Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KEMISKINAN DAN KUALITAS PENDIDIKAN”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sosiologi
Pendidikan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Ahmad Muzani 1162020012
Audina Yasyfa Al Azka 1162020040

PAI V A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
1438 H/2018 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah Sosiologi Pendidikan ini dengan
judul “Kemiskinan Dan Kualitas Pendidikan”. Shalawat beserta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi kita Muhammad saw. tidak lupa kepada
keluarga, tabiin tabiat, sampai kepada kita semua selaku umatnya yang mudah-
mudahan kelak mendapat syafaatnya.
Kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendoakan untuk kelancaran
tugas kami, serta rekan-rekan tim anggota kelompok yang selalu kompak dan
konsentrasi dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang masih
harus kami lengkapi dan makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka daripada itu,
kami akan menerima kritik dan saran dari pada pembaca yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan penigkatan kualitas penyusunan makalah di masa
yang akan datang. Dan kami berharap. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca. Amiin.

Bandung, 10 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Pengertian Kemiskinan dan Pendidikan.......................................................2

B. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan.......................................................3

C. Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan..................................................5

D. Upaya Menanggulangi Kemiskinan Guna Meningkatkan Kualitas


Pendidikan............................................................................................................8

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Simpulan.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama
pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan
salah satu negara berkembang yang ada di ASEAN masalah kemiskinan
bukan merupakan hal yang baru. Hampir semua periode pemerintahan
yang ada di Indonesia menempatkan masalah kemiskinan menjadi isu
pembangunan. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin
merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen
pembangunan.
Kemiskinan memang persoalan yang kompleks, karena tidak hanya
berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi.
Tetapi, berkaitan pula dengan rendahnya tingkat pendidikan. Dalam
makalah ini kami mencoba menyajikan tentang “Kemiskinan dan Kualitas
Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak kemiskinan terhadap kualitas pendidika?
2. Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan guna meningkatkan
kualitas pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui dampak dari kemiskinan terhadap pendidikan.
2. Mengantisipasi dan menanggulagi kemiskinan agar dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemiskinan dan Pendidikan


Kemiskinan pada umumya disebakan oleh dua hal utama yaitu: 1.
Market failure, 2. Political failure. Market failure terjadi apabila sebagian
besar kelompok miskin termasuk angkatan kerja (labour force)
memperoleh upah yang tidak mencukupi kebutuhan dasar (sandang,
pangan, kesehatan, pendidikan) mereka. Adapun political failure terjadi
apabila struktur politik ekonomi yang ada telah menyebabkan distorsi
dalam penyampaian kepentingan kelompok miskin. Kombinasi keduanya
akan lebih memperparah keadaan dan lebih mempersempit ruang gerak
untuk mengatasi masalah kemiskinan ini.1
Angka rata-rata garis kemiskinan pada Maret 2018 adalah
Rp401.220 per kapita per bulan. BPS menjelaskan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, yang diukur dari
pengeluaran. Artinya, orang yang pengeluarannya di bawah angka rata-
rata garis kemiskinan termasuk warga miskin. Data BPS menunjukkan
bahwa angka ini lebih tinggi dibanding pada 2017, yang pada semester
pertama (Maret) berjumlah Rp361.496 dan Rp 370.910 pada semester
kedua 2017. Pada Maret 2017, provinsi dengan rata-rata garis kemiskinan
tertinggi adalah Bangka Belitung dengan Rp602.942 dan yang terendah
adalah Sulawesi Selatan dengan Rp274.434.2
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan keadaan di
mana tidak adanya materi yang dapat di gunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Misalnya kebutuhan akan sandang,pangan.dan papan.
Dalam UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 pasal 1, pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
1
Hermanto, Kemiskinan Di Daerah Pedesaan (Masalah Dan Peanggulangannya) (Bogor: IPB
Perss, 1995).
2
BBC.com, ‘Empat Hal Di Balik Angka Kemiskinan Indonesia Yang Disebut Mencatat “Sejarah”’,
2018 <https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44861258>.

2
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan dating.3 Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.4
Dalam bukunya Uus Ruswandi menyatakan secara lengkap bahwa
pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.5

B. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan


Islam menilai bahwa kekayaan itu satu kenikmatan sebagai karunia
Allah yang harus disyukuri. Kemiskina itu suatu cobaan, suatu bencana,
yang hanya dengan pertolongan Allah ia dapat dihindari. Karena itu Islam
telah memberikan beberapa jalan untuk mengatasinya.6
Pandangan Islam, yang melihat fakta kefakiran/kemiskinan sebagai
perkara yang sama, bahkan, pada zaman kapan pun, kemiskinan itu sama
saja hakikatnya. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah
masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara
menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang
menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan
dan papan. Dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu sandang,
pangan,dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer), yang berkait
erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia. Apabila
kebutuhan pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada
kehancuran atau kemunduran umat manusia. Karena itu, Islam
menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang biasa dihembuskan
oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat

3
Presiden Republik Indonesia and others, ‘Presiden Republik Indonesia, Dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa’, 1989, 1–17.
4
Wahyuddin and Dosen, ‘Fungsi Pendidikan Islam Dalam Hidup Dan Kehidupan Manusia’,
Inspiratif Pendidikan, V.2 (2016), 399–415 <http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-
Pendidikan/article/download/3574/3303>.
5
Uus Ruswandi, Landasan Pendidikan (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2009).
6
Muhammad Dr.Syekh Yusuf Al-Qardawy, Konsep Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996).

3
268 yang artinya “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan
kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat jahat”.
Allah swt juga memberikan kekayaan kepada Raul-Nya (Nabi
Muhammad), yang semula dalam keadaan miskin menjadi kaya,
sebagaimana diterangkan Allah dalam surah Adh-Dhuha:8 yang artinya
“Dan Ia (Allah) telah mendapati engkau (Muhammad) dalam keadaan
miskin, lalu menjadikan engkau orang yang berkecukupan.” Selain dari
firman Allah terdapat hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan
Thabrani yang artinya “Sebaik-baik harta yang berguna adalah milik orang
salih.”7
Untuk itu Islam pun memberikan sumbangsih solusi
penanggulangan kemiskinan dengan dua model:(1) wajib dilakukan dan
(2) anjuran. Adapun yang mesti dilakukan adalah zakat (QS At-Taubah/9:
103), infak wajib yang sifatnya insidental (QS Al-Baqarah/2: 177),
menolong orang miskin sebagai ganti kewajiban keagamaan, misalnya
membayar fidyah (QS Al-Baqarah/2: 184), dan menolong orang miskin
sebagai sanksi terhadap pelanggaran hukum agama (misalnya membayar
kafarat dengan memberi makan orang miskin) (QS Al-Maidah/5: 95).
Sedang yang bersifat anjuran untuk dilakukan adalah sedekah, infak,
hadiah, dan lain-lainnya. Tentu saja semua hal di atas dilakukan bagi orang
yang mampu secara finansial. Namun, bagi yang tidak mampu pun dalam
hal itu diwajibkan juga, yaitu dengan memberikan nasihat, spirit, dan
motivasi kepada kalangan rakyat jelata.8
Islam sesungguhnya sudah sangat jelas memberikan solusi untuk
menangani masalah kemiskinan. Tinggal saat ini bagaimana kita mau atau
sudah melaksanakannya atau tidak. Jika memang sudah, apakah kita masih
konsisten melaksanakannya? Dalam Hadis Qudsi dikatakan bahwa Allah
sesungguhnya memberikan solusi bagi orang yang konsisten dalam

7
Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985).
8
‘Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan’
<http://penulispinggiran.blogspot.com/2008/09/pandangan-islam-terhadap-kemiskinan.html>.

4
melakukan sesuatu yang benar meskipun dilakukannya sedikit demi
sedikit.

C. Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan


Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan.
Bahkan, ada bangsa yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan
kebutuhan utama.9
Hampir semua jenjang sekolah Negeri sudah menjadi lembaga
komersialisasi karena tidak lagi berbicara pada persyaratan-persyaratan
yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk
sekolah. Pada kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-halangi,
karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal
sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Bagi
masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di
sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah.
Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin
mampu membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan
memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang
memperihatinkan. Sebab, pada Negara yang usianya lebih dari 60 tahun,
banyak anak bangsanya yang akan menjadi buta huruf dan tertinggal
karena kemiskinan dan Negeri ini akan tertinggal karena kualitas sumber
daya manusianya tidak mampu bersaing dengan Negara-Negara lain.
Dampak kemiskinan terhadap pendidikan sangat besar. jika
kemiskinan tidak segera di atasi maka untuk mencapai pendidikan yang
bermutu sangat sulit, karena di zaman yang modern seperti sekarang ini
persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan sumberdaya yang
berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sangat sulit. Bagi
masyarakat yang mampu mungkin tidak masalah, karena mereka memiliki

9
Ahmad Djauzak, ‘Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan’, 2009 <www.kompas.com>.

5
cukup materi untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan
berbagai jalan salah satunya dengan kursus.10
Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengonsumsi
nutrisi bergizi, mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati
lingkungan yang menunjang bagi hidup sehat. Dari sudut pandang
ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia yang
kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat produktivitas
yang rendah. Hal ini juga berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan
yang dapat mereka peroleh. Sehingga dalam perkembangannya hal ini
akan mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di suatu daerah.11
Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk
menuntut ilmu. Tetapi karena kemiskinan hak tersebut kemudian
terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anak-anak yang rela bekerja untuk
membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di gunakan
untuk bekerja, sehingga generasi muda penerus bangsa ini tidak memiliki
modal pengetahuan yang cukup untuk menghadapi persaingan global
dimasa depan. Dalam era pasar global bukan saja persaiangan usaha
melainkan juga persaingan untuk mendapat pekerjaan bukan saja dengan
individu satu bangsa tetapi dengan individu dari berbagai bangsa jadi
dengan tantangan ini kita harus segera memperbaiki mutu pendidikan kita.
Lebih dari itu kita bisa tahu sebagian besar dari peserta didik
tertanam dalam pikiran mereka bahwa tujuan pendidikan yang mereka
jalani hanyalah untuk persaiangan mendapat pekerjaan sebenarnya ini
yang lebih mengerikan dalam memandang masa depan bangsa kita.
Bangsa yang jumlah penduduknya mencapai 250 juta jiwa, hanya bersaing
mendapat pekerjaan. Semestinya pandangan ini harus diubah, pada negara
maju pendidikan bukan sebagai langkah untuk mendapat pekerjaan tetapi
sebagai langkah memperkaya pengetahuan dan wawasan, sehingga mereka
mampu melihat peluang yang ada dalam menciptakan usaha.
10
Supriatna Tjahya, Birokrasi Pemberdayaan Dan Pengentasan Kemiskinan (Bandung: Humaniora
Utama Press, 1997).
11
UNDIP, ‘No Title’ <http://eprints.undip.ac.id/30995/1/Skripsi020>.

6
Buah pemikiran bahwa pendidikan adalah senjata untuk mendapat
posisi pekerjaan haruslah diubah dengan pendidikan untuk menciptakan
lapangan kerja setidaknya untuk individu itu sendiri. Karena seiring
meningkatnya jumlah penduduk jika tidak dibarengi dengan meningkatnya
lapangan kerja maka persaingan untuk mendapat kerja sangat tinggi, maka
kemiskinan akan semakin parah.12
Sementara jika dilihat dari segi pengajar, tidak sedikit guru yang
juga hidup dalam garis kemiskinan terutama mereka yang hanya tenaga
pengajar honorer. Sehingga guru yang hidup dalam garis kemiskinan harus
melalukan kegiatan ekonomi lain untuk memenuhi kehidupanya. Karena
pengaruh lain itulah mereka tidak dapat mengajar secara maksimal dalam
menyampaikan materi, penilaian dan pedekatan social bagi muridnya.
Semestinya ini juga harus diperhatikan pemerintah. Tidak bisa dipungkiri
masih banyak tenaga guru honorer yang dibayar jauh dari standar upah.
Bahkan guru yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil saja masih
banyak yang memiliki permasalahan ekonomi. Dalam pengamatan
penulis, banyak pungutan liar birokrasi yang memberatkan guru dalam
memperoleh hak mereka, tentu hal ini sangat memberatkan guru.
Guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak
sama dengan pegawai negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan
tempat. Karena itu, penggajian pada guru harus berbeda dari pegawai
negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan tidak perlu
memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah. Apabila
penghasilan guru sudah dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, diharapkan
berbagai pungutan tidak terjadi. Jika melanggar berbagai ketentuan itu,
mereka harus dikenai sanksi. Kepada pengelola pendidikan dan komite
sekolah, harus selalu ada koordinasi dengan sekolah agar ketentuan-
ketentuan kurikuler, terutama dalam penerimaan murid baru, dapat

12
Azra Azyumardi, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan Dalam Esei-Esei Intelektual Muslim
Dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).

7
berjalan menurut ketentuan yang ada sehingga peninggkatan mutu
pendidikan dapat berjalan.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan. Pendidikan yang diselenggarakan oleh negara yang bertujuan
agar warga negaranya mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat
mengurangi tingkat ketertinggalan dan keterbelakangan suatu daerah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan
produktivitas orang tersebut, karena ilmu dan pengetahuan diperoleh lebih
banyak. Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan
individu. Peningkatan pendapatan individu tersebut dapat meningkatkan
konsumsi mereka, dan dapat terhindar dari kemiskinan. Pendidikan
merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh keahlian maupun
keterampilan untuk mengembangkan diri di dalam maupun diluar sekolah
dan berlangung seumur hidup. Pendidikan merupakan salah satu modal
dasar manusia harus dipenuhi untuk mencapai pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Sektor pendidikan memainkan peran utama untuk
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap
teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.13

D. Upaya Menanggulangi Kemiskinan Guna Meningkatkan Kualitas


Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang
layak. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk
kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan
serta pembangunan yang berkelanjutan.14 Upaya yang dapat ditempuh
untuk menanggulangi kemiskinan agar mutu pendidikan meningkat antara
lain:

13
‘No Title’ <http://ojs.unud.ac.id/>.
14
Christina Usmalidanti, ‘Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan’, 2011.

8
1. Menciptakan banyak lapangan pekerjaanMenciptakan banyak lapangan
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
sumberdaya yang ada di daerah tersebut, sehingga dapat mengurangi
jumlah pengangguran.
2. Menyamaratakan pendidikan termasuk di daerah terpencil yang sulit
untuk di jangkau agar mereka juga dapat merasakan pendidikan
sehinnga meskipun bermukim di daerah terpencil tetapi tetap memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang baik.
3. Memberikan modal usaha bagi masyarakat yang kurang mampu.
4. Salah satu faktor kemiskinan adalah karena tidak adanya pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan yang di miliki. untuk mengatasinya
perlu adanya peminjaman modal bagi masyarakat yang tidak mampu
agar mereka memiliki penghasilan, sehinnga sebagian dari
penghasilanya dapat disisihkan untuk membiayai pendidikan. Bahkan
juga dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
5. Memberantas korupsi.
6. Masalah korupsi di Indonesia memang sangat memperihatinkan,
bahkan menurut pemberitaan diberbagai media, Indonesia adalah salah
satu Negara yang terkorup. Tidak terhitung uang yang di ambil oleh
para koruptor demi kebutuhan dan kepentingan pribadi, yang
seharusnya uang tersebut di gunakan untuk menanggulangi kemiskinan
dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

Upaya pendidikan sendiri dalam mengurangi angka kemiskinan


yakni:
1. Memperluas akses bagi anak usia sekolah 0-6, 7-12, 13-15 dan 16-18
tahun, baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki
dan tahapan perkembangannya agar memiliki kesiapan dalam
mengikuti pendidikan pada setiap jenjang yang dijalani.
2. Memberikan bantuan biaya personal terutama bagi siswa yang berasal
dari keluarga miskin pada jenjang pendikan dasar dan menengah

9
melalui pemanfaatan Biaya Operasional Sekolah (BOS), untuk tujuan
tersebut dengan memperhitungkan siswa miskin serta tingkat kondii
ekonomi daerah setempat.
3. Membentuk SD-SMP Satu Atap bagi daerah terpencil yang
berpenduduk jarang dan terpencar, dengan menambah ruang belajar
SMP di SD untuk menyelenggarakan program pendidikan SMP bagi
lulusannnya. Upaya memaksimalkan fasilitas yang sudah ada, baik
ruang kelas maupun bangunan sekolah dengan membuat jaringan
sekolah antara SMP dengan SD-SD yang ada diwilayah layanannya
(ctchment areas) serta menggabungkan SD-SD yang sudah tidak
efisien lagi.
4. Memperluas akses bagi yang belum terlayani dijalur pendidikan formal
untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan dijalur
pendidikan nonformal maupun program pendidikan terpadu/inklusip
bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama untuk daerah-
daerah yang tidak tersedia layanan pendidikan khusus luar biasa.,
disamping itu perlu pula mengembangkan SMP terbuka melalui
optimalisasi daya tampung dan pengembangan SMP terbuka model
maupun melalui model layanan pendidikan alternatif yang inovatif.
5. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas
untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan
keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. Perluasan kesempatan
bagi penduduk buta aksara dilakukan dengan menjalin berbagai
kerjasama dengan para pemangku kepentingan pendidikan, seperti
organisasi keagamaan, organisasi perempuan, dan organsasi lainyang
dapat menjangkau lapisan masyarakat, serat PT.
6. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai kebutuhan dan
keunggulan lokal dengan menambah program pendidikan kejuruan
yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang
berkembang serta perlu dilakukan penambahan muatan pendidikan
keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus.

10
7. Memperluas daya tampung PT yang ada dengan memberikan fasilitasi
pada perguruan tinggi untuk membuka program-program keahlian
yang dibutuhkan masyarakat dan mengalihfungsikan atau menutup
sementara secara fleksibel program-program yang lulusannya sudah
jenuh.15

15
Dicky Djatnika Ustama, ‘DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN’, 2006, 1–12.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat rumit dan
memberikan dampak keberbagai bidang terutama pendidikan. Berbagai
cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan.
Mulai dari pemberian BLT bagi masyarakat ekonoimi lemah, Indonesia
Pintar, pendidikan gratis, perbaikan dan perkembangan kampung. Namun,
pada kenyataannya angka kemiskinan tetap tinggi. Faktor kemiskinan
diantaranya meningkatkan jumlah penduduk yang tidak disertai dengan
kualitas sumber daya manusia, tidak meratanya pendidikan, serta
banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena
pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan
ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan
pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan
berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi semangat
untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali,
keadilan dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan
seharusnya pemerintah berada di garda terdepan untuk mewujudkannya.
Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial mempunyai kaitan
terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan
diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan
prioritas utama dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan
ketertinggalan sosial ekonominya
Dampak kemiskinan terhadap dunia pendidikan salah satuynya
banyaknya anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak
adanya biaya. Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
kemiskinan diantaranya dengan menyamaratakan pendidikan disemua
wilayah termasuk didaerah-daerah yang terpencil, menciptakan lapangan

12
kerja, memberikan bantuan berupa modal usaha kepada masyarakat yang
berekonomi lemah, serta memberantas korupsi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Djauzak, ‘Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan’, 2009
<www.kompas.com>

Azra Azyumardi, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan Dalam Esei-Esei


Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999)

BBC.com, ‘Empat Hal Di Balik Angka Kemiskinan Indonesia Yang Disebut


Mencatat “Sejarah”’, 2018 <https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-
44861258>

Christina Usmalidanti, ‘Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan’, 2011

Dr.Syekh Yusuf Al-Qardawy, Muhammad, Konsep Islam Dalam Mengentaskan


Kemiskinan (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996)

Hermanto, Kemiskinan Di Daerah Pedesaan (Masalah Dan Peanggulangannya)


(Bogor: IPB Perss, 1995)

Indonesia, Presiden Republik, Dengan Rahmat, Tuhan Yang, and Maha Esa,
‘Presiden Republik Indonesia, Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa’,
1989, 1–17

‘No Title’ <http://ojs.unud.ac.id/>

‘Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan’


<http://penulispinggiran.blogspot.com/2008/09/pandangan-islam-terhadap-
kemiskinan.html>

Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985)

Tjahya, Supriatna, Birokrasi Pemberdayaan Dan Pengentasan Kemiskinan


(Bandung: Humaniora Utama Press, 1997)

UNDIP, ‘No Title’ <http://eprints.undip.ac.id/30995/1/Skripsi020>

Ustama, Dicky Djatnika, ‘DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN’, 2006, 1–

14
12

Uus Ruswandi, Landasan Pendidikan (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2009)

Wahyuddin, and Dosen, ‘Fungsi Pendidikan Islam Dalam Hidup Dan Kehidupan
Manusia’, Inspiratif Pendidikan, V (2016), 399–415 <http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/download/3574/3303>

15

Anda mungkin juga menyukai