Anda di halaman 1dari 4

“INTERNATIONAL FIELD STUDY (IFS) DI MELAKA, MALAYSIA”.

A. Latar Belakang

Pembelajaran tak selamanya identik dengan ruang kelas. Proses pembelajaran

akan lebih efektif apabila mahasiswa mengetahui dan terjun kelapangan secara

langsung. Diharapkan dengan adanya studi lapangan akan dapat diketahui bagaimana

dan seperti apa proses pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi lainnya. Melalui

pelaksanaan studi lapangan diharapkan mahasiswa S2 Pendidikan Masyarakat IKIP

Siliwangi Bandung dapat memperoleh masukan dan pengalaman yang dapat dijadikan

sebagai pembanding untuk bisa lebih baik dalam menerapkan metode atau teknik

pembelajaran yang lebih sesuai dengan tingkatan usia peserta didik. Pendidikan

merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan

merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan dan kemajuan suatu

bangsa. Pengalaman merupakan salah satu bentuk pendidikan yang dialami oleh setiap

individu manusia, salah satu bentuknya yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan-

kegiatan studi lapangan atau syudi banding di tingkat internasional. Salah satu kegiatan

tingkat internasional yang diadakan oleh IKIP Siliwangi yaitu International Field Study.

B. Tujuan

Kegiatan International Field Study ini bertujuan untuk menambah wawasan

keilmuan mahasiswa dengan mengikuti seminar internasional yang diselenggarakan


oleh kampus setempat (negara tujuan) dan untuk menambah wawasan serta

mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan di luar negara Indonesia.

C. Peserta

Peserta dari IFS IKIP Siliwangi adalah mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi

Bahasa Indonesia, Matematika, dan Pendidikan Masyarakat. Semuanya berjumlah 26

orang dengan pembimbing sebanyak 2 orang.

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan tanggal 2 s.d. 4 September 2018, dengan Negara tujuan

Malaysia dan bertempat dikota Melaka dan Kuala Lumpur.

E. Rangkuman Kegiatan

Kunjungan pertama diawali ke Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Tinggi

Melaka. Adapun proses pembelajaran di sekolah tersebut secara umum hampir sama

dengan sekolah lainnya yang ada di Indonesia. Siswa-siswi yang masuk sekolah

menengah dari usia 13 tahun. Biaya operasional sekolah bersumber dari subsidi dan

bantuan dari kerajaan Malaysia, demikian pula gaji dan honor para guru. Kunjungan

kedua di kampus Institut Pendidikan Guru Kampus Perempuan Melayu (IPGKPM)

Melaka. Di kampus ini kita mengikuti Seminar Internasional yang diadakan oleh

kampus IPGKPM, Workshop, dan mengunjungi Museum Pendidikan Guru yang ada di

kampus IPGKPM, Melaka.


Setelah kunjungan ke sekolah dan kampus di atas, rombongan mahasiswa

berkunjung ke berbagai objek wisata yang ada di Melaka dan Kuala Lumpur. Melaka

sebagai kota tua dimana sebagian bangunannya merupakan peninggalan penjajah

Inggris, namun tetap dilestarikan oleh pemerintah Negeri Melaka, sehingga menjadi

tujuan dari wisata di Melaka. Objek-objek wisata yang dikunjungi antara lain Mesjid

Agung Selat Melaka, wisata air mengelilingi kota Melaka menggunakan Melaka River

Cruise, gereja tua dan objek wisata lainnya.

Hari ke 3 kunjungan kita ke Kedubes RI di Kuala Lumpur, rombongan disambut

oleh Atase Bidang Pendidikan dan Kebudayaan bapak Ari Purbayanto. Beliau

menjelaskan tentang pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan bagi

warga Indonesia yang ada di Malaysia dan berbagai hal yang terjadi di Malaysia.

Menurut bapak Ari, secara umum pendidikan di Malaysia tidak lebih maju dari

Indonesia. Jumlah penduduk Negara Indonesia dan luas wilayahnya tidak bisa

dibandingkan dengan Malaysia yang hanya sedikit penduduknya dengan luas wilayah

yang relatif kecil. Kalau mau membandingkan sekolah dan perguruan Tinggi yang kita

kunjungi dengan Sekolah dan Perguruan Tinggi yang ada di Jakarta, Bandung atau kota

besar lainnya di Indonesia, maka kita jauh lebih baik. Kebetulan saja sekolah dan

kampus yang kita kunjungi adalah sekolah yang didanai oleh subsidi kerajaan, maka

terkesan rapi dan tertata karena berada di bawah pengawasan dan

dipertanggungjawabkan terhadap kerajaan.


Selain kunjungan ke Kedubes RI, rombongan juga mengunjungi objek wisata

Menara Kembar Petronas, Lapangan Merdeka, Tugu Pahlawan Negara, Istana

Kesultanan Malaysia, dan Batu Caves.

F. Kesimpulan

Kesimpulan dari IFS ini bahwa pendidikan pada umumnya sama di seluruh

Negara, yang membedakan adalah sistem dan kurikulumnya. Disiplin dan pembentukan

karakter sangat diutamakan, karena sekolah tidak hanya mencetak insan manusia

cerdas tanpa karakter yang baik. Diharapkan dengan kunjungan ke berbagai Negara

menjadi bahan pemikiran dan pembanding, dan sekaligus masukan bagi perbaikan

mutu pendidikan di Indonesia dengan cara mencontoh sisi positifnya, khususnya bagi

mahasiswa IKIP Siliwangi Bandung yang berprofesi sebagai guru.

Anda mungkin juga menyukai