Anda di halaman 1dari 13

Ujian Tengah Semester

Nama : Felisia Sindi Murni


Kelas : B/V
NIM : 1901010053
Mata Kuliah : Psikolinguistik
KONSEP BELAJAR

MENURUT PARA AHLI:


1. Moh. Surya: “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya”.
2. Bell-Gredler:“Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude.
Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude)
tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
3. Witherington: “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
4. Crow & Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru”.
BELAJAR BAHASA KEDUA

A. Pengertian Bahasa Kedua


Pemerolehan bahasa kedua adalah studi yang
membahs tentang bagaimana bahasa kedua
dipelajari oleh individu, dengan kata lain yaitu
studi tentang akuisisi atau pemerolehan bahasa
selain bahasa ibu. Menurut Henry Guntur
Tarigan, pemerolehan bahasa kedua diartikan
dengan mengajar dan belajar bahasa asing dan
atau bahasa kedua lainnya. Selain itu, menurut
B. Proses Penguasaan Bahasa Kedua
Proses penguasaan bahasa kedua mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Proses belajar bahasa secara sengaja
2. Berlangsung setelah terdidik berada di sekolah
3. Lingkungan sekolah sangat menentukan
4. Motivasi si terdidik tidak sekuat saat mempelajara
bahasa pertama
5. Waktunya terbatas
BILINGUALISME

Secara etimologis, kata bilingualisme terdiri dari dua bahasa


Latin, yaitu bi yang artinya dua, dan lingual yang artinya
bahasa. Istilah bilingualism dalam bahasa Indonesia juga
dapat disebut kedwibahasaan. Dari istilah secara harafiah
sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan
bilingualism itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua
bahsa atau dua kode bahasa. Secara sisiolinguistik, secara
umum, bilingualism diartikan sebagai pengguanaan dua
bahasa atau lebih oleh seseorang atau sekelompok
masyarakat dalam pergaulannya dengan orang lain secara
bergantian (Mackey dalam Chaer dan Agustina, 2010:87)
Untuk dapat menggunkan dua bahsa tentunya
seorang harus menguasai kedua bahasa yaitu bahasa
pertama dan bahasa kedua. Konsep umum bahwa
bilingualisme adalah digunakannya dua bahasa oleh
seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang
lain secara bergantian telah menimbulkan sejumlah
masalah yang biasa dibahas kalua orang
membiacarakan bilingualisme.
Berkenaan dengan konsep bilingualism dalam
kaitannya dengan menggunakan bahsa kedua,
Diebeld (1968:10) menyebutkan adanya
bilingualism pada tingkat awal, yaitu
bilingualisme yang dialami oleh orang-orang,
terutama anak-anak yang sedang mempelajari
bahasa kedua pada tahap permulaan.
METODE PROSES AKUISISI BAHASA
KEDUA

Tahap 1: Preproduksi
Dalam proses perkembangannya, pemerolehan bahasa kedua
dapat dibagi menjadi lima tahap: preproduksi, produksi awal,
bicara awal, fasih, dan mahir. Tahap awal adalah preproduksi,
yang dikenal juga dengan periode diam, di mana pelajar tak
banyak bicara karena mereka hanya memiliki kosakata
reseptif hingga 500 kata. Tetapi, tidak semua pelajar melalui
tahap periode diam. Beberapa pelajar langsung memasuki
tahap berbicara, meskipun kata-kata yang mereka gunakan
hanya meniru, bukan kreativitas sendiri. Bagi para pelajar
yang melewati periode diam, biasanya hal itu hanya berjalan
selama tiga sampai enam bulan
Tahap 2: Produksi awal
Tahap kedua dari pemerolehan bahasa kedua adalah produksi
awal, dimana dalam tahap ini pelajar dapat berbicara dalam
frasa pendek antara satu atau dua kata. Mereka juga dapat
mengingat potongan-potongan kata dalam bahasa kedua,
meskipun masih mengalami banyak kesulitan dan kesalahan
saat menggunakannya. Pelajar bahasa kedua dalam tahap ini
telah memiliki baik kosakata aktif dan pasif sekitar 1000
kata. Tahap ini normalnya berlangsung selama enam bulan.
Tahap 3: Awal bicara
Tahap ketiga adalah awal bicara. Kosakata pelajar bahasa
kedua pada tahap ini meningkat hingga 3000 kata, dan mereka
mampu berkomunikasi menggunakan kalimat tanya
sederhana.  Mereka juga masih mengalami kesalahan
gramatika
Tahap 4&5: Fasih
Tahap setelah awal bicara adalah fasih menengah, yaitu tahap di mana pelajar telah
memiliki lebih dari 6000 kosakata, dan dapat menggunakan kalimat dengan
struktur yang lebih kompleks. Pada tahap ini juga mereka mampu berbagi pikiran
dan pendapat. Namun, tetap saja pelajar masih menemukan kesalahan selama
membentuk kalimat-kalimat kompleks. Tahap terakhir adalah mahir, yang biasanya
tercapai antara lima sampai sepuluh tahun belajar bahasa kedua. Pada tahap ini,
kemampuan pelajar semakin dekat dengan penutur asli
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat mahir bervariasi tergantung objek
bahasa yang dipelajari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Foreign Service
Institute di Amerika, dari 63 bahasa yang dianalisis, lima bahasa tersulit untuk
mencapai tingkat mahir, terutama pada kemampuan membaca dan berbicara,
adalah Bahasa Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea. Bahasa-bahasa tersebut
membutuhkan sekitar 88 minggu atau 2200 jam kelas untuk dikuasai. [
PENILAIAN AKUISISI BAHASA KEDUA

penilaian akusisi pemerolehan bahasa kedua..Mahasiswa secara tidak

sengaja lagi

belajar melafalkan kosakata dengan benar dan juga belajar akting sesuai

dengan yang mereka buat. Dengan semakin sering mahasiswa diberi

kesempatan untuk tampil di depan kelas baik itu menjawab pertanyaan

ataupun unjuk kerja lainnya, lama-kelamaan mereka akan berani

menyampaikan gagasannya, dan nantinya mereka akan semakin tertarik.

Selain itu juga penilaian akusisi bahasa kedua dinilai menggunakan

penilaian otentik atau authentic


Penilaian otentik atau authentic assessment adalah penilaian yang tidak hanya

menguji satu aspek keahlian, dalam hal ini keahlian bahasa, tetapi juga seluruh

aspek kemampuan pelajar bahasa, prestasi, motivasi serta sikap dalam melakukan

kegiatan di kelas.Penilaian ini dikontradiksikan dengan penilaian yang

menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah,

menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Penilaian ini memfokuskan

pemahaman pelajar akan tugas yang diberikan dengan membangun keterlibatan

pelajar dalam proses penilaian sehingga kemampuan pelajar yang sesungguhnya

dapat diketahui. Dengan demikian pengajar dapat mengidentifikasi materi apa

yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa kegiatan remedial harus

Anda mungkin juga menyukai