Disusun Oleh:
2. Hakikat Pendidikan
Hakekat pendidikan menurut Ibn Khaldūn dan John Dewey memiliki titik temu pada proses
pemanusiaan, hanya saja pada konsep Ibn Khaldūn dimaknai sebagai proses-proses yang bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, mengembangkan potensi (fitrah) serta
terwujudnya kemampuan manusia untuk melaksanakan tugas-tugas keduniaan dengan baik demi
terciptanya peradaban umat manusia. Sedangkan John Dewey hakekat pendidikannya adalah
pembebasan manusia (perserta didik) dari tindakan dominasi, otoriter menuju pada demokratis,
dengan melalui proses humanisasi yang merupakan pengukuhan manusia sebagai subyek,
memiliki kekuatan, kemampuan dan pola yang berpotensi sebagai dorongan untuk memilih dan
mengubah duniannya dan memecahkan persoalan yang terjadi.
1
Ichsan Anshory dan Ima Wahyu Putri Utami, Pengantar Pendidikan, (Universitas Muhammadiyah Malang: UMM
Press, 2018), 13-14.
2
Sukardjo, M. dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), 1.
Pada awalnya peradabannya manusia tidak dapat lari secepat kuda, tidak dapat terbang seperti
burung, tidak dapat menyelam lama seperti ikan, tidak punya tenaga sekuat gajah, serta
kemampuan-kemampuan lain. Anugerah akal-pikirnya menjadikan manusia pada tingkat-tingkat
perkembangan peradabannya setapak demi setapak. Bukti tersebut mengharuskan masyarakat
manusia menyiapkan generasi berikutnya untuk mengembangkan peradaban manusia. Tugas
menyiapkan diri tersebut menjadi tugas pendidikan. Ma'arif menegaskan bahwa pendidikan
merupakan bagian terpenting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan
binatang. Binatang juga "belajar", tetapi lebih ditentukan oleh insting. Sementara itu, manusia
belajar berarti rangkaian kegiatan menuju "pendewasaan" guna menuju kehidupan yang berarti.
Tugas menyiapkan generasi penerus peradaban oleh pendidikan tersebut mendudukannya menjadi
pusat kepentingan masyarakat untuk mempertahankannya. Melalui pendidikan, transformasi
peradaban manusia berjalan lebih cepat dan tertata dengan rapi melalui pengembangan disiplin
keilmuan. Pendidikan mewariskan peradaban material dan nonmaterial yang merupakan kekayaan
manusia dan melaluinya terus-menerus disempurnakan. Penyempurnaan tersebut terus berupaya
untuk menjadikan hidup manusia lebih makmur dan sejahtera.3
3
A. Syafi’i Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1991), 27.