Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STUDI KELAYAKAN PARIWISATA DAN ASPEK HUKUM


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
Manajemen Kelayakan Pariwisata dan Dipresentasikan dikelas MHU 6-B

DOSEN PEMBIMBING:

Zulwida Rahmayeni SE, MM

Oleh Kelompok 2:

Fitriani 3621043

Ilham Yoga Pratama 3621039

Sovia Hanni 3621055

Siti Aisyah 3621058

JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SJECH M DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGITAHUN AJARAN 2024M/1445H

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena


Rahmat,taufik, hidayah dan inayah-Nya, makalah Manajemen Kualitas Pelayanan
ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa
mengikuti sunnah beliau. Makalah Studi Kelayakan Pariwisata ini dibuat
berdasarkan kepada panduan dan Garis-garis Besar Program Pengajaran yang
diberikan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek
Bukittingi.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak


membantu didalam penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimakasih, karena
tanpa arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan, tentunya belum bisa tersaji
kepada para pembaca, walaupun tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.
Akhir kata, sebagai Makalah Manajemen Kualitas Pelayanan yang baik tentunya
memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan materi kedepan, untuk itu kami
dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi maksud diatas demi
peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajaran ini.

Bukittinggi, 5 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Kelayakan Pariwisata ...................................... 3


B. Faktor Permintaan Dan Faktor Penawaran Ditempat Wisata ...... 4
C. Kriteria Penilaian Kelayakan Wisata .......................................... 7
D. Pengrtian Aspek Hukum ............................................................. 8
E. Jenis Jenis Badan Hukum Usaha ................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................... 15
B. SARAN ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peran pariwisata bagi sebuah wilayah secara nyata tidak dapat diragukan,
karena pariwisata banyak memberikan kontribusi bagi perekonomian Masyarakat.
Kontribusi yang diberikan dari sektor pariwisata mampu menyumbang devisa bagi
negara serta dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah. Peranan
sektor pariwisata secara optimal dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan pendapatan daerah. Dari kegiatan pendukung pariwisata tersebut
juga akan didapatkan sumber-sumber dari pendapatan asli daerah yang berasal dari
pajak serta retribusi sehingga sektor pariwisata memiliki peran serta bagi
Pembangunan sebuah wilayah.
Undang-undang No 10 Tahun 2009 pasal 8 ayat 1 dan 2 tentang
kepariwisataan menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan dengan
berdasarkan rencana induk Pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi dan
kabupaten atau kota yang merupakan bagian integral dari Pembangunan jangka
Panjang nasional. Dalam Pembangunan sebuah objek wisata selain harus memiliki
kriteria yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung tentunya harus
didukung dengan kelayakan berdirinya sebuah usaha. Kasmir dan Jakfar secara
umum mengemukakan untuk melihat kelayakan suatu usaha adalah dengan melihat
dari aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis aspek
manajemen dan aspek ekonomi sosial. Selain itu, untuk mendukung pengembangan
objek wisata secara optimal maka diperlukan adanya Langkah-langkah strategis
dalam pengembangan daerah pariwisata.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Studi Kelayakan Priwisata?
2. Apa saja faktor permintaan dan penawaran di tempat wisata?
3. Bagaimana penilaian kelayakan wisata?
4. Apa pengertian aspek hukum?

1
5. Apa saja jenis badan hukum usaha?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian studi kelayakan pariwisata
2. Untuk mengetahui faktor permintaan dan penawaran di tempat
wisata
3. Untuk mengetahui penilaian kelayakan wisata
4. Untuk mengetahui aspek hukum
5. Untuk mengetahui jenis badan hukum usaha

2
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Kelayakan Pariwisata


Menurut Ibrahim Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak
dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Pengertian layak disini
adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan
memberikan manfaat (benefit) baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti
sosial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha atau proyek dalam arti social benefit
tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial, hal ini tergantung dari segi
penilaian yang dilakukan. 1
Analisis kelayakan adalah proses pengukuran dan kelayakan, kelayakan
sebaiknya dilakukan atau diukur sepanjang siklus hidup. Studi ini merupakan kajian
yang bersifat praktis atas berbagai keunggulan dan kelemahan sumber daya yang
tersedia yang akan dijadikan basis penyusunan rencana proyek. Studi kelayakan
memuat analisis tentang masalah yang mungkin terjadi jika suatu proyek akan
dijalankan dan kemungkinan untuk mengatasinya secara efektif. Biasanya studi
kelayakan dilakukan untuk maksud berikut :
1. Mengevaluasi kondisi nyata suatu proyek atau layanan
2. Mengevaluasi pengembangan produk dan jasa
3. Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru
4. Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek

Menurut Pitana dan Diarta studi kelayakan pariwisata mencakup beberapa hal
spesifik yang harus dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau
memaksimalkan potensi untuk suskes. Secara lebih khusus studi kelayakan pada
perencanaan wisata dimaksudkan untuk menemukan jawaban atas beberapa
pertanyaan berikut :

1
Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta,
2010.

3
1. Apakah gagasan (rencana proyek wisata) tersebut realistis? Realistis atau
tidaknya ide hanya dapat dibuktikan melalui suatu kajian yang menyeluruh
dan seksama.
2. Apakah disini kriteria potensi dan eksistensi atraksi wisata perlu
dirumuskan dengan jelas? Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat
diidentifikasi mana yang eksis dan mana yang masih berupa potensi.
3. Apakah ada segmen pasar untuk produk wisata itu? Studi kelayakan harus
bisa menjawab pertanyaan ini sebab itu akan menjadi patokan yang
menentukan apakah proyek layak dijalankan atau tidak.
4. Apakah besaran investasi untuk mengembangkan produk lebih tinggi dari
keuntungan yang akan diperoleh? Analisis biaya dan keuntungan menjadi
keharusan untuk merekomendasikan layak tidaknya proyek dilaksanakan.
5. Apakah proyek tersebut mampu mendorong atau fungsional bagi
pariwisata? Kelayakan suatu proyek juga sangat ditentukan oleh
keberuntungan proyek tersebut.

Dari pengertian dan tujuan studi kelayakan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa studi kelayakan dapat berperan penting dalam proses
mengambil keputusan investasi. Hasil akhir yang disajikan dari studi kelayakan
merupakan dasar pertimbangan (tekniss, ekonomis, dan komersial) untuk
memutuskan apakah investasi pada proyek tertentu jadi dilakukan atau tidak. 2

B. Faktor Permintaan Dan Faktor Tempat Wisata (Penawaran)


1. Permintaan
Mengetahui permintaan pariwisata sangat penting dalam upaya untuk
mengukur dan mengevaluasi segmen-segmen utamanya yang berguna untuk
keperluan perencanaan dan pemasaran. Kelompok dan segmen utama pariwisata
terdiri dari:
a. kesenangan rekreasi dan liburan
b. Kunjungan ke teman dan family

2
Eddyono, Fauziah, Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Jawa Timur: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2021. Hal.32

4
c. Keperluan bisnis dan profesi
d. Keperluan menjaga Kesehatan
e. Keyakinan, religi, pilgrim
f. Kru dari angkutan umum transit, dan sebagainya.
Manajer pemasaran centrong harus mengetahui mengapa dan bagaimana
konsumen mengambil keputusan untuk memilih tempat liburan mereka. Selain
itu, manajer pemasaran juga perlu untuk memahami Bagaimana proses
psikologis internal mempengaruhi individu dalam memilih antara tujuan
liburan yang berbeda dan jenis produk tertentu titik proses ini dikenal dalam
pemasaran sebagai aspek perilaku wisatawan. Faktor penentu konsumen dalam
memutuskan tempat liburannya dipengaruhi oleh: faktor ekonomi, harga
komparatif, faktor demografis, faktor geografis, sikap sosial budaya terhadap
pariwisata mobilitas, pemerintah dan regulasi media komunikasi, teknologi
informasi dan komunikasi.
Pada dasarnya permintaan atau demand seseorang atau sebuah masyarakat
terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor lainnya antara lain:
harga barang itu sendiri harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang
tersebut pendekatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak
gambaran distribusi pendapatan dalam masyarakat, selera enggak Tapi tadi
masyarakat, tingkat pendidikan, dan ramalan mengenai keadaan di masa yang
akan datang. Pariwisata dilihat dari sisi permintaan mengacu pada kegiatan
wisatawan dan upaya mereka dalam mendapatkan barang dan jasa. 3
Ukuran permintaan pariwisata terdiri dari lama atau duration kunjungan
atau perjalanan, asal dan tujuan perjalanan daerah atau tempat tujuan dalam
negara yang dikunjungi, modal transportasi, dan jenis akomodasi. Sehingga
permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya terbatas pada waktu yang
diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi Jauh sebelum
melakukan perjalanan permintaan sudah muncul seperti informasi tentang
daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, hotel di mana akan menginap,

3
Kartika Sari, Elsi., Simangunsong, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007

5
pesawat yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan berapa
banyak uang yang harus dibawa.
Dengan demikian, klasifikasi permintaan Wisatawan adalah sensasi yang
terkait dengan kebutuhan akan atraksi, aksesibilitas, dan amenities.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak mungkin terpenuhi jika tidak diiringi oleh
kemudahan aksesibilitas yang meliputi:
a. Kemudahan dan kelayakan moda transportasi (darat, laut, penyeberangan
dan udara)
b. Kemudahan imigrasi dalam pengurusan dokumen perjalanan (paspor, visa,
asuransi, dan dokumen perjalanan lainnya)
c. Keberadaan jalan raya yang menjamin kelancaran dan keamanan bagi
wisatawan
d. Keberadaan rambu-rambu lalu lintas yang bersifat universal
e. Keberadaan Terminal udara, darat, laut, dan penyeberangan yang
memudahkan perpindahan penumpang (wisatawan) dari satu lokasi ke
lokasi lainnya
f. Sarana fisik maupun non fisik yang terkait aksesibilitas.

2. Penawaran Pariwisata (Tourist Souplay)


Pariwisata adalah fenomena yang kompleks karena ada banyak
pelaku yang berbeda, dan permintaan dan penawaran yang secara geografis
terpisah tetapi produksi dan konsumsi berlangsung di tempat yang sama.
Sistem pariwisata dapat didefinisikan sebagai kerangka kerja yang
menunjukkan interaksi antara penawaran pariwisata didestinasi elemen
penghubung antara penawaran dan permintaan, dan permintaan pariwisata.
Hubungan antara permintaan dan penawaran, melalui elemen penghubung
koma adalah hubungan dua arah. Dalam sistem pariwisata persediaan
didestinasi pariwisata merupakan elemen kunci.
Pengertian penawaran dalam pariwisata meliputi keseluruhan
berbagai macam dan pelayanan dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah,
masyarakat, komunitas dan kelompok perusahaan industri pariwisata

6
sebagai pemasok yang ditawarkan baik kepada pengunjung yang datang
secara langsung atau yang membeli melalui agen perjalanan atau biro
perjalanan wisata sebagai perantara titik termasuk dalam pengertian
penawaran adalah semua bentuk daya tarik wisata ( tourist attractions ) ,
semua bentuk kemudahan untuk memperlancar perjalanan (accessibilities),
dan semua bentuk fasilitas dan pelayanan (Facilities and services) yang
tersedia pada suatu daerah tujuan wisata yang dapat memuaskan kebutuhan
dan keinginan wisatawan selama mereka melakukan perjalanan di daerah
tujuan wisata tersebut. Inti dari elemen penawaran adalah atraksi pariwisata
tanpa atraksi tidak ada aktivitas pariwisata. Atraksi merupakan elemen
kunci dari sistem pariwisata, dengan kemampuan untuk menarik orang ke
destinasi. Atraksi-atraksi tersebut dapat bersifat sangat bervariasi dan
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama.4

C. Kriteria Penilaian Potensi Wisata


1. Daya Tarik Wisata
a. Penilaian daya tarik wisata dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
penilaian daya tarik yang dapat dilihat wisatawan dan penilaian daya
tarik yang melibatkan wisatawan. Keduanya mempunyai dampak
terhadap karakteristik wisatawan yang ditariknya.
b. Penilaian daya tarik untuk objek yang dapat dilihat oleh wisatawan
meliputi penilaian 4 jenis daya Tarik wisata yaitu panorama
keindahan alam, keunikan atau kekhususan alam, peninggalan
benda budaya dan kegiatan sosial budaya.
c. Penilaian daya tarik wisata yang melibatkan wisatawan di lihat dari
jumlah atraksi, jenis atraksi, jumlah wisatawan yang terlibat dalam
wisatawan melibatkan dirinya dalam atraksi, dan lain-lainnya.
2. Kemudahan Pencapaian Objek Wisata

4
Solihin, Ismail, Pengantar Bisnis: Pengenalan Praktis dan Studi Kasus, Edisi Pertama,
Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2006

7
Semakin mudah dicapai maka Tingkat kunjungan ke objek wisata tersebut
pun akan meningkat. Kemudahan pencapaian objek wisata dapat dilihat dari
lokasi objek wisata yang cukup strategis ketersediaan angkutan umum yang
mencakup rute trayek yang ada dan jam operasinya, jarak objek wisata yang
bersangkutan serta kondisi dan kelas jalan.
3. Kelengkapan Fasilitas Pelayanan Wisata
Penilaian kelengkapan fasilitas pelayanan wisata yang dilakukan meliputi
fasilitas pelayanan di objek wisata yang bersangkutan dan di kota pusat
pelayanan biasanya meliputi ketersediaan dan kualitas ruang pengelola,
rumah makan, tempat ibadah, WC, air bersih, tempat bersih, tempat parkir,
Listrik, telepon dan tempat penjualan, cinderamata.
4. Faktor Penunjang
Penilaian factor penunjang adalah kedekatan suatu objek wisata dengan
objek lain, skala objek, keterkenalan objek itu sendiri atau objek lainnya
yang dekat dan lain-lainnya yang merupakan intangible resource dari objek
wisata.5
D. Pengertian Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha baik itu di dunia bisnis maupun pariwisata. Ketentuan
hukum untuk jenis usaha berbeda-beda, tergantung pada kompleksitas bisnis
tersebut. Adanya otonomi daerah menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan
antara daerah yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai ketentuan kebohongan dan perizinan investasi untuk
setiap daerah merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan analisis
kesesuaian aspek hukum.
Adapun tujuan dari analisis aspek hukum dalam studi kelayakan bisnis yaitu
untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen
yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan
Lembaga yang mengeluarkan dan mengesahkan dokumen yang bersangkutan.

5
Romani. S 2006. Skripsi Penilaian ODTWA Serta Alternatif Perencanaannya Di Taman
Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi. IPB.

8
Berikut ini disajikan jenis data, sumber data dan cara memperoleh data dan
cara menganalisis data yang terkait dengan aspek hukum
1. Jenis data dan sumber data
Jenis data yang disajikan secara umum yaitu data kuantitatif yang
mencakup tentang bentuk badan usaha, izin usaha dan izin lokasi
pendirian proyek atau bisnis. Semua ini dapat diperoleh dari sumber
extern seperti notaris, pemda, departemen terkait maupun pemerintah
setempat.
2. Cara memperoleh dan menganalisis data
Untuk memperoleh gambaran kelengkapan data dasar dan data yang
harus dipenuhi tentang izin usaha dan izin lokasi pendirian dapat digali
dengan Teknik wawancara dan dokumentasi.

E. Jenis-jenis Badan Hukum Usaha


Secara definisi sebuah Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum),
teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan
Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada kenyataannya
berbeda. Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah lembaga sementara
perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha itu mengelola faktor-faktor
produksi. (Wikipedia).6
Kegiatan bisnis tidak dapat dilepaskan dari bentuk badan usaha dan
perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Keberadaan badan hukum
usaha akan melindungi perusahaan dari segala tuntutan akibat aktivitas yang
dijalankannya. Karena badan hukum memberikan kepastian dalam kegiatan
bisnis/berusaha, sehingga kekhawatiran atas pelanggaran hukum akan
terhindar, mengingat badan hukum usaha memiliki rambu-rambu yang harus
dipatuhi. Dengan memiliki badan hukum, maka perusahaan akan memenuhi

6
Ani Pinayani, Modul Kewirausahaan SMK: Memilih Bentuk Usaha dan Perijinan,
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004

9
kewajiban dan hak terhadap berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan,
baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan
Pendirian suatu badan hukum usaha haruslah memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Ada beberapa faktor untuk memilih badan usaha yang akan
dijalankan. Dalam praktiknya, pertimbangan utama pemilihan bentuk badan
hukum perusahaan antara lain:
1. Keluwesan untuk beraktivitas Pertimbangan tentang luasnya bidang
usaha yang akan dimasuki oleh pemilik, misalnya tanpa dibatasi oleh
modal, wilayah, atau batasan lainnya. Pertimbangan keluwesan
beraktivitas ini biasanya bagi mereka yang memiliki modal relatif besar
dan memiliki hubungan dengan berbagai pihak yang terkait, baik
pemerintah, swasta, maupun asing. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak
2. terlalu memperhatikan keluwesan beraktivitas biasanya hanya berfokus
pada bidang/wilayah tertentu saja.
3. Batas wewenang dan tanggung jawab pemilik Pertimbangan yang
memperhatikan masalah tanggung jawab terhadap utang piutang
perusahaan terhadap harta pribadi. Dalam hal pengembanan wewenang
dan tanggung jawab, pemilik biasanya memikirkan faktor resiko yang
akan dihadapi. Pada perusahaan yang jenis badan usahanya memiliki
tanggung jawab tidak terbatas, apabila perusahaan mengalami resiko
kerugian, maka harta pribadi ikut menjadi atas utang/kewajibannya.
4. Kemudahan pendirian Pertimbangan untuk pemilik yang ingin memulai
usaha yang berskala kecil. Pemilik hanya perlu memenuhi syarat yang
sederhana dan langsung dapat menjalankan usahannya. Yang menjadi
pertimbangan biasanya faktor biaya dan modal yang harus dipenuhi.
5. Kemudahan memperoleh modal Kemudahan perusahaan dalam
mendapatkan modal usaha, mengingat perusahaan yang dijalankan
semakin besar. Kemudahan memperoleh modal ini, baik berupa modal
sendiri atau modal pinjaman dari berbagai pihak seperti bank, atau
bantuan dari berbagai pihak.

10
6. Kemudahan untuk memperbesar usaha Pertimbangan bagi mereka yang
berpikir jauh ke depan dan optimis bahwa usaha yang dijalankan akan
semakin besar, menjadi pertimbangan badn usaha yang akan dipilih.
Perusahaan yang semula kecil terpaksa mengubah badan usahanya
karena usahanya makin besar dan terus mengalami perkembangan.
7. Kelanjutan usaha Pemilik berharap usaha yang dijalankan memiliki
umur yang panjang. Oleh karena itu, pemilihan badan usaha untuk
jangka waktu yang panjang menjadi pertimbangan guna perkembangan
usaha ke depannya.

Jenis-jenis Badan Hukum

Untuk memilih badan usaha yang tepat, sesuai dengan dasar-dasar


pertimbangan tersebut, perlu mengetahui definisi, peraturan perundangan-
perundangan yang mengatur, serta kelebihan dan kekurangan masing-
masing bentuk badan usaha. Berikut ini beberapa bentuk badan hukum.7

1. Perusahaan Perseorangan

Merupakan bentuk badan usaha tanpa ada pembedaan pemilikan antara


hak milik pribadi engan hak milik perusahaan (Indriyo, 2005). Menurut
Swasta (2002), perusahaan perseorangan adalah salah satu bentuk usaha
yang dimiliki oleh seseorang dan ia bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap semua resiko dan kegiatan perusahaan. Dengan tidak adanya
pemisahan pemilikan antara hak milik pribadi dengan milik perusahaan,
maka harta benda pribadi juga merupakan kekayaan perusahaan, yang setiap
saat harus menanggung utang-utang perusahaan. Peraturan Perundangan:
tidak ada peraturan untuk pendirian perusahaan perseorangan, yang
diperlukan hanya izin permohonan dari kantor perizinan setempat.

2. Firma (Fa)

7
Ani Pinayani, Modul Kewirausahaan SMK: Memilih Bentuk Usaha dan Perijinan,
Direktorat

11
Merupakan persekutuan/perserikatan untuk menjalankan usaha antara
dua orang atau lebih dengan nama bersama, dengan tanggung jawab
masing-masing anggota firma tidak terbatas. Sedangkan, laba yang
diperoleh dari usaha tersebut untuk dibagi bersama-sama, begitupun
sebaliknya bila terjadi kerugian, semua anggota firma ikut
menanggungnya(Indriyo, 2005).

Sedangkan menurut Manulang (2003), persekutuan dengan firma adalah


persekutuan untuk menjalankan perusahaan dengan memakai nama
bersama. Jadi, ada beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan suatu
perusahaan. Para anggota yang berkumpul merupakan anggota aktif
sehingga satu perusahaan dikelola dan dimiliki oleh beberapa orang.

Peraturan Perundangan: Ketentuan-ketentuan tentang Firma diatur


dalam pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang bunyinya:
“Perseroan di bawah firma adalah suatu persekutuan untuk menjalankan
perusahaan di bawah nama bersama”. Selain itu, Pasal 18 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang menyebutkan inti dari firma, yaitu bahwa tiaptiap
anggota saling menanggung dan semuanya bertanggung jawab terhadap
perjanjian firma tersebut.

Agar lebih jelas peraturan-peraturan tersebut diperkuat oleh pasal 16 dan


18 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa
persekutuan adalah suatu perjanjian, di mana dua orang atau lebih sepakat
untuk bersama-sama mengumpulkan sesuatu dengan maksud laba yang
diperoleh dibagi antara mereka.

3. Perserikatan Komanditer (CV)

Merupakan suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama


antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan, dan
memiliki tanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan
orang-orang yang memberikan pinjaman, dan tidak bersedia memimpin

12
perusahaan, serta memiliki bertanggung tanggung jawab terbatas pada
kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan tersebut. 8

Dengan perkataan lain Commanditaire Vennootschap (CV) adalah


sebuah perusahaan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih, sehingga dalam
CV, ada dua macam anggota, yaitu: anggota aktif dan anggota pasif.
Anggota aktif merupakan anggota yang mengelola usahanya serta
bertanggung jawab penuh terhadap utang perusahaan, sedangkan anggota
pasif merupakan anggota yang hanya menyetorkan modalnya saja dan tidak
ikut mengelola perusahaan, bertanggung jawab sebatas pada modal yang
disetorkan saja.

Peraturan Perundangan: Ketentuan-ketentuan tentang Perserikatan


Komanditer (CV) diatur dalam Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang yang bunyinya : “Persekutuan secara melepas uang yang
dinamakan persekutuan komanditer didirikan antara satu orang atau
beberapa sekutu yang secara tanggung-menanggung bertanggung jawab
untuk seluruhnya pada pihak satu dan satu orang atau lebih sebagai pelepas
uang pada pihak lain”.

4. Perseroan Terbatas (PT)

Merupakan perserikatan beberapa pengusaha swasta menjadi satu


kesatuan untuk mengelola usaha bersama, di mana perusahaan memberikan
kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyertakan modalnya ke
perusahaan dengan cara membeli saham perusahaan.

Peraturan perundangan: Ketentuan-ketentuan tentang Perseroan


Terbatas (PT) diatur dalam UU RI Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas. Pasal 1 Undang-Undang tersebut menyatakan: “Perseroan
Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan usaha yang
didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal

8
Kartika Sari, Elsi., Simangunsong, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007

13
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”.

5. Yayasan

Yayasan menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang


Yayasan, “Yayasan adalah badan usaha yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
soial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”.
Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh yayasan. Berdasarkan undang-undang ini dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada pembina, pengurus,
pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan
terhadap yayasan. Dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari yayasan
mempunyai organ yang terditri atas: Pembina, Pengurus dan Pengawas.

6. Koperasi

Kata koperasi berasal dari kata Co yang artinya bersama dan operation
yang artinya bekerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa koperasi adalah
suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi, yang anggotanya
adalah orang-orang atau badan hukum koperasi yang tergabung secara
sukarela atas dasar persamaan hak dan kewajiban, melakukan satu macam
usaha atau lebih untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan pengertian koperasi menurut
pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan”.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Analisis kelayakan adalah proses pengukuran dan kelayakan, kelayakan
sebaiknya dilakukan atau diukur sepanjang siklus hidup. studi
kelayakan pariwisata mencakup beberapa hal spesifik yang harus
dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau memaksimalkan
potensi untuk suskes.
2. Elemen penawaran adalah atraksi pariwisata tanpa atraksi tidak ada
aktivitas pariwisata. Ukuran permintaan pariwisata terdiri dari lama atau
duration kunjungan atau perjalanan, asal dan tujuan perjalanan daerah
atau tempat tujuan dalam negara yang dikunjungi, modal transportasi,
dan jenis akomodasi.
3. Kriteria penilaian wisata terdiri dari daya Tarik wisata, kemudahan
pencapaian objek wisata dan kelengkapan fasilitas dalam objek wisata.
4. Aspek hukum dalam studi kelayakan bisnis yaitu untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen yang
dimiliki.
5. Jenis badan hukum menurut peraturan perundang-undangan terdiri dari
Perusahaan Perseorangan, Firma, Perseroan terbatas, Perserikatan
Commoditer, Yayasan dan Koperasi.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih banyak memerlukan pembenahan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kepada segenap pembaca untuk memberikan
masukan baik berupa kritik maupun saran, baik secara lisan maupun tulisan,
kami akan dengan senang hati menerimanya. Harapan kami semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi pembacanya, aamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Eddyono, Fauziah, Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Jawa Timur: Uwais Inspirasi


Indonesia, 2021. hal. 30-32

Hesti Maheswari, Studi Kelayakan Bisnis, Pusat Pengembangan Bahan Ajar


Universitas, Mercubuana, Jakarta, 2011

Kartika Sari, Elsi., Simangunsong, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007

Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Edisi Pertama, Andi,


Yogyakarta, 2010.

Ramadhona, Indah, Aspek Hukum Studi Kelayakan Bisnis, Sulawesi Selatan, 2020

16

Anda mungkin juga menyukai