KELOMPOK 1
Supervisor :
dr. Harry Akza Putrawan, Sp.P(K)
Residen JENNA
Pembimbing
DOE :
dr. Ardito
JOHN JAMES
• mortalitas akibat abses paru 75% dari jumlah kasus. Drainase terbuka pada
abses paru menurunkan mortalitas pada 20 – 35 % & dengan terapi
antibiotik mortalitas turun hingga mencapai sekitar 8,7%
Seoh,chasi, shinkm , et al. Focalnecrotizig pneumoniaisa distinct entity from lung abscess respirology. 2013.20.Yazbeck mf, dahdel m,
kalraa, et al . Lungabscess: update on microbiology and management. Amjther. 2014.
ANATOMI ANATOMI
01
DEFINISI
DEFINISI DEFINISI
• Abses paru di definisikan sebagai
kumpulan nanah yang terlokalisir dalam
parenkim paru, sebagian besar disebabkan
oleh infeksi bakteri, dan ditandai oleh
adanya rongga yang dikelilingi oleh
jaringan paru inflamasi nekrotik.
Pembentukan beberapa abses paru
berukuran kurang dari2 cm biasanya
disebut sebagai “necrotizing pneumonia .
Loukeri AA, Kampolis CF, Tomos P, Papapetrou D, et l. Diagnosis, treatment and prognosis of lung abscess. Pneumon. 2015.
http://pneumon.org/assets/files/789/file597_123.pdf
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
2 Hingga kini belum ada penelitian sistematik yang
mempelajari data epidemiologi abses paru.
Laporan klasik dari Cutler dan Schlueter pada
tahun 1926 memberikan gambaran yang cukup
komprehensif tentang hubungan antara abses paru
dengan karies dentis dan alkoholisme. Bahkan,
pada tahun 1970an, abses paru primer hanya
dilaporkan sebanyak 11 kasus per tahun pada
sebuah sentra kardiotorasik tersier di Amerika
Serikat.
1
3
● Belum ada laporan epidemiologi abses Pada tahun 1920-an, mortalitas kasus abses paru
paru yang terstruktur untuk dilaporkan mencapai 75%. Laju mortalitas ini
menggambarkan beban penyakit ini menurun menjadi 20-35% seiring dengan
secara global. Sejumlah laporan dikenalnya drainase abses dan menjadi 8,7%
penelitian terpisah yang dilakukan antara dengan pemberian antibiotik. Angka serupa (7%)
tahun 1920-2000 menunjukkan bahwa juga dilaporkan pada sebuah studi di Taiwan yang
laju mortalitas akibat abses paru telah dilakukan pada tahun 1996-2004. Namun, sebuah
jauh menurun berkat penemuan berbagai studi di Jepang pada tahun 1994-2008 melaporkan
golongan antibiotik dan bidang mortalitas yang jauh lebih rendah yaitu 1%.
kedokteran di unit rawat intensif. Perbedaan angka ini dapat disebabkan oleh
perbedaan karakteristik pasien, patogen, maupun
obat- obatan yang digunakan.
Schweigert M, Dubecz A, Stadlhuber RJ, Stein HJ. Modern history of surgical management of lung abscess: From Harold Neuhof to current concepts. Ann Thorac Surg [Internet].
2011;92(6):2293– 7. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.athoracsur.2011.09.035
Presdeposisi Aspirasi
TABEL
No Presdeposisi factor dari Abses Paru Orofaring
Ganguan - Alkohol
1 Aspirasi dari orofaring Kesadaran - drug abuse
- epilepsi
2 Obstruksi bronkial - atuastesi
Ganguan - faring
3 Pneumonia Inervasi Otot - laring
- oesepagos
4 Blood-borne infection Infeksi Nasal - penyakit sinus
Infeksi Oral - dental carries
5 Infark paru yang terinfeksi - ginigival desease
Infeksi - pouch
6 Ruda paksa (trauma) Farigeal
Infeksi - tumor
7 Penyebaran transdiapragmatika Caryugeal
Infeksi - stricture
ocsepekageal - hiatus kernea
Aspirasi dari daerah orofaring yang paling sering
penyebab terjadinya abses. Freton predesposisi
yang menyebabkan aspirasi orofaring seperti
tabel III, kadang-kadang satu orang lebih dari Obstruksi Bronkus disebabkan oleh tanda umumnya
satu faktor keganasan, atau benda asing
• mendapatkan
Finegolal dan fisliman
bahwa organisme • Asher dan Beandry
penyebab abses paru lebih dari
mendapatkan bahwa pada
89% adalah kuman anaerob
(Provetella sp, Porphyromonas sp
anak-anak kuman penyebab
Dll.) abses paru terbanyak adalah
stapillococous aureus
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
2
Proses peradangan dimulai dari bronki atau
bronkiol, menyebar ke parenchim paru yang
kemudian dikelilingi jaringan granulasi. Perluasan
ke pleura atau hubungan dengan bronkus sering
terjadi, sehingga pus atau jaringan nekrotik dapat
dikeluarkan
● 1
Bila terjadi aspirasi kuman di saluran
pernafasan atas ikut masuk ke
saluran pernafasan bawah, akibat
aspirasi berulang, aspirat tak dapat
dikeluarkan dan pertahanan saluran
nafas menurun sehingga terjadi
peradangan.
Hood Alsagaff, Prof. dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga University Press, Surabaya
• Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada penderita dengan faktor
PATOFISIOLO predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi dan merusak parenkim paru dengan
PATOFISIOLOGI
proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus, maka terbentuklah air fluid level
GI bakteria masuk kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga dengan penyebaran
hematogen (septik emboli) atau dengan perluasan langsung dari proses abses ditempat
lain (nesisitatum) misal abses hepar.
• Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkolosis dengan kavitas,
akibat inhalasi bakteri mengalami proses keradangan supurasi. Pada penderita
emphisema paru atau polikisrik paru yang mengalami infeksi sekunder.
Hood Alsagaff, Prof. dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga University Press, Surabaya
X-ray
X-RAY
Drainage
● Endoscopic drainage
● Percutaneus trans thoracic tube drainage
● Chest tube drainage with trocar
● Chest tube drainage with Seldinger
technique
Chest tube drainage with
trocar
Prognosis
● Prognosis abses paru pada era ● Angka mortalitas pasien ● penderita dengan beberapa faktor
antibiotic secara umum baik dan abses paru anaerob pada era predisposisi mempunyai prognosis
lebih dari 90% kasus tanpa antibiotic kurang dari 10% yang lebih jelek dibandingkan
komplikasi dapat disembuhkan dan kira-kira 10 – 15% dengan penderita dengan satu
dengan terapi medikamentosa memerlukan operasi faktor predisposisi
faktor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru Faktor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru
● Immunocomprimised
● Anemia dan
Hipoalbuminemia
● Usia tua
● Lesi obstruksi
● Bakteri anaerob
KESIMPULAN KESIMPULAN