Anda di halaman 1dari 14

DINUL ISLAM

Oleh:
Habib Ramadhan Helmi
XI-8

SMA NEGERI 1 LHOKSEUMAWE


2024
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................5
Shalat Fardhu dan Shalat Sunah........................................................................................5
Puasa Wajib Dan Puasa Sunah..........................................................................................7
Akhlak kepada orang tua dan guru..................................................................................10
Hikmah infaq dan Sedekah..............................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................14
KESIMPULAN...............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

Dinul islam yang arti sederhananya “agama islam” adalah agama yang ajarannya sangat
sempurna karena dating langsung dari Allah SWT. Dinul islam yang dibawa Nabi
Muhammad Saw bersumber pada al-quran dan sunnah Rasulullah Saw. Oleh karena itu Dinul
islam yang Nabi Muhammad merupakan agama yang paling lengakap dan benar.Agama
Islam, sebagai ajaran yang komprehensif dan sempurna, memberikan landasan yang kokoh
bagi kehidupan umat manusia. Dari konsep aqidah, ibadah, hingga muamalah, Islam hadir
sebagai panduan utama dalam menjalani kehidupan yang penuh makna. Dalam konteks ini,
Dinul Islam, sebagai sistem hidup yang merangkum berbagai aspek kehidupan, menuntun
umat menuju kehidupan yang penuh kemuliaan. Dengan prinsip-prinsip yang tak lekang oleh
waktu, Dinul Islam menjadi solusi konkret dalam menghadapi dinamika global saat ini,
memperbaiki tatanan hidup manusia, dan menyempurnakan nilai-nilai akhlak dalam interaksi
sosial.

Dalam Islam, keberagamaan dan keimanan tidak hanya berhent pada shalat dan puasa, namun
juga meliputi perilaku sehari-hari dan hubungan dengan orang lain. Salah satu contoh adalah
perilaku akhlak yang diterapkan dalam berinteraksi dengan orang tua dan guru, serta prinsip-
prinsip infaq dan sedekah yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam makalah
ini, kita akan membahas tentang pentingnya dinul Islam, yaitu shalat, puasa, akhlak kepada
orang tua dan guru, hikmah infaq dan sedekah.

Shalat dan puasa adalah dua ibadah yang paling penting dalam Islam. Shalat sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan Allah dan memohon pertolongan, serta untuk mengatur diri
sendiri dan menjaga kesucian jiwa. Puasa sebagai sarana untuk menahan hawa nafsu dan
mengembangkan kesadaran diri terhadap keterbatasan dan kemiskinan. Kedua ibadah ini
memiliki hikmah yang sangat luas, tidak hanya dalam meningkatkan keimanan dan
keberagamaan, namun juga dalam meningkatkan kesadaran diri dan perilaku sehari-hari.

*Akhlak kepada Orang Tua dan Guru: Pentingnya Perilaku yang Baik*

Akhlak kepada orang tua dan guru adalah salah satu contoh perilaku yang baik yang harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dan guru adalah orang yang paling berhak
mendapat hormat dan perhatian dari kita, karena mereka telah berjuang dan berkorban untuk
kita. Meningkatkan akhlak kepada mereka berarti meningkatkan kesadaran diri terhadap
keterbatasan dan kemiskinan, serta meningkatkan kesadaran diri terhadap hak-hak orang lain.

Infaq dan sedekah adalah salah satu contoh prinsip-prinsip keislaman yang harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Infaq dan sedekah sebagai sarana untuk meningkatkan
kesadaran diri terhadap keterbatasan dan kemiskinan, serta untuk meningkatkan kesadaran
diri terhadap hak-hak orang lain. Dengan menerapkan prinsip-prinsip infaq dan sedekah, kita
dapat meningkatkan kesadaran diri terhadap keterbatasan dan kemiskinan, serta
meningkatkan kesadaran diri terhadap hak-hak orang lain.

Dalam makalah ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang pentingnya dinul Islam, yaitu
shalat, puasa, akhlak kepada orang tua dan guru, hikmah infaq dan sedekah. Kita akan
melihat bagaimana shalat dan puasa , serta bagaimana akhlak kepada orang tua dan guru
dapat meningkatkan kesadaran diri terhadap hak-hak orang lain. Kita juga akan melihat
bagaimana infaq dan sedekah yang tidak akan membuat kita rugi, serta meningkatkan
kesadaran diri terhadap perbuatan-perbuatan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Shalat Fardhu Dan Shalat Sunah


A. Shalat Fardhu
Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib dilaksanakan.

‫َو َأِقيُم وا الَّصلوَة َو اُتوا الَّز َكوَة َو اْر َك ُعوا َم َع الَّراِكِع يَن‬
"Dan dirikanlah sholat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk bersama orang-orang
yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43).
Shalat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni :
1. Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam shalat ini adalah
shalat lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.
2. Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan gugur dan
menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah shalat jena
Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari.
Hukum salat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim atau
muslimah
yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan
1. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari terbirnya fajar, yakni cahaya
putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya Matahari.
2. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah tergelincir
(condong) ke arah barat hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, dan berakhir
ketika masuk waktu Ashar.
3. Asar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning.
Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya Matahari.
4. Magrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega merah belum
menghilang yang diawali dengan terbenamnya Matahari, dan berakhir dengan masuknya
waktu Isya.
5. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam yang tengah yang
diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga
terbitnya fajar keesokan harinya.

B. Shalat Sunah
Shalat sunah disebut juga salat an-nawâfil atau at-tatawwu’. Yang dimaksud dengan
an-nawâfil ialah semua perbuatan yang tidak termasuk dalam fardhu. Disebut an-nawâfil
karena
amalan-amalan tersebut menjadi tambahan atas amalan-amalan shalat fardhu
Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
1. Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
2. Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan, seperti shalat khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
Pembagian Menurut Pelaksanaan
Salat sunah ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) diantaranya:
a) Shalat Wudhu
b) Shalat Tahiyyatul Masjid
c) Shalat Taubat
d) Shalat Dhuha
e) Shalat Tahajjud
f) Shalat Rawatib
g) Shalat Istikhoroh
h) Shalat Muthlaq
i) Shalat Safar
Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:
a) Salat Tarowih
b) Shalat Dua Hari Raya
c) Shalat Gerhana
d) Shalat Istisqo’
e) Shalat Witi

2. Puasa Wajb Dan Puasa Sunah

A.Puasa Wajib
Puasa wajib artinya puasa yang dikerjakan mendapat pahala, jika tidak
dikerjakan mendapat dosa
Sebagaimana Firman Allah Swt.
183(:‫َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َن (البقرة‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al
Baqarah [2] : 183)..
Adapun macam-macam puasa wajib adalah :
1.Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan ialah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Hukum melaksanakan
puasa ramadhan adalah wajib bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat wajibnya.
Puasa Kafarat adalah salah satu bentuk ketaatan agama Islam yang dilakukan sebagai bentuk
penebusan dosa atau kesalahan yang telah dilakukan oleh seseorang. Kafarat sendiri berasal
dari kata “kafara”, yang berarti menutup atau menebus
Puasa kafarat dapat dilaksanakan kapan saja, kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk
berpuasa, seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
2.Puasa Nazar
Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk berpuasa jika
keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: “jika saya mendapat rangking
pertama maka saya akan puasa dua hari”. Jika keinginannya tersebut tercapai maka puasa
yang telah dijanjikan (dinazarkannya) harus (wajib) dilaksanakan. Hukum nazar sendiri
adalah mubah tetapi pelaksanaan nazarnya jika hal yang baik wajib dilaksanakan, tetapi jika
nazarnya jelak tidak boleh dilaksanakan, misalnya jika tercapai keinginannya tadi akan
memukul temannya maka memukul temannya tidak boleh dilaksanakan.

 Puasa sunah
Puasa sunah adalah ibadah puasa yang dianjurkan dalam agama Islam namun tidak
diwajibkan seperti puasa Ramadan. Ini adalah amalan sukarela yang dilakukan oleh umat
Islam sebagai bentuk pengabdian tambahan kepada Allah SWT. Puasa sunah juga merupakan
cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan meningkatkan kualitas spiritualitas. Meskipun
tidak diwajibkan, melaksanakan puasa sunah membawa banyak manfaat dan pahala bagi
umat Muslim.
Macam-macam Puasa Sunnah
1. Puasa Nabi Dawud
Pengerjaannya dengan sehari berpuasa dan sehari tidak. Puasa Nabi Dawud disebutkan
sebagai puasa yang paling utama. Abdullah bin Amru meriwayatkan bahwa Nabi SAW
bersabda:

"Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Dawud, dan sholat yang paling disukai Allah
adalah sholat Dawud. Dia tidur separuh malam, dan bangun untuk sholat pada sepertiganya,
dan tidur lagi pada seperenamnya. Dia puasa satu hari dan tidak berpuasa satu hari
(berikutnya)." (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

2. Puasa Senin Kamis


Rasulullah SAW biasa mengerjakan puasa sunnah di hari Senin dan Kamis. Untuk itu puasa
Senin Kamis hukumnya yakni sunnah muakkad (sunnah yang ditekankan).

Di balik pelaksanaannya, puasa Senin Kamis punya keutamaan besar sesuai yakni sesuai
sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah:

"Sesungguhnya amal-amal manusia dilaporkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis.
lalu Allah SWT mengampuni setiap muslim (atau mukmin), kecuali dua orang yang saling
menjauh. Allah SWT berkata, 'Tangguhkanlah untuk keduanya.'" (HR Ahmad)
3. Puasa Ayyamul Bidh
Puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan dengan berpuasa tiga hari tepatnya yakni pada tanggal 13,
14, dan 15 di setiap bulan Hijriah

4. Puasa Enam Hari Bulan Syawal


Puasa enam hari di bulan Syawal baru boleh dikerjakan sejak 2 Syawal hingga akhir bulan
tersebut. Mengerjakan puasa sunnah Syawal ini punya keistimewaan besar sesuai yang Nabi
SAW sabdakan dalam hadits riwayat Abu Ayub Al-Anshari:

Artinya: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di
bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun."
5. Puasa Arafah
Puasa ini dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan jemaah haji yang melakukan
wukuf di padang Arafah
6. Puasa Asyura
Puasa ini dilakukan pada 10 Muharram. Sunnahnya puasa Asyura termaktub dalam sabda
Nabi SAW yang diriwayatkan Muawiyah bin Abu Sufyan:
"Hari ini adalah hari Asyura dan kalian tidak diwajibkan puasa pada hari ini. Sedangkan aku
sekarang berpuasa pada hari ini. Siapa yang menghendaki, dia boleh berpuasa, dan siapa yang
menghendaki dia boleh tidak berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim)

7. Puasa Tasu'a
Ketika Nabi SAW berpuasa di hari Asyura serta menyariatkannya kepada kaum muslim,
mereka berkata, "Wahai Rasulullah, hari ini merupakan hari yang diagungkan oleh orang-
orang Yahudi dan Nasrani." Kemudian beliau bersabda, "Seandainya usiaku masih sampai
pada tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari ke sembilan (Tasu'a)." (HR Ahmad
dan Muslim)

8. Puasa di Bulan Sya'ban


Aisyah RA meriwayatkan, "Aku tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa
dalam satu bulan, kecuali bulan Ramadhan. Dan aku tidak melihat beliau memperbanyak
puasa dalam suatu bulan, kecuali bulan Sya'ban." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa;i,
dan Malik)

3. Akhlak Kepada Orang Tua Dan Guru

Diantara akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh seorang muslim adalah kesopanan, sabar,
jujur, rendah hati, tutur kata lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil, tawakal, menepati
janji, menjauhi semua yang diharamkan oleh Allah Swt., berbuat baik kepada tetangga,
membantu orang yang membutuhkan sesuai kemampuan, dan lain sebagainya. Sesuai dengan
konsep akhlak yang tertera dalam al-Qur’an dan sunnah yang menjelaskan tentang
disyariatkanya akhlak-akhlak tersebut agar seorang muslim memiliki adab yang baik dalam
menjalani kehidupanya sehari-hari.Termasuk di dalamnya adab anak kepada orang tua dan
guru, setiap murid wajib menaati keduanya Adab menurut bahasa adalah kesopanan,
Dinamakan adab karena ia mengajak manusia kepada perbuatan terpuji dan mencegah
manusia dari perbuatan keji dan munkar. Sedangkan menurut istilah, Adab berarti norma atau
perilaku sopan santun kepada orang lain terutama kepada orang yang lebih tua agar pergaulan
sesama manusia tetap terjaga dan harmonis Orang tua adalah orang yang melahirkan,
merawat, membesarkan, dan mendidik kita sejak masih didalam kandungan hingga dewasa.
Sedangkan guru adalah orangtua kedua yang telah berjasa dalam mendidik pada jalur
lembaga pendidikan

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ُ ‫َوَو َّصْيَنا اِاْل ْنَس اَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّوِفَص اُلٗه ِفْي َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَد ْيَۗك ِاَلَّي اْلَم ِص‬
‫ْير‬

Artinya “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali” (QS Luqman ayat 14).

Mengapa Kita Harus Menghormati Orang Tua dan Guru

1. Anjuran Agama

Tuhan, Pencipta alam semesta, memerintahkan semua manusia untuk selalu berbakti terhadap
orang tua dan guru sampai kapanpun.

2. Salah satu bentuk sikap berbakti

Bersikap lembut dan selalu menunjukkan bahwa kita hormat dan patuh terhadap segala
nasehatnya tentu akan membuat mereka merasa senang dan mengikhlaskan segala jerih
payahnya dalam membesarkan dan mendidik kita

3. Wujud rasa terima kasih atas jasa-jasanya

Orang tua dan guru berperan mengukir jalan masa depan. Jasa yang tak ternilai harganya ini
harus selalu diingat sepanjang masa

Contoh Perilaku Menghormati Kedua Orang Tua


1. Melaksanakan nasihat dan perintah orang tua
2. Merawat dengan orang tua dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
3. Berkata halus dan sopan
4. Berbuat baik kepada orang tua
5. Mendoakan orang tua
6. Menjaga nama baik orang tua
Guru adalah pewaris para Nabi dalam bidang keilmuan. Mereka adalah penyampai syariat
sehingga kita dapat berperilaku dengan baik dan berakidah yang benar. Dalam sebuah hadis
riwayat al-Baihaqi, dijelaskan bahwa orang yang merendahkan gurunya akan mendapatkan
azab, yaitu rezekinya sempit, ilmunya tidak bermanfaat, dan meninggal dunia tanpa iman.

Contoh Perilaku Menghormati Guru


1. Memuliakan dan tidak meremehkan mereka
2. Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain
3. Tidak bertindak kasar, menipu, atau membuka aib guru
4. Bersikap sabar terhadap guru
5. Selalu mendengarkan perkataan guru

Perilaku sombong dan egois sangat dilarang oleh Islam. Agama memerintahkan manusia
untuk dapat mewujudkan sikap empati terhadap sesama. Sikap ini akan menimbulkan
kepedulian untuk membantu orang yang membutuhkan

4. Hikmah Infaq Dan Sedekah

Sedekah berarti memberikan suatu hal berupa materi maupun non materi kepada seseorang
semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah Swt tanpa mendambakan balasan apa-apa dari
seseorang yang diberi dan sedekah ini hukumnya sunnah Sedekah dalam al-Qur’an, di
antaranya terdapat pada surah al-Baqarah ayat 271 yang secara garis besar menjelaskan
bahwa sedekah dapat dilakukan secara terang-terangan dan sedekah juga dapat dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Namun sedekah secara sembunyi-sembunyi ini lebih baik dari
pada secara terang-terangan

dalil lainnya terdapat pada QS Al-Baqarah Ayat 261

‫َم َثُل اَّلِذ ْيَن ُيْنِفُقْو َن َاْم َو اَلُهْم ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َك َم َثِل َح َّبٍة َاْۢن َبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ِفْي ُك ِّل ُس ْۢن ُبَلٍة ِّم اَئُة َح َّبٍةۗ َو ُهّٰللا ُيٰض ِع ُف ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء‬
٢٦١ ‫َۗو ُهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah


seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui."

Berikut hikmah-hikmah sedekah yang dapat dirasakan di dunia dan di akhirat.

Pertama, semakin taat kepada Allah Swt, hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam surah
al-A’raf ayat 56 (Gafuri, 2020). Dan menurut penafsiran Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar
dijelaskan bahwa ujung ayat dari surah al-A’raf ayat 56 ini menjelaskan tentang ihsan yang
berarti senantiasa berbuat baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah untuk
diri sendiri ataupun orang lain agar tercapainya kehidupan masyarakat yang sejahtera, adil,
makmur dan terciptanya hubungan hablumminnallah dan habluminanaas yang baik

Kedua, menghapus dosa, hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw dalam Hadis yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwasannya sedekahdapat menghapus dosa-dosa laksana air
dapat memadamkan api
Ketiga, dibalas berlipat ganda oleh Allah Swt, yaitu di saat materi maupun non materi yang
halal terus disedekahkan dengan ikhlas akan dibalas berlipat ganda oleh Allah Swt dengan
pahala serta datangnya berbagai rezeki kepada orang yang bersedekah, hal ini sebagaimana
firman Allah Swt dalam surah al-Hadid ayat 18 . Kemudian menurut penafsiran Buya Hamka
dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa sedekah adalah memberikan harta yang halal atau jasa
yang dimiliki oleh seseorang kepada orang lain dengan jujur dan ikhlas dan siapa saja yang
bersedekah maka orang tersebut telah terlebih dahulu memberikan sesuatu kepada Allah Swt
berupa sedekah dan Allah Swt maha pengasih lagi maha penyayang sehingga Allah Swt akan
membalas kebaikannya dengan lebih baik, yaitu dilipatgandakan

keempat, mendapatkan naungan di hari kiamat kelak, hal ini sebagaimana sabda
NabiMuhammad Saw dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah ra
bahwasannya ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan di hari kiamat kelak,
diantaranya seseorang yang bersedekah menggunakan tangan kanannya dan
menyembunyikannya sampai tangan kirinya tidak mengetahui
BAB III

KESIMPULAN

Dalam Islam, menjalankan shalat fardhu dan sunah, berpuasa, berakhlak baik kepada orang
tua, dan berinfak merupakan bagian integral dari ibadah dan kehidupan seorang Muslim.
Shalat fardhu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim lima kali sehari.
Selain itu, shalat sunah juga sangat dianjurkan sebagai pelengkap dan penambah pahala.
Berpuasa, terutama selama bulan Ramadan, adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang telah
baligh dan sehat.Berakhlak baik kepada orang tua adalah perintah agama yang sangat penting
dalam Islam. Orang tua memiliki hak yang besar atas anak-anaknya, termasuk hak untuk
dihormati, disayangi, dan diurus kebutuhannya. Menghormati dan berbakti kepada orang tua
adalah bagian dari ibadah yang akan mendatangkan berkah dan kebaikan dalam hidup.

Berinfak, baik secara materi maupun non-materi, juga merupakan bagian penting dari ajaran
Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk berbagi rezeki kepada sesama, terutama kepada
yang membutuhkan. Infak tidak hanya berupa harta, tetapi juga bisa berupa ilmu, waktu, dan
tenaga. Dengan berinfak, kita dapat membantu mengurangi penderitaan orang lain dan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.Dengan menjalankan ibadah shalat fardhu dan
sunah, berpuasa dengan ikhlas, berakhlak baik kepada orang tua, dan berinfak kepada
sesama, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadi hamba yang lebih baik.
Kita juga dapat membantu memperbaiki keadaan masyarakat dan memberikan manfaat yang
nyata bagi sesama. Dengan demikian, menjalankan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai