Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

TINEA KORPORIS
Gabriella Yolanda Meinar Manalu
030.14.074
dr. Hendra Widjajanto, SpKK
PENDAHULUAN
TINEA KORPORIS

Merupakan Dermatofitosis pada kulit tidak berambut


(Glabrous Skin)

Etiologi Tersering: Trichophyton Rubrum

Bersifat kronis, tidak fatal


KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. AR
• Usia : 22 tahun
• Jenis kelamin : laki – laki
• Alamat : Bendungan Hilir, Jakarta Pusat
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Supir
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA KELUHAN TAMBAHAN


• Gatal di bagian kaki kiri sejak 1 • Gatal hilang timbul
bulan yang lalu. • Timbul bercak merah

• Kulit terasa kering


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1 bulan yang lalu
Gatal di kaki kiri Tiba – tiba, hilang timbul, memburuk

Pasien menggaruk lokasi yang terasa gatal

Timbul bercak merah dan kulit kering

keluhan muncul di daerah betis kiri dan daerah dekat lipatan keitak kiri

1 bulan yang lalu


Pasien berobat ke dokter Pengobatan : oral dan topikal

Keluhan membaik
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan


dan obat maupun riwayat penyakit kronis lainnya.
Memiliki keluhan serupa 1 tahun yang lalu dan telah
diobati.
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS
KESADARAN
GENERALIS
• Tampak • Kesan gizi
sakit ringan • Compos baik • Dalam
mentis batas
KEADAAN normal
STATUS GIZI
UMUM
PEMERIKSAAN FISIK : Status lokalis
Regio
Ekstremitas inferior posterior
sinistra
Dorsalis Pedis

Lesi kulit
Makula erimatosa, batas tegas, tepi
tidak aktif, dengan distribusi
unilateral, skuama (+)
TATALAKSANA

Ketokonazole Cetirizine Methylprednisolone


2 x 200mg 2 x 10mg 2 x 8mg

Topikal :
Doksisiklin hydrocortisone 2,5%
2 x 100mg 10 gram + vaseline
album 3 gram
PEMBAHASAN
TINEA KORPORIS
EPIDEMIOLOGI

InfeksiDermatosis
dermatofit52%
: 20%
Negara dengan iklim tropis dan subtropics, suhu
Dominan
Tinea kruris,
: tinea
tinea
korporis
korporis
dan kelembaban tinggi
TINEA KORPORIS
• Kelembaban Kontak
(Penularan
• Padat penduduk )

• Higienitas buruk
Tidak
• Penyakit kronis Langsung
langsung

Faktor
Predisposisi Manusia Hewan
PENEGAKAN DIAGNOSIS
•Gatal hebat
Status Lokalis
• Lesi anuler dengan skuama eritema pada daerah tepi
• Tepi : vesikuler -> berkembang secara sentrifugal
• Sentral : skuama (membaik)

Pemeriksaan Penunjang
• KOH -> gambaran jamur dari stratum korneum
• Kultur jamur -> spesifisitas>>
• PCR, biopsi kulit (hematoxylin dan eosin
DIAGNOSIS BANDING
• Tinea korporis memiliki beberapa diagnosis banding antara lain
eritema anular sentrifugum, numular eczema, psoriasis, tinea
versikolor, subakut lupus eritematosus, dan kandidiasis kutaneus.
Pada penderita yang mengalami gejala setelah mengalami kontak
dengan zat tertentu atau memiliki riwayat alergi dapat dicurigai
dermatitis kontak ataupun dermatitis atopic.(1)
TATALAKSANA : Non medikamentosa
Tujuan : menghindari penyebaran dan perburukan infeksi

Mengeringkan badan dengan baik


Tidak bertukar pakaian, handuk,
Pakaian : longgar dan bahan katun (terutama di area yang berisiko
sprei
dan sebelum berpakaian)
TATALAKSANA : MEDIKAMENTOSA
•Bentuk obat
• Oral dan topikal

Durasi
• 1 – 2x/hari selama 2 – 4 minggu

Dosis
• Dosis tinggi, durasi singkat > dosis rendah, durasi lama

Kombinasi
• Beda kelompok obat
• Anti jamur topikal + steroid oral
TATALAKSANA : ANTI JAMUR
TATALAKSANA : steroid

• Mengurangi kemerahan pada kulit yang meradang

• Meningkatkan bioavailabilitas anti jamur topikal

• Efektif pada awal peradangan

• Jangka panjang -> atrofi


PROGNOSIS
• Tinea corporis memiliki angka kesembuhan yang tinggi,
mencapai 70-100% setelah pemberian antifungal topikal atau
pemberian oral jangka pendek. Infeksi dermatofita juga tidak
menimbulkan mortalitas.
KESIMPULAN
• Tinea korporis merupakan infeksi dermatofita superfisial yang ditandai dengan adanya lesi baik
inflamasi maupun tidak pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin).(1) Angka insidensi infeksi
dermatofit berdasarkan hasil penelitian World Health Organization (WHO) mencapai 20% dengan tipe
yang paling dominan adalah tinea korporis.(3) Pemberian obat terhadap penderita tinea corporis dapat
diberikan dalam bentuk oral ataupun topikal. Antijamur golongan azole dianggap lebih efektif dalam
menangani penyakit jamur. Pemberian obat antijamur topikal juga dapat dikombinasi dengan steroid.
Tinea corporis memiliki angka kesembuhan yang tinggi, mencapai 70-100% setelah pemberian
antifungal topikal atau pemberian oral jangka pendek. Infeksi dermatofita juga tidak menimbulkan
mortalitas.
THANK YOU
DAFTAR PUSTAKA
1. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, et al. Fitzpatrick’s Dermatology 9 th ed. (1). New York :
McGraw – Hill. 2019.
2. Pravitasari DN, Hidayatullah TA, Nuzula AF, et al. Profil Dermatofitosis Superfisialis Periode
Januari – Desember 2017 di Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang. J Saintika Medika. 15 (1).
Malang, 2019.
3. Putri MN, Burmana F, Nusadewiarti A. Penatalaksanaan dan Pencegahan Tinea Korporis
pada Pasien Wanita dan Anggota Keluarga. J Agromed Unila. 4(1). Lampung, 2017.
4. Sahoo AK, Mahajan R. Management of Tinea Corporis, Tinea Cruris, and Tinea Pedis : a
Comprehensive Review. J Indian Dermatol Online. 7(2). 2016.
5. Sorous FA, Abdo HM, Ebada MA. Study of Tinea Corporis in Patients Attending the
Dermatology Clinic of Al – Hussein University Hospital, Cairo, Egypt. J of Egyptian Women’s
Derm Society. 12(3). Egypt, 2015.
6. Lesher JL. Tinea Corporis. Medscape. Amerika Serikat, 2018.
7. Zuuren EJV, El – Gohary M. Evidence Based Topical Treatments for Tinea Cruris and Tinea
Corporis : a Summary of a Cochrane Systematic Review. British J of Derm. 2014.

Anda mungkin juga menyukai