Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN QADHIYAH DAN PEMBAGIANNYA

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah Ilmu Mantiq)

Disusun Oleh:

1. MUHAMMAD RAIHAN FEBRIANSYAH (1910505003)

2. FATIMAH ZAHRAH (1920505016)

Kelas:

1957 (PMI A)

Dosen Pengampu:

MOHD. AJI ISNANI, S. Ag, M. A

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul "Pengertian
Qadhiyah dan Pembagiannya" ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Mohd. Aji Isnaini, S.Ag, M.A, selaku dosen pengampu yang telah menuntun kita dalam
pembuatan makalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat berkarya
dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya kepada kita serta semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Amiin Yarabbal’alamin.

Palembang, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................................

C. Tujuan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Pengertian Qadhiyah...........................................................................................

B. Pembagian Qadhiyah..........................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................

B. Penutup................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu mantiq adalah ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan yang masuk akal
yang sesuai dengan keadaan dan kenyataan beserta argumentasi dan juga sesuai
dengan dalil. Ilmu ini merupakan suatu metode dalam penelitian ilmiah sehingga
dalam pembahasan Ilmu Mantiq tidak bisa dilepaskan dengan pembahasan sesuatu
yang condong pada kebenaran dzatnya yang berlaku diantara manathiqh. Perkataan
itu dipandang dari segi perkataan itu sendiri yang dapat mengarah pada keadaan
benar atau tidak benar, hal ini dalam Ilmu Mantiq disebut “qadhiyah”. Sesuatu itu
akan mengandung kemungkinan dua kemungkinan yakni benar dan salah, hal
tersebut dibuktikan dengan suatu eksperimen untuk memastikan kebenarannya.
Gabungan dari dua sesuatu disebut qadhiyah (preposisi).

Dari sudut pandang mantiq, shuroh (formasi) seluruh istidlal-istidlal mubasyir


dibuat dari sebuah "qadhiyah". Oleh karenanya, sebelum menjelaskan metode
istidlal yang benar dari segi "shuroh" (formasi), pertama kita mesti mengenal
definisi qadhiyah dan pembagiannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Qadhiyah?

2. Bagaimana pembagian dari Qadhiyah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Qadhiyah.

2. Untuk mengetahui pembagian dari Qadhiyah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qadhiyah

Qadhiyah adalah kata-kata yang tersusun yang mempunyai makna atau arti. Jadi,
dalam Bahasa Indonesianya disebut kalimat.

Contoh:

 Makanan itu enak.

 Perjalanan ini melelahkan.

 Urusan ini merepotkan.

 Mahasiswa malas tidak lulus.

Suatu qadhiyah bisa tiga kemungkinan, pertama bisa benar, karena sesuai
aturan logika; kedua bisa salah, karena tidak sesuai dengan aturan logika; dan
ketiga, bisa kebetulan benar, padahal tidak sesuai dengan logika. Yakni ia
dikatakan benar bila sesuai dengan kenyataan dan sesuai aturan logika. Dan
demikian juga dikatakan salah bila tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak sesuai
aturan logika. [ A. Basiq Djalil, Logika ( Ilmu Mantiq), ( Jakarta: Prenadamedia

2
Group, 2019), Cet. V, hlm. 38 ] Tetapi bisa jadi kesimpulan itu benar (yakni
kebetulan benar) padahal tidak sesuai dengan aturan logika. Yang tidak bisa terjadi
adalah kesimpulan itu salah, padahal ia sesuai dengan aturan logika.

Perlu ditambahkan sebagai catatan disini, bahwa ada sebagian buku mantiq
memberi contoh dengan mengarahkan pada ayat-ayat Al-Qur’an, hingga qadhiyah
tersebut dinyatakan sebagai qadhiyah yang benar. Yang demikian sebenarnya
sudah keluar dari konteks ilmu mantiq atau logika, karena kebenaran Al-Qur’an itu
soal keyakinan, sedang yang kita pelajari ini bidang logika mantiq. Soal kebenaran
ayat Al-Qur’an kita buktikan di akhirat, soal kebenaran logika bisa kita tes dalam
aturan logika. Mari kita belajar proporsional mantiq.

B. Pembagian Qadhiyah

Pada setiap qadhiyah ada hukum pembenaran atau tidakyang disebut tasdik.
Tiap qadhiyah memiliki tiga unsur, yaitu:

1. Lafadz yang diberi hukum (Mahkum Alaihi).

2. Lafadz yang memberi hukum (Mahkum Bih).

3. Lafadz penghubung antar keduanya.

Contoh:

 Manusia adalah hewan yang berpikir.

Manusia disini yang diberi hukum oleh hewan yang berpikir. Hewan yang berpikir
disini yang memberi hukum pada manusia. Sedangkan lafadz “adalah” disini yang
disebut dengan lafadz penghubung. Hanya saja lafadz penghubung terkadang tidak
dicantumkan, bila tanpanya kalimat sudah jelas. Lafadz penghubung ini yang
disebut dengan “rabitah”.

Contoh yang memakai rabitah:

 Muhammad Ali adalah duduk.

Contoh yang tidak memakai rabitah:

 Umar? Duduk.

3
Muhammad Ali disini adalah yang diberi hukum oleh lafadz duduk. Jadi
Muhammad Ali disini Mahkum Alaihi, sedangkan lafadz duduk sebagai Mahkum
Bih. Lafadz penghubungnya ”adalah” yang disebut rabitah.

Lafadz yang mempunyai rabitah disebut qadhiyah sulasiah, sedangkan yang tidak
mempunyai rabitah disebut qadhiyah sunaiyah. Dan apabila rabitahnya berupa
isim, maka disebut rabitah ghairah zamaniyah. Dan bila rabitah-nya fi’li, maka
disebut rabitah zamaniyah.

Contoh:

 Muhammad dan Ali keduanya mahasiswa.

Kata keduanya disini adalah rabitah yang berbentuk isim. Karena isim tidak
mengandung zaman, maka qadhi’ah tersebut dinamakan rabitah dhairu
zamaniyah.

 Muhammad adalah dosen.

Kata “adalah” disini adalah rabitah yang berbentuk fi’li (dari kata kana-
yakunu). Karena fi’li terikat dengan zaman, maka ia dikatakan rabitah
zamaniyah.

Qadhiyyah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Qadhiyyah hamliyyah, yaitu qadhiyyah yang di dalamnya mengandung


hukum untuk menghubungkan suatu mufrad dengan mufrad yang lain. Seperti:
penyakit ilmu ialah lupa, besi merupakan logam yang bermanfaat, emas
merupakan logam yang mahal harganya.

2. Qadhiyyah syarthiyyah, yaitu suatu qadhiyyah yang di dalamnya


mengandung hukum untuk menghubungkan qadhiyyah yang satu dengan
qadhiyyah yang lain disertai salah satunya dengan adat syarat. Seperti:

• Apabila mahasiswa sungguh-sungguh, maka ada harapan kuat untuk sukses.


• Apabila matahari terbit, maka timbullah siang.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

5
Qadhiyah adalah kata-kata yang tersusun yang mempunyai makna atau arti.
Pada setiap qadhiyah ada hukum pembenaran atau tidak yang disebut tasdik. Tiap
qadhiyah memiliki tiga unsur, yaitu:

1. Lafadz yang diberi hukum (Mahkum Alaihi).

2. Lafadz yang memberi hukum (Mahkum Bih).

3. Lafadz penghubung antar keduanya.

Qadhiyyah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu qadhiyyah hamliyyah dan
qadhiyyah syarthiyyah. Qadhiyyah hamliyyah yaitu qadhiyyah yang di
dalamnya mengandung hukum untuk menghubungkan suatu mufrad dengan
mufrad yang lain. Dan qadhiyyah syarthiyyah, yaitu suatu qadhiyyah yang di
dalamnya mengandung hukum untuk menghubungkan qadhiyyah yang satu
dengan qadhiyyah yang lain disertai salah satunya dengan adat syarat.

B. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta
kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

6
Djalil, A. Basiq. 2019. Logika (Ilmu Mantiq). Jakarta: Prenadamedia Group.

Muqaddam, Mahmud Muntazeri. 2014. Pelajaran Mantiq: Perkenalan Dasar-Dasar


Logika Muslim. Yogyakarta: Rausyanfikr Institute.

Abdulchalik, Chaerudji dan Mukarromah, Oom. 2013. Ilmu Mantiq: Undang-undang


Berpikir Valid. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai