Anda di halaman 1dari 53

ANTIBIOTIKA DAN

KEMOTERAPETIKA
Oleh:

Siswandono

Departemen Kimia Farmasi FF Unair


ANTIBIOTIKA
 senyawa kimia yang dihasilkan oleh
organisme hidup, termasuk turunan senyawa
dan struktur analognya yang dibuat secara
sintetik,
 dalam kadar rendah mampu menghambat
proses penting dalam kehidupan satu spesies
atau lebih mikroorganisme.

PEMBAGIAN GOLONGAN berdasarkan:


1. Spektrum Aktivitas
2. Struktur Molekul
3. Tempat Kerja
Pembagian berdasarkan spektrum aktivitas :
1. Aktif terhadap Gram (+) & Gram (-), contoh: beberapa
turunan penisilin dan sefalosporin, turunan tetrasiklin,
amfenikol, aminoglikosida, makrolida, dan rifampisin.
2. Aktif terhadap bakteri Gram (+), contoh: beberapa
turunan penisilin dan sefalosporin, basitrasin, eritromisin,
dan turunan linkosamida.
3. Aktif terhadap bakteri Gram (-), contoh: kolistin,
polimiksin B sulfat dan sulfomisin.
4. Aktif terhadap mycobacteriae (anti TBC), contoh:
streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, dan
tobramisin.
5. Aktif terhadap jamur, contoh: griseofulvin dan antibiotika
polien (nistatin, amfoterisin B, dan kandisidin).
6. Aktif terhadap neoplasma, contoh: mitomisin,
aktinomisin, dan doksorubisin.
Pembagian berdasarkan struktur kimia:
1. Antibiotika -laktam (turunan penisilin,
sefalosporin dan -laktam nonklasik)
2. Turunan amfenikol,
3. Turunan tetrasiklin,
4. Turunan aminoglikosida,
5. Turunan makrolida,
6. Turunan polipeptida,
7. Turunan polien.

Pembagian berdasarkan tempat kerja 


Tempat Kerja Antibiotika Proses yang Dihambat Tipe Aktivitas

Dinding sel Penisilin Biosintesis peptidoglikan Bakterisid


Sefalosporin Biosintesis peptidoglikan Bakterisid
Basitrasin Sintesis mukopeptida Bakterisid
Vankomisin Sintesis mukopeptida Bakterisid
Sikloserin Sintesis peptida dinding sel Bakterisid
Membran sel Nistatin Fungsi membran Fungisid
Amfoterisin B Fungsi membran Fungisid
Polimiksin B Integritas membran Bakterisid

Asam nukleat Mitomisin C Biosintesis ADN Pansidal


Rifampisin Biosintesis mARN Bakterisid
Griseofulvin Pembelahan sel Fungistatik
Aktinomisin Biosintesis ADN dan mARN Pansidal

Ribosom
Sub unit 30 S prokariotik Aminosiklitol Biosintesis protein Bakterisid
Tetrasiklin Bakteriostatik
Sub unit 50 S prokariotik Amfenikol Biosintesis protein Bakteriostatik
Makrolida Bakteriostatik
Linkosamida Bakteriostatik
ANTIBIOTIKA -LAKTAM
S CH3
R CONH
Turunan Penisilin C N
CH3
-
O COO

H H 1
7 S
R CONH 6 2

Turunan Sefalosporin
8 3
N
O 5 4 R'
-
COO

-Laktam Baru
O O
S CH3

CH3
N -
O COO
Sulbaktam
Turunan Penisilin
Mekanisme aksi:
Turunan penisilin mempunyai bagian struktur
yang mirip dengan gugus ujung D-alanil-D-alanin
dari bagian pentapeptida unit peptidoglikan 
dapat mengikat enzim transpeptidase (katalis
penggabungan peptidoglikan) melalui ikatan
kovalen  dinding sel menjadi lemah, karena
tekanan turgor dari dalam  akan pecah/lisis 
bakteri mengalami kematian.
Enzim Transpeptidase

Pembelahan sel bakteri

D-Ala D-Ala D-Ala D-Ala


..NH2 Transpeptidase NH
+ D-Ala

D-Ala D-Ala D-Ala


..NH2 ..NH2peptidoglikan
S CH3 S CH3
R CONH R CONH
CH3 CH3
+ C N O C N
-O COOH
Ikatan Kovalen H COOH

O : nukleofil O

Enzim Transpeptidase Enzim Transpeptidase


Aktivitas Biologis
Penilaian turunan Penisilin berdasarkan pada:
1. Spektrum antibakteri : Aktivitas terhadap Gram (+) dan
Gram (-)
2. Ketahanan terhadap asam lambung
3. Bioavailabilitas (Absorpsi) obat yang besar
4. Pengikatan oleh protein plasma (albumin) yang besar
5. Aktivitas terhadap kuman spesifik (misal: P. aeruginosa)
6. Resistensi terhadap bakteri penghasil -laktamase
7. Reaksi alergi.
O H
CH3
S
R C N
CH3
N
O
COOH

CH2 Benzilpenisilin (Penisilin G) Tidak tahan asam lambung (i.v.)

+ gugus elektronegatif (O, N)


OCH2 Penisilin V
pada posisi a rantai samping

OCH2 CH2 Penisilin K

Tahan thd asam lambung

CH Ampisilin  p.o. (+)


NH2
O H
CH3
S
R C N
CH3
N
O
COOH

CH2 Benzilpenisilin (Penisilin G) Hanya aktif thd Gram (+)

R' CH R' = H : Ampisilin


= OH : Amoksisilin + gugus polar, mudah terionkan
NH2
(NH2, COOH, SO3H)
CH Karbenisilin
COOH

Aktif thd Gram (+) dan Gram (-)


CH Sulbenilsilin
SO3H
R

Tidak tahan
CH2 Benzilpenisilin
enzim -laktamase
OCH3
Metisilin

+ gugus ‘bulky”
OCH3
pada cincin

Nafsilin

OCH2CH3
Tahan terhadap
R'
Oksasilin (R' = H) enzim -laktamase

HN
Kloksasilin (R' = 6-Cl)
O CH3
Dikloksasilin (R' = 2-Cl,6-Cl)

Flukloksasilin (R' = 2-Cl,6-F)


H O H
CH3
S
R' C C N
CH3
NH2 N
O
COOR

R R'

H H Ampisilin Absorpsi rendah (40%)

H OH Amoksisilin + OH  permeabilitas membran


 absorpsi (90%)
O

CH2 O C C(CH3)3 H Pivampisilin


Dibuat bentuk ester
O
 pra-obat
CH O C OCH2CH3 H Bakampisilin
CH3
O
O
H Talampisilin Absorpsi lebih besar
H O H
CH3
S
C C N
CH3
NH N
O
COOH
R

H Ampisilin Tidak aktif thd Pseudomonas


aeruginosa
C=O

N O
Piperapisilin
N O

C2H5

C=O
Asilasi  N menjadi bersifat asam
N O
Azlosilin
NH

C=O

Aktif thd Pseudomonas aeruginosa


R N-Benzoilampisilin
S CH3
CH CONH
CH3 H3C CH3
NH2 N
O COO CH2 OOC SO2
N
Ampisilin
O
Sulbaktam
Sultamisilin
Sifat klinik turunan penisilin
Aktivitas Antibakteri Stabilitas
No Nama
Turunan Gram Gram P. aeru- Asam pH 3 Enzim -
(+) (-) ginosa laktamase
1 Penisilin G + - - - -

2 Penisilin V + - - + -
3 Kloksasilin + - - + +
4 Dikloksasilin + - - + +
5 Flukloksasilin + - - + +
6 Ampisilin + ± - + -
7 Amoksisilin + ± - + -
8 Bakampisilin + ± - + -
9 Talampisilin + ± - + -
10 Pivampisilin + ± - + -
11 Karbenisilin + ± + - -
12 Sulbenisilin + ± + - -
13 Piperasilin + ± + + -
14 Sultamisilin + ± - + +
Turunan Sefalosporin
 Antibiotika -laktam, struktur dasar mirip penisilin

cincin -laktamdihidrotiazin (sefem), mengandung dua
pusat atom asimetrik (C6 dan C7)  membentuk empat
senyawa optis-aktif.
 Stereokimia isomer sefalosporin alami digambarkan
sebagai berikut:

H H 1
7 S
R CONH 6 2
8 3
N
O 5 4 R'
COOH
H H 1
7 S
R CONH 6 2
8 3
N
O 5 4 R'
COOH

Hubungan struktur dan aktivitas


1. Modifikasi pada C-7 cincin sefem  untuk mengubah spektrum aktivitas,
pada C-3  untuk mendapatkan sifat kimia fisika yang dikehendaki.
2. Gugus pendorong elektron pada C-3 meningkatkan resonansi enamin 
reaktifitas cincin -laktam terhadap sisi aktif pada substrat D-alanil-D-
alanin dalam biosintesis peptidoglikan   aktivitas antibakteri .
3. Substitusi gugus metoksi pada C-7 (sefamisin)  ketahanan terhadap -
laktamase .
4. Pergantian isosterik atom S pada cincin dihidrotiazin dengan O
(oksasefem)  spektrum antibakteri lebih luas.
Berdasarkan sistem generasi tur. sefalosporin
dibagi menjadi empat kelompok :
1. Generasi pertama
2. Generasi kedua
3. Generasi ketiga
4. Generasi keempat

Berdasarkan struktur kimia dibagi menjadi empat


kelompok :
1. Sefalosporin klasik,
2. Pra-sefalosporin,
3. Sefamisin,
4. Oksasefem.
Sefalosporin Generasi I
• Digunakan di klinik sejak 1960 - 1970.
• Spektrum antibakteri sempit, terutama aktif terhadap cocci,
kecuali enterococci, E. coli, K. pneumoniae, P. mirabilis,
Salmonella sp. dan Shigella sp.
• Tahan terhadap -laktamase luar sel yang dihasilkan oleh
S. aureus, tetapi tidak tahan bila dihasilkan oleh bakteri
Gram (-).
• Waktu paro eliminasinya relatif pendek dan kemampuan
menembus cairan serebrospinal rendah.

Contoh: sefadroksil, sefazolin, sefasetril, sefaleksin,


sefaloridin, sefalotin Na, sefapirin dan sefradin.
1
7 6 S
R1 CONH 2
Struktur umum : 8 3
N
5 R2
Sefalosporin Generasi I O
COOH
4

R1 R2 Nama obat

CH CH 3 Sefaleksin
NH2

HO CH CH 3 Sefadroksil
NH2

CH CH 3 Sefradin
NH2
S O
CH2 CH2 O C CH3 Sefalotin

N
N N
N CH2 CH2-S Sefazolin
N S
N CH3
Sefalosporin Generasi II
• Digunakan di klinik sejak 1970.
• Spektrum antibakteri = Generasi I, tetapi lebih aktif
terhadap bakteri Gram (-) enterik.
• Waktu paro eliminasinya = Generasi I, dan kemampuan
untuk menembus cairan serebrospinal lebih baik.

Contoh: sefaklor, sefamandol, sefamandol nafat, sefotetan


di-Na, sefbuperazon, sefmetazol, sefoksitin, sefuroksim Na
dan sefuroksim aksetil.
R3 1
7 6 S
R1 CONH 2
Struktur umum :
8 3
N
5

Sefalosporin Generasi II
O 4 R2
COOH

R1 R2 R3 Nama obat

CH Cl H Sefaklor
NH2
O
C -CH 2OCONH 2 H Sefuroksim

N OCH3
N
N
CH2 S H Sefamandol
CH N
N
OH
CH3
N
N
HN = CH CH2 S CH2 CH2 S -OCH 3 Sefmetazol
N N

CH3
O
H2N C S N
N -OCH 3 Sefotetan
C CH2 S
H2N C S N N

O CH3
Sefalosporin Generasi III
• Diperkenalkan untuk penggunaan klinik tahun 1980.
• Spektrum antibakteri lebih luas dibanding generasi II.
• Aktif terhadap bakteri Gram (-) yang telah resisten.
• Kurang aktif terhadap bakteri Gram (+).
• Lebih tahan terhadap -laktamase,

Contoh: sefmenoksim HCl, sefiksim, sefpirom, sefprozil,


sefodizim, sefotaksim Na, seftazidim, seftizoksim Na,
seftibuten, seftriakson Na, sefminox, sefoperazon Na,
sefotiam, sefpimizol, sefsulodin, sefpodoksim, sefetamet
dan moksalaktam.
R3 1
7 6 S
R1 CONH 2
Struktur umum : 8 3
N
O 5 R2

Sefalosporin Generasi III


4
COOH

R1 R2 R3 Nama obat

N
H2N C H H Seftibuten
S C CH2COOH
H
N
H2N C H H Seftizoksim
S N OCH3

N
H2N C CH2OCOCH3 H Sefotaksim
S N OCH3

N N
N
H2N C CH2 S H Sefotiam
S N OCH3 N N
CH2CH2N(CH3)2

N
H2N C CH3 Sefetamet
H
S N OCH3

N
H2N C CH2 S N O
H Seftriakson
S N OCH3 N
H3C N OH

N
H2N C CH2OCH3 H Sefpodoksim
S N OCH3

N
Sefalosporin Generasi IV
• Diperkenalkan untuk penggunaan klinik tahun 1995.
• Spektrum antibakteri lebih luas dibanding generasi III.
• Aktif terhadap bakteri Gram (-) yang telah resisten.
• Lebih tahan terhadap -laktamase.
Contoh : sefepim dan sefirom.
R3 1
7 6 S
R1 CONH 2
Struktur umum : 8 3
N
O 5 4 R2
-
COO

R1 R2 R3 Nama obat

N +
H2N C CH2 N H Sefepim
S N OCH3
CH3

N
H2N C +
CH2 N H Sefpirom
S N OCH3
Sefalosporin klasik
Gugus-gugus penting dalam sefalosporin klasik yang terikat pada
posisi C-3:
1. Asetiloksimetil (-CH2OCOCH3)  dihidrolisis menghasilkan
sefalosporin dengan efek antibakteri lebih rendah.
Contoh: sefotaksim, sefasetril, sefalotin dan sefapirin.
2. Karmamoiloksimetil (-CH2OCONH2)  senyawa stabil
terhadap proses metabolisme sehingga kadar obat dalam darah
lebih tinggi dan rekoveri urin lebih baik.
Contoh: sefoksitin dan sefuroksim.
3. Metil  mencegah reaksi sefalosporin pada posisi 3 dan
menghambat metabolismenya.
Contoh: sefadroksil, sefaleksin dan sefradin.
4. Metilpiridium  memberikan keuntungan farmakokinetik,
seperti peningkatan kelarutan dalam air, peningkatan stabilitas
metabolik, pengikatan dengan protein serum rendah, kadar
obat dalam darah tinggi dan mengurangi rasa nyeri pada waktu
injeksi. Efektif terhadap bakteri Gram (-) dan Gram (+).
Contoh: sefpimizol, sefsulodin, seftazidim dan sefaloridin.

4. Nukleofil sulfur, misal: metiltetrazoliltiometil 


meningkatkan aktivitas terhadap bakteri Gram (-) dan
mengembangkan sifat farmakokinetik, seperti meningkatkan
kadar obat dalam darah dan memperpanjang masa kerja obat.
Aktivitas terhadap bakteri Gram (+) lebih rendah dibanding
turunan yang mengandung gugus 3-metil atau 3-
asetiloksimetil.
Contoh: sefamandol, sefmenoksim, sefmetazol, sefoperazon,
sefotetan, sefotiam, sefiramid, dan seftriakson (metiltriazinil-
tiometil)
Gugus-gugus penting pada posisi C-7:
1. Fenilglisin terasetilasi  ketahanan terhadap -
laktamase  dan aktivitas terhadap Gram (-) .
Contoh: sefamandol dan moksalaktam.

2. Asetilamino heterosiklik (eg: aminotiazolilmetoksi-


iminoasetilamino)  ketahanan terhadap -
laktamase  dan aktivitas terhadap Gram (-) .
Contoh: sefmenoksim, sefodizim, sefotaksim,
seftazidim, seftizoksim dan seftriakson.

3. Asetil mono dan disubstitusi  sedikit menunjang


ketahanan terhadap -laktamase, aktivitas terhadap
Gram (-) .
Contoh: sefalotin dan sefapirin.
b. Pra-sefalosporin
Bentuk pra-obat sefalosporin klasik, dalam tubuh terhidrolisis
melepaskan senyawa induk aktif.
Contoh : sefamandol nafat dan sefuroksim aksetil.

c. Sefamisin
Mengandung gugus 7-a-metoksi  ketahanan senyawa
terhadap -laktamase .
Contoh : sefbuperazon, sefmetazol, sefotetan dan sefoksitin.

d. Oksasefem
Oksasefem mengandung atom O pada cincin dihidrotiazin.
Pergantian atom S dengan O  kekuatan asilasi , kelarutan
dalam air , kemampuan penembusan membran bakteri ,
aktivitas  .
Kerugian: kelabilan senyawa  karena kecepatan hidrolisis >.
Contoh: moksalaktam.
3. Turunan -Laktam Nonklasik

a. Turunan asam amidinopenisilanat,


b. Turunan asam penisilanat,
c. Karbapenem,
d. Oksapenem.
a. Turunan Asam Amidinopenisilanat
 Aktivitas terhadap bakteri Gram (+) dan Pseudomonas sp. rendah, tetapi
cukup efektif terhadap bakteri Gram (-), termasuk Enterobacteriaceae.
 Kombinasi dengan antibiotika -laktam menunjukkan efek sinergis,
karena terikat oleh protein bakteri pada tempat yang berbeda dengan
-laktam klasik.
Contoh: amdinosilin (mesilinam), bakmesilinam dan pivmesilinam.

O2
S CH3
Struktur umum : N CH=N
CH3
N
O COO R

R Nama obat

H Amdinosilin
O
CH O C O - C(CH3)3 Bakmesilinam
CH3 O
CH2 O C C(CH3)3 Pivmesilinam
b. Turunan Asam Penisilanat
Didapat dari hasil modifikasi 6-APA, dan digunakan sebagai
penghambat enzim -laktamase.
Diberikan dalam bentuk kombinasi atau digabungkan dengan
-laktam klasik seperti ampisilin atau amoksisilin.
Contoh : sulbaktam, pivsulbaktam dan sultamisilin.
O2
S CH3

Struktur umum : CH3


N
O COO R

R Nama obat

H Sulbaktam
O
CH2 O C C(CH3)3 Pivsulbaktam
c. Karbapenem
Analog penisilin alami  atom S cincin tiazolidin diganti
dengan ikatan rangkap dan gugus metilen, mengandung
atom S yang terikat atom C-3.
Aktivitas antibakteri tergantung pada tegangan cincin
dan efek elektronik dari ikatan rangkap yang berdekatan.
Substituen lain  untuk modifikasi lipofilitas,
meningkatkan stabilitas terhadap -laktamase, dan
menunjang pengikatan dengan enzim target  aktivitas
antibakteri = sefalosporin generasi III.
Contoh: tienamisin, imipenem, meropenem dan
biapenem.
I.V. 500 mg 3-4 dd

I.V. 500 mg 3 dd

I.V. 300 mg 3 dd
d. Oksapenem

O CHCH2OH

N
O COOH

Asam klavulanat

Asam klavulanat diisolasi dari Streptomyces clavuligerus, aktivitas


antibakteri rendah tetapi sangat aktif sebagai deaktivator -
laktamase yang dihasilkan bakteri yang kebal terhadap penisilin
atau sefalosporin.
Turunan Amfenikol
 Turunan amfenikol  kloramfenikol dan senyawa
sintetik analognya.
 Senyawa bakteriostatik dengan spektrum luas, mudah
larut dalam lemak sehingga mudah menembus sel
bakteri.
 Mekanisme kerja
Turunan amfenikol mengikat subunit ribosom 50-S,
menghambat enzim peptidil transferase  terjadi hambatan
pembentukan ikatan peptida dan biosintesis protein 
mencegah penambahan/pemanjangan asam amino pada
rantai peptida dan pergerakan ribosom sepanjang mARN.
Hambatan bersifat stereospesifik, hanya isomer D-(-) treo
yang aktif.
OH O
Struktur umum : R1 CH CH NH C R2

CH2OH

R1 R2 Nama obat

NO2 CH2-N=N N Azidamfenikol

NO2 CHCl2 Kloramfenikol


O
C CH3 CHCl2 Setofenikol

SO2CH3 CHCl2 Tiamfenikol


Hubungan struktur dan aktivitas
a. Modifikasi pada cincin benzen:
 p-nitrobenzen dapat diganti dengan bifenil, tanpa kehilangan
aktivitas antibakteri secara bermakna;
 penggantian fenil dengan sikloheksil, furil, naftil, piridil, kuinolil
dan tienil  aktivitas (-). Turunan nitro tienil  antibakteri (+) <
kloramfenikol;
 penggantian nitro dengan gugus penarik elektron kuat, seperti
asetil (setofenikol) atau metilsulfonil (tiamfenikol  aktivitas (+).
 Penggantian nitro dengan substituen CN, CONH2, halogen, NH2,
NHR, NHCH2R, N(CH3)2, OH, SO2R, SO2NHR atau gugus
heterosiklik  aktivitas (-) karena terjadi perubahan
elektronegatifitas, volume molekul dan sistem tipe p-kuinoid;
 pemindahan gugus nitro ke posisi orto atau meta  aktivitas
antibakteri .
 Rantai samping asil sangat penting untuk aktivitas antibakteri.
Peningkatan ukuran rantai  aktivitas .
 Kloramfenikol mempunyai 2 pusat kiral  membentuk 4 isomer, yang
aktif sebagai antibakteri :isomer D-(-)treo.
 Penggantian 2 gugus OH, perluasan atau pemendekan gugus CH2OH
ujung dan substitusi atom H pada C-2  aktivitas antibakteri (-).
 Penggantian atom dikloro dengan CF3 aktivitas terhadap E. coli  (1,7 x)
 Kloramfenikol: sangat pahit  dibuat bentuk ester kloramfenikol
palmitat untuk pemakaian oral pada anak-anak.
Turunan Tetrasiklin
+
HO CH 3 HN(CH 3)2
7 5 4
6 OH
8 5a 3
11a OH 2 O
9
C
10 11 12 1
OH O OH O N
H H
Struktur umum tetrasiklin

Tetrasiklin bersifat amfoter karena mengandung gugus bersifat asam (hidroksil) dan
basa (dimetilamino).
Dengan asam kuat membentuk garam asam yang mudah larut dalam air dan cukup
stabil, melalui protonasi gugus dimetilamino.
Dengan basa kuat (NaOH, KOH atau Ca(OH)2)  garam basa, yang tidak stabil dalam
larutan air.
Tetrasiklin mengandung gugus OH & C=O  dapat membentuk ikatan H intramol. &
membentuk kompleks dengan garam Ca, Fe atau Mg  tidak boleh diberikan bersama-
sama dengan susu dan antasida.
Pada larutan pH 2-6 tetrasiklin mengalami epimerisasi
pada atom C-4  epitetrasiklin dg aktivitas antibakteri ±
5% tetrasiklin.

Asam kuat (pH < 2) menyebabkan dehidrasi 


anhidrotetrasiklin yang tidak aktif.

Basa kuat (pH > 9)memacu reaksi antara gugus OH pada


C-6 dengan gugus keton pada C-11  isotetrasiklin
yang tidak aktif.
Mekanisme kerja
Reseptor turunan tetrasiklin: ribosom 30-S bakteri.
Senyawa mencapai sasaran melalui dua proses:
 difusi pasif melalui pori hidrofil pada membran terluar sel.
 sistem transpor aktif melalui membran sitoplasma terdalam,
dengan bantuan pembawa protein periplasma.

Tetrasiklin mengikat secara spesifik dan reversibel ribosom 30-S,


menghambat jalan masuk aminoasil-tARN ke tempat aseptor A
pada kompleks mARN-ribosom, menghalangi penggabungan
asam amino ke rantai peptida  menghambat sintesis protein.
Sifat bakteriostatiknya berhubungan dengan struktur elektronik
 melibatkan interaksi gugus pada atom C-6 dan gugus
fenoldiketon dengan reseptor.
Struktur Turunan Tetrasiklin
R4 R3 R2 R1 N(CH3)2
OH
Struktur umum : OH
CONH2
OH O OH O

R1 R2 R3 R4 Nama Obat Dosis Oral


(mg)
H H H H Sansiklin -
H OH CH3 H Tetrasiklin 250-500 4 dd
H OH CH3 Cl 7-Klortetrasiklin 250-500 4 dd
OH OH CH3 H 5-Oksitetrasiklin 250-500 4 dd
H OH H Cl Demeklosiklin 150 4 dd
OH =CH2 - H Metasiklin 150 4 dd
OH H CH3 H Doksisiklin hari 1 100 2 dd
diikuti 100 1 dd
H H H N(CH3)2 Minosiklin hari 1 200 2 dd
diikuti 100 2 dd
Hubungan struktur dan aktivitas
 Gugus farmakofor: senyawa sansiklin krn mengandung struktur
yang dibutuhkan untuk pembentukan kelat, berperan penting
pada transpor senyawa ke dalam sel bakteri dan penghambatan
biosintesis protein di dalam sel.
 Turunan tetrasiklin pada pH fisiologis mempunyai bentuk
konformasi sama. Gugus dimetilamino berada di bawah sistem
BCD yang planar dan membentuk ikatan H dengan gugus OH
pada C-12a.

HO CH3
7 4
5a 4a O-
8 6 5
1 3
A B C D
9 12a 2
11
O
10 12 CONH2
O OH +
OH OH H N(CH3)2
 Gugus 4-dimetilamino penting untuk pembentukan ion Zwitter,
distribusi optimum dalam tubuh dan untuk aktivitas in vivo.
Hilangnya gugus  aktivitas (-).
 Hilangnya gugus 6-OH (doksisiklin dan minosiklin)  reaksi
degradasi menjadi 5,6-anhidrotetrasiklin (-), lipofilitas ,
diabsorpsi hampir sempurna oleh saluran cerna dan sedikit
dipengaruhi oleh adanya makanan. Mempunyai waktu paro
lebih panjang dan aktivitas > dibanding tetrasiklin.
 Minosiklin: turunan tetrasiklin yang dapat mencapai kadar
tinggi dalam sistem saraf pusat.
 Doksisiklin: turunan tetrasiklin yang aman digunakan untuk
penderita infeksi ginjal karena mempunyai waktu paro panjang
dan efek samping rendah.
Turunan Aminoglikosida

 Antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi,


mengandung basa deoksistreptamin atau streptidin dan
gula amino, spt : 3-aminoglukosa, 6-aminoglukosa, 2,6-
diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin, L-N-
metilglukosamin, neosamin atau purpurosamin.

 Senyawa bakterisid, dapat menghambat pertumbuhan


bakteri Gram (+), Gram (-) dan mikobakteri.

 Tidak diabsorpsi oleh saluran cerna, harus diberikan secara


parenteral ( i.m.).
Hubungan struktur dan aktivitas
Modifikasi pada cincin I
• Cincin I penting untuk aktivitas  gugus fungsi untuk inaktivasi enzim
bakteri dan menentukan luas spektrum antibakteri.
• Gugus amino pada 6' dan 2' berhubungan dengan kekuatan antibakteri 
Kanamisin A memp. aktivitas > Kanamisin B atau C.
• Hilangnya gugus 3' atau 4'-OH  kemampuan antibakteri kanamisin tetap.
Gentamisin, netilmisin dan sisomisin  gugus OH (-)  tidak diinaktifkan
enzim fosfotransferase, tetapi kemampuan mengikat ribosom bakteri .

R1
6' CH2
O 6
4'
5'
H2N
HO I 1' 4
2' 2 NH2
5
3' R2 II
HO O 1
3
HO O
R1 R2
HOH2C 1"
III O NH 2 NH 2 : Kanamisin A Aktivitas >
HO OH NH 2 OH : Kanamisin B
NH2 2"
OH NH 2 : Kanamisin C
Modifikasi pada cincin II
Modifikasi gugus fungsional  aktivitas antibakteri (-),
N-etilasi dari sisomisin, menghasilkan netilmisin, masa
kerja  karena tahan terhadap penginaktifan oleh enzim
endogen;

Hilangnya atom O gugus 5-OH sisomisin  5-


deoksisisomisin, senyawa tahan terhadap enzim yang
mengasetilasi gugus 3-amino.
NH R2
R1 CH
O
H2N
NH2
NH2 O
HO O
R1 R2
O
CH 3 CH 3 : Gentamisin C 1
H3C OH
NH CH 3 H : Gentamisin C 2
OH
CH3 H H : Gentamisin C 1A

H2N

OH O
O O
OH
H3C CH2NH2
OH NH2
H3C HN O

R N
H

Sisomisin (R = H)
Netilmisin (R = C 2H5)

Masa kerja >


Turunan Makrolida
Mempunyai 5 bagian struktur yang karakteristik, yaitu:
 cincin lakton besar terdiri 12-17 atom,
 gugus keton,
 satu atau dua gula amin (glikosida) yang berhubungan
dengan cincin lakton,
 gula netral, yang berhubungan dengan gula amino atau
pada cincin lakton,
 gugus dimetilamino pada gula amin  sifat basis dari
senyawa  dibuat bentuk garam.

Gula-gula yang terikat pada turunan makrolida a.l.:


L-kladinosa, D-desosamin, L-oleandrosa dan D-rodosamin.
Garam Ester

N(CH3)2 OCH3
H3C N(CH3)2 OCH3
OH OH OR
3' OR
desosamin 2'
kladinosa
H3C O O O O CH 3
H3C O O O O CH 3
H3C 6 CH 3
H3C CH 3
OH CH
H3C 3 CH 3
O H2C
O
11 OR O O
X 9 OH O
CH 2CH 3
OH O CH 3
CH 3 CH 3
CH 3 CH 3

Oleandomisin ( R = H )
X = CO : Eritromisin
X = N-CH 3 : Azitromisin Troleandomisin ( R = COCH 3)
X = C=N-OCH 2O(CH 2)2OCH 3 : Roksitromisin

Aktivitas > Masa kerja >


Rasa pahit (-), Awal kerja cepat,
Masa kerja > Stabilitas asam lambung > Aktivitas >

Anda mungkin juga menyukai