Anda di halaman 1dari 44

CRITICAL BOOK REVIEW

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF

Dosen Pengampu: Drs. Surbakti Karo Karo, M.Si., Ak., CA.

Oleh :

Andika Bhayangkara 7213220010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Critical Book Review mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Selain itu,
penyusunan critical book review ini juga bertujuan untuk menambah wawasan terkait
ruang lingkup Akuntansi Forensik. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Surbakti Karo Karo, M.Si., Ak., CA. selaku dosen pengampu dalam mata
kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif yang telah mengarahkan
dan membimbing kami dalam penyusunan critical book review ini.

Saya menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan critical book review ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih
dan semoga critical book review ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 16 Maret 2024

Andika Bhayangkara

7213220010

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

1.4 Identitas Buku ..................................................................................................... 3

1.4.1 Buku Utama .................................................................................................. 3

1.4.2 Buku Pembanding Pertama ........................................................................... 3

1.4.3 Buku Pembanding Kedua .............................................................................. 4

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................. 5

2.1 Ringkasan Isi Buku .............................................................................................. 5

2.2 Buku Pembanding Pertama ................................................................................ 10

2.3 Buku Pembanding Kedua .................................................................................. 24

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................... 34

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama ........................................................... 34

3.1.1 Kelebihan .................................................................................................... 34

3.1.2 Kekurangan ................................................................................................. 34

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding Pertama ..................................... 34

3.2.1 Kelebihan .................................................................................................... 34

3.2.2 Kekurangan ................................................................................................. 35

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding Kedua ....................................... 36

3.3.1 Kelebihan .................................................................................................... 36

3.3.2 Kekurangan ................................................................................................. 36

iii
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 37

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 37

4.2 Saran ................................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 39

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, berkembang pula
praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud yang terjadi
pada berbagai negara bisa berbeda, karena dalam hal ini praktik fraud antara lain
dipengaruhi kondisi hukum di negara yang bersangkutan. Pada negaranegara maju
dengan kehidupan ekonomi yang stabil, praktik fraud cenderung memiliki modus
yang sedikit dilakukan. Adapun pada negara-negara berkembang seperti Indonesia,
praktik fraud cenderung memiliki modus banyak untuk dilakukan. Fraud dapat
terjadi pada sektor swasta maupun sektor publik. Pada sektor swasta, banyak terdapat
penyimpangan dan kesalahan yang dilakukan seseorang dalam menafsirkan catatan
keuangan. Hal itu menyebabkan banyaknya kerugian yang besar bukan hanya bagi
orang-orang yang bekerja pada perusahaan, akan tetapi pada investor-investor yang
menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Seperti pada kasus BLBI, Bank
Bali, dan Bank Century juga telah mengurangi kepercayaan investor luar negeri.
Dengan demikian untuk mengembalikan kepercayaan para investor, praktik
akuntansi yang sehat dan audit yang berkualitas dibutuhkan dalam penyajian laporan
keuangan perusahaan.

Sementara itu pada sektor publik, di Indonesia korupsi telah menjadi isu
fenomenal dan menarik untuk dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengah
berkembang dalam masyarakat. Semenjak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat
menjadi semakin kritis dalam mencermati kebijakan-kebijakan pemerintah yang
sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang sering dikenal dengan
istilah KKN. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak
bekerja sama untuk menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities)
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Pada tahun 2008-2009, korupsi
sudah bukan merupakan rahasia publik. Banyak televisi-televisi secara terang-
terangan meliput dan menyiarkan adanya penangkapan para koruptor oleh KPK

1
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Korupsi itu sendiri kini telah dianggap sebagai
penyebab akar masalah nasional, seperti biaya ekonomi tinggi, pertumbuhan
ekonomi yang tidak lancar, dan penghalang investasi (I Dewa Nyoman Wiratmaja,
2000). Adanya lembaga pemerintahan seperti BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),
BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat, KPK (Komisi
Pemberantas Korupsi), kalangan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan ICW
(Indonesian Corruption Watch), bahkan dibuatnya UU Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi belum berhasil menuntaskan masalah korupsi
yang merajalela.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah tugas CBR Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif

1. Bagaimana akuntansi forensik dapat digunakan untuk mencegah terjadinya fraud?


2. Bagaimana akuntansi forensik dan audit investigatif dapat saling melengkapi
dalam proses investigasi fraud?
3. Apa saja konsekuensi yang dapat dihadapi oleh akuntan forensik yang melanggar
etika dan profesionalisme?
4. Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran akuntansi forensik dalam
pemberantasan korupsi dan fraud di Indonesia?
5. Apa saja contoh kasus yang dapat diselesaikan dengan menggunakan akuntansi
forensic dan audit investigative?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah tugas CBR Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif

1. Untuk mengetahui akuntansi forensik dapat digunakan untuk mencegah


terjadinya fraud
2. Untuk mengetahui akuntansi forensik dan audit investigatif dapat saling
melengkapi dalam proses investigasi fraud
3. Untuk mengetahui konsekuensi yang dapat dihadapi oleh akuntan forensik yang
melanggar etika dan profesionalisme?

2
4. Untuk mengetahui yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran akuntansi
forensik dalam pemberantasan korupsi dan fraud di Indonesia
5. Untuk mengetahui contoh kasus yang dapat diselesaikan dengan menggunakan
akuntansi forensic dan audit investigative

1.4 Identitas Buku


1.4.1 Buku Utama

 Judul Buku: Forensic Accounting and Fraud Investigation


 Penulis: Howard Silverstone Stephen Pedneault Michael Sheetz Frank Rudewicz
 Penerbit: CPE Edition
 Halaman: 260 Halaman
 Bahasa: Bahasa Inggris

1.4.2 Buku Pembanding Pertama

3
 Judul Buku: Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
 Penulis: Tuanakotta, Theodorus M
 Penerbit: Salemba Empat
 Halaman: 260 Halaman
 Bahasa: Bahasa Indonesia

1.4.3 Buku Pembanding Kedua

 Judul Buku: Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif


 Penulis: Nur Sayidah Aminullah Assagaf Sulis Janu Hartati Muhajir
 Penerbit: Zifatama Jawara
 Halaman: 149 Halaman
 Bahasa: Bahasa Indonesia

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Ringkasan Isi Buku


BAB 1 : Akuntansi Forensik

Apa Itu Akuntansi Forensik

Definisi akuntansi forensik umumnya mengacu pada penipuan, pencegahan


penipuan, dan investigasi penipuan sebagai peran akuntan forensik. Meskipun
definisi-definisi tersebut tidak selalu akurat, definisi-definisi tersebut memberikan
definisi akuntansi forensik hanya dalam konteks penipuan tertentu.

Mengapa Akuntansi Forensik Menjadi Buzz?

Akuntansi forensik bukanlah bidang akuntansi khusus yang baru. Sebaliknya,


keahlian dan aktivitas yang mencakup akuntansi forensik telah ada sejak lama,
meskipun tidak selalu disebut akuntansi forensik. Sejak tahun 1554, seseorang
bernama Hercules De Cordes, seorang kepala sekolah dan pemegang buku,
memberikan kesaksian sebanyak tiga kali sebagai saksi ahli.5 Pada akhir tahun 1800-
an, artikel-artikel yang berkaitan dengan penipuan, investigasi, dan kesaksian ahli
mulai bermunculan. Orang yang dianggap sebagai orang pertama yang menciptakan
istilah akuntansi forensik adalah Maurice E. Peloubet, partner di kantor akuntan
publik Pogson, Peloubet & Company di New York.

BAB 2 : Penipuan di Masyarakat

Apa itu Penipuan?

Penipuan adalah aktivitas yang terjadi dalam lingkungan sosial dan


mempunyai dampak buruk terhadap perekonomian, perusahaan, dan individu. Ini
adalah infeksi oportunistik yang muncul ketika keserakahan bertemu dengan
kemungkinan penipuan. Penyelidik penipuan seperti dokter yang merawat yang
mencari dan mendengarkan tanda dan gejala yang menunjukkan adanya wabah.

Jenis Penipuan

5
Penipuan kerah putih melibatkan penipuan yang disengaja, yang dilakukan
oleh karyawan, manajemen, pemilik, anggota, relawan, vendor, pelanggan, dan siapa
pun yang memiliki hubungan atau asosiasi apa pun dengan suatu bisnis, untuk
mendapatkan uang atau aset atau layanan lain dari suatu bisnis secara tidak pantas.
Beberapa penipuan dilakukan oleh individu, dan beberapa terjadi melalui kolusi
lintas batas sosial manajemen-karyawan atau antara orang dalam dan orang luar.

BAB 3: Memahami Dasar-dasar Akuntansi Keuangan

Dimana Semuanya Dimulai

Tidak ada penyelidikan forensik yang dapat dilakukan tanpa pengetahuan tentang
prinsip-prinsip akuntansi. Banyak liputan media mengenai kejadian baru-baru ini
yang melibatkan Enron, WorldCom, Computer Associates, AIG, Tyco, Adelphia,
Madoff, dan lainnya berfokus pada manipulasi hasil keuangan. Kejahatan keuangan
yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan kecil, sebagaimana dibuktikan oleh
survei ACFE, mencakup penipuan pencairan dana, yaitu pencairan dana melalui
faktur palsu atau pemalsuan cek perusahaan; skimming, dimana uang tunai atau
pembayaran lainnya dicuri sebelum dicatat; dan pencurian uang tunai, yaitu uang
tunai atau pembayaran lainnya dicuri setelah dicatat.

BAB 4: Bentuk Entitas

Dasar-dasar Struktur Bisnis

Ketika membahas peran bisnis dalam kejahatan, pertama-tama penting untuk


memahami berbagai struktur bisnis yang mungkin dihadapi oleh penyelidik forensik.
Pada dasarnya ada tiga jenis badan usaha utama yang diakui di sebagian besar negara
hukum umum: kepemilikan perseorangan, kemitraan, dan korporasi. Variasi entitas
lain yang juga dibahas dalam bab ini mencakup korporasi profesional (PC), perseroan
terbatas (LLC), dan kemitraan tanggung jawab terbatas (LLP).

BAB 5: Prinsip Dasar Analisis Keuangan

Analisis yang Baik = Uji Tuntas?

Sekarang setelah kita memiliki pemahaman dasar tentang penipuan


keuangan, bagaimana hal itu terjadi, siapa yang melakukannya, dan beberapa prinsip

6
dasar akuntansi dan entitas yang terlibat, kita perlu mempertimbangkan bagaimana
orang yang bukan ahli dapat melakukan analisis keuangan dan memahami apa artinya
semua itu. Analisis keuangan dapat dilakukan sebagai bagian dari uji tuntas sebelum
suatu transaksi terjadi, dan sebagai bagian dari penyelidikan setelah suatu penipuan
terjadi atau diyakini telah terjadi. Biasanya, banyaknya volume transaksi dalam suatu
bisnis akan menghalangi kemampuan untuk memeriksa setiap lembar kertas dan
transaksi yang mendasarinya.

BAB 6: Peran Profesional Akuntansi

Pentingnya Profesi Akuntansi dalam Investigasi

Tidak ada keraguan bahwa kasus-kasus penting seperti WorldCom, Enron,


Tyco, Adelphia, AIG, dan lainnya menyebabkan peningkatan pengawasan publik
terhadap akuntan. Runtuhnya firma Arthur Andersen berhubungan langsung dengan
Enron dan mungkin membawa profesi akuntansi ke garis depan lebih dari insiden
apa pun. Sejak pergantian abad, terdapat lebih banyak litigasi terhadap firma
akuntansi karena kegagalan mereka mendeteksi penipuan. Investor dan klien sama-
sama telah mengangkat akuntan dan auditor luar ke dalam daftar tergugat teratas,
kemungkinan besar karena kebijakan malpraktik yang berat yang dilakukan akuntan
serta kecenderungan mereka untuk menyelesaikan klaim.

BAB 7: Bisnis sebagai Korban

Perkenalan

Bisnis dapat menjadi korban penipuan internal dan eksternal. Penipuan


internal dilakukan oleh karyawan di tingkat mana pun mulai dari pemegang buku
yang menulis cek kepada diri mereka sendiri, hingga kolusi kompleks untuk mencuri
inventaris dengan memanipulasi data komputer dan mengirimkan barang curian ke
lokasi di luar lokasi. Kecurangan eksternal adalah penipuan yang dilakukan oleh
pihak luar terhadap perusahaan. Perusahaan asuransi sering menjadi korban penipuan
jenis ini melalui permohonan palsu dan klaim palsu. Bank juga sering menjadi
korban, begitu pula lembaga pemerintah.

7
BAB 8: Penjahat Bisnis

Kejahatan dan Bisnis Terorganisir

Ketika orang mendengar ungkapan “kejahatan terorganisir,” kata-kata


tersebut memunculkan gambaran penjahat etnis yang kejam dengan nama seperti
“Sammy the Bull,” “Fat Tony,” dan “Jimmy the Weasel.” Meskipun mungkin benar
bahwa “Mafia Sisilia, atau La Cosa Nostra, adalah kelompok kejahatan terorganisir
paling terkenal di dunia,”1 hampir 5.000 anggotanya, yang terbagi dalam sekitar 180
keluarga, bukanlah yang pertama, juga bukan yang pertama. saat ini merupakan
perusahaan kriminal terorganisir yang paling signifikan di dunia.

BAB 9: Proses Investigasi

Inisiasi Kasus

Investigasi kejahatan keuangan dapat dibagi menjadi dua kategori umum:


reaktif dan proaktif. Secara tradisional, investigasi reaktif terjadi sebagai akibat dari
tindakan yang diprakarsai oleh korban/warga negara. Ini adalah investigasi yang
dihasilkan dari pemberitahuan eksternal bahwa telah terjadi kejahatan. Entah
diprakarsai oleh karyawan, kekasih, atau mantan pasangan yang tidak puas, atau,
seperti yang sering terjadi, oleh auditor, pemegang saham, atau manajemen
perusahaan, penyidik hanya bereaksi setelah kejahatan dilakukan.

BAB 10: Mewawancarai Saksi yang Mampu Secara Finansial

Wawancara

Telah dikatakan bahwa wawancara pada hakikatnya tidak lebih dari


percakapan yang mempunyai tujuan.1 Meskipun benar, pernyataan ini mengabaikan
fakta bahwa dinamika manusia ikut campur dalam proses wawancara untuk
menghambat upaya para pihak untuk berhasil mewujudkan tujuan mereka. Terlepas
dari apakah wawancara dilakukan dengan tersangka atau hanya dengan saksi,
terdapat banyak hambatan psikologis terhadap komunikasi efisien yang diperlukan
untuk mencapai tujuan wawancara.

BAB 11: Pembuktian Kasus melalui Bukti Dokumenter

8
Pengumpulan Dokumen

Semua kasus memerlukan penyerahan bukti terbaik. Istilah “bukti terbaik”


tidak mengacu pada bukti yang paling tepat untuk suatu klaim tertentu. Sebaliknya,
ini berarti bahwa semua bukti yang diserahkan untuk membuktikan suatu klaim harus
asli.1 Jika yang asli tidak tersedia, pihak yang menawarkan secara umum harus
memberikan bukti untuk menunjukkan mengapa bukti tersebut tidak tersedia dan
bukti bahwa salinan yang ditawarkan adalah akurat. Ada ada beberapa pengecualian
terhadap aturan ini; namun, adalah bijaksana untuk memandangnya sebagai sesuatu
yang tidak fleksibel.

BAB 12: Alat Analisis untuk Penyidik

Mengapa Menggunakan Alat Analisis?

Seperti yang dikemukakan oleh John Scott dalam Social Network Analysis:
A Handbook, Jacob Moreno adalah pionir dalam bidang ini sejak awal tahun 1930-
an.2 Moreno, seorang psikolog sosial, mulai mempelajari hubungan manusia dan
dinamika struktural dan sosial dari hubungan antarpribadi.3 Ini melalui penelitian ini,
dan interaksinya dengan sejumlah peneliti terkemuka lainnya di bidang ini, ia
mengembangkan alat grafis yang disebut sosiogram, pendahulu awal diagram
tautan.4 Metode dasar Moreno yang menggambarkan hubungan manusia sebagai
kumpulan simpul dan garis-garis dalam ruang dua dimensi mengubah banyak cara
berpikir kita tentang struktur sosial.

BAB 13: Analisis Inferensial

Bagaimana Analisis Inferensial Membantu

Mendekonstruksi teori hukum suatu perkara menjadi probandum pamungkas


dan probanda kedua dari belakang adalah langkah pertama. Dalam istilah hukum,
probandum hanyalah proposisi yang ingin kita buktikan. Oleh karena itu, probandum
terakhir adalah proposisi terakhir yang ingin kita buktikan. Dalam kebanyakan kasus,
kemungkinan terakhirnya adalah terdakwa melakukan tindak pidana. Probanda
kedua dari belakang (jamak dari probandum) kemudian menjadi semua proposisi
perantara yang harus kita buktikan dalam perjalanan untuk membuktikan probandum
terakhir.

9
BAB 14: Mendokumentasikan dan Mempresentasikan Kasus

Membuat Sistem

Pada bab sebelumnya, kami memperkenalkan pembaca pada beberapa alat


organisasi dan analisis yang hebat. Namun kegunaannya dibatasi oleh kemampuan
penyidik untuk secara cepat dan akurat mengambil fakta dan data mendasar yang
mendasarinya. Tanpa kemampuan untuk menunjukkan bukti-bukti yang mendukung
kesimpulannya, atau untuk mengidentifikasi saksi yang akan memberikan kesaksian
atas suatu fakta tertentu, model tersebut tidak lebih dari diagram alur yang rumit.
Agar efektif, hal ini harus terkait langsung dengan proses penuntutan.

2.2 Buku Pembanding Pertama


BAB I

PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK

Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan


atau pengungkapan motive pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam
persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit)
forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi masih kelihatan.
Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian
akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud
khususnya dalam pengertian corruption dan misappropriation of asset.

Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk


kepentingan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah
perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau
administratif.

Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal


dengan sebutan dokter forensik, namun “ahli lainnya” yang dalam hal ini termasuk
juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai akuntan forensik. Akuntan
forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation), namun
juga berperran dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya
dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,

10
perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan /
pelanggaran kontrak.

Untuk menjadi seorang akuntan forensik harus memperhatikan hal-hal berikut:

 Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat.

 Pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour).

 Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive,


pressure, attitudes, rationalization, opportunities).

 Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti
hukum).

 Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling).

 Pemahaman terhadap pengendalian internal.

 Kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).

BAB II

MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK?

Fraud sangat merugikan berbagai pihak karena dapat menghancurkan


pemerintahan maupun bisnis.

Fraud berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya.

Pada dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah fraud dalam arti yang luas.
Association of Certified Fraud Examiners mengelompokkkan fraud dalam tiga
kelompok yaitu corruption (korupsi), asset misappropriation (penjarahan aset), dan
fraudulent financial statement (laporan keuangan yang dengan sengaja dibuat
menyesatkan). Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus
lagi daripada akutan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi
fraud auditor atau fraud examiner yang memiliki spesialisasi dalam bidang fraud.

11
Sorotan utama mengenai fraud pada umumnya dan korupsi pada khususnya
adalah pada kelemahan corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi,
tetapi prinsip umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi
maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-
perkara korupsi dari para penyelenggara negara dan dari kajian mengenai integritas
yang dibuat KPK.

Salah satu dampak kelemahan governance adalah adanya fraud atau perkara
korupsi yang melibatkan para penyelenggara negara. Sedangkan dampak kelemahan
governance di korporasi lebih kepada pengaruh di pasar modal yaitu harga saham
perusahaan akan lebih rendah dimana seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi
kalau mereka kalau mereka mempunyai good corporate governance (tata kelola
perusahaan yang baik).

Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai Indonesia antara
lain adalah Corruption Perceptions Index (CPI), Global Corruption Barometer
(GCB), Bribe Payers Index (BPI), Political and Economic Risk Consultancy (PERC),
dan Global Competitiveness Index (GCI).

BAB III

LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK

Bologna dan Lindquist, perintis mengenai akuntansi forensik mengemukakan


beberapa istilah dalam perbendaharaan akuntansi, yakni: fraud auditing, forensic
accounting, investigative accounting, litigation support, dan valuation analysis.
Namun, istilah tersebut tidak didefinisikan secara jelas. Mereka menambahkan
bahwa dalam penggunaan sehari-hari litigation support merupakan istilah yang
paling luas serta mencakup keempat istilah lainnya.

Mereka juga menambahkan bahwa akuntan tradisional masih ingin


membedakan pengertian fraud auditing dan forensic accounting. Menurut kelompok
akuntan ini, fraud auditing berurusan dengan pendekatan dan metodologi yang
bersifat proaktif untuk meneliti fraud. Sedangkan akuntan forensic baru dipanggil
ketika bukti-bukti terkumpul atau ketika kecurigaan (suspicion) naik ke permukaan

12
melalui tuduhan (allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau tip-off
dari whistleblower.

Jasa-jasa di bidang forensik antara lain:

 Fraud & financial investigation

 Analityc & forensic technology

 Fraud risk management

 FCPA reviews and investigation

 Anti money laundering service

 Whistleblower hotline

 Litigation support

 Intellectual property protection

 Client training

BAB IV

ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR


AUDIT INVESTIGATIF

Atribut

Howard R. Davia mengatakan bahwa dalam melaksanakan investigasi terhadap


fraud, auditor pemula sebaiknya:

 Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.

 Mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan.

 Kreatif dan berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal
arah pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan.

 Tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.

13
 Dalam menyusun strategi, perlu mempertimbangkan apakah kecurangan
dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan

Dari nasihat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

 Dari awal upayakan menduga siapa pelaku fraud.

 Fokus pada pengambilan bukti dan barang bukti untuk pengadilan.

 Kreatif, jangan mudah ditebak.

 Investigator harus memiliki intuisi yang tajam untuk merumuskan teori mengenai
persekongkolan.

 Kenali pola fraud.

Karakteristik Pemeriksa Fraud Berdasarkan Association of Certified Fraud


Examine:

 Memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair,


tidak memihak, sahih dan akurat, serta pelaporan secara lengkap dan akurat.

 Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memotivasi orang lain untuk
membantunya.

 Mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.

 Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan


mampu untuk menarik kesimpulan.

Kualitas Akuntan Forensik menurut Robert J. Lindquist

 Kreatif;

 Rasa ingin tahu;

 Tak mudah menyerah;

 Memiliki akal sehat

 Business sense; dan

 Percaya diri.

14
BAB V

TATANAN KELEMBAGAAN

Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga


penyelenggara negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat
terdapat beberapa kelompok kelembagaan antara lain kelompok lembaga yang
mencerminkan perwakilan rakyat, presiden dan wakil presiden yang mewakili
kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang mewakili kekuasaan
kehakiman oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya.
Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan perwujudan konsep trias politica
dalam ketatanegaraan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk dalam
kekuasaan tersebut karena BPK lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-
negara demokrasi.
Lembaga Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29


Desember tahun 2003 bukanlah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di
Indonesia. KPK didirikan karena kelemahan aparat penegak hukum di bidang
penyelidikan dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi PBB.
Selain KPK, dalam era pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono),
dibentuk juga Tim Pemburu Koruptor dan Timtas Tipikor yang dikomandani oleh
Pimpinan Kejaksaan Agung.

BAB VI

FRAUD
Fraud dalam Perundangan Kita

Pengumpulan dan pelaporan statistik tentang kejahatan di suatu Negara


dapat dilakukan sesuai dengan klasifikasi kejahatan dan pelanggaran (tindak
pidana) menurut ketentuan perundang-undangan Negara tersebut. Banyak faktor
yang menyebabkan masyarakat enggan melaporkan kejahatan Oleh karena itu,
beberapa kajian luar negeri tentang data kejahatan di Indonesia memberi
peringatan “crimes may be unreported.”

Fraud dalam KUHP

15
Beberapa pasal dalam KUHP yang mencakup pengertian Fraud antara lain:

 Pasal 362 tentang pencurian


 Pasal 368 tentang pemerasan dan pengancaman
 Pasal 372 tentang penggelapan
 Pasal 378 tentang perbuatan curang
 Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit

BAB VII

MENCEGAH FRAUD
Seperti mengangani penyakit, lebih baik mencegahnya daripada
“mengobati”nya. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap
merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang terjadi. Oleh karena itu, upaya
utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Ada ungkapan yang secara mudah
ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud. Ungkapan itu
adalah: fraud by need, fraud by greed, and fraud by opportunity. Kata fraud dalam
ungkapan tersebut bisa diganti dengan corruption, financial crime, dan lain-lain.

Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya


fraud dilakukan sejak menerima seseorang (recruitment process), meskipun kita
tahu bahwa proses itu bukan jaminan penuh. Ini terus ditanamkan melalui fraud
awareness dan contoh-contoh yang diberikan pemimpin perusahaan atau lembaga.
Contoh yang diberikan atasan telah terbukti merupakan unsur pencegah yang
penting. Unsur by opportunity dalam ungkapan di atas biasanya ditekan oleh
pengendalian intern.

Di samping pengendalian interal, dua konsep penting lainnya dalam


pencegahan fraud, yakni menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud
awareness) dan upaya menilai risiko terjadinya fraud (fraud risk assessment).
Gejala Gunung Es

BAB VIII
MENDETEKSI FRAUD
Sejak permulaan, profesi audit yang dijalankan akuntan publik menolak
mengambil tanggungjawab dalam menemukan fraud. Namun dalam dasawarsa

16
terakhir perubahan lebih banyak dalam retorika daripada substansi.

Orang awam mengharapkan suatu audit umum dapat mendeteksi segala


macam fraud, baik yang melekat pada laporan keuangan maupun yang berupa
pencurian asset. Namun akuntan publik berupaya memasang pagar-pagar yang
membatasi tanggung jawabnya, khususnya mengenai penemuan atau
pengungkapan fraud. Hal tersebut dikuatkan dalam SA seksi 110 tentang
tanggungjawab dan fungsi audiror indepenen sebagai berikut.

“Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit


untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Oleh karena sifat bukti audit dan karakterisitik kecurangan, auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material
terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap
laporan keuangan.”

BAB IX
PROFIL PERILAKU, KORBAN, DAN PERBUATAN FRAUD

Dalam upaya menemukan dan memberantas kecurangan, kita perlu


mengetahui profil pelaku. Profil berbeda dengan foto yang menggambarkan fisik
seseorang. Profil memberi gambaran mengenai berbagai ciri dari suatu kelompok
orang, seperti : umur, jenjang pendidikan, kelompok sosial (kelas atas, menengah,
bawah), bahkan kelompok etnis, dan seterusnya.
Profiling

Upaya untuk mengidentifikasi profil, dalam bahasa Inggris disebut


profiling. Profiling dalam memberantas kejahatan bukanlah upaya yang baru.
Dalam kriminologi Cesare Lombroso dan rekan-rekannya penganut criminal
anthropology percaya bahwa faktor keturunan merupakan penyebab tingkah laku
kriminal. Profiling juga berkembang sampai kepada ciri psikologis dan psikiatris.

17
Profiling yang dilakukan di Indonesia menemukan bahwa penerima suap
adalah pejabat, pegawai negeri sipil dan militer, di pemerintah pusat atau daerah.
Profil pemberi suap adalah pengusaha.

Profiling bersifat penting dan bermanfaat, hanya kita perlu memahami


makna dari profil yang dihasilkan. Di pasar uang dan pasar modal profil pelaku
fraud sering kali mengagumkan. Mereka cerdas, mempunyai track record yang
luar biasa, pekerja keras, dan cenderung menjadi informal leader dengan karisma
yang melampaui wewenang yang diberikan jabatan.

BAB X

TUJUAN AUDIT INVESTIGATIF


Tujuan dari dilakukannya Audit Investigatif antara lain untuk:

 Memberhentikan manajemen
 Memeriksa mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti.
 Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah
 Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.
 Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian
yang terjadi
 Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku
kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut, harapannya adalah
bahwa mereka bersikap kooperatif dalam investigasi itu.
 Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bias lolos dari perbuatannya.
 Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan
 Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.
 Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
 Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan,
sesuai dengan buku pedoman
 Menyediakan laporan kemajuan secara tertatur untuk membantu pengambilan
keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya.
 Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak
lanjut yang tepat dapat diambil.
 Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber

18
daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin.

BAB XI

INVESTIGASI DAN AUDIT INVESTIGATIF


Aksioma dalam Investigasi

Ada tiga Aksioma dalam pemeriksaan fraud, antara lain:

 Fraud selalu tersembunyi


 Fraud yang dilakukan secara timbal balik
 Fraud terjadi semata-mata merupakan kewenangan pengadilan untuk
memutuskannya.
Pemeriksaan dalam Hukum Acara Pidana

Undang-undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981)


mengatur tahapan hokum acara pidana sebagai berikut:

 Penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan


menemukan suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna
menentukan dapat/tidaknya penyidikan dilakukan.

 Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan


mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
yang terjadi untuk menemukan tersangkanya.

 Penuntutan

Penuntutan adalah tindaan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke


Pengandilan Negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam
hukum acara pidana, dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh Hakim
di sidang pengadilan.

BAB XII
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT

19
Teknik Audit Investigasi

 Memeriksa Fisik

Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.

 Meminta informasi dan konfirmasi

Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk
berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan.
Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya
kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan
konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya.
BAB XIII

AUDIT INVESTIGATIF DAN TEKNIK PERPAJAKAN

Terdapat dua teknik audit investigatif yang secara luas dipraktikkan oleh
IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua teknik audit
investigatif ini adalah net worth method dan expenditure method. Kedua teknik ini
digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Kedua teknik tersebut menggunakan
logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana
Net Worth Method

Net worth method untuk audit investigatif pajak digunakan untuk


membuktikan adanya PKP yang belum dilaporkan oleh WP. Untuk organized
crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang tidak sah,
melawan hukum, atau illegal income. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan
dalam net worth method, antara lain yaitu:

 Rekaman
Makin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method.

20
 Penyimpanan uang tunai
Istilah sehari – hari adalah simpan di bawah bantal, atau cash hoarding.

 Tambahan “ penghasilan “
Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreported taxable income atau
illegal income, mulai dari warisan, pinjaman, hadiah, atau gratifikasi, dan lain –
lain.

 Pembalikan beban pembuktian


Sebenarnya net worth method membalikkan kewajiban membuktikan dari
pemerintah kepada yang bersangkutan.

 Catatan pembukaan
Yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak adanya catatan
pembukuan.

 Penyidik kurang sabar


Dalam menghadapi pelaku yang tangguh dalam tindak pidana perpajakan, penyidik
mungkin menyerah
ketika pelaku bersedia membayar dengan cepat “ temuan si penyidik “.

 Pembuktian tidak langsung


Berulang kali dijelaskan di atas bahwa net worth method adalah metode pembuktian
tidak langsung dan membalikkan beban pembuktian kepada pelaku.

 Kejahatan lain
Sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan perpajakan,
penyidik dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindakan pidana
perpajakan.
Expenditure Method

Expenditure method merupakan derivasi atau turunan dari net worth method yang
digunakan IRS sejak tahun 1940-an. Expenditure method harus digunakan untuk
kasus perpajakan seperti berikut:

 WP tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.


 Pembukuan dan catatan WP tidak tersedia, misalnya karena terbakar.

 WP menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.

21
 WP menyembunyikan pembukuannya.
 WP tidak mempunyai aset yang terlihat atau diidentifikasi.

Expenditure method harus digunakan untuk kasus organized crime seperti berikut:

 Tersangka kelihatannya tidak membeli aset ( rumah, tanah, saham, perhiasan).


 Tersangka mempunyai gaya hidup mewah, dan agaknya di luar kemampuannya.
 Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan.
Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda, kerugian keuangan
negara, dan pungutan negara lainnya.
BAB XIV
FOLLOW THE MONEY
Follow the money secara harafiah berarti “mengikuti jejak-jejak yang
ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana”. Jejak-jejak ini akan membawa
penyidik atau akuntan forensik ke arah pelaku fraud.

Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari, nalurinya ini
akan meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak
uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh penyidik. Ketentuan perundang-
undangan mengenai tindak pidana pencucian uang mengingatkan kita bahwa
bukan kejahatan utamanya saja yang merupakan tindak pidana, tetapi juga
pencucian uangnya adalah tindak pidana. Teknologi informasi merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam teknik followthe money.

Uang sangat cair (likuid), mudah mengalir. Itulah sebabnya follow the
money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun,
mata uang kejahatan atau currency of crime bukanlah uang semata-mata.
Mengetahui currency of crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan
teknik follow the money.

BAB XV

AUDIT INVESTIGASI DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN


MELAWAN HUKUM
Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam
menyelesaikan masalah hukum, oleh karenanya akuntan forensik perlu memahami

22
hukum pembuktian sesuai masalah-masalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini
khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi. Dalam hal terkait korupsi biasanya
tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan memperkaya diri,
penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan
pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan,
penggunaan tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya
tersaji pada tabel 1, terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

1. Pasal 2: Memperkaya diri


Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
taau perekonomian negara.
2. Pasal 3: Penyalahgunaan wewenang
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saranayang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara
3. Pasal 5, ayat (1), a: Menyuap pegawai negeri
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya
4. Pasal 5, ayat (1), b: Menyuap pegawai negeri
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara karena atau berhubungan dengan yang bertentangan dengan jabatannya,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya
5. Pasal 13: Memberi hadiah kepada pegawai negeri
Setiap orang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau
oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukantersebut.

23
2.3 Buku Pembanding Kedua
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Forensik dan Audit
Investigatif
Pengertian Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Jika ditinjau dari asal katanya akuntansi forensik berasal dari kata akuntansi
dan forensik. Akuntansi dalam literatur diartikan sebagai proses mengidentifikasi,
mencatat, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan mengkomunikasikan
kejadian-kejadian ekonomi kepada pengguna agar digunakan dalam pengambilan
keputusan. Forensik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cabang
ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penerapan fakta medis pada masalah
hukum (KBBI, 2016). Kata forensik diambil dari ilmu kedokteran yang dimasukkan
dalam bidang akuntansi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa akuntansi forensik
adalah akuntansi yang berhubungan dengan pembuktian fakta akuntansi dalam
proses hukum.
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di
luar pengadilan. Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti
luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam
atau di luar pengadilan, disektor publik maupun privat (Tuanakota, 2010). Audit
investigative merupakan kegiatan pengumpulan fakta dan bukti yang dapat diterima
dalam sistem hukum yang berlaku dengan tujuan untuk mengungkapkan terjadinya
kecurangan atau fraud (Crumbley, 2009).
Ruang Lingkup Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Apakah ada perbedaan ruang lingkup dari beberapa istilah yang digunakan
tersebut. Menurut Singleton dan Singleton (2010) terminologi paling luas untuk
profesi antifraud adalah Akuntansi Forensik, yang mengacu pada penggabungan
seluruh istilah yang terkait dengan investigasi, termasuk fraud auditing, walaupun
secara historis Akuntan Forensik disebut setelah bukti atau kecurigaan fraud muncul
ke permukaan melalui tuduhan, pengaduan atau temuan. Oleh karena itu fraud
auditing merupakan bagian dari Akuntansi Forensik. Fraud investigation bisa
dikatakan sama dengan fraud audit. Perbedaannya, fraud investigation lebih banyak
berhubungan dengan bukti non finansial (misalnya testimoni dari interview)

24
dibanding fraud audit. Fraud investigation mencakup fraud audit tetapi merupakan
bidang yang lebih luas karena terkait dengan pengumpulan bukti forensik non
finansial. Litigation support (dukungan terhadap proses pengadilan) merefer pada
seorang akuntan forensik.

BAB II. Karakteristik daan Standar Akuntansi Forensik Audit Investigatif


Karakteristik (Atribut) dan Kualitas Akuntan Forensik dan Auditor
Investigatif
Survei yang dilakukan oleh Davis dkk (2010) dari American Institute of
Certified of Public Accountant (AICPA), terhadap para praktisi, pendidik dan klien
dari jasa akuntan forensic, menunjukkan bahwa sifat dan karakteristik yang harus
dimiliki oleh akuntan forensic mencakup:
1. Analytical; 2. Detail-oriented; 3. Ethical; 4. Responsive; 5. Insightful; 6.
Inquisitive; 7. Intuitive; 8. Persistent; 9. Skepticism; 10. Evaluative; 11. Function
well under pressure; 12. Generate new ideas and scenario; 13. Confident; 14. Makes
people feel at ease; 15. Team player; 16. Adaptive.
Selain karakteristik, akuntan forensic memerlukan pengetahuan dan keahlian
tertentu. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh akuntan forensic (Das, 2016) adalah
pengetahuan mengenai :
 Standar akuntansi termasuk International Financial Reporting Standard
 Analisis data keuangan
 Due Diligence (uji kelayakan) Reviews
 Penggelapan
 Penyalahgunaan Aset
 Fraud dalam kontrak dan pengadaan
 Pajak dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait
 Aplikasi-aplikasi terkait penghitungan.
Keahlian yang harus dimiliki oleh akuntan forensik (Das, 2016) adalah:
 Menulis Laporan
 Teknik interview
Kode Etik Akuntan Forensik

25
Berdasarkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAPI tersebut,
ada 5 (lima) prinsip dasar etika profesi wajib dipatuhi oleh praktisi, yaitu:
a) Prinsip integritas. Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
b) Prinsip objektivitas. Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-
pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
d) Prinsip kerahasiaan. Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang
berlaku.
e) Prinsip perilaku profesional. Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
Standard Practices for Investigative and Forensic Accounting Engangements
(SPIFA)
100. Introduction, Definition & Applicability Of Ifa Standard Practices
Introduction
Definition Of Ifa Engagements
Application Of The Definition
Applicability Of Ifa Standard Practices
200. Engagement Acceptance
General.
Ifa Practitioners Unable To Continue The Ifa Engagement .
300. Planning & Scope Of Work.
General.
Supervision.
400. Information Collection & Analysis.

26
General.
Information Collection.
Reasonable Assumptions.
Conflicting Information & Alternative Theories.
Reliance On The Work Of Others.
500. File Documentation.
General.
600. Reporting.
General.
Contents Of All Reports.
Special Reporting Circumstances.
700. Expert Testimony
Role Of Ifa Expert Witnesses.
Curriculum Vitae.

BAB III. FRAUD


Pengertian Fraud

Fraud dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu personal, organisasional dan eksternal
(Singleton & Singleton, 2010; 49-50):
1. Faktor Personal, mencakup:
 Bakat/kemampuan
 Sikap/preferensi
 Kebutuhan/keinginan pribadi
 Nilai/kepercayaan.
2. Faktor organisasional, mencakup:
 Sifat / lingkup pekerjaan (meaningful work)
 Alat / pelatihan yang tersedia
 Sistem penghargaan
 Kualitas manajemen dan pengawasan
 Kejelasan tanggung jawab dan peran
 Kejelasan tujuan terkait pekerjaan

27
 Kepercayaan antar pribadi
 Iklim motivasi dan etika (etika dan nilai-nilai atasan dan rekan kerja)
3. Variabel eksternal, mencakup:
 Tingkat persaingan dalam industri
 Kondisi ekonomi secara umum
 Nilai-nilai sosial (etika pesaing dan peran sosial dan politik model).
Siklus Fraud
Siklus penipuan menurut Singleton dan Singleton (2010) pada dasarnya
dimulai dengan rencana fraudster yang mengarah untuk melakukan tindakan fraud.
Fraud biasanya terungkap melalui:
1. Tuduhan, pengaduan, atau isu terjadinya fraud yang dilaporkan oleh pihak ketiga
(misalnya, pemasok yang merasa tidak puas, atau karyawan);
2. Intuisi penyidik atau kecurigaan umum bahwa ada sesuatu yang salah;
3. Adanya senjangan antara ekspektasi dan aktualnya (laba, penjualan, biaya, aset,
atau liabilitas yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, yang tidak dapat diterima);
4. Adanya temuan yang terjadi secara kebetulan, misalnya hilangnya uang tunai,
properti, laporan, file, dokumen, atau data;
5. Hasil dari sebuah audit; atau
6. Hasil dari pengendalian, terutama pengendalian anti-fraud.
Ada tiga kondisi yang umumnya hadir ketika fraud terjadi. Pertama,
manajemen atau karyawan lain memiliki insentif atau berada di bawah pressure
(tekanan), yang memberikan alasan untuk melakukan penipuan. Kedua, ada keadaan
misalnya, tidak adanya kontrol, kontrol yang tidak efektif, atau kemampuan
manajemen untuk mengesampingkan kontrol — yang memberikan (opportunity)
peluang bagi suatu penipuan untuk dilakukan. Ketiga, orangorang yang terlibat
dalam tindakan fraud memiliki sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etis yang
memungkinkan mereka untuk secara sadar dan sengaja melakukan tindakan yang
tidak jujur. Bahkan orang jujur pun dapat melakukan kecurangan dalam lingkungan
yang memberikan tekanan yang cukup pada mereka. Semakin besar insentif atau
tekanan, semakin besar kemungkinan seseorang akan dapat merasionalisasi fraud
(AICPA, 2002).

28
BAB IV. FRAUD TREE: CORRUPTION
Pengertian Fraud Tree
Fraud yang terjadi karena ada hubungannya dengan pekerjaan disebut
occupational frauds (fraud yang terkait dengan pekerjaan), yaitu fraud yang
merugikan organisasi yang dilakukan oleh karyawan, manajer, pejabat, atau pemilik.
Tiga jenis utama occupational frauds adalah: korupsi, penyalahgunaan aset, dan
Fraudulent Statements (laporan yang curang, bersifat menipu). Klasifikasi lengkap
occupational frauds, sering disebut sebagai Fraud Tree.
ACFE mengelompokkan fraud menjadi tiga kategori utama adalah (1)
corruption (korupsi) (2) assets misappropriation (penyalahgunaan aset) dan (3)
Financial statements fraud (kecurangan laporan keuangan) Financial statements
fraud merupakan skema fraud yang paling mahal tetapi yang paling jarang terjadi
dan biasanya dilakukan oleh eksekutif. Eksekutif seringkali melakukan fraud karena
kepentingannya dengan saham yaitu terkait dengan bonus saham, tekanan untuk
menjaga harga dan volume perdagangan saham. Skema assets misappropriation
merupakan fraud yang paling umum terjadi tetapi dengan kerugian yang paling kecil
dan biasanya dilakukan oleh karyawan. Korupsi mencakup beberapa skema, seperti
penyuapan dan pemerasan, yang biasanya melibatkan seseorang di dalam entitas
yang bekerja dengan orang di luar entitas.
Corruption (korupsi)
Korupsi merupakan jenis fraud yang dibagi menjadi 4 subkategori, yaitu:
1. Conflicts of interest (konflik kepentingan):
 Purchasing Schema
 Sales Schema
2. Bribery (penyuapan).
 Kickbacks
 Bid rigging
 Other
3. Economic Extortion (pemerasan ekonomi)
4. Illegal gratuities (penipuan illegal
Ciri korupsi adalah fraud ini dilakukan oleh orang dalam (mis.,karyawan
perusahaan, aparatur negara, pimpinan) bekerja dengan pihak lain di luar organisasi

29
yang mempunyai kepentingan. Aktivitas pihak terkait ini biasanya disembunyikan
dari manajemen dan auditor. Atau jika aktivitas ini telah memperoleh persetujuan,
fraudster awalnya akan menjalankan bisnis sesuai etika bisnis tetapi seiring
berjalannya waktu apabila persetujuan tidak ditinjau kembali atau diperbarui, maka
fraudster akan mulai terlibat dengan penyuapan atau jenis korupsi lainnya. Kunci
untuk mendeteksi korupsi adalah mencari transaksi pihak luar yang berkepentingan,
yang tidak diungkapkan atau tidak diketahui, terutama yang terkait dengan hubungan
yang dirahasiakan antara karyawan dengan pihak luar yang mempunyai hubungan
bisnis.
Conflicts of interest (konflik kepentingan)
Konflik kepentingan terjadi ketika seorang karyawan, manajer, atau eksekutif
memiliki kepentingan ekonomi atau kepentingan pribadi yang dirahasiakan dalam
sebuah transaksi yang merugikan atau mempengaruhi perusahaan. Konflik
kepentingan mencakup tiga kategori kecil yaitu skema pembelian, skema penjualan,
dan skema lainnya. Perbedaan antara konflik kepentingan dan jenis korupsi lainnya
adalah fakta bahwa fraudster menggunakan pengaruhnya (mis., menyetujui faktur
atau tagihan) untuk kepentingan pribadi (Singleton dan Singleton, 2010).
Bribery (penyuapan)
Bribery (penyuapan) didefinisikan sebagai persembahan, pemberian,
penerimaan, atau permintaan dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai untuk
mempengaruhi tindakan resmi atau keputusan bisnis. Bribery terdiri dari 2
subkategori yaitu kickbacks, bid rigging.
1. Kickback adalah pembayaran yang undisclosed (bersifat rahasia), yang dilakukan
oleh vendor kepada karyawan perusahaan yang melakukan pembelian dengan tujuan
bisnisnya dengan entitas tersebut tetap bisa bertahan, atau vendor diijinkan membuat
tagihan yang lebih besar dari normalnya.
2. Bid rigging, terjadi ketika seorang karyawan secara curang membantu vendor
dalam memenangkan kontrak dalam sebuah proses tender/penawaran kompetitif.

BAB V. FRAUD TREE: FRAUDULENT STATEMENTS


Pengertian Fraudulent Statements

30
Fraud jenis ini pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu keuangan
dan nonkeuangan. Tetapi yang bersifat non keuangan jarang terjadi sehingga
pembahasan difokuskan pada fraudulent statements yang bersifat keuangan. Defenisi
dari fraudulent statement yaitu segala tindakan yang membuat laporan keuangan
menjadi tidak seperti yang seharusnya (tidak mewakili kenyataan), tergolong
kelompok fraud terhadap laporan keuangan. Seperti memalsukan bukti transaksi,
mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya, dan
lainnya.
Fraudulent Financial Statements (Kecurangan Laporan Keuangan)
Net Worth/ Net Income/ Overstatement (Overstatement Kekayaan Bersih/
Pendapatan Bersih)
a. Timing Differences (Improper Treatment of Sales).
Pengakuan pendapatan yang tidak tepat dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu
pengakuan prematur atas pendapatan yang dihasilkan secara sah atau pengakuan
pendapatan fiktif yang dihasilkan dari penjualan palsu atau pelanggan palsu. Income
overstatement dapat dilakukan dengan cara mempercepat pengiriman atau mencatat
penjualan yang dibuat untuk periode berikutnya ke periode berjalan; mengenali
pendapatan untuk transaksi yang sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai
penjualan, tetapi diakui sebagai penjualan; membuat penjualan palsu untuk tujuan
meningkatkan volume penjualan, seperti pertukaran dan transaksi dengan pihak
terkait; penjualan persentase penyelesaian yang berlebihan; menyajikan penjualan
kotor dan tidak menghitung penjualan bersih seperti mengabaikan retur, diskon
termasuk diskon karena pembayaran yang lebih cepat, dan penurunan harga produk.
b. Fictitious Revenues (Pendapatan Fiktif)
Pendapatan fiktif diciptakan dengan cara mencatat penjualan yang tidak
pernah terjadi, mencatat penjualan fiktif. Bisa melibatkan pelanggan yang
sebenarnya dengan jumlah fiktif atau pelanggan dan jumlah pendapatan yang
keduanya fiktif. Hasilnya adalah peningkatan pendapatan dan laba, serta asset
(sebagai rekening yang berpasangan dengan pendapatan dalam catatan akuntansi).
c. Concealed Liabilities (Improper Recording of Liabilities).

31
Concealed Liabilities (kewajiban tersembunyi) atau Improper Recording of
Liabilities (Pencatatan Kewajiban dengan cara yang tidak tepat) adalah salah satu
cara untuk melakukan fraud dengan menunda memindahkan pencatatan kewajiban.
d. Improper Disclosures (Pengungkapan Yang Tidak Tepat)
Salah satu prinsip fraud adalah selalu bersifat clandestine (rahasia, disembunyikan).
Fraudster akan berusaha untuk menutupi fraud dalam pembukuan akuntansi. Tetapi
apabila skema fraud di luar pembukuan akuntansi, maka penyembunyian pembukuan
tidak perlu dilakukan, tetapi penipuan dilakukan di dalam pengungkapan.
e. Improper Asset Valuation (Penilaian Aset Secara Tidak Tepat)
Penilaian aset secara tidak tepat dilakukan dengan menggembungkan jumlah aset
(biasanya piutang, persediaan, dan aset tetap), mengkapitalisasi biaya, atau
menurunkan akun kontra (penyisihan, piutang tak tertagih, penyusutan, amortisasi)
penghentian, amortisasi). Pengelembungan ini akan menghasilkan ekuitas dan laba
yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.

BAB VI. FRAUD TREE: ASSET MISAPPROPRIATION


Pengertian Asset Misappropriation
Menurut ACFE: asset misappropriation mencakup pencurian aset perusahaan
(seperti uang tunai), penyalahgunaan dan pencurian aset perusahaan (seperti
menggunakan mobil perusahaan untuk perjalanan pribadi). Pelaku kecurangan dalam
bentuk asset misappropriation biasanya menggunakan tipuan untuk mencuri atau
menyalahgunakan sumber daya organisasi. Aset organisasi diambil untuk
dimanfaatkan secara langsung untuk kepentingan individu yang melakukan
penipuan. Orang yang melakukan asset misappropriation bisa karyawan suatu
organisasi, pelanggan, vendor, atau individu yang tidak ada hubungannya dengan
organisasi yang menjadi korban. Asset misappropriation dilakukan bukan dengan
sebuah tindakan yang bersifat memaksa, tetapi dengan sebuah penipuan.
Jenis-jenis Asset Misappropriation
a. Asset Misappropriation: Kas
 Cash Larceny (Pencurian Uang Tunai). Joe Wells mendefinisikan pencurian uang
sebagai pengambilan uang tunai secara sengaja (mata uang dan cek) tanpa
persetujuan dan bertentangan dengan keinginan atasan. Uang tunai yang dicuri oleh

32
karyawan dalam skema ini tentu sudah dicatat dalam sistem akuntansi, sehingga
kehilangan uang tunai ini seharusnya lebih mudah untuk dideteksi daripada skema
skimming, yang ada di dalam catatan akuntansi.
 Fraudulent Disbursements (Kecurangan Pencairan Uang Tunai, Pencurian
Melalui Pengeluaran Tidak Sah). Fraudulent disbursements merupakan pengeluaran
uang milik perusahaan yang digunakan untuk tujuan tertentu yang tidak
menguntungkan entitas. Artinya pembayaran dilakukan tidak untuk memenuhi
kewajiban dan tidak melayani entitas.
 Expense reimbursement (penggantian biaya). Skema fraud ini sederhana, yaitu
memalsukan biaya-biaya untuk kepentingan perusahaan (misalnya biaya perjalanan
dinas), dikirim ke bagian keuangan untuk memperoleh penggantian dan memperoleh
cek dari perusahaan yang menjadi korban.
 Skimming. Skimming kadang-kadang disebut kecurangan front-end (paling
depan), karena dana dicuri sebelum pemesanan dilakukan perusahaan. Oleh karena
itu mungkin sangat sulit untuk mendeteksi skimming skema atau bahkan menyadari
kalau uang sudah dicuri. Skimming biasa terjadi di dalam bisnis yang melakukan
transaksi tunai seperti, restoran, mesin penjual otomatis, pompa bensin, dan toko
ritel.

b. Asset Misappropriation: Persediaan


Penyalahgunaan asset dalam bentuk persediaan secara umum jarang terjadi
dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan uang uang tunai. Seorang
karyawan dapat menyalahgunakan persediaan dan aset lainnya (tidak termasuk uang
tunai) dengan dua cara, misuse (dipinjam untuk kepentingan pribadi) atau larceny
dicuri. Penyalahgunaan biasanya dilakukan untuk peralatan yang besar atau mahal,
misalnya kendaraan dan komputer. Karyawan menggunakan komputer majikan dan
waktu perusahaan untuk bisnis pribadi (mis., melakukan 137 Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif bisnis online). Tetapi masalah ini bisa bersifat sistemik jika budaya
karyawan menganggap penggunaan aset majikan sebagai bagian dari manfaatnya.

33
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama
3.1.1 Kelebihan
1. Buku ini menawarkan pemahaman yang mendalam tentang bidang akuntansi
forensik dan investigasi penipuan. Hal ini mencakup berbagai topik, mulai dari
prinsip dasar hingga teknik investigasi yang canggih.
2. Para penulisnya memiliki pengalaman yang luas dalam bidang akuntansi forensik
dan investigasi penipuan, sehingga pembaca dapat yakin bahwa konten yang
disajikan didasarkan pada keahlian yang solid dan praktik terbaik.
3. Buku ini dikenal karena pendekatannya yang praktis dan aplikatif terhadap topik
yang kompleks. Pembaca akan menemukan contoh kasus nyata, studi kasus, dan
saran-saran praktis yang dapat diterapkan dalam situasi dunia nyata.

3.1.2 Kekurangan
1. Buku tersebut mungkin tidak mencakup semua aspek yang relevan dari bidang
forensik akuntansi dan investigasi penipuan. Ini bisa menjadi kelemahan jika
pembaca mencari informasi yang lebih mendalam tentang topik tertentu yang
tidak dibahas dalam buku tersebut.
2. Ada kemungkinan bahwa beberapa topik atau metode investigasi tertentu
dipaparkan secara lebih terperinci atau lengkap daripada yang lain, yang dapat
menghasilkan ketidakseimbangan dalam informasi yang disajikan.
3. Buku tersebut mungkin kurang dalam studi kasus yang mendalam atau contoh
konkret yang membantu pembaca memahami konsep-konsep yang dibahas.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding Pertama


3.2.1 Kelebihan
1. Buku ini menyajikan informasi yang komprehensif tentang bidang akuntansi
forensik dan audit investigatif, mulai dari konsep dasar hingga aplikasi praktis
dalam berbagai situasi.

34
2. Penulis menyajikan kasus-kasus nyata yang diambil dari praktik dunia nyata,
membantu pembaca untuk memahami konsep-konsep teoritis yang diajarkan
dalam konteks praktis.
3. Buku ini fokus pada pendekatan forensik dalam melakukan audit, yang membantu
pembaca untuk memahami cara mendeteksi, mencegah, dan menangani
kecurangan akuntansi.
4. Selain teori, buku ini juga memberikan panduan praktis tentang bagaimana
menerapkan konsep-konsep forensik dan investigatif dalam praktik sehari-hari,
termasuk teknik pemeriksaan yang efektif.
5. Buku ini juga memperbarui pembaca tentang tren terbaru dan isu-isu kontemporer
dalam bidang akuntansi forensik dan audit investigatif, sehingga pembaca dapat
memahami tantangan dan peluang terkini.

3.2.2 Kekurangan
1. Buku tersebut mungkin memiliki ruang lingkup yang terlalu luas atau terlalu
sempit, sehingga tidak mencakup semua aspek yang relevan dalam akuntansi
forensik dan audit investigatif.
2. Jika buku tersebut tidak diperbarui secara berkala, informasi yang disajikan di
dalamnya mungkin sudah kadaluarsa atau tidak lagi relevan dengan
perkembangan terbaru dalam bidang akuntansi forensik dan audit investigatif.
3. Buku tersebut mungkin kurang dalam memberikan studi kasus yang memadai
untuk mengilustrasikan konsep-konsep yang diajarkan, sehingga sulit bagi
pembaca untuk memahami penerapan teori ke dalam praktik.
4. Penjelasan yang diberikan dalam buku tersebut mungkin tidak cukup jelas atau
terstruktur dengan baik, sehingga sulit dipahami oleh pembaca yang tidak
memiliki latar belakang yang cukup dalam akuntansi forensik dan audit
investigatif.

35
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding Kedua
3.3.1 Kelebihan
1. Buku ini mencakup berbagai aspek yang relevan dalam bidang akuntansi forensik
dan audit investigatif, mulai dari konsep dasar hingga teknik-teknik investigasi
yang lebih kompleks.
2. Penulis buku ini diyakini memiliki pengalaman dan keahlian yang cukup dalam
bidang akuntansi forensik dan audit investigatif. Hal ini memberikan kredibilitas
yang lebih dalam konteks pembahasan yang disampaikan.
3. Buku ini mungkin memberikan pendekatan praktis yang memungkinkan pembaca
untuk memahami konsep-konsep yang rumit dengan cara yang lebih mudah
dipahami.
4. Kemungkinan besar buku ini menyertakan studi kasus atau contoh-contoh nyata
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konsep-
konsep yang dibahas dapat diterapkan dalam situasi dunia nyata.

3.3.2 Kekurangan
1. Buku tersebut mungkin tidak mencakup secara menyeluruh topik-topik terbaru
atau konteks praktis terkini dalam bidang akuntansi forensik dan audit
investigatif.
2. Buku tersebut mungkin hanya memperkenalkan metode-metode klasik atau
tradisional dalam praktik akuntansi forensik, sementara tidak memberikan
wawasan yang cukup tentang teknik-teknik atau alat-alat analisis baru yang
relevan.
3. Buku tersebut mungkin kurang dalam menyediakan studi kasus aktual atau
skenario yang realistis yang dapat membantu pembaca memahami penerapan
konsep-konsep yang diajarkan dalam konteks praktik
4. Akuntansi forensik dan audit investigatif sangat terkait dengan hukum dan
regulasi yang terus berkembang. Buku tersebut mungkin tidak cukup
memperbarui pembaca tentang perubahan-perubahan penting dalam hal tersebut.

36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Akuntansi forensik merupakan ilmu yang baru dalam dunia akuntansi, namun
hanya sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang bersedia memberikan pendidikan
tersebut bagi mahasiswanya. Padahal melalui penerapan pendidikan tersebut,
mahasiswa diharapkan dapat lebih matang dalam mempersiapkan diri untuk dapat
terjun langsung dalam dunia bisnis dan masyarakat yang saat ini didominasi dengan
kasus fraud. Disisi lain mahasiswa juga diharapkan dapat membantu auditor junior
dan auditor senior dalam mencegah, melaporkan dan menangani terjadinya fraud,
baik di sektor swasta maupun pemerintahan.

1. Pentingnya Deteksi dan Pencegahan Penipuan: Akuntansi forensik dan audit


investigatif membantu dalam mendeteksi, mencegah, dan menanggapi tindakan
penipuan dan kecurangan di dalam organisasi. Ini merupakan aspek penting untuk
menjaga keberlangsungan dan kepercayaan publik terhadap perusahaan.
2. Penggunaan Metode Khusus: Bidang ini melibatkan penggunaan metode khusus
untuk menganalisis catatan keuangan dan transaksi perusahaan, termasuk teknik
audit forensik, analisis data, dan investigasi forensik.
3. Kolaborasi dengan Berbagai Disiplin Ilmu: Akuntansi forensik dan audit
investigatif memerlukan kolaborasi antara akuntan, auditor, pengacara, dan ahli
lainnya dalam bidang hukum dan investigasi untuk mengumpulkan bukti,
menganalisis data, dan menyusun laporan yang akurat.
4. Pentingnya Standar Profesional: Dalam menjalankan tugas mereka, para
profesional dalam bidang ini harus mematuhi standar etika dan profesi yang
tinggi, serta mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh badan regulasi dan profesi
terkait.
5. Peran dalam Menegakkan Hukum: Akuntansi forensik dan audit investigatif dapat
membantu dalam proses hukum dengan menyediakan bukti-bukti yang diperlukan
untuk menuntut pelaku kecurangan di pengadilan.
6. Peran dalam Menyediakan Rekomendasi Perbaikan: Selain mendeteksi penipuan,
akuntansi forensik dan audit investigatif juga dapat memberikan rekomendasi

37
perbaikan kepada perusahaan untuk memperbaiki kontrol internal dan mencegah
kejadian serupa di masa depan.

4.2 Saran
1. "Forensic Accounting and Fraud Examination" by Howard Silverstone, Michael
Sheetz, and Frank Rudewicz: Buku ini memberikan pandangan mendalam tentang
konsep-konsep dasar dan aplikasi praktis dalam bidang akuntansi forensik dan
pemeriksaan kecurangan. Pembahasannya mencakup teknik-teknik investigasi,
analisis keuangan, dan strategi pencegahan kecurangan.
2. "The Forensic Accounting Deskbook: A Practical Guide to Financial
Investigation and Analysis for Family Lawyers" by Tuanakotta, Theodorus M:
Buku ini menyajikan panduan praktis bagi para profesional hukum dan akuntansi
dalam melakukan investigasi keuangan dalam konteks hukum keluarga. Ini
termasuk teknik analisis keuangan, penemuan aset tersembunyi, dan persiapan
laporan ahli.
3. "Akuntansi Forensik: Pendekatan Kontemporer" oleh Nur Sayidah Aminullah
Assagaf, Sulis Janu Hartati, dan Muhajir: Buku ini mungkin memberikan
wawasan mendalam tentang konsep-konsep akuntansi forensik dan audit
investigatif dengan fokus pada konteks Indonesia. Ini mungkin cocok untuk
pembaca yang tertarik dengan aplikasi lokal dari disiplin tersebut.

38
DAFTAR PUSTAKA
Howard Silverstone Stephen Pedneault Michael Sheetz Frank Rudewic. (2012). Forensic
Accounting and Fraud Investigation. London: CPE Edition.

Tuanakotta dan Theodorus M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.

Nur Sayidah Aminullah Assagaf Sulis Janu Hartati Muhajir. (2019). Akuntansi Forensik
dan Audit Investigatif . Jakarta: Zifatama Jawara

39
40

Anda mungkin juga menyukai