Anda di halaman 1dari 15

PAPER

Disusun Oleh :
Ega Meganitari S
Pembimbing
dr. Ari Kurniasih, Sp. A

KEPANITRAAN KELINIK SENIOR BAGIAN ILMU


PEDIATRI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022
Definisi
Asma adalah kondisi gangguan pada saluran pernafasan kronis yang
menyebabkan individu sulit untuk bernafas dan timbul gejala-gejala
tertentu seperti batuk, mengi, dan sulit bernafas. Asma merupakan
sindrom kompleks yang juga menunjukkan adanya gangguan saluran
pernafasan yang reversibel, hiperresponsitivitas saluran pernafasan, dan
peradangan saluran nafas kronis
Etiologi
Etiologi asma pediatrik utamanya karena pemicu oleh lingkungan. Pemicu oleh
lingkungan utamanya merupakan polusi udara yang menimbulkan berbagai
bahaya pada populasi yang rentan seperti anak-anak dan lansia. Anak-anak
berada pada tingkat risiko yang paling tinggi dalam terpapar polusi udara
karena anak-anak menghirup udara dalam volume yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa.
Etologi asma pediatrik lainnya selain polusi udara antara lain adalah alergen
yang terhirup, infeksi virus, obesitas atau berat badan yang berlebih,
ketidakseimbangan hormon, paparan asap rokok, olahraga yang berlebihan,
udara dingin, mutasi genetik, dan eosinofilia sistemik
Epidemiologi
Epidemiologi dan prevalensi asma pediatrik yang paling akurat dilaporkan oleh
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Negara dengan
prevalensi asma yang rendah yaitu sekitar 2-4% banyak ditemui di Asia, Afrika
Utara, Eropa Timur, dan Timur Tengah. Negara-negara lainnya yang terletak di Asia
Tenggara, Amerika Utara, dan Amerika Latin memiliki prevalensi yang cukup tinggi
yaitu 29-32%.
Berdasarkan Riskesdas 2018, asma pada anak-anak di Indonesia mencapai angka
yang cukup tinggi. Pada kelompok usia kurang dari 1 tahun, prevalensinya mencapai
0,4%, 1,6% pada kelompok usia 1-4 tahun, dan 1,9% pada kelompok usia 15-24 tahun
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Tingginya tingkat asma
pediatrik di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kondisi negara Indonesia yang
dikategorikan sebagai negara berkembang dan tingkat sosioekonomi yang tidak
sebaik negara-negara lainnya.
klasifikasi
klasifikasi
PATOFISIOLO
GI

Inflamasi Keterbatasan
Asma Alegen
kronis aliran udara

Penyempitan
Hiperaktivitas
Sesak saluran
saluran nafas
respiratorik
Manifestasi klinis
khususnya pada anak berusia sama dengan atau kurang dari 5 tahun
adalah mengi yang berulang. Selain mengi, anak akan mengalami
kesulitan bernafas, batuk, demam, dan rasa sakit di dada. Gejala yang
jarang ditemui dan sulit dibedakan dengan penyakit lainnya adalah
ketidakinginan anak untuk berjalan dan bermain, mudah emosi, selalu
lelah, dan suasana hati yang berubah-ubah. Manifestasi klinis asma pada
anak-anak berusia lebih tua dari 5 tahun umumnya adalah nafas yang
pendek, kongesti atau berat pada dada, dan terkadang adanya nyeri dada
yang menyeluruh.
Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratoris perlu dilaksanakan dalam menegakkan diagnosis
diagnostik
pada asma pediatrik. Pemeriksaan laboratoris untuk asma pada anak-anak terdiri
atas uji fungsi pulmoner yang terdiri atas teknik osilasi paksa, teknik interrupter,
teknik spirometri, uji responsivitas bronkial, pengukuran kadar nitrit oksida
dalam paru-paru anak, uji alergi, dan pemeriksaan radiograf dada. Pemeriksaan
lainnya adalah pemeriksaan Forced Expiratory Volume in 1s (FEV1) dan Forced
Vital Capacity (FVC) yang dinyatakan sebagai rasio FEV1:FVC. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan memaksakan pernafasan selama 1 detik. Kadar rasio
FEV1:FVC yang normal adalah di atas atau sama dengan 70%. Konsentrasi
rasio FEV1:FVC di bawah 70% menunjukkan bahwa anak dicurigai mengalami
asma dan sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis
Penatalaksanaan
Tahap 1 : Intermiten
Pengontrol : tidak diperlukan.
Pelega :
Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu tapi kurang
dari sekali seminggu. Intensitas pengobatan tergantung kepada beratnya
serangan. Inhalasi agonis beta-2 atau kromolin atau nedokromil sebelum
exercise atau paparan terhadap alergen.
Penatalaksanaan
Tahap 2 : Persisten Ringan
Pengontrol :
Obat harian : Kortikosteroid inhalasi, 200 – 500 mcg, atau kromolin, atau
nedokromil, atau teofilin lepas lambat. Jika perlu, tingkatkan dosis
kortikosteroid inhalasi. Kalau dosis yang sedang dipakai 500 mcg
tingkatkan sampai 800 mcg, atau tambahkan bronkodilator aksi lama
(terutama untuk serangan asma malam) : agonis beta-2 inhalasi aksi lama
atau teofilin lepas lambat, atau agonis beta-2 oral.
Pelega :
Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu, tidak lebih
dari 3 – 4 kali sehari.
Penatalaksanaan
Tahap 1 : Intermiten
Pengontrol : tidak diperlukan.
Pelega :
Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu tapi kurang
dari sekali seminggu. Intensitas pengobatan tergantung kepada beratnya
serangan. Inhalasi agonis beta-2 atau kromolin atau nedokromil sebelum
exercise atau paparan terhadap alergen.
Penatalaksanaan
Tahap 3 : Persisten Sedang
Pengontrol :
Obat harian : Kortikosteroid inhalasi, 800 – 2000 mcg dan Bronkodilator
aksi lama, terutama untuk asma malam : agonis beta-2 inhalasi aksi lama
atau teofilin lepas lambat atau agonis beta-2 aksi lama oral.
Pelega :
Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu, tidak lebih
dari 3 – 4 kali sehari.
Penatalaksanaan
Tahap 4 : Persisten Berat
Pengontrol :
Obat harian : Kortikosteroid inhalasi, 800 – 2000 mcg atau lebih dan
Bronkodilator aksi lama : Agonis beta-2 aksi lama atau teofilin lepas
lambat, dan/atau agonis beta-2 aksi lama oral dan Kortikosteroid oral
jangka lama.
Pelega :
Bronkodilator aksi singkat : agonis beta-2 inhalasi bila perlu.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai