Anda di halaman 1dari 23

OUR TEAM

KELOMPOK 1
Supervisor :
 dr. Harry Akza Putrawan, Sp.P(K)

Residen JENNA
Pembimbing
DOE :
 dr. Ardito

JOHN JAMES

A.Muh Rizaldy S Adi mariyadi buhari


C11116353 C11116560

Agnes Dwi saputri Anastasya yani


C11116373 C11116350
ABSES PARU
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
• Abses paru didefinisikan sebagai area pus atau debris nekrotik yang
ditemukan di parenkim paru, yang menyebabkan terbentuknya rongga
abses, dan setelah pembentukan fistulabronkopulmoner, membentuk
gambaran air-fluid level di dalam rongga tersebut.

• Pada era pra-antibiotik, sepertiga pasien dengan abses paru akan


meninggal, sepertiga yang lain akan pulih sempurna, dan sisanya akan
bertahan hidup dengan komplikasi seperti abses paru kronik, empiema
pleura, atau bronkiektasis

• mortalitas akibat abses paru 75% dari jumlah kasus. Drainase terbuka pada
abses paru menurunkan mortalitas pada 20 – 35 % & dengan terapi
antibiotik mortalitas turun hingga mencapai sekitar 8,7%

• kesadaran akan kebersihan mulut dan gigi menurunkan insidens abses


paru. Saat ini, aspirasi dari rongga mulut dianggap sebagai penyebab utama
dari abses paru serta perawatan mulut dan gigi yang buruk.

Seoh,chasi, shinkm , et al. Focalnecrotizig pneumoniaisa distinct entity from lung abscess respirology. 2013.20.Yazbeck mf, dahdel m,
kalraa, et al . Lungabscess: update on microbiology and management. Amjther. 2014.
ANATOMI ANATOMI
01
DEFINISI
DEFINISI DEFINISI
• Abses paru di definisikan sebagai
kumpulan nanah yang terlokalisir dalam
parenkim paru, sebagian besar disebabkan
oleh infeksi bakteri, dan ditandai oleh
adanya rongga yang dikelilingi oleh
jaringan paru inflamasi nekrotik.
Pembentukan beberapa abses paru
berukuran kurang dari2 cm biasanya
disebut sebagai “necrotizing pneumonia .

• Abses paru-paru diklasifikasikan sebagai


akut atau kronik berdasarkan gejala ( < atau
< 4 – 6 minggu).

Loukeri AA, Kampolis CF, Tomos P, Papapetrou D, et l. Diagnosis, treatment and prognosis of lung abscess. Pneumon. 2015.
http://pneumon.org/assets/files/789/file597_123.pdf
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
2 Hingga kini belum ada penelitian sistematik yang
mempelajari data epidemiologi abses paru.
Laporan klasik dari Cutler dan Schlueter pada
tahun 1926 memberikan gambaran yang cukup
komprehensif tentang hubungan antara abses paru
dengan karies dentis dan alkoholisme. Bahkan,
pada tahun 1970an, abses paru primer hanya
dilaporkan sebanyak 11 kasus per tahun pada
sebuah sentra kardiotorasik tersier di Amerika
Serikat.
1
3
● Belum ada laporan epidemiologi abses Pada tahun 1920-an, mortalitas kasus abses paru
paru yang terstruktur untuk dilaporkan mencapai 75%. Laju mortalitas ini
menggambarkan beban penyakit ini menurun menjadi 20-35% seiring dengan
secara global. Sejumlah laporan dikenalnya drainase abses dan menjadi 8,7%
penelitian terpisah yang dilakukan antara dengan pemberian antibiotik. Angka serupa (7%)
tahun 1920-2000 menunjukkan bahwa juga dilaporkan pada sebuah studi di Taiwan yang
laju mortalitas akibat abses paru telah dilakukan pada tahun 1996-2004. Namun, sebuah
jauh menurun berkat penemuan berbagai studi di Jepang pada tahun 1994-2008 melaporkan
golongan antibiotik dan bidang mortalitas yang jauh lebih rendah yaitu 1%.
kedokteran di unit rawat intensif. Perbedaan angka ini dapat disebabkan oleh
perbedaan karakteristik pasien, patogen, maupun
obat- obatan yang digunakan.
Schweigert M, Dubecz A, Stadlhuber RJ, Stein HJ. Modern history of surgical management of lung abscess: From Harold Neuhof to current concepts. Ann Thorac Surg [Internet].
2011;92(6):2293– 7. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.athoracsur.2011.09.035
  Presdeposisi Aspirasi
TABEL
No Presdeposisi factor dari Abses Paru Orofaring
Ganguan - Alkohol
1 Aspirasi dari orofaring Kesadaran - drug abuse
- epilepsi
2 Obstruksi bronkial - atuastesi
Ganguan - faring
3 Pneumonia Inervasi Otot - laring
- oesepagos
4 Blood-borne infection Infeksi Nasal - penyakit sinus
Infeksi Oral - dental carries
5 Infark paru yang terinfeksi - ginigival desease
Infeksi - pouch
6 Ruda paksa (trauma) Farigeal
Infeksi - tumor
7 Penyebaran transdiapragmatika Caryugeal
Infeksi - stricture
ocsepekageal - hiatus kernea
Aspirasi dari daerah orofaring yang paling sering
penyebab terjadinya abses. Freton predesposisi
yang menyebabkan aspirasi orofaring seperti
tabel III, kadang-kadang satu orang lebih dari Obstruksi Bronkus disebabkan oleh tanda umumnya
satu faktor keganasan, atau benda asing

Dina V rombot. 2001. Tinjauan pustaka abses paru. Surabaya


ETIOLOGI
ETIOLOGI

• mendapatkan
Finegolal dan fisliman
bahwa organisme • Asher dan Beandry
penyebab abses paru lebih dari
mendapatkan bahwa pada
89% adalah kuman anaerob
(Provetella sp, Porphyromonas sp
anak-anak kuman penyebab
Dll.) abses paru terbanyak adalah
stapillococous aureus
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

2
Proses peradangan dimulai dari bronki atau
bronkiol, menyebar ke parenchim paru yang
kemudian dikelilingi jaringan granulasi. Perluasan
ke pleura atau hubungan dengan bronkus sering
terjadi, sehingga pus atau jaringan nekrotik dapat
dikeluarkan

● 1
Bila terjadi aspirasi kuman di saluran
pernafasan atas ikut masuk ke
saluran pernafasan bawah, akibat
aspirasi berulang, aspirat tak dapat
dikeluarkan dan pertahanan saluran
nafas menurun sehingga terjadi
peradangan.

3 Drainase dan pengobatan yang tidak memadai akan


menyebabkan proses abses yang akut akan berubah menjadi
proses yang kronis atau menahun.

Hood Alsagaff, Prof. dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga University Press, Surabaya
• Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada penderita dengan faktor
PATOFISIOLO predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi dan merusak parenkim paru dengan
PATOFISIOLOGI

proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus, maka terbentuklah air fluid level
GI bakteria masuk kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga dengan penyebaran
hematogen (septik emboli) atau dengan perluasan langsung dari proses abses ditempat
lain (nesisitatum) misal abses hepar.

• Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkolosis dengan kavitas,
akibat inhalasi bakteri mengalami proses keradangan supurasi. Pada penderita
emphisema paru atau polikisrik paru yang mengalami infeksi sekunder.

• Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlajut sampai proses abses


paru.Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker bronkogenik. Gejala yang
sama juga terlihat pada aspirasi benda asing yang belum keluar. Kadang-kadang
dijumpai juga pada obstruksi karena pembesaran kelenjar limphe peribronkial.

• Pembentukan kavitas pada kanker paru.Pertumbuhan massa kanker bronkogenik yang


cepat tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh darah, sehingga terjadi likuifikasi
nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi dapat terbentuk abses

Dina V rombot. 2001. Tinjauan pustaka abses paru. Surabaya


MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI KLINIS

Demam disertai Berat badan menurun


Penurunan nafsu Nyeri dada &
menggigil & Mudah lelah
makan Clubbing fingers
(kronik)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
2 Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis & Pemeriksaan Fisis
1. Pemeriksaan lab
● Keluhan penderita yang khas
seperti malaise, demam ringan 2. X-ray
sampai demam tinggi, batuk 3. CT-Scan
purulent dengan penurunan berat
badan. 1

● Riwayat penyakit sebelumnya


seperti infeksi saluran nafas atas,
infeksi gigi, serangan epilepsy,
dan penurunan kesadaran
berkaitan dengn sedasi.
● Bronkoskopi, untuk mengetahui
adanya obstruksi pada bronkus.
Obstruksi bronkial sekunder
biasanya disebabkan oleh
karsinoma.

Hood Alsagaff, Prof. dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga University Press, Surabaya
X-ray
X-RAY

Pada gambaran radiologi dapat Foto X-ray ini memperlihatkan


ditemukan gambaran satu atau lebih adanya kavitas/rongga berdinding
kavitas yang disertai dengan adanya tebal (panah putih), batas dalam yang
air fluid level. Khas pada abses paru halus (panah merah), dengan air fluid
anaerobic kavitasnya single (soliter) level (panah hitam) yang terletak
yang biasanya ditemukan pada infeksi pada paru kanan
paru primer, sedangkan abses paru
sekunder (aerobic, nosocomial atau
hematogen) lesinya biasanya multiple
CT-Scan
CT-Scan

Foto CT Scan ini


Gambaran khas CT scan abses paru
memperlihatkan adanya
adalah berupa lesi dens bundar
kavitas/rongga berdinding
dengan kavitas berdinding tebal,
tebal dengan batas dalam yang
tidak teratur, dan terletak di daerah
halus (panah merah dan
jaringan paru yang rusak. Tampak
putih), dengan air fluid level
bronkus dan pembuluh darah paru
(panah hitam) yang terletak
berakhir secara mendadak pada
pada paru kanan
dinding abses, tidak tertekan atau
berpindah letak
PENATALAKSANAAN

Farmakologi Non farmakologi

● Klindamisin (600 mg/8jam/IV ;  Diet tinggi kalori


 Koreksi cairan dan elektrolit
300 mg/8 jam/oral)
 Rehabilitasi respiratori dengan drainase
● Penisilin + Metronidazole postural
● Ampicilin + Sulbactam
● Linezolide (600 mg/12 jam )
● Vancomycin (15mg/kgBB/12
jam)
RECOMMENDATIONS

Drainage

● Endoscopic drainage
● Percutaneus trans thoracic tube drainage
● Chest tube drainage with trocar
● Chest tube drainage with Seldinger
technique
Chest tube drainage with
trocar

Chest tube drainage with Seldinger technique


DIAGNOSIS
Surgical Resection

Indikasi Akut Indikasi Kronik

Hemoptisis, sepsis berkepanjangan, Abses paru tidak berhasil di obati lebih


fistula bronkopleural, pecahnya dari 6 minggu, suspek kanker,
abses di rongga pleura dengan leukositosis meski sudah diberi
pyopneumothorax / empyema antibiotic.
KEY NUMBERS

Prognosis
● Prognosis abses paru pada era ● Angka mortalitas pasien ● penderita dengan beberapa faktor
antibiotic secara umum baik dan abses paru anaerob pada era predisposisi mempunyai prognosis
lebih dari 90% kasus tanpa antibiotic kurang dari 10% yang lebih jelek dibandingkan
komplikasi dapat disembuhkan dan kira-kira 10 – 15% dengan penderita dengan satu
dengan terapi medikamentosa memerlukan operasi faktor predisposisi
faktor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru Faktor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru

● Immunocomprimised
● Anemia dan
Hipoalbuminemia

● Usia tua

● Abses yang besar ( > 6


cm)
● Gangguan intelegensia

● Lesi obstruksi

● Perawatan yang terlambat

● Bakteri anaerob
KESIMPULAN KESIMPULAN

● Abses paru didefinisikan sebagai kumpulan nanah yang terlokalisir


dalam parenkim paru, sebagian besar disebabkan oleh infeksi
bakteri, dan ditandai oleh adanya rongga yang dikelilingi oleh
jaringan paru inflamasi nekrotik. Pembentukan beberapa abses paru
berukuran kurang dari 2 cm biasanya disebut sebagai “necrotizing
pneumonia”. Abses paru-paru diklasifikasikan sebagai ‘akut’ atau
‘kronis’ berdasarkan durasi gejala ( > atau < 4-6 minggu).

● Pengetahuan mengenai abses paru, yaitu dalam pemilihan


pencitraan radiologi yang tepat untuk diagnosis, menyingkirkan
diagnosis banding, dan evaluasi pengobatan merupakan hal penting
manajemen pasien. Dengan mengetahui gambaran khas dari abses
paru sedini mungkin, radiolog dapat membantu meminimalisasi
waktu bagi klinisi dalam merencanakan tatalaksana selanjutnya.
THANKS!
Does anyone have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai