Makalah Psikologi Agama 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PERKEMBANGAN


JIWA BERAGAMA

Dosen Pengampu : Dr. Sugeng Kurniawan, M.Pd.I.


Mata Kuliah : Psikologi Agama

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ari Safriko : PI.01.221.4788
Andriyus Khotip : PI.01.221.4785
Davis Yanto : PI.01.221.4793
Ayu Puja Lara : PI.01.220.4645
Usamah Zulfiyatunnuha : PI.01.221.4852

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
6A/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat


Allah Yang Maha Esa, karena nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul “ASPEK
PSIKOLOGI DALAM PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA" dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Materi Psikologi
Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana Aspek Psikologi Dalam Perkembangan Jiwa Beragama.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Sugeng Kurniawan,
M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya


makalah ini, penulis tetap menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan
sudah pasti masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bungo, 21 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Rumusan Masalah ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Kecerdasan Beragama ....................................................................... 3


B. Motivasi Beragama ........................................................................... 4
1. Pengertian Motivasi ..................................................................... 4
2. Peran Motivasi............................................................................. 4
3. Jenis Motivasi.............................................................................. 5
C. Sikap Keagamaan .............................................................................. 6
D. Ketaatan Beragama ........................................................................... 7
1. Pengertian Ketaatan Beragama .................................................... 7
2. Bentuk-bentuk Ketaatan Beragama .............................................. 8
E. Tingkah Laku Keagamaan ................................................................. 11
1. Pengertian Tingkah Laku ............................................................. 11
2. Pengertian Tingkah Laku Keagamaan ......................................... 11
3. Motivasi yang Melahirkan Tingkah Laku Keagamaan .................. 11

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 13

A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.
Agama berperan dalam memberikan makna dan tujuan hidup, membentuk
identitas diri, dan memberikan dukungan sosial. Perkembangan keberagamaan
merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Perkembangan
keberagamaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor psikologis.
Aspek-aspek psikologi yang berhubungan dengan perkembangan
keberagamaan meliputi: Motivasi beragama, yaitu faktor yang mendorong
seseorang untuk beragama. Motivasi beragama dapat berupa kebutuhan akan
makna hidup, kebutuhan akan kasih sayang, dan kebutuhan akan rasa aman.
Intiligensia beragama, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan
menghayati ajaran agama. Inteligensi beragama dapat diukur melalui berbagai
tes, seperti tes pemahaman agama dan tes sikap beragama. Sikap beragama,
yaitu cara seseorang memandang dan menilai agama. Sikap beragama dapat
positif atau negatif.
Tingkah laku beragama, yaitu perilaku yang diekspresikan oleh
seseorang sebagai wujud dari keyakinan agamanya. Tingkah laku beragama
dapat berupa ritual keagamaan, tindakan sosial, dan tindakan moral. Ketaatan
beragama, yaitu tingkat kepatuhan seseorang terhadap ajaran agamanya.
Ketaatan beragama dapat diukur melalui berbagai indikator, seperti frekuensi
ibadah, pengamalan ajaran agama, dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Kecerdasan Beragama?
2. Apakah yang dimaksud dengan Motivasi Beragama?
3. Bagaimana Sikap Keagamaan?
4. Apa saja Bentuk dari Ketaatan Beragama?
5. Bagaimana Tingkah Laku Keagamaan?

1
2

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk Mengetahui Apa Itu Kecerdasan Beragama
2. Untuk Mengetahui Apa Motivasi Beragama
3. Untuk Mengetahui Bagaiaman Sikap Keagamaan
4. Untuk Mengetahui Bentuk dari Ketaatan Beragama
5. Untuk Mengetahui Bagaiamana Tingkah Laku Keagamaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Beragama
Kecerdasan Beragama terdiri dari dua kata yaitu Kecerdasan dan
Beragama/Spiritual. Kata kecerdasan ini berasal dari kata cerdas. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna perkembangan akal
budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, tajam pikiran dan sempurna
pertumbuhan tubuhnya. Kecerdasan dapat diartikan pula sebagai Properti dari
pikiran yang mencakup banyak kemampuan mental yang terkait, seperti
kapasitas untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami gagasan dan bahasa, dan belajar. 1
Sedangkan kata Beragama/Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga
diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. la memberi arah dan arti bagi
kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita. Beragama/Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin,
mental, moral.2
Jadi Kecerdasan beragama merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk meningkatkan kualitas diri melalui berbagai kegiatan sehingga
pada akhirnya mampu menyelesaikan masalah dan menghadapi berbagai
tantangan yang dihadapi dalam hidup. Selain itu kecerdasan beragama juga
dapat menjadikan manusia sebagai makhluk yang cerdas baik secara
intelektual, emosional, dan spiritual. Kecerdasan beragama tidak hanya fokus
pada hubungan antara manusia dan Tuhan, namun juga hubungan manusia
dengan manusia lain dan juga hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya. Selain itu kecerdasan beragama dapat menjadi benteng diri

1
NW channel. (2021). Makalah Kecerdasan Spiritual. Diakses Pada 20 Maret 2024, dari
https://id.scribd.com/document/497616553/Makalah-Kecerdasan-Spiritual.
2
Guztap Jabarul Haq. (2019). Kecerdasan Spiritual. Diakses Pada 20 Maret 2024, dari
https://id.scribd.com/document/436003743/Kecerdasan-Spiritual.

3
4

pada peserta didik dari pengaruh buruk yang ada disekitarnya. Psikolog
Zohar dan Marshall. mendefinisikan bahwa kecerdasan beragama/ kecerdasan
spiritual sebagai suatu kecerdasan yang digunakan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, dalam artian bahwa kecerdasan ini
dapat menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam makna yang lebih
luas. Kecerdasan spiritual ini pada akhirnya akan menjadikan seseorang
mampu menilai bahwa tindakan atau jalan hidup yang dijalani lebih bermakna
di bandingkan dengan yang lainnya.3
B. Motivasi Beragama
1. Pengertian Motivasi
Motivasi atau dorongan beragama ialah merupakan dorongan psikis
yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak kejadian manusia. Dalam
relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan
memikirkan sang penciptanya dan pencipta alam semesta, dorongan untuk
menyembah Nya, meminta pertolongan kepada-Nya setiap kali dia ditimpa
malapetaka dan musibah. 4
Ada juga yang mengatakan motivasi beragama adalah dorongan
manusia untuk memeluk agama yang diyakininya.
Menurut M. Utsman Najati motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah
laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Dengan demikian Motivasi beragama dapt diartikan sebagai kekuatan
yang menggerakkan seseorang untuk merespon pranata ketuhanan, sehingga
seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk pemikiran,
perbuatan dan komunitas kelompok.
2. Peran Motivasi
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia,
setidaknya ada empat peran motivasi yaitu:

3
Yulanda, N., Muchtar, S. A., Malihah, E., & Sapriya. (2022). Kecerdasan Beragama Berbasis
Pendidikan Surau Dalam Pembelajaran Di Minangkabau. Research and Development Journal of Education,
8(2), 456-461.
4
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan:Perdana Publishing, 2019), hal. 54.
5

a. Motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu,


sehingga menjadi unsur penting dari tingkah laku atau tindakan manusia.
b. Motivasi berfungsi untuk menentukan arah dan tujuan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi tindakan yang akan dilakukan
manusia, baik buruknya, agar tindakannya bersifat selektif.
d. Motivasi berfungsi sebagai penguji sikap manusia dalam beramal,
benaratau salah, sehingga bisa dilihat kebenaran atau kesalahan yang
bersifatemosional dan subyektif. 5
3. Jenis Motivasi
Jenis motivasi ada dua yaitu :
a. Motivasi keagamaan yang rendah
1) Karena didorong oleh keinginan untuk mendapat perasaan jah dan
riya'
2) Karena ingin mematuhi orang tua dan menjauhkan larangan
3) Karena demi gengsi atau prestise
4) Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau
seseorang
5) Karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari kewajiban
agama. 6
b. Motivasi beragama yang tinggi
1) Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan surgadan
menyelamatkan diri dari azab neraka.
2) Karena didorong oleh keinginan untuk beribadah danmendekatkan diri
kepada Allah.
3) Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkankeridhaan Allah
dalam hidupnya.
4) Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkankesejahteraan dan
kebahagian hidup.

5
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan:Perdana Publishing, 2019), hal. 57.
6
Taufik, Psikologi Agama, (Mataram:Sanabil, 2020), hal. 187.
6

5) Karena didorong oleh ingin hulul (mengambil tempat untuk menjadi


satu dengan Tuhan).
6) Karena didorong oleh kecintaan (mahabbah) kepada Allah SWT.
7) Karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan perraturan Tuhan tentang
segala yang ada (ma'rifah).
8) Karena didorong oleh keinginan untuk al-ittihad (bersatu dengan
Tuhan).

Dengan mencurahkan cinta kasih bagi orang lain tanpa pandang bulu,
kita seolah-olah mengabaikan atau melupakan "diri" kita sendiri, tetapi
memperoleh kebahagiaan atau wawasan spritual yang lebih tinggi sebagai
gantinya. Kebanyakan agama dan filsafat menjadikan hal ini sebagai
tujuan tertingginya. 7

C. Sikap Keagamaan
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif perasaan terhadap
agama sebagai komponen efektif dan prilaku terhadap agama sebagai
komponen kognitif.
Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu dapat mempengaruhi
ketentraman batin seseorang. Berbagai konflik yang terjadi dalam diri
seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajaran agamanya atau
meninggalkan ajaran itu sama sekali.
Menurut Siti Partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu:
1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau
menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk disini minat dan
perhatian.

7
Taufik, Psikologi Agama, (Mataram:Sanabil, 2020), hal. 188.
7

2. Faktor eksternal, berupa faktor di luar dari individu yaitu pengaruh


lingkungan yang diterima."8
D. Ketaatan Beragama
1. Pengertian Ketaatan Beragama
Ketaatan beragama adalah tunduk patuh yang timbul dari kesadaran hati
akan keagungan yang disembah (Allah), karena yakin bahwa sesungguhnya
Allah itu mempunyai kekuasaan yang todak dapat dicapai oleh akal akan
hakikatnya, sebab hal itu diluar jangkauan pikiannya. Sedangkan ketaatan
dalam Al-Qur'an, ketaatan adalah suatu sifat yang selalu menurut, teguh dan
sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan (Allah,
Rasul, Pemerintah atau Penguasa). Allah berfirman dalam surat Annisa: 59

ُُّّ‫ُّم ْن ُك ْۚ ْم‬ ْ ‫ُّواُو ِل‬


ُِّ ‫ىُّاْلَ ْم ِر‬ َ ‫س ْو َل‬
ُ ‫واُّالر‬
َّ ُ‫ُّوُّا َ ِط ْيع‬
َ َ‫واُّّٰللا‬
‫ه‬ ُ‫يٰٓاَيُّ َهاُّالَّ ِذيْنَ ُّا َمنُ ْٰٓواُّا َ ِط ْيع‬
ِ ‫س ْو ِلُّا ِْنُّ ُك ْنت ُ ْمُّتُؤْ ِمُّنُ ْونَُّ ِب ه‬
ُّ‫اّٰلل‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫ُّو‬ ُّ‫ش ْيءٍُّفَ ُرد ْوهُُّاِلَى ه‬
َ ِ‫ُّّٰللا‬ َ ُّ‫فَا ِْنُّتَنَازَ ْعت ُ ْمُّفِ ْي‬
ُّࣖ‫س ُنُّت َأ ْ ِوُّْي اًل‬ ُّْ َ ‫ُّوا‬
َ ‫ح‬ ْ ‫َو ْاليَ ْو ِم‬
َّ ‫ُّاْل ِخ ِۗ ِرُّذ ِل َكُّ َخي ٌْر‬
Terjemahan:
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi
Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an)
dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang
demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di
akhirat)".
Dari ayat diatas jelas sekali disebutkan bahwa manusia diwajibkan
untuk mentaati Allah dan rasulnya. Maksud taat disini senantiasa menjalankan
apa yang diperintahkanya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya orang
yang mampu seperti itu disebut sebagai orang yang beragama, dimana inti dari

8
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 17.
8

beragama adalah "Iman". Jadi yang dimaksud dengan beragama adalah


beriman.9
Sedangkan yang dimaksud dengan agama adalah sistem keyakinan.
Agama adalah sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan. yang semua itu berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai
yang paling maknawi." Agama merupakan peraturan-peraturan yang terdiri
dari kepercayaan dan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan keadaan suci,
artinya yang membedakan yang mana yang halal dan yang haram yang dapat
membawa atau mendorong umat yang menganutnya untuk menjadi suatu umat
yang memilki rohani yang kuat".
Secara definitif, menurut Harun Nasution agama adalah:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup


tertentu. Dari pemaparan di atas, pengertian ketaatan beragama adalah patuh
dan taat menjalankan segala apa yang diperintahkan dan menjalankan
kewajiban yang telah ditetapkanya, karna pada dasarnya manusia diciptakan
untuk menyembah dan beribadah kepadanya. 10

2. Bentuk-bentuk ketaatan beragama


Dalam hal ketaatan beragama, siswa menerima beragamnya dari
orangorang disekitarnya termasuk orang tuanya sendiri,hal tersebut melalui
penglihatan, pendengaran, maupun pendidikan yang iya terima. Jadi dalam hal

9
Muhammad Mawangir, Psikologi Agama, (Palembang: Perpustakaan Nasional Katalog, 2016), hal.
120.
10
Erba Rozalina Y, Psikologi Agama, (Buku Referensi, Bekasi, PT Dewangga Energi Internasional,
2021), hal. 50-51.
9

ini ketaatn beragam dapat diukur dengan menggunakan dimensi peraktik


(ritual) dan dimensi pengalaman. Kedua dimensi ini meliputi:
a. Shalat Fardhu
Shalat menurut bahasa arab berarti berdo'a. Menurut Ash-Shiddieqy
bahwa perkataan shalat dalam bahasa arab berarti doa memohon kebajikan
dan pujian.Sedangkan secara hakekat mengandung pengertian "Berhadap
hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta
menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagaungan, kebesaran-Nya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya. Secara dimensi fiqh shalat adalah beberapa
ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah dan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh agama.
Kewajiban shalat yang mana telah di perintahkan Allah dalam Al-
Qur'an yaitu pada surat Al-Ankabut ayat :45

َ ُّ‫صلوة َُّت َ ْنهى‬


ُّ‫ع ِن‬ َّ ‫صلو ِۗة َ ُّا َِّن ُّال‬ َّ ‫ُّوا َ ِق ِم ُّال‬
َ ‫ب‬ ْ َ‫ُّمن‬
ِ ‫ُّال ِكت‬ َ ‫اُتْ ُل ُّ َما ٰٓ ُّا ُ ْو ِح‬
ِ ‫ي ُّ ِالَي َْك‬
‫ن‬ ْ َ ‫ّٰللاُُّيَ ْعلَ ُمُّ َماُّت‬
َُّ ‫صنَعُ ْو‬ َ ُّ‫ُّّٰللاُِّا َ ْكبَ ُر‬
‫ُُُُِّّّّۗو ه‬ ‫ُُُُِّّّّۗولَ ِذ ْك ُر ه‬ َ ‫ْالفَحْ ش َۤا ِء‬
َ ُّ‫ُّو ْال ُم ْن َك ِر‬
Terjemahan:
"Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan
kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar
(keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan".
b. Puasa dibulan Ramadhan Secara etimologis (bahasa), puasa dalam bahasa

arab berasal dari kata ‫مُّصاُّماُّصياُّماُّصومُّيصو‬artinya menahan,


mengekang, diam, berhenti atau menahan diri dari sesuatu, baik dalam
bentuk perkataan maupun perbuatan
Kewajiban berpuasa telah ada dalam A-qur'an sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 183:
10

ِ َ‫علَىُّالَّ ِذيْن‬
ُّ‫ُّم ْنُّقَ ْب ِل ُك ْم‬ ِ ‫ع َل ْي ُك ُم‬
َ ‫ُّالص َيا ُمُّ َك َماُّ ُك ِت‬
َ ُّ‫ب‬ َ ‫يٰٓاَي َهاُّالَّ ِذيْنَ ُّا َمنُ ْواُّ ُك ِت‬
َ ُّ‫ب‬
َُّ‫لَ َعلَّ ُك ْمُّتَتَّقُ ْون‬
Terjemahan:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa".

c. Membaca Al-Qur'an Al-Qur'an adalah kitab suci (kalam ilahi) yang


diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ia berfungsi
sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan hidup dan
kehidupannya. Secara etimologis kata benda Al-Qur'an berasal dari kata
kerja qara'a yang mengandung arti ,,mengumpulkan atau
menghimpun",membaca atau mengkaji. Jadi kata Al-Qur'an berarti
kumpulan himpunan atau bacaan. Arti ini dapat dilihat dalam surat Al-
Qiyamah ayat 17 dan 18 sebagai berikut:

ُّْۚٗ‫فَ ِاذَاُّقَ َرأْنهُُّ َفات َّ ِب ْعُّقُ ْرانَه‬,ُُّّ ْۚٗ‫ُّوقُ ْرانَه‬


َ ٗ‫علَ ْينَاُّ َج ْم َعه‬
َ ُّ‫ا َِّن‬
Terjemahan
17. Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu)
dan membacakannya.
18. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya
itu.

d. Infaq/Shadaqoh
Pengertian infaq menurut bahasa dari kata: Nafaqa (Nun, Fa', dan
Qaf), yang mempunyai arti keluar. Dari akar kata inilah muncul istilah
Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran islam.
Kata (infaq), yang huruf akhirnya mestinya "Qaf", oleh orang indonesia
dirubah menjadi huruf "kaf", sehingga menjadi (infak). Infaq berasal dari
kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan
11

sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian


dari harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
Islam. Jika zakat ada nishab nya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq
dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi
maupun rendah, apakah ia dalam keadaan lapang atau pun sempit.
Sedangkan infaq secara istilah adalah mengeluarkan sebagian harta
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Allah SWT seperti:
Menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Maka infaq bisa
diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik,
maupun kepentingan yang buruk.11
E. Tingkah Laku Keagamaan
1. Pegertian Tingkah Laku
Tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang
dibuat sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus
mengikut sertakan tanggapan pada suatu organisine, termasuk yang ada diotak,
bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan harapan, dan sebagainya, tetapi ia
juga menyangkut mental sampai aktivitas fisik.
2. Pengertian Tingkah Laku Keagamaan
Tingkah laku keagamaan adalah segala aktivitas manusia dalam
kehidupan. didasarkan atas nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku
keagamaan tersebut merupakan perwujudan dan jiwa keagamaan berdasarkan
kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh
adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada diri
seseorang. Dengan sikap itulah akhirnya lahir tingkah laku keagamaan sesuai
dengan kadar ketaatan seseorang terhadap agama yang diyakininya
3. Motivasi Yang Melahirkan Tingkah Laku Keagamaan
Penyebab tingkah laku keagamaan manusia itu merupakan campuran
antara. berbagai faktor, baik faktor lingkugan, biologi, psikologi rohaniah,

11
Endin Nasrudin, Psikologi Agama dan Spiritualitas, (Bandung: Lagood’s Publishing, 2021), hal.
115-117.
12

unsur fungsional, unsur asli dan fitrah atau karunia Tuhan. Karena itu studi
yang mampu membahas masalah empiris, non empiris dan rohaniah adalah
agama. 12
Menurut Nico Syukur Dister terdapat empat hal yang menyebabkan
seorang memunculkan tingkah laku keagamaan, yaitu:
a. untuk mengatasi frustasi
b. untuk menjaga kesusilaan serta tata tertip masyarakat
c. untuk memuaskan intelek yang ingin tahu
d. untuk mengatasi ketakutan

12
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 18.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan beragama merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk meningkatkan kualitas diri melalui berbagai kegiatan
sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan masalah dan menghadapi
berbagai tantangan yang dihadapi dalam hidup.
Dengan demikian Motivasi beragama dapt diartikan sebagai kekuatan
yang menggerakkan seseorang untuk merespon pranata ketuhanan, sehingga
seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk pemikiran,
perbuatan dan komunitas kelompok.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif perasaan terhadap
agama sebagai komponen efektif dan prilaku terhadap agama sebagai
komponen kognitif.
Ketaatan beragama adalah tunduk patuh yang timbul dari kesadaran hati
akan keagungan yang disembah (Allah), karena yakin bahwa sesungguhnya
Allah itu mempunyai kekuasaan yang todak dapat dicapai oleh akal akan
hakikatnya, sebab hal itu diluar jangkauan pikiannya. Sedangkan ketaatan
dalam Al-Qur'an, ketaatan adalah suatu sifat yang selalu menurut, teguh dan
sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan (Allah,
Rasul, Pemerintah atau Penguasa). Tingkah laku keagamaan adalah segala
aktivitas manusia dalam kehidupan. didasarkan atas nilai-nilai agama yang
diyakininya. Tingkah laku keagamaan tersebut merupakan perwujudan dan
jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri
sendiri.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh
adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada diri

13
14

seseorang. Dengan sikap itulah akhirnya lahir tingkah laku keagamaan


sesuai dengan kadar ketaatan seseorang terhadap agama yang diyakininya
B. Saran
Makalah ini disusun berdasarkan referensi yang ada dan tentunya
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon
kepada pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Erba Rozalina Y, Psikologi Agama, Buku Referensi, Bekasi, PT Dewangga Energi


Internasional, 2021.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010

Muhammad Mawangir, Psikologi Agama, Palembang: Perpustakaan Nasional


Katalog, 2016
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, Medan:Perdana Publishing, 2019

Taufik, Psikologi Agama, Mataram:Sanabil, 2020


Yulanda, N., Muchtar, S. A., Malihah, E., & Sapriya. Kecerdasan Beragama
Berbasis Pendidikan Surau Dalam Pembelajaran Di Minangkabau. Research
and Development Journal of Education, 2022.
Guztap Jabarul Haq. (2019). Kecerdasan Spiritual. dari
https://id.scribd.com/document/436003743/Kecerdasan-Spiritual.

NW channel. (2021). Makalah Kecerdasan Spiritual. dari


https://id.scribd.com/document/497616553/Makalah-Kecerdasan-Spiritual.
.

15

Anda mungkin juga menyukai