Presentasi Antirematik
Presentasi Antirematik
• Terapi fisik
• NSAID
NSAID terutama bekerja dengan menginhibit sintesis prostaglandin,
yang hanya merupakan sebagian kecil dari rangkaian inflamasi.
NSAID mempunyai efek analgesik dan anti inflamasi tapi tidak
progres penyakit atau mencegah erosi tulang atau deformitas sendi.
• Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)
Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD) memiliki potensi
untuk mengurangi kerusakan sendi, mempertahankan integritas dan
fungsi sendi dan pada akhirnya mengurangi biaya perawatan dan
meningkatkan produktivitas pasien RA. Obat-obat DMARD yang
sering digunakan pada pengobatan RA adalah metotreksat (MTX),
sulfasalazin, leflunomide, klorokuin, siklosporin, azatioporin.
• Azatioporin
Azathiopirine adalah analog purine yang dikonversi menjadi 6-
mercaptopurine dan diperkirakan berhubungan dengan sintesis DNA dan
RNA. Efek antirematik bisa terlihat dalam 3-4minggu. Pengobatan harus
dihentikan jika tidak ada respon dalam 12 minggu pada dosis maksimal.
• Siklosporin
Siklosporin mengurangi produksi sitokin yang terlibat pada aktivasi sel T
dan mempunyai efek langsung pada sel B, makrofag, tulang, dan sel
kartilago. Onsetnya terlihat pada 1-3 bulan. Toksisitas penting pada dosis 1-10
mg/kg per hari termasuk hipertensi, hiperglikemi, nefrotoksisitas, tremor,
intoleransi saluran cerna, hirsutisme, dan hiperplasis gingival.
• Etanercept
Etanercept (Enbrel) adalah protein fusi terdiri dari dua reseptor
TNF larut-p75 terkait ke fragmen Fc IgG1 manusia. Obat ini mengikat
dan menginaktivasi TNF, mencegahnya berinteraksi dengan reseptor
TNF pada permukaan sel yang lalu mengaktifkan sel.
• Infliximab
Infliximab (Remicade) adalah antibodi chimeric anti-TNF yang
difusikan dengan area-konstan IgG1. Obat ini terikat pada TNF dan
mencegahnya berinteraksi dengan reseptor TNF pada sel inflamasi.
• Anakinra (Kineret) adalah antagonis reseptor IL-1 (IL-1ra) yang terikat
pada reseptor IL-1 pada target sel, mencegah interaksi antara IL-1
dan sel. IL-1 normalnya menstimulasi pelepasan faktor kemotaktik dan
molekul adhesi yang mendorng migrasi leukosit inflamasi kejaringan.
• Glukokortokoid
Glukokortikoid mempunyai sifat anti-inflamasi dan imunosupresif, tapi
tidak merubah perjalanan penyakit. Pada dosis oral rendah (<10
mg/hari atau prednisone yang setara), ini bisa menjadi terapi antara
sebelum DMARD memberikan efek penuh atau untuk terapi
berkelanjutan pada pasien yang penyakitnya sulit dikontrol dengan
NSAID dan satu atau lebih DMARD.
EVALUASI HASIL TERAPI
SA Seorang wanita berusia 60 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan rasa sakit
dan nyeri dibagian punggung ke bawah dan bagian lutut kirinya. Rasa sakit tersebut
dirasakan sejak 2 hari yang lalu akibat terjatuh. Dia mempunyai riwayat penyakit
osteoporosis sejak 2 tahun yang lalu, juga mempunyai riwayat PUD dan menopause di
usia 55 tahun.
Riwayat keluarganya, ibunya menderita kanker payudara .
Riwayat social, sejak suami SA meninggal 6 bulan yang lalu membuat SA menjadi sangat
stress dan dia menjadi mempunyai kebiasaan merokok serta minum kopi 2 Gelas setiap
pagi. Riwayat pengobatan, parasetamol 2x500mg po QID jika perlu untuk nyeri sendinya.
Simetidin 400mg BID selama beberapa tahun, tablet calcium carbonate chewable
500mg BID, prednisone 10mg BID sejak 9 bulan yang lalu.
Hasil Pemeriksaan
KU ; muka pucat,terlihat capek
HEENT ; pucat pasi dan moon facies
Tanda vital ; BP 128/84 mmHg, HR 70, RR 20, T 37,30c, BB 61Kg, TB 168 cm
Rheumatoid factor titer = 1 : 65
PENGEMBANGAN KASUS
Selama 3 minggu terakhir ini pasien sering merasakan kaku dan nyeri
pada persendian (kanan dan kirinya). jika terasa nyeri SA minum parasetamol 2 x
500mg. Pada suatu hari SA harus memeriksakan ke dokter karena rasa sakit dan nyeri
yangtidak tertahankan di bagian punggung ke bawah dan bagian lutut kirinya akibat
terjatuh 2 hari yang lalu.
Hasil pemeriksaan Laboratorium:
CRP = positif (normal : negative)
Hb = 10 g/dl (normal untuk wanita : 12- 16g/dl)
Het = 29% (normal : 36-48%)
LED = 30 mm/jam (normal : 20 mm/jam)
MCV = 65 u3 (normal : 80-90 U3)
ANA = positif (normal : negative)
Anti CCP = positif (normal : negative)
Pemeriksaan DXA = T score -2,5 SD
Kultur bakteri = negative
Sinar X = masih normal
PENATALAKSANAAN
TERAPI
1. Istirahat yang cukup dapat meringankan stess pada
sendi yang mengalami inflamasi dan mencegah
kerusakan sendi lebih lanjut. Istirahat juga membantu
mengurangi rasa nyeri
2. Terapi fisik dapat memberi pasien ketrampilan
dan latihan yang diperlukan untuk meningkatkan atau
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS memelihara mobilitas
3. Aplikasi dingin/panas membantu menjaga dan menge
mbalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi rasa
sakit dan kejang otot. Handuk hangat,kantung panas
(hot packs), atau mandi air hangat dapat mengurangi
kekakuan
dan rasa sakit. Kadang kantung es (cold packs)dibungk
us handuk dapat menghilangkan rasa sakit atau
mengebalkan bagian yang ngilu
4. Edukasi pasien tentang penyakit serta keuntungan dan
kerugian dari terapinya
1. SULFASALAZINE
Mekanisme aksi : merupakan prodrug yang dipecah oleh bakteri kolon
menjadi sulfapyridine dan 5aminosalicylic acid. Sulfapyridine dipercaya
bertanggung jawab untuk agen antirematik, meskipun mekanisme aksi
nya belum diketahui.
Dosis : Loading dose = 500 mg 1x sehari selama 1 minggu pertama
Dosis maintenance : 500 mg 2x sehari
Durasi : 3 bulan
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap sulfonamide dan salisilat,
TERAPI FARMAKOLOGIS kerusakan saluran urinari atau intestinal.
Interaksi : -
Efek samping : efek GI (anoreksia, nusea, muntah, diare), dermatologi
(rash, urticaria).
Alasan pemilihan:
1. Sulfasalazine merupakan pilihan pertama pada RA yang progresif
hebat berhubung lebih jarang menimbulkan efek samping pada
penggunaan jangka panjang.
2. Sulfasalazine juga mempunyai indukasi untuk mengobati PUD
2. CELECOXIB
Mekanisme aksi : menghambat enzim siklooksigenase yang
bertanggung jawab mengubah asam arakidonat menjadi
prostaglandin.
Dosis : 200 mg
frekuensi : 1x jika terasa nyeri
Durasi : sampai nyeri sudah teratasi
Kontra indikasi : reaksi alergi terhadap sulfonamide, aspirin, dan NSAID
lain : asma, urtikaria
Interaksi :-
Efek samping : nyeri abdomen, diare, dispepsia, kembung, mual.
TERAPI FARMAKOLOGIS
Alasan pemilihan :
1. Obat golongan NSAID tetap diberikan sebagai kombinasi dengan
sulfasalazine, untuk pengobatan RA, karena sulfasalazine tidak
bekerja sebagai analgetik
2. Celecoxib merupakan NSAID yang sifatnya selektif, sehingga relatif
aman untuk pasien PUD.
3. Prednison dihentikan dengan cara tapering off secara perlahan –
lahan. Hal ini disebabkan oleh karena disamping pasien sudah
menunjukkan adverse effect (efek yang tidak baik) akibat
penggunaan prednisone (moon facies), penggunaan prednisone
juga merupakan faktor resiko terjadinya osteoporosis
KESIMPULAN