Critical Book Review Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif
Critical Book Review Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Critical Book Review mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Selain itu,
penyusunan critical book review ini juga bertujuan untuk menambah wawasan terkait
ruang lingkup Akuntansi Forensik. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Surbakti Karo Karo, M.Si., Ak., CA. selaku dosen pengampu dalam mata
kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif yang telah mengarahkan
dan membimbing kami dalam penyusunan critical book review ini.
Saya menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan critical book review ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih
dan semoga critical book review ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Andika Bhayangkara
7213220010
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sementara itu pada sektor publik, di Indonesia korupsi telah menjadi isu
fenomenal dan menarik untuk dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengah
berkembang dalam masyarakat. Semenjak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat
menjadi semakin kritis dalam mencermati kebijakan-kebijakan pemerintah yang
sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang sering dikenal dengan
istilah KKN. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak
bekerja sama untuk menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities)
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Pada tahun 2008-2009, korupsi
sudah bukan merupakan rahasia publik. Banyak televisi-televisi secara terang-
terangan meliput dan menyiarkan adanya penangkapan para koruptor oleh KPK
1
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Korupsi itu sendiri kini telah dianggap sebagai
penyebab akar masalah nasional, seperti biaya ekonomi tinggi, pertumbuhan
ekonomi yang tidak lancar, dan penghalang investasi (I Dewa Nyoman Wiratmaja,
2000). Adanya lembaga pemerintahan seperti BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),
BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat, KPK (Komisi
Pemberantas Korupsi), kalangan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan ICW
(Indonesian Corruption Watch), bahkan dibuatnya UU Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi belum berhasil menuntaskan masalah korupsi
yang merajalela.
2
4. Untuk mengetahui yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran akuntansi
forensik dalam pemberantasan korupsi dan fraud di Indonesia
5. Untuk mengetahui contoh kasus yang dapat diselesaikan dengan menggunakan
akuntansi forensic dan audit investigative
3
Judul Buku: Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Penulis: Tuanakotta, Theodorus M
Penerbit: Salemba Empat
Halaman: 260 Halaman
Bahasa: Bahasa Indonesia
4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Jenis Penipuan
5
Penipuan kerah putih melibatkan penipuan yang disengaja, yang dilakukan
oleh karyawan, manajemen, pemilik, anggota, relawan, vendor, pelanggan, dan siapa
pun yang memiliki hubungan atau asosiasi apa pun dengan suatu bisnis, untuk
mendapatkan uang atau aset atau layanan lain dari suatu bisnis secara tidak pantas.
Beberapa penipuan dilakukan oleh individu, dan beberapa terjadi melalui kolusi
lintas batas sosial manajemen-karyawan atau antara orang dalam dan orang luar.
Tidak ada penyelidikan forensik yang dapat dilakukan tanpa pengetahuan tentang
prinsip-prinsip akuntansi. Banyak liputan media mengenai kejadian baru-baru ini
yang melibatkan Enron, WorldCom, Computer Associates, AIG, Tyco, Adelphia,
Madoff, dan lainnya berfokus pada manipulasi hasil keuangan. Kejahatan keuangan
yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan kecil, sebagaimana dibuktikan oleh
survei ACFE, mencakup penipuan pencairan dana, yaitu pencairan dana melalui
faktur palsu atau pemalsuan cek perusahaan; skimming, dimana uang tunai atau
pembayaran lainnya dicuri sebelum dicatat; dan pencurian uang tunai, yaitu uang
tunai atau pembayaran lainnya dicuri setelah dicatat.
6
dasar akuntansi dan entitas yang terlibat, kita perlu mempertimbangkan bagaimana
orang yang bukan ahli dapat melakukan analisis keuangan dan memahami apa artinya
semua itu. Analisis keuangan dapat dilakukan sebagai bagian dari uji tuntas sebelum
suatu transaksi terjadi, dan sebagai bagian dari penyelidikan setelah suatu penipuan
terjadi atau diyakini telah terjadi. Biasanya, banyaknya volume transaksi dalam suatu
bisnis akan menghalangi kemampuan untuk memeriksa setiap lembar kertas dan
transaksi yang mendasarinya.
Perkenalan
7
BAB 8: Penjahat Bisnis
Inisiasi Kasus
Wawancara
8
Pengumpulan Dokumen
Seperti yang dikemukakan oleh John Scott dalam Social Network Analysis:
A Handbook, Jacob Moreno adalah pionir dalam bidang ini sejak awal tahun 1930-
an.2 Moreno, seorang psikolog sosial, mulai mempelajari hubungan manusia dan
dinamika struktural dan sosial dari hubungan antarpribadi.3 Ini melalui penelitian ini,
dan interaksinya dengan sejumlah peneliti terkemuka lainnya di bidang ini, ia
mengembangkan alat grafis yang disebut sosiogram, pendahulu awal diagram
tautan.4 Metode dasar Moreno yang menggambarkan hubungan manusia sebagai
kumpulan simpul dan garis-garis dalam ruang dua dimensi mengubah banyak cara
berpikir kita tentang struktur sosial.
9
BAB 14: Mendokumentasikan dan Mempresentasikan Kasus
Membuat Sistem
10
perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan /
pelanggaran kontrak.
Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti
hukum).
BAB II
Pada dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah fraud dalam arti yang luas.
Association of Certified Fraud Examiners mengelompokkkan fraud dalam tiga
kelompok yaitu corruption (korupsi), asset misappropriation (penjarahan aset), dan
fraudulent financial statement (laporan keuangan yang dengan sengaja dibuat
menyesatkan). Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus
lagi daripada akutan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi
fraud auditor atau fraud examiner yang memiliki spesialisasi dalam bidang fraud.
11
Sorotan utama mengenai fraud pada umumnya dan korupsi pada khususnya
adalah pada kelemahan corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi,
tetapi prinsip umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi
maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-
perkara korupsi dari para penyelenggara negara dan dari kajian mengenai integritas
yang dibuat KPK.
Salah satu dampak kelemahan governance adalah adanya fraud atau perkara
korupsi yang melibatkan para penyelenggara negara. Sedangkan dampak kelemahan
governance di korporasi lebih kepada pengaruh di pasar modal yaitu harga saham
perusahaan akan lebih rendah dimana seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi
kalau mereka kalau mereka mempunyai good corporate governance (tata kelola
perusahaan yang baik).
Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai Indonesia antara
lain adalah Corruption Perceptions Index (CPI), Global Corruption Barometer
(GCB), Bribe Payers Index (BPI), Political and Economic Risk Consultancy (PERC),
dan Global Competitiveness Index (GCI).
BAB III
12
melalui tuduhan (allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau tip-off
dari whistleblower.
Whistleblower hotline
Litigation support
Client training
BAB IV
Atribut
Kreatif dan berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal
arah pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan.
13
Dalam menyusun strategi, perlu mempertimbangkan apakah kecurangan
dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan
Investigator harus memiliki intuisi yang tajam untuk merumuskan teori mengenai
persekongkolan.
Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memotivasi orang lain untuk
membantunya.
Kreatif;
Percaya diri.
14
BAB V
TATANAN KELEMBAGAAN
BAB VI
FRAUD
Fraud dalam Perundangan Kita
15
Beberapa pasal dalam KUHP yang mencakup pengertian Fraud antara lain:
BAB VII
MENCEGAH FRAUD
Seperti mengangani penyakit, lebih baik mencegahnya daripada
“mengobati”nya. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap
merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang terjadi. Oleh karena itu, upaya
utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Ada ungkapan yang secara mudah
ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud. Ungkapan itu
adalah: fraud by need, fraud by greed, and fraud by opportunity. Kata fraud dalam
ungkapan tersebut bisa diganti dengan corruption, financial crime, dan lain-lain.
BAB VIII
MENDETEKSI FRAUD
Sejak permulaan, profesi audit yang dijalankan akuntan publik menolak
mengambil tanggungjawab dalam menemukan fraud. Namun dalam dasawarsa
16
terakhir perubahan lebih banyak dalam retorika daripada substansi.
BAB IX
PROFIL PERILAKU, KORBAN, DAN PERBUATAN FRAUD
17
Profiling yang dilakukan di Indonesia menemukan bahwa penerima suap
adalah pejabat, pegawai negeri sipil dan militer, di pemerintah pusat atau daerah.
Profil pemberi suap adalah pengusaha.
BAB X
Memberhentikan manajemen
Memeriksa mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti.
Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah
Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.
Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian
yang terjadi
Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku
kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut, harapannya adalah
bahwa mereka bersikap kooperatif dalam investigasi itu.
Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bias lolos dari perbuatannya.
Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan
Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.
Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan,
sesuai dengan buku pedoman
Menyediakan laporan kemajuan secara tertatur untuk membantu pengambilan
keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya.
Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak
lanjut yang tepat dapat diambil.
Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber
18
daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin.
BAB XI
Penyelidikan
Penyidikan
Penuntutan
BAB XII
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
19
Teknik Audit Investigasi
Memeriksa Fisik
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk
berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan.
Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya
kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan
konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya.
BAB XIII
Terdapat dua teknik audit investigatif yang secara luas dipraktikkan oleh
IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua teknik audit
investigatif ini adalah net worth method dan expenditure method. Kedua teknik ini
digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Kedua teknik tersebut menggunakan
logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana
Net Worth Method
Rekaman
Makin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method.
20
Penyimpanan uang tunai
Istilah sehari – hari adalah simpan di bawah bantal, atau cash hoarding.
Tambahan “ penghasilan “
Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreported taxable income atau
illegal income, mulai dari warisan, pinjaman, hadiah, atau gratifikasi, dan lain –
lain.
Catatan pembukaan
Yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak adanya catatan
pembukuan.
Kejahatan lain
Sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan perpajakan,
penyidik dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindakan pidana
perpajakan.
Expenditure Method
Expenditure method merupakan derivasi atau turunan dari net worth method yang
digunakan IRS sejak tahun 1940-an. Expenditure method harus digunakan untuk
kasus perpajakan seperti berikut:
21
WP menyembunyikan pembukuannya.
WP tidak mempunyai aset yang terlihat atau diidentifikasi.
Expenditure method harus digunakan untuk kasus organized crime seperti berikut:
Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari, nalurinya ini
akan meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak
uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh penyidik. Ketentuan perundang-
undangan mengenai tindak pidana pencucian uang mengingatkan kita bahwa
bukan kejahatan utamanya saja yang merupakan tindak pidana, tetapi juga
pencucian uangnya adalah tindak pidana. Teknologi informasi merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam teknik followthe money.
Uang sangat cair (likuid), mudah mengalir. Itulah sebabnya follow the
money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun,
mata uang kejahatan atau currency of crime bukanlah uang semata-mata.
Mengetahui currency of crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan
teknik follow the money.
BAB XV
22
hukum pembuktian sesuai masalah-masalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini
khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi. Dalam hal terkait korupsi biasanya
tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan memperkaya diri,
penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan
pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan,
penggunaan tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya
tersaji pada tabel 1, terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
23
2.3 Buku Pembanding Kedua
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Forensik dan Audit
Investigatif
Pengertian Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Jika ditinjau dari asal katanya akuntansi forensik berasal dari kata akuntansi
dan forensik. Akuntansi dalam literatur diartikan sebagai proses mengidentifikasi,
mencatat, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan mengkomunikasikan
kejadian-kejadian ekonomi kepada pengguna agar digunakan dalam pengambilan
keputusan. Forensik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cabang
ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penerapan fakta medis pada masalah
hukum (KBBI, 2016). Kata forensik diambil dari ilmu kedokteran yang dimasukkan
dalam bidang akuntansi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa akuntansi forensik
adalah akuntansi yang berhubungan dengan pembuktian fakta akuntansi dalam
proses hukum.
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di
luar pengadilan. Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti
luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam
atau di luar pengadilan, disektor publik maupun privat (Tuanakota, 2010). Audit
investigative merupakan kegiatan pengumpulan fakta dan bukti yang dapat diterima
dalam sistem hukum yang berlaku dengan tujuan untuk mengungkapkan terjadinya
kecurangan atau fraud (Crumbley, 2009).
Ruang Lingkup Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Apakah ada perbedaan ruang lingkup dari beberapa istilah yang digunakan
tersebut. Menurut Singleton dan Singleton (2010) terminologi paling luas untuk
profesi antifraud adalah Akuntansi Forensik, yang mengacu pada penggabungan
seluruh istilah yang terkait dengan investigasi, termasuk fraud auditing, walaupun
secara historis Akuntan Forensik disebut setelah bukti atau kecurigaan fraud muncul
ke permukaan melalui tuduhan, pengaduan atau temuan. Oleh karena itu fraud
auditing merupakan bagian dari Akuntansi Forensik. Fraud investigation bisa
dikatakan sama dengan fraud audit. Perbedaannya, fraud investigation lebih banyak
berhubungan dengan bukti non finansial (misalnya testimoni dari interview)
24
dibanding fraud audit. Fraud investigation mencakup fraud audit tetapi merupakan
bidang yang lebih luas karena terkait dengan pengumpulan bukti forensik non
finansial. Litigation support (dukungan terhadap proses pengadilan) merefer pada
seorang akuntan forensik.
25
Berdasarkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAPI tersebut,
ada 5 (lima) prinsip dasar etika profesi wajib dipatuhi oleh praktisi, yaitu:
a) Prinsip integritas. Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
b) Prinsip objektivitas. Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-
pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
d) Prinsip kerahasiaan. Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang
berlaku.
e) Prinsip perilaku profesional. Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
Standard Practices for Investigative and Forensic Accounting Engangements
(SPIFA)
100. Introduction, Definition & Applicability Of Ifa Standard Practices
Introduction
Definition Of Ifa Engagements
Application Of The Definition
Applicability Of Ifa Standard Practices
200. Engagement Acceptance
General.
Ifa Practitioners Unable To Continue The Ifa Engagement .
300. Planning & Scope Of Work.
General.
Supervision.
400. Information Collection & Analysis.
26
General.
Information Collection.
Reasonable Assumptions.
Conflicting Information & Alternative Theories.
Reliance On The Work Of Others.
500. File Documentation.
General.
600. Reporting.
General.
Contents Of All Reports.
Special Reporting Circumstances.
700. Expert Testimony
Role Of Ifa Expert Witnesses.
Curriculum Vitae.
Fraud dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu personal, organisasional dan eksternal
(Singleton & Singleton, 2010; 49-50):
1. Faktor Personal, mencakup:
Bakat/kemampuan
Sikap/preferensi
Kebutuhan/keinginan pribadi
Nilai/kepercayaan.
2. Faktor organisasional, mencakup:
Sifat / lingkup pekerjaan (meaningful work)
Alat / pelatihan yang tersedia
Sistem penghargaan
Kualitas manajemen dan pengawasan
Kejelasan tanggung jawab dan peran
Kejelasan tujuan terkait pekerjaan
27
Kepercayaan antar pribadi
Iklim motivasi dan etika (etika dan nilai-nilai atasan dan rekan kerja)
3. Variabel eksternal, mencakup:
Tingkat persaingan dalam industri
Kondisi ekonomi secara umum
Nilai-nilai sosial (etika pesaing dan peran sosial dan politik model).
Siklus Fraud
Siklus penipuan menurut Singleton dan Singleton (2010) pada dasarnya
dimulai dengan rencana fraudster yang mengarah untuk melakukan tindakan fraud.
Fraud biasanya terungkap melalui:
1. Tuduhan, pengaduan, atau isu terjadinya fraud yang dilaporkan oleh pihak ketiga
(misalnya, pemasok yang merasa tidak puas, atau karyawan);
2. Intuisi penyidik atau kecurigaan umum bahwa ada sesuatu yang salah;
3. Adanya senjangan antara ekspektasi dan aktualnya (laba, penjualan, biaya, aset,
atau liabilitas yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, yang tidak dapat diterima);
4. Adanya temuan yang terjadi secara kebetulan, misalnya hilangnya uang tunai,
properti, laporan, file, dokumen, atau data;
5. Hasil dari sebuah audit; atau
6. Hasil dari pengendalian, terutama pengendalian anti-fraud.
Ada tiga kondisi yang umumnya hadir ketika fraud terjadi. Pertama,
manajemen atau karyawan lain memiliki insentif atau berada di bawah pressure
(tekanan), yang memberikan alasan untuk melakukan penipuan. Kedua, ada keadaan
misalnya, tidak adanya kontrol, kontrol yang tidak efektif, atau kemampuan
manajemen untuk mengesampingkan kontrol — yang memberikan (opportunity)
peluang bagi suatu penipuan untuk dilakukan. Ketiga, orangorang yang terlibat
dalam tindakan fraud memiliki sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etis yang
memungkinkan mereka untuk secara sadar dan sengaja melakukan tindakan yang
tidak jujur. Bahkan orang jujur pun dapat melakukan kecurangan dalam lingkungan
yang memberikan tekanan yang cukup pada mereka. Semakin besar insentif atau
tekanan, semakin besar kemungkinan seseorang akan dapat merasionalisasi fraud
(AICPA, 2002).
28
BAB IV. FRAUD TREE: CORRUPTION
Pengertian Fraud Tree
Fraud yang terjadi karena ada hubungannya dengan pekerjaan disebut
occupational frauds (fraud yang terkait dengan pekerjaan), yaitu fraud yang
merugikan organisasi yang dilakukan oleh karyawan, manajer, pejabat, atau pemilik.
Tiga jenis utama occupational frauds adalah: korupsi, penyalahgunaan aset, dan
Fraudulent Statements (laporan yang curang, bersifat menipu). Klasifikasi lengkap
occupational frauds, sering disebut sebagai Fraud Tree.
ACFE mengelompokkan fraud menjadi tiga kategori utama adalah (1)
corruption (korupsi) (2) assets misappropriation (penyalahgunaan aset) dan (3)
Financial statements fraud (kecurangan laporan keuangan) Financial statements
fraud merupakan skema fraud yang paling mahal tetapi yang paling jarang terjadi
dan biasanya dilakukan oleh eksekutif. Eksekutif seringkali melakukan fraud karena
kepentingannya dengan saham yaitu terkait dengan bonus saham, tekanan untuk
menjaga harga dan volume perdagangan saham. Skema assets misappropriation
merupakan fraud yang paling umum terjadi tetapi dengan kerugian yang paling kecil
dan biasanya dilakukan oleh karyawan. Korupsi mencakup beberapa skema, seperti
penyuapan dan pemerasan, yang biasanya melibatkan seseorang di dalam entitas
yang bekerja dengan orang di luar entitas.
Corruption (korupsi)
Korupsi merupakan jenis fraud yang dibagi menjadi 4 subkategori, yaitu:
1. Conflicts of interest (konflik kepentingan):
Purchasing Schema
Sales Schema
2. Bribery (penyuapan).
Kickbacks
Bid rigging
Other
3. Economic Extortion (pemerasan ekonomi)
4. Illegal gratuities (penipuan illegal
Ciri korupsi adalah fraud ini dilakukan oleh orang dalam (mis.,karyawan
perusahaan, aparatur negara, pimpinan) bekerja dengan pihak lain di luar organisasi
29
yang mempunyai kepentingan. Aktivitas pihak terkait ini biasanya disembunyikan
dari manajemen dan auditor. Atau jika aktivitas ini telah memperoleh persetujuan,
fraudster awalnya akan menjalankan bisnis sesuai etika bisnis tetapi seiring
berjalannya waktu apabila persetujuan tidak ditinjau kembali atau diperbarui, maka
fraudster akan mulai terlibat dengan penyuapan atau jenis korupsi lainnya. Kunci
untuk mendeteksi korupsi adalah mencari transaksi pihak luar yang berkepentingan,
yang tidak diungkapkan atau tidak diketahui, terutama yang terkait dengan hubungan
yang dirahasiakan antara karyawan dengan pihak luar yang mempunyai hubungan
bisnis.
Conflicts of interest (konflik kepentingan)
Konflik kepentingan terjadi ketika seorang karyawan, manajer, atau eksekutif
memiliki kepentingan ekonomi atau kepentingan pribadi yang dirahasiakan dalam
sebuah transaksi yang merugikan atau mempengaruhi perusahaan. Konflik
kepentingan mencakup tiga kategori kecil yaitu skema pembelian, skema penjualan,
dan skema lainnya. Perbedaan antara konflik kepentingan dan jenis korupsi lainnya
adalah fakta bahwa fraudster menggunakan pengaruhnya (mis., menyetujui faktur
atau tagihan) untuk kepentingan pribadi (Singleton dan Singleton, 2010).
Bribery (penyuapan)
Bribery (penyuapan) didefinisikan sebagai persembahan, pemberian,
penerimaan, atau permintaan dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai untuk
mempengaruhi tindakan resmi atau keputusan bisnis. Bribery terdiri dari 2
subkategori yaitu kickbacks, bid rigging.
1. Kickback adalah pembayaran yang undisclosed (bersifat rahasia), yang dilakukan
oleh vendor kepada karyawan perusahaan yang melakukan pembelian dengan tujuan
bisnisnya dengan entitas tersebut tetap bisa bertahan, atau vendor diijinkan membuat
tagihan yang lebih besar dari normalnya.
2. Bid rigging, terjadi ketika seorang karyawan secara curang membantu vendor
dalam memenangkan kontrak dalam sebuah proses tender/penawaran kompetitif.
30
Fraud jenis ini pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu keuangan
dan nonkeuangan. Tetapi yang bersifat non keuangan jarang terjadi sehingga
pembahasan difokuskan pada fraudulent statements yang bersifat keuangan. Defenisi
dari fraudulent statement yaitu segala tindakan yang membuat laporan keuangan
menjadi tidak seperti yang seharusnya (tidak mewakili kenyataan), tergolong
kelompok fraud terhadap laporan keuangan. Seperti memalsukan bukti transaksi,
mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya, dan
lainnya.
Fraudulent Financial Statements (Kecurangan Laporan Keuangan)
Net Worth/ Net Income/ Overstatement (Overstatement Kekayaan Bersih/
Pendapatan Bersih)
a. Timing Differences (Improper Treatment of Sales).
Pengakuan pendapatan yang tidak tepat dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu
pengakuan prematur atas pendapatan yang dihasilkan secara sah atau pengakuan
pendapatan fiktif yang dihasilkan dari penjualan palsu atau pelanggan palsu. Income
overstatement dapat dilakukan dengan cara mempercepat pengiriman atau mencatat
penjualan yang dibuat untuk periode berikutnya ke periode berjalan; mengenali
pendapatan untuk transaksi yang sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai
penjualan, tetapi diakui sebagai penjualan; membuat penjualan palsu untuk tujuan
meningkatkan volume penjualan, seperti pertukaran dan transaksi dengan pihak
terkait; penjualan persentase penyelesaian yang berlebihan; menyajikan penjualan
kotor dan tidak menghitung penjualan bersih seperti mengabaikan retur, diskon
termasuk diskon karena pembayaran yang lebih cepat, dan penurunan harga produk.
b. Fictitious Revenues (Pendapatan Fiktif)
Pendapatan fiktif diciptakan dengan cara mencatat penjualan yang tidak
pernah terjadi, mencatat penjualan fiktif. Bisa melibatkan pelanggan yang
sebenarnya dengan jumlah fiktif atau pelanggan dan jumlah pendapatan yang
keduanya fiktif. Hasilnya adalah peningkatan pendapatan dan laba, serta asset
(sebagai rekening yang berpasangan dengan pendapatan dalam catatan akuntansi).
c. Concealed Liabilities (Improper Recording of Liabilities).
31
Concealed Liabilities (kewajiban tersembunyi) atau Improper Recording of
Liabilities (Pencatatan Kewajiban dengan cara yang tidak tepat) adalah salah satu
cara untuk melakukan fraud dengan menunda memindahkan pencatatan kewajiban.
d. Improper Disclosures (Pengungkapan Yang Tidak Tepat)
Salah satu prinsip fraud adalah selalu bersifat clandestine (rahasia, disembunyikan).
Fraudster akan berusaha untuk menutupi fraud dalam pembukuan akuntansi. Tetapi
apabila skema fraud di luar pembukuan akuntansi, maka penyembunyian pembukuan
tidak perlu dilakukan, tetapi penipuan dilakukan di dalam pengungkapan.
e. Improper Asset Valuation (Penilaian Aset Secara Tidak Tepat)
Penilaian aset secara tidak tepat dilakukan dengan menggembungkan jumlah aset
(biasanya piutang, persediaan, dan aset tetap), mengkapitalisasi biaya, atau
menurunkan akun kontra (penyisihan, piutang tak tertagih, penyusutan, amortisasi)
penghentian, amortisasi). Pengelembungan ini akan menghasilkan ekuitas dan laba
yang lebih tinggi dari yang sebenarnya.
32
karyawan dalam skema ini tentu sudah dicatat dalam sistem akuntansi, sehingga
kehilangan uang tunai ini seharusnya lebih mudah untuk dideteksi daripada skema
skimming, yang ada di dalam catatan akuntansi.
Fraudulent Disbursements (Kecurangan Pencairan Uang Tunai, Pencurian
Melalui Pengeluaran Tidak Sah). Fraudulent disbursements merupakan pengeluaran
uang milik perusahaan yang digunakan untuk tujuan tertentu yang tidak
menguntungkan entitas. Artinya pembayaran dilakukan tidak untuk memenuhi
kewajiban dan tidak melayani entitas.
Expense reimbursement (penggantian biaya). Skema fraud ini sederhana, yaitu
memalsukan biaya-biaya untuk kepentingan perusahaan (misalnya biaya perjalanan
dinas), dikirim ke bagian keuangan untuk memperoleh penggantian dan memperoleh
cek dari perusahaan yang menjadi korban.
Skimming. Skimming kadang-kadang disebut kecurangan front-end (paling
depan), karena dana dicuri sebelum pemesanan dilakukan perusahaan. Oleh karena
itu mungkin sangat sulit untuk mendeteksi skimming skema atau bahkan menyadari
kalau uang sudah dicuri. Skimming biasa terjadi di dalam bisnis yang melakukan
transaksi tunai seperti, restoran, mesin penjual otomatis, pompa bensin, dan toko
ritel.
33
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama
3.1.1 Kelebihan
1. Buku ini menawarkan pemahaman yang mendalam tentang bidang akuntansi
forensik dan investigasi penipuan. Hal ini mencakup berbagai topik, mulai dari
prinsip dasar hingga teknik investigasi yang canggih.
2. Para penulisnya memiliki pengalaman yang luas dalam bidang akuntansi forensik
dan investigasi penipuan, sehingga pembaca dapat yakin bahwa konten yang
disajikan didasarkan pada keahlian yang solid dan praktik terbaik.
3. Buku ini dikenal karena pendekatannya yang praktis dan aplikatif terhadap topik
yang kompleks. Pembaca akan menemukan contoh kasus nyata, studi kasus, dan
saran-saran praktis yang dapat diterapkan dalam situasi dunia nyata.
3.1.2 Kekurangan
1. Buku tersebut mungkin tidak mencakup semua aspek yang relevan dari bidang
forensik akuntansi dan investigasi penipuan. Ini bisa menjadi kelemahan jika
pembaca mencari informasi yang lebih mendalam tentang topik tertentu yang
tidak dibahas dalam buku tersebut.
2. Ada kemungkinan bahwa beberapa topik atau metode investigasi tertentu
dipaparkan secara lebih terperinci atau lengkap daripada yang lain, yang dapat
menghasilkan ketidakseimbangan dalam informasi yang disajikan.
3. Buku tersebut mungkin kurang dalam studi kasus yang mendalam atau contoh
konkret yang membantu pembaca memahami konsep-konsep yang dibahas.
34
2. Penulis menyajikan kasus-kasus nyata yang diambil dari praktik dunia nyata,
membantu pembaca untuk memahami konsep-konsep teoritis yang diajarkan
dalam konteks praktis.
3. Buku ini fokus pada pendekatan forensik dalam melakukan audit, yang membantu
pembaca untuk memahami cara mendeteksi, mencegah, dan menangani
kecurangan akuntansi.
4. Selain teori, buku ini juga memberikan panduan praktis tentang bagaimana
menerapkan konsep-konsep forensik dan investigatif dalam praktik sehari-hari,
termasuk teknik pemeriksaan yang efektif.
5. Buku ini juga memperbarui pembaca tentang tren terbaru dan isu-isu kontemporer
dalam bidang akuntansi forensik dan audit investigatif, sehingga pembaca dapat
memahami tantangan dan peluang terkini.
3.2.2 Kekurangan
1. Buku tersebut mungkin memiliki ruang lingkup yang terlalu luas atau terlalu
sempit, sehingga tidak mencakup semua aspek yang relevan dalam akuntansi
forensik dan audit investigatif.
2. Jika buku tersebut tidak diperbarui secara berkala, informasi yang disajikan di
dalamnya mungkin sudah kadaluarsa atau tidak lagi relevan dengan
perkembangan terbaru dalam bidang akuntansi forensik dan audit investigatif.
3. Buku tersebut mungkin kurang dalam memberikan studi kasus yang memadai
untuk mengilustrasikan konsep-konsep yang diajarkan, sehingga sulit bagi
pembaca untuk memahami penerapan teori ke dalam praktik.
4. Penjelasan yang diberikan dalam buku tersebut mungkin tidak cukup jelas atau
terstruktur dengan baik, sehingga sulit dipahami oleh pembaca yang tidak
memiliki latar belakang yang cukup dalam akuntansi forensik dan audit
investigatif.
35
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding Kedua
3.3.1 Kelebihan
1. Buku ini mencakup berbagai aspek yang relevan dalam bidang akuntansi forensik
dan audit investigatif, mulai dari konsep dasar hingga teknik-teknik investigasi
yang lebih kompleks.
2. Penulis buku ini diyakini memiliki pengalaman dan keahlian yang cukup dalam
bidang akuntansi forensik dan audit investigatif. Hal ini memberikan kredibilitas
yang lebih dalam konteks pembahasan yang disampaikan.
3. Buku ini mungkin memberikan pendekatan praktis yang memungkinkan pembaca
untuk memahami konsep-konsep yang rumit dengan cara yang lebih mudah
dipahami.
4. Kemungkinan besar buku ini menyertakan studi kasus atau contoh-contoh nyata
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konsep-
konsep yang dibahas dapat diterapkan dalam situasi dunia nyata.
3.3.2 Kekurangan
1. Buku tersebut mungkin tidak mencakup secara menyeluruh topik-topik terbaru
atau konteks praktis terkini dalam bidang akuntansi forensik dan audit
investigatif.
2. Buku tersebut mungkin hanya memperkenalkan metode-metode klasik atau
tradisional dalam praktik akuntansi forensik, sementara tidak memberikan
wawasan yang cukup tentang teknik-teknik atau alat-alat analisis baru yang
relevan.
3. Buku tersebut mungkin kurang dalam menyediakan studi kasus aktual atau
skenario yang realistis yang dapat membantu pembaca memahami penerapan
konsep-konsep yang diajarkan dalam konteks praktik
4. Akuntansi forensik dan audit investigatif sangat terkait dengan hukum dan
regulasi yang terus berkembang. Buku tersebut mungkin tidak cukup
memperbarui pembaca tentang perubahan-perubahan penting dalam hal tersebut.
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Akuntansi forensik merupakan ilmu yang baru dalam dunia akuntansi, namun
hanya sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang bersedia memberikan pendidikan
tersebut bagi mahasiswanya. Padahal melalui penerapan pendidikan tersebut,
mahasiswa diharapkan dapat lebih matang dalam mempersiapkan diri untuk dapat
terjun langsung dalam dunia bisnis dan masyarakat yang saat ini didominasi dengan
kasus fraud. Disisi lain mahasiswa juga diharapkan dapat membantu auditor junior
dan auditor senior dalam mencegah, melaporkan dan menangani terjadinya fraud,
baik di sektor swasta maupun pemerintahan.
37
perbaikan kepada perusahaan untuk memperbaiki kontrol internal dan mencegah
kejadian serupa di masa depan.
4.2 Saran
1. "Forensic Accounting and Fraud Examination" by Howard Silverstone, Michael
Sheetz, and Frank Rudewicz: Buku ini memberikan pandangan mendalam tentang
konsep-konsep dasar dan aplikasi praktis dalam bidang akuntansi forensik dan
pemeriksaan kecurangan. Pembahasannya mencakup teknik-teknik investigasi,
analisis keuangan, dan strategi pencegahan kecurangan.
2. "The Forensic Accounting Deskbook: A Practical Guide to Financial
Investigation and Analysis for Family Lawyers" by Tuanakotta, Theodorus M:
Buku ini menyajikan panduan praktis bagi para profesional hukum dan akuntansi
dalam melakukan investigasi keuangan dalam konteks hukum keluarga. Ini
termasuk teknik analisis keuangan, penemuan aset tersembunyi, dan persiapan
laporan ahli.
3. "Akuntansi Forensik: Pendekatan Kontemporer" oleh Nur Sayidah Aminullah
Assagaf, Sulis Janu Hartati, dan Muhajir: Buku ini mungkin memberikan
wawasan mendalam tentang konsep-konsep akuntansi forensik dan audit
investigatif dengan fokus pada konteks Indonesia. Ini mungkin cocok untuk
pembaca yang tertarik dengan aplikasi lokal dari disiplin tersebut.
38
DAFTAR PUSTAKA
Howard Silverstone Stephen Pedneault Michael Sheetz Frank Rudewic. (2012). Forensic
Accounting and Fraud Investigation. London: CPE Edition.
Tuanakotta dan Theodorus M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.
Nur Sayidah Aminullah Assagaf Sulis Janu Hartati Muhajir. (2019). Akuntansi Forensik
dan Audit Investigatif . Jakarta: Zifatama Jawara
39
40