict.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa organik derivat heksosa yang
mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul CHO titik caimya 190-192 "C,
bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam asetone dan alcohol yang mempunyai berat
molekul rendah, dengan logam akan membentuk garam, mudah teroksidasi dalam
keadaan larutan terutama pada kondisi basa, katalisator Fe dan Cu, enzim askorbat
oksidase, sinar serta suhu tinggi, peka terhadap panas, stabil dalam kondisi asam (pH
rendah) dan kondisi kristal kering terbentuk kristal warna putih, reduktor kuat, rasanya
masam, mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat tetapi mudah tereduksi
menjadi asamask orbat kembali dan tidak berbau (Thamrin, 2012).
Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C mereduksi
besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi
Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dibebaskan oleh besi
apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat
apabila terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah mencegah infeksi, Vitamin C
berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Vitamin C memegang
peranan penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosis Vitamin C mempunyai
hubungan dengan metabolisme kolesterol (Khomsan, 2010).
1) Kadar buah
Semakin layu atau tidak segarnya vitamin menyebabkan kadar vitamin C yang
terkandung dalam buah tersebut berkurang.
2) Waktu pengekstrasian
Semakin lama waktu mengekstrasikan kandungan vitamin C akan semakin berkurang
3) Masa penyinpana
Semakin lama suatu bahan disimpan, kadarnya akan semakin rendah.
4) Suhu.
Semakin tinggi suhu, kadamya akan semakin rendah (Imma, 2009).
BAB III
METODE
3.2.2 Bahan
1) Minuman sari buah vitamin C ( Buavita )
2) KI
3) Indicator amilum 1%
4) Aquadest
5) Iodin 0,1 N ( I 2 )
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dillakukan analisis kadar vitamin C sebanyak dua kali dengan
menggunakan sampel minuman Buavita Jambu dan sampel dalam Tablet pada Vitacimin
C. Sebanyak 20 ml sampel minuman dipipet ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 3 ml
H2SO4 2 N kemudian segera ditambahkan 10 ml larutan iod 0.1 dan 3 tetes indicator
larutan pati. Sampel dititrasi dengan tiosulfat hingga warna iod hilang. Jumlah volume
tiosulfat yang terpakai dicatat dan ditentukan kadar vitamin C dalam minuman, lalu
diperoleh hasilnya yaitu 17,612 mg vitamin C.
Perbedaan kadar vitamin C tersebut disebabkan oleh adanya jeda waktu antara
proses menghomogenkan larutan dengan titrasi, jeda waktu yang lama antara proses
menghomogenkan larutan vitamin C dengan amilum dan aquades dengan waktu titrasi
dapat merusak vitamin C yang terdapat dalam larutan tersebut, sehingga hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Vitamin C adalah vitamin yang paling
tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama proses penyimpanan.
Pendedahan oksigen dan pendedahan cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C
pada makanan (Winamo, 2000).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum penentuan kadar asam lemak bebas ini adalah sebagai
berikut:
1. Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah
kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan
penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.
2. Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri,
yaitu titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat
pengoksidasi (oksidator).
3. Kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel minuman Buavita Jambu 20 ml
sebesar 17,612 mg dan kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel tablet 5 ml
sebesar 35,224 mg.
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum, praktikan diharapkan untuk lebih fokus dan teliti
ketika melakukan praktikum, serta diharapkan untuk saling kerja sama antar anggota
kelompok praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Widajanti, Laksmi dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Analisis Zat Gizi Edisi Ketiga. Semarang:
Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Dewoto HR. 2007. Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Khomsan , Ali. 2010. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Guyton, A. C. 2007. Biokimia untuk Pertanian Medan: USU Press Imuna. 2009. Ilmu
Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Kaminsky M. Keogh 2006 Vitamins and
Minerals USA Me. Grawhill Companies.
Thamrin, Husni, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Pangan. Padang: Poltekkes
Kemenkes.