Makalah Psikologi Agama 1
Makalah Psikologi Agama 1
Makalah Psikologi Agama 1
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ari Safriko : PI.01.221.4788
Andriyus Khotip : PI.01.221.4785
Davis Yanto : PI.01.221.4793
Ayu Puja Lara : PI.01.220.4645
Usamah Zulfiyatunnuha : PI.01.221.4852
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Materi Psikologi
Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana Aspek Psikologi Dalam Perkembangan Jiwa Beragama.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Sugeng Kurniawan,
M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia.
Agama berperan dalam memberikan makna dan tujuan hidup, membentuk
identitas diri, dan memberikan dukungan sosial. Perkembangan keberagamaan
merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Perkembangan
keberagamaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor psikologis.
Aspek-aspek psikologi yang berhubungan dengan perkembangan
keberagamaan meliputi: Motivasi beragama, yaitu faktor yang mendorong
seseorang untuk beragama. Motivasi beragama dapat berupa kebutuhan akan
makna hidup, kebutuhan akan kasih sayang, dan kebutuhan akan rasa aman.
Intiligensia beragama, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan
menghayati ajaran agama. Inteligensi beragama dapat diukur melalui berbagai
tes, seperti tes pemahaman agama dan tes sikap beragama. Sikap beragama,
yaitu cara seseorang memandang dan menilai agama. Sikap beragama dapat
positif atau negatif.
Tingkah laku beragama, yaitu perilaku yang diekspresikan oleh
seseorang sebagai wujud dari keyakinan agamanya. Tingkah laku beragama
dapat berupa ritual keagamaan, tindakan sosial, dan tindakan moral. Ketaatan
beragama, yaitu tingkat kepatuhan seseorang terhadap ajaran agamanya.
Ketaatan beragama dapat diukur melalui berbagai indikator, seperti frekuensi
ibadah, pengamalan ajaran agama, dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Kecerdasan Beragama?
2. Apakah yang dimaksud dengan Motivasi Beragama?
3. Bagaimana Sikap Keagamaan?
4. Apa saja Bentuk dari Ketaatan Beragama?
5. Bagaimana Tingkah Laku Keagamaan?
1
2
PEMBAHASAN
A. Kecerdasan Beragama
Kecerdasan Beragama terdiri dari dua kata yaitu Kecerdasan dan
Beragama/Spiritual. Kata kecerdasan ini berasal dari kata cerdas. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna perkembangan akal
budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, tajam pikiran dan sempurna
pertumbuhan tubuhnya. Kecerdasan dapat diartikan pula sebagai Properti dari
pikiran yang mencakup banyak kemampuan mental yang terkait, seperti
kapasitas untuk berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami gagasan dan bahasa, dan belajar. 1
Sedangkan kata Beragama/Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga
diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. la memberi arah dan arti bagi
kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita. Beragama/Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin,
mental, moral.2
Jadi Kecerdasan beragama merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk meningkatkan kualitas diri melalui berbagai kegiatan sehingga
pada akhirnya mampu menyelesaikan masalah dan menghadapi berbagai
tantangan yang dihadapi dalam hidup. Selain itu kecerdasan beragama juga
dapat menjadikan manusia sebagai makhluk yang cerdas baik secara
intelektual, emosional, dan spiritual. Kecerdasan beragama tidak hanya fokus
pada hubungan antara manusia dan Tuhan, namun juga hubungan manusia
dengan manusia lain dan juga hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya. Selain itu kecerdasan beragama dapat menjadi benteng diri
1
NW channel. (2021). Makalah Kecerdasan Spiritual. Diakses Pada 20 Maret 2024, dari
https://id.scribd.com/document/497616553/Makalah-Kecerdasan-Spiritual.
2
Guztap Jabarul Haq. (2019). Kecerdasan Spiritual. Diakses Pada 20 Maret 2024, dari
https://id.scribd.com/document/436003743/Kecerdasan-Spiritual.
3
4
pada peserta didik dari pengaruh buruk yang ada disekitarnya. Psikolog
Zohar dan Marshall. mendefinisikan bahwa kecerdasan beragama/ kecerdasan
spiritual sebagai suatu kecerdasan yang digunakan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, dalam artian bahwa kecerdasan ini
dapat menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam makna yang lebih
luas. Kecerdasan spiritual ini pada akhirnya akan menjadikan seseorang
mampu menilai bahwa tindakan atau jalan hidup yang dijalani lebih bermakna
di bandingkan dengan yang lainnya.3
B. Motivasi Beragama
1. Pengertian Motivasi
Motivasi atau dorongan beragama ialah merupakan dorongan psikis
yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak kejadian manusia. Dalam
relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan
memikirkan sang penciptanya dan pencipta alam semesta, dorongan untuk
menyembah Nya, meminta pertolongan kepada-Nya setiap kali dia ditimpa
malapetaka dan musibah. 4
Ada juga yang mengatakan motivasi beragama adalah dorongan
manusia untuk memeluk agama yang diyakininya.
Menurut M. Utsman Najati motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah
laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Dengan demikian Motivasi beragama dapt diartikan sebagai kekuatan
yang menggerakkan seseorang untuk merespon pranata ketuhanan, sehingga
seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk pemikiran,
perbuatan dan komunitas kelompok.
2. Peran Motivasi
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia,
setidaknya ada empat peran motivasi yaitu:
3
Yulanda, N., Muchtar, S. A., Malihah, E., & Sapriya. (2022). Kecerdasan Beragama Berbasis
Pendidikan Surau Dalam Pembelajaran Di Minangkabau. Research and Development Journal of Education,
8(2), 456-461.
4
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan:Perdana Publishing, 2019), hal. 54.
5
5
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan:Perdana Publishing, 2019), hal. 57.
6
Taufik, Psikologi Agama, (Mataram:Sanabil, 2020), hal. 187.
6
Dengan mencurahkan cinta kasih bagi orang lain tanpa pandang bulu,
kita seolah-olah mengabaikan atau melupakan "diri" kita sendiri, tetapi
memperoleh kebahagiaan atau wawasan spritual yang lebih tinggi sebagai
gantinya. Kebanyakan agama dan filsafat menjadikan hal ini sebagai
tujuan tertingginya. 7
C. Sikap Keagamaan
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif perasaan terhadap
agama sebagai komponen efektif dan prilaku terhadap agama sebagai
komponen kognitif.
Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu dapat mempengaruhi
ketentraman batin seseorang. Berbagai konflik yang terjadi dalam diri
seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajaran agamanya atau
meninggalkan ajaran itu sama sekali.
Menurut Siti Partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu:
1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau
menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk disini minat dan
perhatian.
7
Taufik, Psikologi Agama, (Mataram:Sanabil, 2020), hal. 188.
7
8
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 17.
8
pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
9
Muhammad Mawangir, Psikologi Agama, (Palembang: Perpustakaan Nasional Katalog, 2016), hal.
120.
10
Erba Rozalina Y, Psikologi Agama, (Buku Referensi, Bekasi, PT Dewangga Energi Internasional,
2021), hal. 50-51.
9
ِ َعلَىُّالَّ ِذيْن
ُُّّم ْنُّقَ ْب ِل ُك ْم ِ ع َل ْي ُك ُم
َ ُّالص َيا ُمُّ َك َماُّ ُك ِت
َ ُّب َ يٰٓاَي َهاُّالَّ ِذيْنَ ُّا َمنُ ْواُّ ُك ِت
َ ُّب
َُّلَ َعلَّ ُك ْمُّتَتَّقُ ْون
Terjemahan:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa".
d. Infaq/Shadaqoh
Pengertian infaq menurut bahasa dari kata: Nafaqa (Nun, Fa', dan
Qaf), yang mempunyai arti keluar. Dari akar kata inilah muncul istilah
Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran islam.
Kata (infaq), yang huruf akhirnya mestinya "Qaf", oleh orang indonesia
dirubah menjadi huruf "kaf", sehingga menjadi (infak). Infaq berasal dari
kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan
11
11
Endin Nasrudin, Psikologi Agama dan Spiritualitas, (Bandung: Lagood’s Publishing, 2021), hal.
115-117.
12
unsur fungsional, unsur asli dan fitrah atau karunia Tuhan. Karena itu studi
yang mampu membahas masalah empiris, non empiris dan rohaniah adalah
agama. 12
Menurut Nico Syukur Dister terdapat empat hal yang menyebabkan
seorang memunculkan tingkah laku keagamaan, yaitu:
a. untuk mengatasi frustasi
b. untuk menjaga kesusilaan serta tata tertip masyarakat
c. untuk memuaskan intelek yang ingin tahu
d. untuk mengatasi ketakutan
12
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hal. 18.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecerdasan beragama merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk meningkatkan kualitas diri melalui berbagai kegiatan
sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan masalah dan menghadapi
berbagai tantangan yang dihadapi dalam hidup.
Dengan demikian Motivasi beragama dapt diartikan sebagai kekuatan
yang menggerakkan seseorang untuk merespon pranata ketuhanan, sehingga
seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk pemikiran,
perbuatan dan komunitas kelompok.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif perasaan terhadap
agama sebagai komponen efektif dan prilaku terhadap agama sebagai
komponen kognitif.
Ketaatan beragama adalah tunduk patuh yang timbul dari kesadaran hati
akan keagungan yang disembah (Allah), karena yakin bahwa sesungguhnya
Allah itu mempunyai kekuasaan yang todak dapat dicapai oleh akal akan
hakikatnya, sebab hal itu diluar jangkauan pikiannya. Sedangkan ketaatan
dalam Al-Qur'an, ketaatan adalah suatu sifat yang selalu menurut, teguh dan
sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan (Allah,
Rasul, Pemerintah atau Penguasa). Tingkah laku keagamaan adalah segala
aktivitas manusia dalam kehidupan. didasarkan atas nilai-nilai agama yang
diyakininya. Tingkah laku keagamaan tersebut merupakan perwujudan dan
jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri
sendiri.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh
adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada diri
13
14
15