Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Ahmad Muzani 1162020012
Audina Yasyfa Al Azka 1162020040
PAI V A
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Simpulan.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama
pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan
salah satu negara berkembang yang ada di ASEAN masalah kemiskinan
bukan merupakan hal yang baru. Hampir semua periode pemerintahan
yang ada di Indonesia menempatkan masalah kemiskinan menjadi isu
pembangunan. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin
merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen
pembangunan.
Kemiskinan memang persoalan yang kompleks, karena tidak hanya
berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi.
Tetapi, berkaitan pula dengan rendahnya tingkat pendidikan. Dalam
makalah ini kami mencoba menyajikan tentang “Kemiskinan dan Kualitas
Pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak kemiskinan terhadap kualitas pendidika?
2. Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan guna meningkatkan
kualitas pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dampak dari kemiskinan terhadap pendidikan.
2. Mengantisipasi dan menanggulagi kemiskinan agar dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan dating.3 Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.4
Dalam bukunya Uus Ruswandi menyatakan secara lengkap bahwa
pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.5
3
Presiden Republik Indonesia and others, ‘Presiden Republik Indonesia, Dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa’, 1989, 1–17.
4
Wahyuddin and Dosen, ‘Fungsi Pendidikan Islam Dalam Hidup Dan Kehidupan Manusia’,
Inspiratif Pendidikan, V.2 (2016), 399–415 <http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-
Pendidikan/article/download/3574/3303>.
5
Uus Ruswandi, Landasan Pendidikan (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2009).
6
Muhammad Dr.Syekh Yusuf Al-Qardawy, Konsep Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996).
3
268 yang artinya “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan
kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat jahat”.
Allah swt juga memberikan kekayaan kepada Raul-Nya (Nabi
Muhammad), yang semula dalam keadaan miskin menjadi kaya,
sebagaimana diterangkan Allah dalam surah Adh-Dhuha:8 yang artinya
“Dan Ia (Allah) telah mendapati engkau (Muhammad) dalam keadaan
miskin, lalu menjadikan engkau orang yang berkecukupan.” Selain dari
firman Allah terdapat hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan
Thabrani yang artinya “Sebaik-baik harta yang berguna adalah milik orang
salih.”7
Untuk itu Islam pun memberikan sumbangsih solusi
penanggulangan kemiskinan dengan dua model:(1) wajib dilakukan dan
(2) anjuran. Adapun yang mesti dilakukan adalah zakat (QS At-Taubah/9:
103), infak wajib yang sifatnya insidental (QS Al-Baqarah/2: 177),
menolong orang miskin sebagai ganti kewajiban keagamaan, misalnya
membayar fidyah (QS Al-Baqarah/2: 184), dan menolong orang miskin
sebagai sanksi terhadap pelanggaran hukum agama (misalnya membayar
kafarat dengan memberi makan orang miskin) (QS Al-Maidah/5: 95).
Sedang yang bersifat anjuran untuk dilakukan adalah sedekah, infak,
hadiah, dan lain-lainnya. Tentu saja semua hal di atas dilakukan bagi orang
yang mampu secara finansial. Namun, bagi yang tidak mampu pun dalam
hal itu diwajibkan juga, yaitu dengan memberikan nasihat, spirit, dan
motivasi kepada kalangan rakyat jelata.8
Islam sesungguhnya sudah sangat jelas memberikan solusi untuk
menangani masalah kemiskinan. Tinggal saat ini bagaimana kita mau atau
sudah melaksanakannya atau tidak. Jika memang sudah, apakah kita masih
konsisten melaksanakannya? Dalam Hadis Qudsi dikatakan bahwa Allah
sesungguhnya memberikan solusi bagi orang yang konsisten dalam
7
Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985).
8
‘Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan’
<http://penulispinggiran.blogspot.com/2008/09/pandangan-islam-terhadap-kemiskinan.html>.
4
melakukan sesuatu yang benar meskipun dilakukannya sedikit demi
sedikit.
9
Ahmad Djauzak, ‘Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan’, 2009 <www.kompas.com>.
5
cukup materi untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan
berbagai jalan salah satunya dengan kursus.10
Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengonsumsi
nutrisi bergizi, mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati
lingkungan yang menunjang bagi hidup sehat. Dari sudut pandang
ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia yang
kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat produktivitas
yang rendah. Hal ini juga berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan
yang dapat mereka peroleh. Sehingga dalam perkembangannya hal ini
akan mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di suatu daerah.11
Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk
menuntut ilmu. Tetapi karena kemiskinan hak tersebut kemudian
terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anak-anak yang rela bekerja untuk
membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di gunakan
untuk bekerja, sehingga generasi muda penerus bangsa ini tidak memiliki
modal pengetahuan yang cukup untuk menghadapi persaingan global
dimasa depan. Dalam era pasar global bukan saja persaiangan usaha
melainkan juga persaingan untuk mendapat pekerjaan bukan saja dengan
individu satu bangsa tetapi dengan individu dari berbagai bangsa jadi
dengan tantangan ini kita harus segera memperbaiki mutu pendidikan kita.
Lebih dari itu kita bisa tahu sebagian besar dari peserta didik
tertanam dalam pikiran mereka bahwa tujuan pendidikan yang mereka
jalani hanyalah untuk persaiangan mendapat pekerjaan sebenarnya ini
yang lebih mengerikan dalam memandang masa depan bangsa kita.
Bangsa yang jumlah penduduknya mencapai 250 juta jiwa, hanya bersaing
mendapat pekerjaan. Semestinya pandangan ini harus diubah, pada negara
maju pendidikan bukan sebagai langkah untuk mendapat pekerjaan tetapi
sebagai langkah memperkaya pengetahuan dan wawasan, sehingga mereka
mampu melihat peluang yang ada dalam menciptakan usaha.
10
Supriatna Tjahya, Birokrasi Pemberdayaan Dan Pengentasan Kemiskinan (Bandung: Humaniora
Utama Press, 1997).
11
UNDIP, ‘No Title’ <http://eprints.undip.ac.id/30995/1/Skripsi020>.
6
Buah pemikiran bahwa pendidikan adalah senjata untuk mendapat
posisi pekerjaan haruslah diubah dengan pendidikan untuk menciptakan
lapangan kerja setidaknya untuk individu itu sendiri. Karena seiring
meningkatnya jumlah penduduk jika tidak dibarengi dengan meningkatnya
lapangan kerja maka persaingan untuk mendapat kerja sangat tinggi, maka
kemiskinan akan semakin parah.12
Sementara jika dilihat dari segi pengajar, tidak sedikit guru yang
juga hidup dalam garis kemiskinan terutama mereka yang hanya tenaga
pengajar honorer. Sehingga guru yang hidup dalam garis kemiskinan harus
melalukan kegiatan ekonomi lain untuk memenuhi kehidupanya. Karena
pengaruh lain itulah mereka tidak dapat mengajar secara maksimal dalam
menyampaikan materi, penilaian dan pedekatan social bagi muridnya.
Semestinya ini juga harus diperhatikan pemerintah. Tidak bisa dipungkiri
masih banyak tenaga guru honorer yang dibayar jauh dari standar upah.
Bahkan guru yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil saja masih
banyak yang memiliki permasalahan ekonomi. Dalam pengamatan
penulis, banyak pungutan liar birokrasi yang memberatkan guru dalam
memperoleh hak mereka, tentu hal ini sangat memberatkan guru.
Guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak
sama dengan pegawai negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan
tempat. Karena itu, penggajian pada guru harus berbeda dari pegawai
negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan tidak perlu
memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah. Apabila
penghasilan guru sudah dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, diharapkan
berbagai pungutan tidak terjadi. Jika melanggar berbagai ketentuan itu,
mereka harus dikenai sanksi. Kepada pengelola pendidikan dan komite
sekolah, harus selalu ada koordinasi dengan sekolah agar ketentuan-
ketentuan kurikuler, terutama dalam penerimaan murid baru, dapat
12
Azra Azyumardi, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan Dalam Esei-Esei Intelektual Muslim
Dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).
7
berjalan menurut ketentuan yang ada sehingga peninggkatan mutu
pendidikan dapat berjalan.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan. Pendidikan yang diselenggarakan oleh negara yang bertujuan
agar warga negaranya mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat
mengurangi tingkat ketertinggalan dan keterbelakangan suatu daerah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan
produktivitas orang tersebut, karena ilmu dan pengetahuan diperoleh lebih
banyak. Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan
individu. Peningkatan pendapatan individu tersebut dapat meningkatkan
konsumsi mereka, dan dapat terhindar dari kemiskinan. Pendidikan
merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh keahlian maupun
keterampilan untuk mengembangkan diri di dalam maupun diluar sekolah
dan berlangung seumur hidup. Pendidikan merupakan salah satu modal
dasar manusia harus dipenuhi untuk mencapai pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Sektor pendidikan memainkan peran utama untuk
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap
teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.13
13
‘No Title’ <http://ojs.unud.ac.id/>.
14
Christina Usmalidanti, ‘Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan’, 2011.
8
1. Menciptakan banyak lapangan pekerjaanMenciptakan banyak lapangan
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
sumberdaya yang ada di daerah tersebut, sehingga dapat mengurangi
jumlah pengangguran.
2. Menyamaratakan pendidikan termasuk di daerah terpencil yang sulit
untuk di jangkau agar mereka juga dapat merasakan pendidikan
sehinnga meskipun bermukim di daerah terpencil tetapi tetap memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang baik.
3. Memberikan modal usaha bagi masyarakat yang kurang mampu.
4. Salah satu faktor kemiskinan adalah karena tidak adanya pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan yang di miliki. untuk mengatasinya
perlu adanya peminjaman modal bagi masyarakat yang tidak mampu
agar mereka memiliki penghasilan, sehinnga sebagian dari
penghasilanya dapat disisihkan untuk membiayai pendidikan. Bahkan
juga dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
5. Memberantas korupsi.
6. Masalah korupsi di Indonesia memang sangat memperihatinkan,
bahkan menurut pemberitaan diberbagai media, Indonesia adalah salah
satu Negara yang terkorup. Tidak terhitung uang yang di ambil oleh
para koruptor demi kebutuhan dan kepentingan pribadi, yang
seharusnya uang tersebut di gunakan untuk menanggulangi kemiskinan
dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
9
melalui pemanfaatan Biaya Operasional Sekolah (BOS), untuk tujuan
tersebut dengan memperhitungkan siswa miskin serta tingkat kondii
ekonomi daerah setempat.
3. Membentuk SD-SMP Satu Atap bagi daerah terpencil yang
berpenduduk jarang dan terpencar, dengan menambah ruang belajar
SMP di SD untuk menyelenggarakan program pendidikan SMP bagi
lulusannnya. Upaya memaksimalkan fasilitas yang sudah ada, baik
ruang kelas maupun bangunan sekolah dengan membuat jaringan
sekolah antara SMP dengan SD-SD yang ada diwilayah layanannya
(ctchment areas) serta menggabungkan SD-SD yang sudah tidak
efisien lagi.
4. Memperluas akses bagi yang belum terlayani dijalur pendidikan formal
untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan dijalur
pendidikan nonformal maupun program pendidikan terpadu/inklusip
bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama untuk daerah-
daerah yang tidak tersedia layanan pendidikan khusus luar biasa.,
disamping itu perlu pula mengembangkan SMP terbuka melalui
optimalisasi daya tampung dan pengembangan SMP terbuka model
maupun melalui model layanan pendidikan alternatif yang inovatif.
5. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas
untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan
keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. Perluasan kesempatan
bagi penduduk buta aksara dilakukan dengan menjalin berbagai
kerjasama dengan para pemangku kepentingan pendidikan, seperti
organisasi keagamaan, organisasi perempuan, dan organsasi lainyang
dapat menjangkau lapisan masyarakat, serat PT.
6. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai kebutuhan dan
keunggulan lokal dengan menambah program pendidikan kejuruan
yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang
berkembang serta perlu dilakukan penambahan muatan pendidikan
keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus.
10
7. Memperluas daya tampung PT yang ada dengan memberikan fasilitasi
pada perguruan tinggi untuk membuka program-program keahlian
yang dibutuhkan masyarakat dan mengalihfungsikan atau menutup
sementara secara fleksibel program-program yang lulusannya sudah
jenuh.15
15
Dicky Djatnika Ustama, ‘DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN’, 2006, 1–12.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat rumit dan
memberikan dampak keberbagai bidang terutama pendidikan. Berbagai
cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan.
Mulai dari pemberian BLT bagi masyarakat ekonoimi lemah, Indonesia
Pintar, pendidikan gratis, perbaikan dan perkembangan kampung. Namun,
pada kenyataannya angka kemiskinan tetap tinggi. Faktor kemiskinan
diantaranya meningkatkan jumlah penduduk yang tidak disertai dengan
kualitas sumber daya manusia, tidak meratanya pendidikan, serta
banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena
pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan
ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan
pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan
berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi semangat
untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali,
keadilan dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan
seharusnya pemerintah berada di garda terdepan untuk mewujudkannya.
Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial mempunyai kaitan
terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan
diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan
prioritas utama dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan
ketertinggalan sosial ekonominya
Dampak kemiskinan terhadap dunia pendidikan salah satuynya
banyaknya anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak
adanya biaya. Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
kemiskinan diantaranya dengan menyamaratakan pendidikan disemua
wilayah termasuk didaerah-daerah yang terpencil, menciptakan lapangan
12
kerja, memberikan bantuan berupa modal usaha kepada masyarakat yang
berekonomi lemah, serta memberantas korupsi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Djauzak, ‘Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan’, 2009
<www.kompas.com>
Indonesia, Presiden Republik, Dengan Rahmat, Tuhan Yang, and Maha Esa,
‘Presiden Republik Indonesia, Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa’,
1989, 1–17
Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985)
14
12
Wahyuddin, and Dosen, ‘Fungsi Pendidikan Islam Dalam Hidup Dan Kehidupan
Manusia’, Inspiratif Pendidikan, V (2016), 399–415 <http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/download/3574/3303>
15