Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu: Nugraha Permana Putra, M.Pd

Disusun Oleh:
GITA NOPITA (200641077)
ROSMALA DEWI (200641058)

KELAS: SD20C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Informasi dan Teknologi Bantu dalam
Implementasi Pendidikan Inklusi” tepat waktu.
Makalah “Teknologi Informasi dan Teknologi Bantu dalam Implementasi Pendidikan
Inklusi” disusun guna memenuhi tugas dosen pengampu Nugraha Permana Putra, M,Pd pada
mata kuliah Pendidikan Inklusi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Cirebon. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Nugraha Permana
Putra, M,Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah “Pendidikan Inklusi”. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 2 Mei 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah .........................................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................3
A. Konsep Pendidikan Inklusi .......................................................................................................3
B. Penerapan Teknologi di Sekolah Inklusi .................................................................................5
C. Teknologi Pembelajaran dalam Pendidikan Inklusi ..............................................................6
D. Tujuan Menggunakan Teknologi di Pembelajaran Sekolah Inklusi ....................................7
BAB III ...................................................................................................................................................8
PENUTUP ..............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan .................................................................................................................................8
B. Saran ...........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aset bangsa yang sangat penting adalah seorang anak yang diberikan perhatian
dan juga pendidikan yang baik dalam semua aspek dengan tujuan untuk menjadi
manusia berkarakter yang berkualitas di kemudian hari. Mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003. Pendidkan merupakan hak dasar bagi semua warga Indonesia sekalipun itu anak
berkebutuhan khusus. Perbedaan tidak perlu menjadi perdebatan melainkan perbedaan
menjadi hal yang perlu di unggulkan. Setiap anak terlahir membawa keunikan masing-
masing. Pemerintah sangat berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan
yang merata dan juga dalam pengembangan pendidikan agar mutu pendidikan
Indonesia semakin baik (Indah & Binahayati, 2015).
Penyelenggaraan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus pemerintah telah
menyediakan fasilitas pendidikan yang khusus untuk anak berkebutuhan khusus disebut
dengan SLB (Sekolah Luar Biasa). Namun, hal ini membuat menjadi sebuah jarak yang
dapat memisahkan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada
umumnya, hal tersebut menjadi penghambat dalam berinteraksi di antara mereka (Indah
& Binahayati, 2015). Hal tersebut akan membuat anak berkebutuhan khusus merasa
tersingkirkan ketika berinteraksi dengan masyarakat. Anak berkebutuhan khusus juga
mempunyai hak dan kewajiban serta perlu menyesuaikan dengan lingkungannya jadi
wajar saja jika mereka menginginkan agar dapat berpartisipasi di lingkungan mereka.
Sekolah inklusi merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk semua anak
tanpa diskriminasi dimana sekolah ini anak-anak dapat belajar bersama tanpa ada
perbedaan. Di sekola inklusi semua peserta didik mendapatkan hak dan kewajiban yang
sama tanpa ada perlakuan khusus (Indah & Binahayati, 2015). Dalam proses belajar
mengajar teknologi pembelajaran sangat berperan penting dalam proses pembelajaran,
dengan itu dapat menjadi sebuah pembelajaran dalam pendidikan inklusi yang mampu
memecahkan masalah.
Alat bantu atau media merupakan komponen yang penting dalam sebuah
pendidikan dalam membantu kebutuhan peserta didik (Ariyanto, 2017). Dalam
lembaga pendidikan inklusi teknologi adaptif dapat membantu anak berkebutuhan
khusus dimana mereka dilatih menggunakan media teknologi seperti peserta didik yang
lainnya, oleh karena itu teknologi adaptif dapat membantu mereka dalam proses
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Inklusi?
2. Bagaimana penerapan teknologi di sekolah inklusi?
3. Bagaimana teknologi pembelajaran dalam pendidikan inklusi?
4. Apakah tujuan dari menggunakan teknologi di pembelajaran sekolah inklusi?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui maksud pendidikan inklusi.
2. Untuk mengetahui penerapan teknologi di sekolah inklusi.
3. Untuk mengetahui teknolgi pembelajaran dalam pendidikan inklusi.
4. Untuk mengetahui tujuan dari menggunakan teknologi di pembelajaran sekolah inklusi.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Inklusi
Inklusi diambil dari bahasa inggris yaitu To Include atau Inclusion atau
Inclusive yang berarti mengikutsertakan. Dalam pengertian inklusif yang diikutsertakan
adalah menghargai dan merangkul setiap individu dengan perbedaan latar belakang,
jenis kelamin, etnik, usia, agama, bahasa, budaya, karakteristik, status, pola hidup,
kondisi fisik, kemampuan dan kondisi beda lainnya (UNESCO: 2001:17). Inklusi dapat
berarti bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang memiliki hambatan adalah
keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh
(Smith: 2013,45). Karena pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang ramah,
terbuka dalam pembelajaran dan mengedepankan perilaku menghargai dan merangkul
perbedaan. Dengan demikian pendidikan inklusi dipahami sebagai pendekatan yang
berusaha mengubah sistem pendidikan dengan menghilangkan hambatan yang dapat
menghalangi setiap individu dalam mengikuti proses pembelajaran dengan dilengkapi
layanan pendukung guna menghilangkan hambatan tersebut.
Dalam Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif oleh Kementerian
Pendidikan Nasional tahun 2007 dinyatakan bahwa:
1. Memberikan kesempatan kepada semua anak (termasuk anak berkebutuhan
khusus) untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan mencegah dengan
menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4. Menciptakan model pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminasi, serta ramah terhadap pembelajaran.
5. Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 32 ayat 1
yang berbunyi setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan ayat 2
berbunyi setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
6. Memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak khususnya pasal 51 yang berbunyi anak yang
menyandang cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama
dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar
biasa.
Secara umum tujuan pendidikan inklusi adalah
1. Memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang
terjangkau, efektif, relevan dan tepat dalam wilayan tempat tinggalnya.
2. Memastikan semua pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif agar seluruh anak terlibat dalam proses pembelajaran jadi, inklusif
dalam pendidikan merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan
mengurangi keterpisahannya dari budaya, kurikulum dan komunitas sekolah
setempat.

3
Landasan Pendidikan Inklusif
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam penerapan pendidikan inklusif adalah
pancasila. Filsafat ini sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia
baik secara vertikal maupun horizontal. Kebhinekaan vertikal ditandai
dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial,
kepangkatan, kemampuan pengendalian diri dsb. sedangkan
kebhinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras,
bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik dsb.
kelainan (kecacatan) dan keberbakatan hanyalah satu bentuk
kebhinekaan seperti hanya perbedaan suku, agama, ras dan budaya. Di
dalam diri individu berkelainan dapat ditemukan keunggulan-
keunggulan tertentu, dan di dalam keberbakatan setiap individu pasti
ditemukan kecacatan tertentu, ini jelas karena tidak ada makhluk dibumi
ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan maupun keunggulan tidak
memisahkan siswa satu dengan yang lain dan sistem pendidikan harus
memungkinkan terjadinya interaksi siswa yang beragam.

2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis international adalah Deklarasi Salamanca yang isinya
menekankan bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya
belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan
yang mungkin ada pada mereka. Deklarasi PBB tentang HAM tahun
1948 dan Peraturan Standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang
sama bagi individu berkelainan memperoleh pendidikan, sebagai bagian
integral dari sistem pendidikan yang ada. Di Indonesia penerapan
pendidikan inklusif dijamin oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang dalam penjelasannya
menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik
berkelainan atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara
inklusif atau berupa sekolah khusus.

3. Landasan Pedagogis
Melalui pendidikan, semua anak termasuk mereka yang berkebutuhan
khusus dibentuk menjadi warga negara yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakklak mulian, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan demokratis dan bertanggung jawab yaitu individu
yang menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat.

4. Landasan Empiris
The National Academy of Sciences merupakan pelopor penelitian
berskala besar tentang pendidikan inklusif yang hasil dari penelitian itu
adalah klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas
atau tempak khusus tidak efektif. Beberapa peneliti melakukan
melakukan analisis lanjut atas hasil penbelitian sejenis. Hasil analisis
yang dilakukan oleh Carlberg dan Kavale (1980) terhadap 50 peneliti,

4
Wang dan Baker (1994) terhadap 11 penelitian, dan Baker (1994)
terhadap 13 penelitian menunjukkan bahwa pendidikan Inklusif
berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun
sosial anak berkelainan dan teman sebanyanya.

B. Penerapan Teknologi di Sekolah Inklusi


Teknologi di zaman sekarang sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru sangat dituntut untuk mengoperasikan teknologi agar
mampu melaksanakan proses belajar berbasis IT. Penggunaan teknologi di sekolah
inklusif merupakan tantangan bagi seorang guru agar lebih banyak menggunakan
strategi dan metode pembelajaran dimana agar dapat memahamkan kepada peserta
didiknya.
Dalam menerapkan teknologi di sekolah inklusi maka diperlukan
pengintegrasian sebuah alat pembelajaran yang sesuai kondisi pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus dengan anak normal pada umumnya. Dalam pengguna teknologi
merupakan hal yang efektif dalam membantu anak berkebutuhan khusus untuk bisa
memahami sebuah materi pembelajaran. Kompenen yang penting di dalam sekolah
inklusi yakni adanya alat bantu atau media yang di butuhkan peserta didik. Alat dan
media pembelajaran berbeda dengan yang biasa digunakan oleh peserta didik pada
umumnya. Salah satu teknologi asistif yang berperan penting dalam proses belajar yaitu
komputer. Bagian dan juga perangkat yang berperan penting bagi pendidikan inklusif
adalah komputer dan juga jaringan komputer. Dalam konteks pendidikan inklusi anak
berkebutuhan khusus sudah seharusnya dapat mengggunakan media teknologi seperti
peserta didik pada umumnya. Sehingga dapat membantu anak berkebutuhan khusus
untuk dalam proses belajar. Dari banyaknya teknologi adaptif yang terpenting adalah
yang dapat mengakseskan jaringa ke komputer dan teknologi informasi. Terdapat
beberapa teknologi adaptif yang sangat penting yaitu NVDA (Non visual Desktop
Access), JAWS (Job Access With Speech), I-chat (I can hear and talk) (ariyanto, 2017).
1. NVDA (Non Visual Desktop Access)
Merupakan teknologi berupa pembaca layar (screen reader) tidak berbayar yang
dapat mempermudah anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra dan anak yang
memiliki gangguan pengelihatan untuk menggunakan komputer. Aplikasi tersebut
memiliki cara kerja dengan membaca teks pada layar berupa suara yang terdapat di
dalam komputer dan pembaca dapat memindahkan kursor di bagian yang terdapat
teks, dengan adanya tanda panah di keyboard pembaca bisa membaca apa yang akan
dibaca. Bagi tunanetra dan anak yang memiliki gangguan pengelihatan dapat
memberikan instruksi kepada komputer dan menjawab pesan cukup dengan
memaksimalkannya dalam menghafal tempat dan fungsi keyboard komputer.
Keyboard ini di input dengan proses memasukkan peralatan dengan cara
mengaktifkan melalui tombol yang tersedia di keyboard, jadi dalam menggunakan
komputer bicara ini tunanetra dan anak yang memiliki gangguan penglihatan dapat
memilih perintah yang terdapat di menu yang bisa di akses melalui tombol yang
terdapat di keyboard atau menekan tombol shortcut (Apriliana, 2015).

5
2. JAWS (Job Access With Speech)
Program Jaws merupakan hardware dan software yang dapat mengeluarkan suara
bacaan, baik itu tulisan cetak maupun barille. Teknologi ini berkembang sangat
pesat dan dapat memberikan kesempatan dan pembelajaran yang baru untuk peserta
didik yang terhambat dalam penglihatannya (j, 2012). Program jaws dapat
digunakan oleh penyandang tunanetra dalam proses pendidikan sebagai media
pembelajaran. Dengan terciptanya program tersebut akan sangat membantu proses
belajar bagi penyandang tunanetra sehingga mereka tidak akan mengalami
ketertinggalan dalam memahami materi pembelajaran dan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru atau pendidik. Di dalam program ini mereka bisa memutar file
yang berisi materi pembelajaran sehingga mereka dapat membuat tugas secara
mandiri dan juga tugas tersebut dapat dicetak baik dalam bentuk tulisan latin
maupun media cetak braile (meri & zulvanti, 2018).
3. I-Chat (I can hear and talk)
Aplikasi i-CHAT (I Can Hear and Talk) adalah aplikasi pembelajaran dengan
menggunakan bahasa Isyarat berbasis komputer yang dirancang untuk Anak yang
mengalami kurangnya dalam pendengaran atau tunanetra yang dikemas dalam
bentuk multimedia (Paula, Indriyani, & Kadek, 2020). Aplikasi I-chat telah di
sosialisasikan kurang lebih 122 SLB-B di Indonesia, IChat ini merupakan Program
CSR (Corporate Social Responsibility) dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Hingga saat ini, aplikasi i-CHAT memuat 7000 kata dalam bentuk konten vidio dan
pengucapan. Aplikasi ini dapat bermanfaat bagi komunitas berkebutuhan khusus
dalam pendengaran serta orang tua, guru, dan kerabat mereka. Aplikasi i-CHAT
tersedia untuk Bahasa Isyarat Indonesia & Malaysia (Melayu) (paula, Indriyani, &
Kadek, 2020) . Aplikasi ini mengarahkan pengguna untuk belajar Bahasa Isyarat
Indonesia & Malaysia dan bagaimana mengatur kalimat afirmatif (Andreas &
Bilpen, 2016).

C. Teknologi Pembelajaran dalam Pendidikan Inklusi


Dalam proses pembelajaran dikelas maupun diluar kelas yang perlu
diperhatikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran secara tepat. Dalam kelas inklusi
perlu adanya target antara mereka yang normal dan mereka yang berkebutuhan khusus.
bagi mereka yang berkebutuhan khusus dan dalam belajarnya menggunakan teknologi
adaptif harus diperhatikan bahwa materi yang disampaikan dan tugas yang diberikan
harus mengakomodir semuanya.
Pengembangan teknologi adaptif yang dilakukan harus disesuaikan dengan
kebutuhan anak penyandang cacat dengan kompensatoris yang dimilikinya dalam
berbagai kegiatan akademik disekolah. Ada 2 tindakan reflektif yang perlu
diperhatikan:
1. Kesenjangan dalam menggunakan komputer dan teknologi informasi dan
komunikasi bagi anak anak berkebutuhan khusus dapat dikurangi dengan
peningkatan akses ke komputer dan teknologi informasi dan komunikasi
dalam konteks pendidikan inklusi.

6
2. Bahwa penggunaan komputer dan teknologi informasi dan komunikasi oleh
anak berkebutuhan khusus dapat digunakan untuk mengembangkan
pengajaran yang berpusat pada siswa dan dapat menyamakan dengan anak
normal lainnya dalam setting pendidikan inklusi.
Penerimaan anak yang berbeda di dalam kelas merupakan suatu keharusan
dalam etting pendidikan inklusi, seorang guru harus bisa membuat menerima dari
kekurangan maupun kelebihan anak berkebutuhan khusus pada anak normal.
Penggabungan kelas dan penggunaan teknologi adaptif dalam kelas inklusi harus
sejalan dengan pendidikan yang ada saat ini. Dengan semakin banyaknya anak
berkebutuhan khusus yang masuk dalam kelas reguler, maka sekolah harus siap
menjadi kelas inklusi. Oleh karena itu sekolah harus siap menerima keadaan ini dan
akan banyak siswasiswa yang membutuhkan dan menggunakan teknologi adaptif.
Penggunaan teknologi adaptif ini tentu tidak bisa dilakukan oleh guru pada sekolah
tersebut secara mandiri, oleh karena itu sekolah harus melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak yang memahami teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki minat
terhadap kebutuhan dari siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam menggunakan
teknologi adaptif ini. Dengan kondisi diatas, maka sekolah harus mengupayakan dan
membantu kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh dan mempelajari
penggunaan teknologi adaptif secara tepat.
D. Tujuan Menggunakan Teknologi di Pembelajaran Sekolah Inklusi
Anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar mengalami sedikit kesulitan,
contoh, siswa yang memiliki ganggguan pendengaran yang mana mereka bergantung
kepada gerakan bibir seseorang untung bisa mengetahui apa yang mereka katakan (M,
2012). Oleh karena itu perlu mengenalkan teknologi asistif yang dapat membantu
peserta didik, untuk itu pengajar agar dapat memanfaatkan aktivitas teknologi yang
membantu peserta didik. Sangat berperan penting teknologi sebagai media
pembelajaran dalam membantu anak berkebutuhan khusus yang telah di atur sebaik
mungkin agar bisa digunakan untuk anak berkebutuhan khusus.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perangkat komputer dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
saat ini sangat pesat. Sebagian besar masyarakat sudah menikmati perkembangan
tersebut, akan tetapi masih ada masyarakat yang termarginalkan. Mereka kesulitan
mendapatkan akses ke ruang informasi karena keterbatasan yang mereka miliki.
Peraturan yang mengatur masalah itu sudah jelas, tapi kenyataannya implementasinya
masih belum. Anak berkebutuhan khusus juga harus mengikuti perkembangan tersebut.
Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
Pemerintah Indonesia memberikan jaminan sepenuhnya kepada peserta didik
berkebutuhan khusus atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
memperoleh layanan pendidikan yang bermutu.
Penggunaan teknologi di sekolah inklusif merupakan tantangan bagi seorang
guru agar lebih banyak menggunakan strategi dan metode pembelajaran agar dapat
memahamkan kepada peserta didiknya. Penggunaan teknologi di sekolah inklusif
merupakan tantangan bagi seorang guru agar lebih banyak menggunakan strategi dan
metode pembelajaran dimana agar dapat memahamkan kepada peserta didiknya.
Mendidik di sekolah inkusif merupakan tantangan sebagai seorang guru agar terus
bersabar dan mampu membuat anak-anak ABK merasa nyaman dan juga merasa bahwa
mereka mempunyai hak yang sama seperti anak normal biasanya. Keterbatasan karena
hambatan tertantu yang dialamai anak berkebutuhan khusus tentu membutuhkan alat
bantu teknologi adaptif, teknologi yang bisa memberikan akses computer dan teknologi
informasi. Terdapat beberapa teknologi adaptif yang sangat penting yaitu, NVDA
(Akses Desktop NonVisual), JAWS (Akses Pekerjaan dengan Ucapan), I-Chat (saya
dapat mendengar dan berbicara).
B. Saran
Teknologi pembelajaran memiliki peran penting dalam memfasilitasi
penggunaan teknologi komputer dari siswa dan guru khususnya anak berkebutuhan
khusus dan pengajar anak berkebutuhan khusus. para guru pengajar anak berkebutuhan
khusus harus bisa menggunakan teknologi adaptif agar para anak berkebutuhan khusus
yang kesulitan dalam menghadapi pelajaran dalam kelas inklusi langsung bisa
menangani secara cepat, hal ini karena para guru adalah orang yang berhadapan
langsung di kelas inklusi. Para guru bisa berdiskusi dengan para teknolog pembelajaran
dalam mempersiapan setting pendidikan inklusi, dan para teknolog pembelajaran harus
lebih sering turun ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan dan hambatan
yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus dan membantu menyeleseikan masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu para teknolog pembelajaran harus bisa memfasilitasi
dan memecahkan masalah dalam setting pendidikan inklusi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto Dedy. (2017). Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Mendukung Implementasi


Pendidikan Inklusi. Academia, 383–384.
Mayangsari, Mayangsari, I., Salsabila, U. H., Tari, Zulaikha, I. R., Dewi, & Aprita, F. (2020).
Pendidikan Teknologi di Sekolah Inklusi pemerintah telah menyediakan fasilitas
pendidikan yang khusus untuk anak anak tanpa diskriminasi dimana disekolah ini anak-
anak dapat belajar. Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Kebudayaan, 7, 278–285.
https://doi.org/10.32505/tarbawi.v8i2.2195

Anda mungkin juga menyukai