DOSEN PEMBIMBING:
Oleh Kelompok 2:
Fitriani 3621043
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ........................................................................... 15
B. SARAN ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peran pariwisata bagi sebuah wilayah secara nyata tidak dapat diragukan,
karena pariwisata banyak memberikan kontribusi bagi perekonomian Masyarakat.
Kontribusi yang diberikan dari sektor pariwisata mampu menyumbang devisa bagi
negara serta dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah. Peranan
sektor pariwisata secara optimal dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan pendapatan daerah. Dari kegiatan pendukung pariwisata tersebut
juga akan didapatkan sumber-sumber dari pendapatan asli daerah yang berasal dari
pajak serta retribusi sehingga sektor pariwisata memiliki peran serta bagi
Pembangunan sebuah wilayah.
Undang-undang No 10 Tahun 2009 pasal 8 ayat 1 dan 2 tentang
kepariwisataan menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan dengan
berdasarkan rencana induk Pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi dan
kabupaten atau kota yang merupakan bagian integral dari Pembangunan jangka
Panjang nasional. Dalam Pembangunan sebuah objek wisata selain harus memiliki
kriteria yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung tentunya harus
didukung dengan kelayakan berdirinya sebuah usaha. Kasmir dan Jakfar secara
umum mengemukakan untuk melihat kelayakan suatu usaha adalah dengan melihat
dari aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis aspek
manajemen dan aspek ekonomi sosial. Selain itu, untuk mendukung pengembangan
objek wisata secara optimal maka diperlukan adanya Langkah-langkah strategis
dalam pengembangan daerah pariwisata.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Studi Kelayakan Priwisata?
2. Apa saja faktor permintaan dan penawaran di tempat wisata?
3. Bagaimana penilaian kelayakan wisata?
4. Apa pengertian aspek hukum?
1
5. Apa saja jenis badan hukum usaha?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian studi kelayakan pariwisata
2. Untuk mengetahui faktor permintaan dan penawaran di tempat
wisata
3. Untuk mengetahui penilaian kelayakan wisata
4. Untuk mengetahui aspek hukum
5. Untuk mengetahui jenis badan hukum usaha
2
BAB 11
PEMBAHASAN
Menurut Pitana dan Diarta studi kelayakan pariwisata mencakup beberapa hal
spesifik yang harus dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau
memaksimalkan potensi untuk suskes. Secara lebih khusus studi kelayakan pada
perencanaan wisata dimaksudkan untuk menemukan jawaban atas beberapa
pertanyaan berikut :
1
Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta,
2010.
3
1. Apakah gagasan (rencana proyek wisata) tersebut realistis? Realistis atau
tidaknya ide hanya dapat dibuktikan melalui suatu kajian yang menyeluruh
dan seksama.
2. Apakah disini kriteria potensi dan eksistensi atraksi wisata perlu
dirumuskan dengan jelas? Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat
diidentifikasi mana yang eksis dan mana yang masih berupa potensi.
3. Apakah ada segmen pasar untuk produk wisata itu? Studi kelayakan harus
bisa menjawab pertanyaan ini sebab itu akan menjadi patokan yang
menentukan apakah proyek layak dijalankan atau tidak.
4. Apakah besaran investasi untuk mengembangkan produk lebih tinggi dari
keuntungan yang akan diperoleh? Analisis biaya dan keuntungan menjadi
keharusan untuk merekomendasikan layak tidaknya proyek dilaksanakan.
5. Apakah proyek tersebut mampu mendorong atau fungsional bagi
pariwisata? Kelayakan suatu proyek juga sangat ditentukan oleh
keberuntungan proyek tersebut.
Dari pengertian dan tujuan studi kelayakan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa studi kelayakan dapat berperan penting dalam proses
mengambil keputusan investasi. Hasil akhir yang disajikan dari studi kelayakan
merupakan dasar pertimbangan (tekniss, ekonomis, dan komersial) untuk
memutuskan apakah investasi pada proyek tertentu jadi dilakukan atau tidak. 2
2
Eddyono, Fauziah, Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Jawa Timur: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2021. Hal.32
4
c. Keperluan bisnis dan profesi
d. Keperluan menjaga Kesehatan
e. Keyakinan, religi, pilgrim
f. Kru dari angkutan umum transit, dan sebagainya.
Manajer pemasaran centrong harus mengetahui mengapa dan bagaimana
konsumen mengambil keputusan untuk memilih tempat liburan mereka. Selain
itu, manajer pemasaran juga perlu untuk memahami Bagaimana proses
psikologis internal mempengaruhi individu dalam memilih antara tujuan
liburan yang berbeda dan jenis produk tertentu titik proses ini dikenal dalam
pemasaran sebagai aspek perilaku wisatawan. Faktor penentu konsumen dalam
memutuskan tempat liburannya dipengaruhi oleh: faktor ekonomi, harga
komparatif, faktor demografis, faktor geografis, sikap sosial budaya terhadap
pariwisata mobilitas, pemerintah dan regulasi media komunikasi, teknologi
informasi dan komunikasi.
Pada dasarnya permintaan atau demand seseorang atau sebuah masyarakat
terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor lainnya antara lain:
harga barang itu sendiri harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang
tersebut pendekatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak
gambaran distribusi pendapatan dalam masyarakat, selera enggak Tapi tadi
masyarakat, tingkat pendidikan, dan ramalan mengenai keadaan di masa yang
akan datang. Pariwisata dilihat dari sisi permintaan mengacu pada kegiatan
wisatawan dan upaya mereka dalam mendapatkan barang dan jasa. 3
Ukuran permintaan pariwisata terdiri dari lama atau duration kunjungan
atau perjalanan, asal dan tujuan perjalanan daerah atau tempat tujuan dalam
negara yang dikunjungi, modal transportasi, dan jenis akomodasi. Sehingga
permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang
diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi Jauh sebelum
melakukan perjalanan permintaan sudah muncul seperti informasi tentang
daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, hotel di mana akan menginap,
3
Kartika Sari, Elsi., Simangunsong, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007
5
pesawat yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan berapa
banyak uang yang harus dibawa.
Dengan demikian, klasifikasi permintaan Wisatawan adalah sensasi yang
terkait dengan kebutuhan akan atraksi, aksesibilitas, dan amenities.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak mungkin terpenuhi jika tidak diiringi oleh
kemudahan aksesibilitas yang meliputi:
a. Kemudahan dan kelayakan moda transportasi (darat, laut, penyeberangan
dan udara)
b. Kemudahan imigrasi dalam pengurusan dokumen perjalanan (paspor, visa,
asuransi, dan dokumen perjalanan lainnya)
c. Keberadaan jalan raya yang menjamin kelancaran dan keamanan bagi
wisatawan
d. Keberadaan rambu-rambu lalu lintas yang bersifat universal
e. Keberadaan Terminal udara, darat, laut, dan penyeberangan yang
memudahkan perpindahan penumpang (wisatawan) dari satu lokasi ke
lokasi lainnya
f. Sarana fisik maupun non fisik yang terkait aksesibilitas.
6
sebagai pemasok yang ditawarkan baik kepada pengunjung yang datang
secara langsung atau yang membeli melalui agen perjalanan atau biro
perjalanan wisata sebagai perantara titik termasuk dalam pengertian
penawaran adalah semua bentuk daya tarik wisata ( tourist attractions ) ,
semua bentuk kemudahan untuk memperlancar perjalanan (accessibilities),
dan semua bentuk fasilitas dan pelayanan (Facilities and services) yang
tersedia pada suatu daerah tujuan wisata yang dapat memuaskan kebutuhan
dan keinginan wisatawan selama mereka melakukan perjalanan di daerah
tujuan wisata tersebut. Inti dari elemen penawaran adalah atraksi pariwisata
tanpa atraksi tidak ada aktivitas pariwisata. Atraksi merupakan elemen
kunci dari sistem pariwisata, dengan kemampuan untuk menarik orang ke
destinasi. Atraksi-atraksi tersebut dapat bersifat sangat bervariasi dan
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama.4
4
Solihin, Ismail, Pengantar Bisnis: Pengenalan Praktis dan Studi Kasus, Edisi Pertama,
Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2006
7
Semakin mudah dicapai maka Tingkat kunjungan ke objek wisata tersebut
pun akan meningkat. Kemudahan pencapaian objek wisata dapat dilihat dari
lokasi objek wisata yang cukup strategis ketersediaan angkutan umum yang
mencakup rute trayek yang ada dan jam operasinya, jarak objek wisata yang
bersangkutan serta kondisi dan kelas jalan.
3. Kelengkapan Fasilitas Pelayanan Wisata
Penilaian kelengkapan fasilitas pelayanan wisata yang dilakukan meliputi
fasilitas pelayanan di objek wisata yang bersangkutan dan di kota pusat
pelayanan biasanya meliputi ketersediaan dan kualitas ruang pengelola,
rumah makan, tempat ibadah, WC, air bersih, tempat bersih, tempat parkir,
Listrik, telepon dan tempat penjualan, cinderamata.
4. Faktor Penunjang
Penilaian factor penunjang adalah kedekatan suatu objek wisata dengan
objek lain, skala objek, keterkenalan objek itu sendiri atau objek lainnya
yang dekat dan lain-lainnya yang merupakan intangible resource dari objek
wisata.5
D. Pengertian Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha baik itu di dunia bisnis maupun pariwisata. Ketentuan
hukum untuk jenis usaha berbeda-beda, tergantung pada kompleksitas bisnis
tersebut. Adanya otonomi daerah menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan
antara daerah yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai ketentuan kebohongan dan perizinan investasi untuk
setiap daerah merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan analisis
kesesuaian aspek hukum.
Adapun tujuan dari analisis aspek hukum dalam studi kelayakan bisnis yaitu
untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen
yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan
Lembaga yang mengeluarkan dan mengesahkan dokumen yang bersangkutan.
5
Romani. S 2006. Skripsi Penilaian ODTWA Serta Alternatif Perencanaannya Di Taman
Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi. IPB.
8
Berikut ini disajikan jenis data, sumber data dan cara memperoleh data dan
cara menganalisis data yang terkait dengan aspek hukum
1. Jenis data dan sumber data
Jenis data yang disajikan secara umum yaitu data kuantitatif yang
mencakup tentang bentuk badan usaha, izin usaha dan izin lokasi
pendirian proyek atau bisnis. Semua ini dapat diperoleh dari sumber
extern seperti notaris, pemda, departemen terkait maupun pemerintah
setempat.
2. Cara memperoleh dan menganalisis data
Untuk memperoleh gambaran kelengkapan data dasar dan data yang
harus dipenuhi tentang izin usaha dan izin lokasi pendirian dapat digali
dengan Teknik wawancara dan dokumentasi.
6
Ani Pinayani, Modul Kewirausahaan SMK: Memilih Bentuk Usaha dan Perijinan,
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004
9
kewajiban dan hak terhadap berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan,
baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan
Pendirian suatu badan hukum usaha haruslah memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Ada beberapa faktor untuk memilih badan usaha yang akan
dijalankan. Dalam praktiknya, pertimbangan utama pemilihan bentuk badan
hukum perusahaan antara lain:
1. Keluwesan untuk beraktivitas Pertimbangan tentang luasnya bidang
usaha yang akan dimasuki oleh pemilik, misalnya tanpa dibatasi oleh
modal, wilayah, atau batasan lainnya. Pertimbangan keluwesan
beraktivitas ini biasanya bagi mereka yang memiliki modal relatif besar
dan memiliki hubungan dengan berbagai pihak yang terkait, baik
pemerintah, swasta, maupun asing. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak
2. terlalu memperhatikan keluwesan beraktivitas biasanya hanya berfokus
pada bidang/wilayah tertentu saja.
3. Batas wewenang dan tanggung jawab pemilik Pertimbangan yang
memperhatikan masalah tanggung jawab terhadap utang piutang
perusahaan terhadap harta pribadi. Dalam hal pengembanan wewenang
dan tanggung jawab, pemilik biasanya memikirkan faktor resiko yang
akan dihadapi. Pada perusahaan yang jenis badan usahanya memiliki
tanggung jawab tidak terbatas, apabila perusahaan mengalami resiko
kerugian, maka harta pribadi ikut menjadi atas utang/kewajibannya.
4. Kemudahan pendirian Pertimbangan untuk pemilik yang ingin memulai
usaha yang berskala kecil. Pemilik hanya perlu memenuhi syarat yang
sederhana dan langsung dapat menjalankan usahannya. Yang menjadi
pertimbangan biasanya faktor biaya dan modal yang harus dipenuhi.
5. Kemudahan memperoleh modal Kemudahan perusahaan dalam
mendapatkan modal usaha, mengingat perusahaan yang dijalankan
semakin besar. Kemudahan memperoleh modal ini, baik berupa modal
sendiri atau modal pinjaman dari berbagai pihak seperti bank, atau
bantuan dari berbagai pihak.
10
6. Kemudahan untuk memperbesar usaha Pertimbangan bagi mereka yang
berpikir jauh ke depan dan optimis bahwa usaha yang dijalankan akan
semakin besar, menjadi pertimbangan badn usaha yang akan dipilih.
Perusahaan yang semula kecil terpaksa mengubah badan usahanya
karena usahanya makin besar dan terus mengalami perkembangan.
7. Kelanjutan usaha Pemilik berharap usaha yang dijalankan memiliki
umur yang panjang. Oleh karena itu, pemilihan badan usaha untuk
jangka waktu yang panjang menjadi pertimbangan guna perkembangan
usaha ke depannya.
1. Perusahaan Perseorangan
2. Firma (Fa)
7
Ani Pinayani, Modul Kewirausahaan SMK: Memilih Bentuk Usaha dan Perijinan,
Direktorat
11
Merupakan persekutuan/perserikatan untuk menjalankan usaha antara
dua orang atau lebih dengan nama bersama, dengan tanggung jawab
masing-masing anggota firma tidak terbatas. Sedangkan, laba yang
diperoleh dari usaha tersebut untuk dibagi bersama-sama, begitupun
sebaliknya bila terjadi kerugian, semua anggota firma ikut
menanggungnya(Indriyo, 2005).
12
perusahaan, serta memiliki bertanggung tanggung jawab terbatas pada
kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan tersebut. 8
8
Kartika Sari, Elsi., Simangunsong, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007
13
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”.
5. Yayasan
6. Koperasi
Kata koperasi berasal dari kata Co yang artinya bersama dan operation
yang artinya bekerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa koperasi adalah
suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi, yang anggotanya
adalah orang-orang atau badan hukum koperasi yang tergabung secara
sukarela atas dasar persamaan hak dan kewajiban, melakukan satu macam
usaha atau lebih untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan pengertian koperasi menurut
pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan”.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Analisis kelayakan adalah proses pengukuran dan kelayakan, kelayakan
sebaiknya dilakukan atau diukur sepanjang siklus hidup. studi
kelayakan pariwisata mencakup beberapa hal spesifik yang harus
dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau memaksimalkan
potensi untuk suskes.
2. Elemen penawaran adalah atraksi pariwisata tanpa atraksi tidak ada
aktivitas pariwisata. Ukuran permintaan pariwisata terdiri dari lama atau
duration kunjungan atau perjalanan, asal dan tujuan perjalanan daerah
atau tempat tujuan dalam negara yang dikunjungi, modal transportasi,
dan jenis akomodasi.
3. Kriteria penilaian wisata terdiri dari daya Tarik wisata, kemudahan
pencapaian objek wisata dan kelengkapan fasilitas dalam objek wisata.
4. Aspek hukum dalam studi kelayakan bisnis yaitu untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen yang
dimiliki.
5. Jenis badan hukum menurut peraturan perundang-undangan terdiri dari
Perusahaan Perseorangan, Firma, Perseroan terbatas, Perserikatan
Commoditer, Yayasan dan Koperasi.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih banyak memerlukan pembenahan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kepada segenap pembaca untuk memberikan
masukan baik berupa kritik maupun saran, baik secara lisan maupun tulisan,
kami akan dengan senang hati menerimanya. Harapan kami semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi pembacanya, aamiin.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhona, Indah, Aspek Hukum Studi Kelayakan Bisnis, Sulawesi Selatan, 2020
16