Anda di halaman 1dari 90

PRESENTASI

KASUS ANESTESI

Disusun oleh : Kalis Waren


Pembimbing : dr. Erwin Mulyawan, Sp. An
IDENTITAS
• Nama : Tn. FFC
• No.MR : 00 – 81 – xx – xx
• Jenis kelamin : pria
• Tanggal lahir : 27 mei 1992
• Umur : 26 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : wiraswasta
• Status : belum menikah
ANAMNESIS
• Tanggal Autoanamnesis : 9 juli 2018
• Tanggal masuk rumah sakit : 9 juli 2018
• Tanggal operasi : 10 juli 2018
Keluhan utama
• Benjolan di leher kanan dan kiri ± 1 tahun
SMRS
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
• Benjolan di leher kiri kira kira sebesar bola ping
pong sejak ± 1 tahun SMRS
• Benjolan disebelah kanan sekitar ± 4 x 3 cm
• Benjolan disebelah kiri sekitar ± 2 x 2 cm
• Benjolan tidak terasa nyeri pada saat digerakan
• Benjolan awalnya kecil lalu bertambah besar
sejak ± 1 tahun SMRS
• Pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak 10
hari yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien belum pernah mengalami sakit
dengan keluhan yang sama seperti
sekarang
• Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit
karena penyakit tertentu sebelumnya
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
• Riwayat alergi keluarga (-)
• Riwayat penyakit jantung keluarga (-)
• Hipertensi pada keluarga (-)
• Diabetes Mellitus pada keluarga (-)
Riwayat kebiasaan
• Pasien mengaku merokok sebanyak 10 batang
sehari selama 3 tahun.
• Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap
debu, asap, makanan, obat-obatan
• Pasien juga menyangkal pernah menjalani
perawatan tertentu di rumah sakit, menerima
transfusi, sedang mengkonsumsi obat-obatan,
maupun menjalani pengobatan tradisional.
RIWAYAT OPERASI
• Pasien belum pernah di operasi sebelum
nya.
RIWAYAT PENGOBATAN
• Tidak ada obat-obatan yang dikonsumsi
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 130/70 mmHg
• Nadi : 90x per menit (reguler, kuat)
• Nafas : 18x kali per menit
• Suhu : 37°C
• GCS : E 4; M 6; V 5
• BB/TB/IMT : 68 kg/ 169 cm/ 23.8 (normal)
Kulit keseluruhan
• Sianosis (-)
• Jaundice (-)
• Kemerahan (-)
• Edema (-)
• Elastisitas dan turgor normal
Kepala

• Normocephal
• Deformitas (-)
• Bekas Luka (-)
• Rambut Hitam
• Distribusi rambut merata
MUKA
• Flushing (-)
• Malar Rash (-)
Mata
• Konjunctiva anemis (-)
• Sklera Ikterik (-)
• Injeksi konjunctiva (-)
Hidung
• Septum deviasi (-)
• Lubang hidung simetris
• Sekret (-/-)
• Hiperemis (-/-)
• Polip/ Massa (-/-)
Telinga

• Bentuk normal di kedua telinga


• Kemerahan (-)
• Nyeri tekan tragus (-)
• Liang telinga normal
• Otoskopi menunjukan membrane timpani normal
• Serumen (-/-)
• Sekret (-/-)
• Darah (-/-)
• Nyeri tekan (-/-)
Mulut
• Bibir normal, merah, lembab, sianosis (-)
• Mukosa normal
• Faring Hiperemis (-)
• Stomatitis (-)
• Gigi utuh
• Gangguan menelan (-)
• Perubahan suara (-)
• Karies (-)
• Coated Tongue (-)
• Palatum normal
• Tonsil normal, T1, Tenang
Jalan nafas

• Gangguan jalan nafas (-)


• Sumbatan jalan nafas (-)
Leher & KGB
• Pembesaran KGB (+)
o Masa di kiri dan kanan leher
o Diffuse
o Permukaan rata
o Batas tegas
o Mobile
o Tidak nyeri
o Ukuran kiri 4 x 3 cm
o Ukuran kanan 2 x 2 cm
• Deviasi Trakea (-) Pembesaran parotis (-)
• Pembesaran tiroid (-)
• Bekas luka (-)
Thorax: Jantung
• Inspeksi: Iktus kordis (-)
• Palpasi: Thrill (-)
• Perkusi:
o Batas jantung normal
o Kardiomegali (-)

• Auskultasi
o Reguler
o S1>S2
o Murmur (-)
o Gallop (-)
Thorax: Paru-Paru
• Inspeksi:
o Gerakan nafas simetris (+/+)
o Retraksi intercostal, dan supraclavicular (-)
• Palpasi:
o Taktil fremitus normal, dan simetris pada kedua lapang paru (+/+)
• Perkusi:
o Sonor pada kedua lapang paru
o Batas paru hepar normal
• Auskultasi:
o Suara Nafas: Vesikuler
o Ronki (-/-)
o Wheezing (-/-)
ABDOMEN
• Inspeksi:
o Datar
o Distensi (-); Lesi (-); Ruam (-); Bekas luka (-); Striae (-); Caput Medusa (-); Spider naervi (-)
• Palpasi
o Supel
o Nyeri tekan (-)
o Hepatomegali (-)
o Splenomegali (-)
• Perkusi
o Timpani pada seluruh bagian abdomen
o Shifting dullness (-)
• Auskultasi
o Bising usus (+)
o Bruit (-)
o Clicking sound (-)
o Metallic Sound (-)
Ekstremitas
• Inspeksi
o Kulit tidak dapat kelainan
o Deformitas (-)
o Petekiae (-)
o Jaundice (-)
o Sianosis (-)
o Tidak pucat

• Palpasi
o Edema (-)
o Akral hangat
o CRT <2 detik
o Turgor baik
• Torniquet Test (-)
Pemeriksaan laboratorium darah
Laboratorium Siloam; 28/06/18; 15:12; Hematologi; Full Blood Count
Test Result Unit Reference Range
Haemoglobin 15.30 g/dL 13.20-17.30
Hematocrit 45.20 % 40.00-52.00
Erythrocyte (RBC) 5.29 106 µL 4.40-5.90
White Blood Cell (WBC) 8.50 103 µL 3.80-10.60
%
Basophil 0 0-1
&
Eosinophil 2 1-3
%
Band Neutrophil 2 2-6
%
Segment Neutrophil 65 50-70
%
Lymphocyte 38 25-40
%
Monocyte 8 2-8
Platelet Count 364.00 103 µL 150.00-440.00

ESR 15 mm/hours 0-`15


MCV 85.40 fL 80.00-100.00
MCH 28.90 Pg 26.00-34.00
MCHC 33.80 g/dL 32.00-36.00
Pemeriksaan laboratorium darah
Laboratorium Siloam; 28/06/18; 15:12;

Test Result Unit Reference Range


Prothrombin Time
• Control 11.10 Seconds 9.1-12.3
• Patient 9.90 Seconds 9.4-11.3
• INR 0.91
A.P.T.T
• Control 32.50 Seconds 27.7-37.5
• Patient 35.30 Seconds 27.70-40.20
Biochemistry
• SGOT (AST) 16 U/L 5-34
• SGPT (ALT) 17 U/L 0-55
Blood Random 108.0 mg/dL <200.00
Glucose
PEMERIKSAAN EKG
09/07/18; 13:20

Interpretasi ekg:

• Rate: 300/2,5 = 120


bpm

• Irama = gelombang P
di ikuti QRS =
sinus takikardia

• Sumbu = Positif di
lead 1 dan aVF =
aksis normal
PEMERIKSAAN FOTO THORAX
9 juli 2018; 13:20
DIAGNOSIS DAN RENCANA
tindakan
Diagnosis:
Limfadenopati colli bilateral ec suspek infeksi TB
Penggolongan status fisik pasien menurut ASA:
ASA II
Rencana tindakan:
Biopsi dan Eksisi colli bilateral
Rencanaan anestesi:
Anastesi Umum dengan teknik LMA
Resume:
Pasien seorang pria berusia 26 tahun, datang dengan keluhan
benjolan di leher bagian kiri dan kanan yang tidak nyeri. Sejak 1 tahun SMRS
Tindakan yang akan dilakukan adalah biopsy dan eksisi colli bilateral. Pasien
dengan status fisik ASA II. Rencana anestesi akan dilakukan anastesi umum
dengan teknik LMA.
Persiapan anestesi
Status fisik menurut ASA
Rencana anestesi
Rencana Anastesi:
Anastesi umum dengan teknik LMA

Riwayat Konsul Antar Departemen:


mendapat konsulan dari bedah untuk
pengawasan operasi.
Rencana post-op pasien:
Pasien dikembalikan ke bangsal
Persiapan pre-anestesi
Ruang Perawatan:
1.Informed consent
2.Surat persetujuan operasi

Kunjungan pre-anestesi
1.Anamnesis
2.Pemeriksaan Fisik
3.Edukasi
•Puasa 6 jam  09/07/18
•Pemberian cairan RL 500 mL/8 jam  10/07/18
Evaluasi Pre-sedasi
Ruang persiapan operasi Ruang Operasi
1. Identifikasi pasien 1.Posisi pasien
2. Memakai pakaian operasi yang sudah
disediakan 2.Pemasangan infus no.20,
manset, EKG, dan oksimeter
3. Anamnesa singkat
4. Pemeriksaan tanda-tanda vital 3. Pemeriksaan tanda-tanda vital
• TD : 129/63 mmHg pre operatif.
• Nadi : 74x/menit
• RR : 16x/menit
• SpO2 : 100%
Evaluasi pre-sedasi
Tujuan Prosedur:
Limfadenopati colli bilateral ec suspek infeksi TB

Riwayat Operasi/ Anestesi sebelumnya:


tidak pernah operasi sebelumnya.

Pengobatan Sekarang:
Tidak Ada

Alergi:
Tidak ada

Riwayat Komplikasi anestesi pada keluarga:


Tidak ada
Persiapan alat dan bahan
• Infus set Stetoskop
• Abocath Tube
• Cairan infus (Ringer Lactate) Suction Catheter
• Plester/ Tape, dan gunting Goedell (Oro-pharyngeal Airway)
Sungkup muka dewasa
• Handscoon
Alat monitor tanda-tanda vital
• Alchol Swab (EKG, pulse oximeter, Manset,
SpO2)
• Forsep Syringe
• LMA supreme size 4 Suction
• Lubricant
Persiapan alat dan bahan
Persiapan Obat & Gas:
• Midazolam 5mg/ml  Sedative, amnesia anterograde
• Fentanyl 1 ampule @2 mL [0,0785 mg (equiv. 0,05 mg base) per 1 mL)]  Analgesic
• Propofol: 20 ml Hipnotik
• Atracurium 2,5 mL contains 25 mg atracurium besilate  Muscle relaxant
• Ranitidine 25 mg/mL  Menurunkan gastric fluid dan hydrogen ion content  Menurunkan
terjadinya aspirasi pneumonia
• Ketorolac 3% 30 mg/mL  Useful pada immediate post operative period. Standard dose ketorolac
untuk memberikan efek analgesia equivalen dengan pemberian 6-12 morfin dengan rute
pemberian yang sama
• Prostigmine atropine  Anticholinergic drugs
• Ceftriaxone 2 g
• Sevoflurane
• N2O  Analgesic
• Oksigen
Cairan:
• Ringer Lactate 500 mL
Evaluasi pre-sedasi/ anestesi
(Pemeriksaan Jalan Nafas)
• Obstruksi Jalan Napas : Tidak ada
• Thoraks/Abdomen : Dalam Batas Normal
• Wajah : Dalam Batas Normal
• Buka Mulut (Jarak 3 jari) : Ya
• Jarak Thryo-Mental (3 jari) : Ya
• Skor Mallampati : II
• Pergerakan Leher
o Pasien dapat menggerakan rahang ke depan? Ya
o Pasien dapat flexi dan ekstensi kepala dan leher? Ya
o Pasien menggunakan penyangga leher? Tidak
• Jalan napas sulit : Tidak
Evaluasi Pre-Sedasi/ anestesi
(Sistem)
Pernapasan
Hepato/ Gastrointestinal Kardiovaskular
Batuk berdahak sejak 10
(DBN) (DBN)
hari yang lalu

Lain-lain
Neuro/ Muskuloskeletal Renal/ Endokrin
• Obesitas (BMI: 23.8)
(DBN) (DBN)

• Rokok (+)
• Alkohol (-)
Waktu & Tanggal Operasi
Waktu & Tanggal
• Tanggal : 10 juli 2018
• Pasien masuk ruang operasi : 10 : 00
• Anestesi : 10 : 10
• Mulai Operasi : 10:20
• Selesai Operasi : 11:00
• Selesai Anestesi : 11:20
• Antibiotik Profilaksis : 09:20  Ceftriaxone 2
gram
Pelaksanaan
Tahap-tahap yang dilakukan saat di ruang operasi: Masuk ruang
operasi, pre-oksigenasi, induksi, serta airway management
1. Menidurkan pasien dalam posisi supine di meja operasi kemudian
dipasangkan alat-alat monitor EKG, saturasi O2, Manset untuk
mengukur tekanan darah pasien, serta infus norma saline 0.9% di
lanjutkan.
2. Meja operasi ditinggikan hingga setinggi ± processus xyphoideus
operator
3. Midazolam sebanyak 2 mg diberikan secara IV pada pukul 10:10
4. Fentanyl sebanyak 100 mcg diberikan secara IV pada pukul 10:10
5. Propofol sebanyak 200 mg diberikan secara IV pada pukul 10:10
dan 100 mg pada pukul 10:20
6. Dilakukan pemeriksaan kesadaran pasien dengan menyentuh bulu
mata pasien
Pelaksanaan
Tahap-tahap yang dilakukan saat di ruang operasi: Masuk ruang
operasi, pre-oksigenasi, induksi, serta airway management

7. Kemudian dilakukan pre-oksigenasi dengan melakukan bagging


dengan tangan kiri, dan tangan kanan memegang sungkup dengan
teknik C&E yang menutupi hidung dan mulut pasien

8. Pemasangan LMA supreme regular ukuran 4

9. Dilakukan fiksasi LMA


Resume manajemen jalan nafas
• Teknik Laryngeal mask airway
• Sleep, Apnea
• LMA Supreme ukuran 4
• Percobaan pertama
Pelaksanaan
Monitoring & Maintenance
Maintenance
• Sevoflurane 1,8%
• N20 sebanyak 0,8 L/mnt
• Oksigen sebanyak 1 L/mnt

Monitoring
• Dilakukan monitoring saturasi O2, Tekanan Darah, Laju
Pernafasan, Denyut nadi, EKG monitor, serta cairan, dan
obat-obatan yang diberikan selama operasi
Monitoring durante sedasi/
Waktu Tekanan
Darah
(mmHg)
Nadi
(x/min)anestesi
Laju
Nafas
(x/min)
Obat IV Cai
ran
Satu
rasi
O2
FiO2 End
Tidal
CO2
EKG Volume
Tidal
Peak
Pressur
e
(%)

10:00 95/68 98 12 100 57 45 SR 450 14


10:05 110/68 96 12 100 57 45 SR 450 14
10:10 111/67 95 12 • Midazolam 2 mg NS 100 57 45 SR 450 14
• Fentanyl 100 mcg 0.9
• Propofol 100 mg %
250
mL
10:15 109/70 97 12 100 57 45 SR 450 14
10:20 102/61 89 12 100 57 45 SR 450 14
10:25 108/69 86 12 100 57 45 SR 450 14
10:30 117/80 87 12 100 57 45 SR 450 14
10:35 128/83 92 12 100 57 45 SR 450 14
10:40 116/78 85 12 100 57 45 SR 450 14
10:45 109/71 82 12 100 57 45 SR 450 14
10:50 109/69 87 12 100 57 45 SR 450 14
10:55 110/81 84 12 100 57 45 SR 450 14
11:00 114/77 89 12 • Ranitidine 50 mg 100 57 45 SR 450 14
• Ketorolac 30 mg
11:05 112/74 92 12 100 57 45 SR 450 14
Monitoring durante sedasi/
anestesi
Waktu Tekanan Nadi Laju Obat IV Cai Satu FiO2 End EKG Volume Peak
Darah (x/min) Nafas ran rasi Tidal Tidal Pressur
(mmHg) (x/min) O2 CO2 e
(%)

11:10 121/86 89 12 100 57 45 SR 450 14

11:15 119/78 83 12 100 57 45 SR 450 14


11:20 112/72 82 12 100 57 45 SR 450 14

• Gas yang dipakai:


• Oksigen 1 L/Menit sepanjang operasi
• N2O 0,8 L/ Menit sepanjang operasi
• Sevoflurane 1.8% sepanjang operasi
Cairan intra operatif
• Maintenance (M) / rumatan:
– 10 kg x 4 = 40 cc
– 10 kg x 2 = 20 cc
– 48 kg x 1 = 48 cc
Total = 108 cc
• Deficit / Puasa (P) :
– 6 jam puasa x 108 cc = 648 cc
• Losses / Perdarahan :
– ± 5 cc
Rencana Pemberian Cairan Intra Operative = M(Rumatan) + O (Operasi)
= 108 cc/ jam + 5 cc = 167 cc

Cairan pre operative:


648 cc
Post-operatif
• Pasien masuk ke ruang pemulihan pada pukul 11:20
• Kesadaran pasien compos mentis
• Tekanan Darah Pasien : 128/78 mmHg
• Nadi 86x/menit
• SpO2 pasien: 100%
• Pasien diberikan simple mask 6 L/menit
• Pasien mengatakan nyeri luka pasien hilang timbul
• Pasien kembali diberikan cairan RL 500 ml/ 8 jam
Post-operatif
Dilakukan penilaian pulih sadar menurut Aldrete Score di ruang pemulihan dan
ditemukan :

Total Nilai keseluruhan adalah 10 sehingga pasien dapat dipindahkan ke ruang


perawatan
Instruksi post-operatif
• Discharge ke bangsal
• Boleh langsung makan + Minum
TINJAUAN PUSTAKA

General Anesthesia
Anestesi umum
( General Anesthesia)

Inhalasi Intravena / Total


intravena anesthesia

Mixed Balance
Anesthesia
5 benefit penting anestesi
umum
• Sedasi dan mengurangi kecemasan
• Amnesia
• Relaksasi otot skeletal
• Supresi dari reflex
• analgesik
klasifikasi
• Gas inhalasi : Nitrous Oxide
• Volatile Liquid : Halothane, Enflurane,
Isoflurane, Desflurane, Sevoflurane
• Intravena :
Induksi : thiopentone, methohexitone,
propofol, etomidate
Slower acting : benzodiazepam, diazepam,
lorazepam, midazolam.
Stages dari general anesthesia
( GUEDEL’S sign)
AGEN INHALASI
Nitrous Oxide
• Tidak berwarna, tidak berbau, rasa sedikit
manis
• Tidak mudah terbakar, tidak mengiritasi
• Anelgesik poten
• biasanya di gunakan sebagai adjuvant
untuk menghantarkan gas anestesi lain.
Indikasi Nitrous Oxide
Keuntungan:
• Tidak terbakar dan tidak iritatif
• Induksi dan kepulihan cepat
• Anelgesik sanagt potent
• Tidak mengakibatkan mual dan muntah
• Tidak toxic terhadap hepar, ginjal, dan otak.

Kerugian:
• Suplementasi
• Hipoksia
• Menghambat methionine sintase
• Menghambat metabolisme vitamin B12
sevoflurane
• Konsentrasi alveolar anestesi lebih cepat
• 4 – 8 % sevoflurane di campur dengan 50% campuran
N2O dengan O2 dapat menginduksi pasien.
• Cardio: depresi ringan konraktilitas otot jantung
• Otak : menaikan CBF
• Neuromuscular: dapat ekerja sebagai muscle relaxant
pada pediatric.
• Renal : menurunkan aliran darah ke ginjal
INTRAVENA
propofol
• Menggantikan thiopenthone
• Berkerja pada GABA receptor
• Induksi : 15 – 45 detik dan tahan hingga 5
– 10 menit
• Eliminasi dari sistem : 100 menit
• Dosis induksi : 2 mg/kg bolus IV
• Dosis maintenance : 9 mg/kgbb/ hr IV
• Di metabolisme di hepar
propofol
Keuntungan:
• Induksi cepat
• Tidak mengakibatkan mual dan muntah
• Tidak irritant
• TIVA
Kerugian:
• Induksi apnea
• Hipotensi
• Bradikardi
• sakit saat di injeksi
fentanyl
• Anelgesic opioid
• Durasi : 30 – 50 menit
• Bekerja pada receptor μ

Keuntungan:
• cepat pulih
• Supresi muntah dan batuk
• Menurunkan tekanan darah tidak terlalu parah
Kerugian:
• Depresi nafas
• Meningkatkan tonus dari otot dada
Obat preanestesi
6A
• Anxiolitik : midazolam, diazepam
• Amnesia : Lorazepam
• Antikolenergik : Atropine
• Antacid : Ranitidine
• Antiemetik : Metoclopramide,
domperidone
• Anelgesik : Morphine.
Alat-Alat Untuk anastesi umum
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’
S: Scope: Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-
Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu
harus cukup terang.
T :Tube: Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan
> 5 tahun dengan balon (cuffed).
A: Airway: Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-
faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak
sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
T: Tape: Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : Introducer: Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
C: Connector: Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S: Suction: Penyedot lender, ludah dan lain-lainnya.
ANATOMI
LMA
(LARYNGEAL MASK AIRWAY)
indikasi
• Digunakan untuk GA untuk prosedur
operasi yang singkat seperti terapetik
minor atau prosedur diagnostik.
• Untuk mengamankan jalan nafas dalam
pemberian CPR.
• Primary airway device pada urgensi.
kontraindikasi
• Keterbatasan buka mulut (<2 jari)
• Patologi di faring, laring atau jalur nafas
atas.
• Trismus
• Risiko inspirasi yang tinggi – obese morbid
• Reduced lung compliance
Keuntungan:
• Meningkatkan kecepatan pemasangan
• Tidak merubah stabilitas hemodinamik
pada saat induksi.
• Minimal perubahan IOP dan ICP pada
saat insersi
• Menurunkan frekuensi batuk pada saat GA
emergensi
• Memperbaiki oksigen saturasi pada saat
emergensi
Kerugian:
• Ventilasi tekanan positif yang tidak
adekuat
• Kompresi vaskular dan merusak saraf.
Tipe tipe LMA
• LMA classic
• LMA unique
• LMA Fastrach
• LMA Flexible
• LMA ProSeal

Model baru:
• LMA supreme
• LMA CTrach
LMA classic
• Cara memasukan dengan bantuan jari
operator di telusuri kearah cranioposterior
hingga terasa tekanan.
• Kelemahan : jari jari akan terhalang oleh
gigi pasien dan pembukaan mulut pasien
yang kurang maksimal.
LMA unique
• Disposable
• Pra rumah sakit dan gawat darurat
• Aman jalan nafas tanpa bantuan tangan
• Minimal trauma untuk jaringan ikat dan
dental
LMA unique
LMA Fastrach

Terdiri dari:
• Lma
• Tube trakea
• Batang stabilisator
LMA Fastrach
LMA Flexible

• Meningkatkan akses pembedahan


• Mencegah bergesernya LMA pada saat
pergeseran kepala dan leher.
• Merupakan LMA classic yang di sambung
dengan pipa fleksibel.
LMA Flexible
LMA ProSeal

• Double cuff selang drainase terpisah


• Memberikan perlindungan terhadap
regurgitasi lambung
LMA ProSeal
LMA Supreme
• Tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan
LMA yang lain.
• Memberikan jalan untuk selang
nasogastric
Supreme LMA ( model baru)
LMA CTrach

• Merupakan gabungan antara LMA


Fastrach dengan kabel fiberoptic,
sehingga dapat di visualisasikan dengan
menggunakan video.
LMA CTrach
Cara pemasangan LMA
1. Persiapan
• Preoksigenasi 100% dengan nonrebreather
mask
• Pilih LMA sesuai ukuran
• Cek balon cuff LMA
• Berikan lubrikan pada bagian belakang sungkup
• Berikan sedasi bila perlu
• Posisikan pasien
2. Sniffing position
3. LMA dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pipa dan kaf
4. ujung LMA menyusuri palatum hingga mencapai
hipofaring
5. Pipa LMA dipegang dengan tangan yang tidak dominan
untuk mempertahankan posisi jari telunjuk.
6. Cuff dikembangkan sesuai posisinya.
7. LMA di hubungankan dengan alat pernafasan dan di
lakukan pernafasan bantu.
8. Setelah itu lakukan fiksasi.
Referensi
• Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology 5th
Edition. United States of America: Lange Medical Books/McGraw-
Hill. 2013.
• Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi.
Edisi kedua. Jakarta: FKUI.2011
• Dachlan, R.,dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi FK UI. Jakarta
• Hurford E. W, dkk. 2002. Clinical Anesthesia Procedures of the
Massachusets General Hospital. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia. USA

Anda mungkin juga menyukai