Anda di halaman 1dari 12

Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical sciences) dan

ilmu hayat (the biological sciences).


Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta, sedangkan ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika
(mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit, dan ilmu bumi yang
mempelajari bumi (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 93). Tiap-tiap cabang kemudian membikin ranting-ranting baru seperti fisika
berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan dan magnetisme, fisika nuklir dan kimia fisik (ilmuilmu murni).
Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah
kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai
manfaat praktis (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 94).
Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibanding dengan ilmu-ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial
yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan
manusia) ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari
struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan
bernegara) (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 94). Cabang utama ilmu-ilmu sosial ini kemudian mempunyai cabang-cabang lain seperti
antropologi terpecah menjadi lima yakni arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural (Jujun S.
Suriasumantri, 2005: 95).
B. Perbedaan Ilmu-Ilmu Alam dengan Sosial ditinjau dari Epistimologi
Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh
pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang
membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainnya (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 9).
Munculnya persoalan epistemologi bukan mengenai suatu prosedur penyelidikan ilmiah, tetapi dengan mempertanyakan mengapa
prosedur ini bukan yang lain. Dalam konteks ilmu sosial, filsafat mempertanyakan metode dan prosedur yang dipergunakan peneliti
sosial dari disiplin sosial (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 46). Ilmu alam memang terkait secara pokok dalam positivistik, mempelajari
sesuatu yang objektif, tidak hidup, dunia fisik. Kajian masyarakat, hasil akal manusia, adalah subjektif, emotif bersifat subyektif. Tingkah
laku masyarakat adalah selalu mengandung nilai, dan pengetahuan reliabel tentang kebudayaan hanya dapat digapai dengan cara
mengisolasi ide-ide umum, opini atau tujuan khusus masyarakat. Hal tersebut membuat tindakan sosial adalah penuh bermakna subyektif.
Alat untuk memperoleh pengetahuan sangat tergantung dari asumsi terhadap objek. Demikian juga telaah dalam filsafat ilmu, sarana dan
alat untuk memproses ilmu harus konsisten dengan karakter objek material ilmu. Berdasarkan kondisi tersebut terdapat perbedaan
paradigma yang disebabkan oleh karakter objek yang berbeda. Misalnya antara ilmu alam dan ilmu sosial yang terdapat perbedaan
metode dan sarana yang dipakai (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 47). Objek material adalah bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan
(misalnya ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi) sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu terhadap objek materialnya
misalnya ilmu kedokteran objek formalnya keadaan fisik manusia (Lasiyo dan Yuwono, 1984: 5).
Hindes Barry (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 47) menyatakan bahwa keabsahan yang merupakan bukti bahwa suatu ilmu adalah benar
secara epistemologis bukanlah sesuatu yang didatangkan dari luar, melainkan hasil dari metode penyelidikan dan hasil penyelidikan. Oleh
karena itu masalah keabsahan apakah ukurannya cocok tergantung pada metode dan karakter objek, sehingga jenis ilmu yang satu dan
lainnya tidak sama. Dengan kata lain seseorang tidak bisa menguji metode dan hasil ilmu yang satu dengan menggunakan ilmu lainnya.
Kajian tersebut dapat menjadi dasar perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial berdasarkan perspektif epistimologi yaitu:
1. Ilmu-Ilmu Alam
Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan
peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan objek telaahnya maka ilmu dapat disebut sebagai suatu
pengetahuan empiris. Ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang bersifat empiris. Objek-objek yang berada di luar jangkauan
pengalaman manusia tidak termasuk bidang penelaahan ilmu (Yuyun S, 1981: 6).
Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:
1.

Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, yaitu dalam hal bentuk struktur dan sifat, sehingga
ilmu tidak bicara mengenai kasus individual melainkan suatu kelas tertentu.

2.

Menanggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kelestarian relatif dalam
jangka waktu tertentu ini memungkinkan dilakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang diselidiki.

3.

Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang
bersifat tetap dan urut-urutan kejadian yang sama (Yuyun S, 1981: 7).

Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya hubungan kausalitas yang mutlak, sehingga suatu kejadian tertentu harus diikuti
oleh kejadian yang lain, melainkan bahwa suatu kejadian mempunyai kemungkinan besar untuk mengakibatkan terjadinya kejadian lain.
Ilmu tentang objek empiris pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan, hal ini perlu sebab kejadian alam sangat kompleks.
Kegiatan yang dilakukan dalam ilmu alam tidak merupakan objek penelitian ilmu alam, sebab praktek ilmu alam merupakan suatu
aktivitas manusia yang khas. Manusia memang dapat terlibat sebagai subjek dan sebagai objek, dengan kata lain manusia adalah
mempraktekkan dan diprakteki (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).
2. Ilmu-ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan
maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali dengan objek material dalam ilmu alam.
Objek material dalam ilmu sosial adalah berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas dan tidak deterministik (Tim
Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).
Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai
keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam ilmu manusia praktek ilmiah sebagai aktivitas
manusiawi merupakan juga objek penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi, psikis, sosiologis, dan sejarah. Spesifikasi ilmu sejarah
adalah data peninggalan masa lampau baik berupa kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni, namun objek ilmu sejarah
tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa lampau. Kondisi tersebut yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi
berkaitan dengan sikap menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai ilmu kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat
Ilmu, 2007: 51).
Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang dinilai gagal dalam menangkap kekomplekan gejala, didasarkan pada kegagalan dalam
membedakan antara pernyataan beserta sistematika yang dipakai dengan gejala sosial yang dinyatakan oleh pernyataan tersebut. Tidak
semua argumentasi tentang kerumitan gejala sosial yang menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial. Rangkaian argumentasi yang
lain didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan tidak mampu untuk menangkap keunikan gejala sosial dan manusiawi.
Penelaahan sosial tertarik kepada keungikan tiap-tiap kejadian sosial, padahal metode keimuan hanya mampu mensistematikakan
berdasarkan generaslisasi, maka keadaan in menyebabkan harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial (Jujun S.
Suriasumantri, 2006: 143).
Objek penelaahan Ilmu Sosial mempunyai karakter (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 134) di bawah ini:
1. Objek Penelaahan yang Kompleks
Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan satu jenis gejala yakni gejala yang
bersifat fisik. Gejala sosial juga mempelajari karakteristik fisik namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu
menerangkan gejala tersebut. Guna menjelaskan hal ini berdasarkan hukum-hukum seperti yang terdapat dalam ilmu alam tidaklah cukup.
Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang bersifat umum. Penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang
relatif kecil yang dapat diukur secara tepat. Ilmu-ilmu sosial mempelajari manusia selaku perseorangan maupun selaku anggota dari suatu
kelompok sosial yang menyebabkan situasi yang bertambah rumit. Variabel dalam penelaahan sosial adalah relatif banyak kadangkadang membimbingkan peneliti.
Apabila seorang ahli kimia mencampurkan dua buah zat kimia dan meledak, hal itu dapat dijelaskan dengan tepat dalam ilmu alam,
namun apabila terjadi kejahatan, maka kajiannya terdapat faktor yang banyak sekali untuk dijelaskan. Faktor-faktor penjelas yang
dimaksud antara lain, apa latar belakang kejahatan, bagaimana latar belakang psikologi orang, mengapa harus memilih melakukan
kejahatan dan sebagainya. Tingkat-tingkat kejadian suatu peristiwa sosial selalu menyulitkan ahli ilmu sosial untuk menetapkan aspekaspek apa saja yang terlibat, pola pendekatan mana yang paling tepat dan variabel-variabel apa saja yang termasuk di dalamnya.
2. Kesukaran dalam Pengamatan
Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin melhat,
mendengar, meraba, mencium atau mengecap gejala yang sudah terjadi di masa lalu. Serorang ahli pendidikan yang sedang mempelajari
sistem persekolahan di zaman penjajahan dulu tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri kejadian-kejadian tersebut. Keadaan ini

berbeda dengan seorang ahli kimia yang bisa mengulang kejadian yang sama setiap waktu dan mengamati suatu kejadian tertentu secara
langsung.
3. Objek Penelaahan yang Tak Terulang
Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan gejala tersebut dapat diamati sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan
sukar untuk terulang kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik melalui perumusan kuantitatif dan hukum yang
berlaku umum. Masalah sosial sering kali bersifat spesifik dan konteks historis tertentu. Kejadian tersebut bersifat mandiri. Bervariasinya
kejadian-kejadian sosial ditambah dengan sulitnya pengamatan secara langsung waktu penelaahan dilakukan menyebabkan sukarnya
mengembangkan dan menguji hukum-hukum sosial.
4. Hubungan antara Ahli dan Objek Penelaahan Sosial
Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Ahli ilmu alam tidak usah memperhitungkan tujuan atau
motif dari planet. Ahli sosial mempelajari manusia yang merupakan makhluk yang penuh tujuan dalam tingkah laku. Manusia bertindak
sesuai dengan keinginannya dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pilihan atas tindakan yang akan diambilnya. Hal ini
menyebabkan manusia dapat melakukan perubahan dalam tindakannya. Kondisi ini menyebabkan objek penelaahan ilmu sosial sangat
dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia maka gejala sosial berubah secara tetap sesuai dengan tindakan manusia yang didasari
keinginan dan pilihan tersebut.
Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan menyusun hukum yang bersifat umum mengenai proses. Ahli alam tidak bermaksud untuk
mengubah alam atau harus setuju dan tidak setuju dengan proses tersebut. Ahli ilmu alam hanya berharap bahwa pengetahuan mengenai
gejala fisik dari alam akan memungkinkan manusia untuk memanfaatkan proses alam. Ahli ilmu sosial tidaklah bersikap sebagai
penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial.
Ahli ilmu alam mempelajari fakta dan memusatkan perhatiannya pada keadaan yang terjadi pada alam. Ahli ilmu sosial juga mempelajari
fakta umpamanya mengenai kondisi-kondisi yang terdapat dalam suatu masyarakat. Peneliti mencoba untuk tidak terlibat dalam pola yang
ada di masyarakat, namun kadang peneliti kemudian mengembangkan materi berdasarkan penemuannya tersebut untuk dapat
diaplikasikan kepada masyarakat.
Perbedaan-perbedaan secara epistemologi tersebut dapat dijadikan asumsi bahwa pada pengkajian ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial
tidak dapat disamakan. Metode dalam pengkajian ilmu-ilmu alam berbeda objeknya sehingga akan menyebabkan perbedaan cara
pengkajian.
BAB III
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan akhir dalam pembahasan mengenai perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif ontologi dan
epistemologi antara lain:
1.

Ditinjau dari perspektif ontologi, perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial yaitu ilmu-ilmu alam merupakan cabang cari filsafat
alam (the natural sciences) sedangkan ilmu-ilmu sosial merupakan cabang dari filsafat moral (the social sciences). Ilmu-ilmu
alam kemudian terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam terbagi lagi menjadi fisika, kimia, astronomi dan ilmu
bumi. Ilmu-ilmu sosial terbagi menjadi antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik.

2.

Ditinjau dari perspektif epistemologi, perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial terletak pada penggunaan prosedur ilmiah. Ilmu
alam terkait secara pokok dalam positifistik, mempelajari yang objektif, tidak hidup, dan dunia fisik. Objek ilmu alam dianggap
serupa, tidak mengalami perubahan dalam jangka tertentu, dan setiap gejala terpola. Ilmu-ilmu sosial merupakan hasil akal
manusia, subjektif, dan emotif. Objek material ilmu sosial adalah tingkah laku khas manusia dan tidak desterministik.

B. Implikasi

Pengetahuan tentang perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial ditinjau dari aspek ontologis memberi pemahaman bahwa ilmu alam
dan ilmu sosial tersegmentasi dalam karakter yang sama. Perbedaan secara ontologis menjadikan kejelasan batasan mengenai karakter
ilmu yang lebih bersifat ilmu alam atau ilmu sosial.
Tinjauan epistemologi tentang perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial memberikan wacana tentang metode yang digunakan dalam
mengkaji masalah ilmu alam dan sosial. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan karakter objeknya baik ilmu alam atau ilmu
sosial. Ketepatan metode menjadikan ilmu dapat dikaji secara benar.
C. Saran
Saran yang dapat disampaikan antara lain:
1.

Pemahaman secara ontologis antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial penting dilakukan berbagai pihak karena dengan
kajian tersebut maka dapat memberi penjelasan batasan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.

2.

Pengetahuan tentang batasan epistemologis perlu dipahami oleh berbagai pihak agar tidak salah dalam menganalisis ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial dengan metode yang tidak tepat.

lmu sosial itu mempelajari manusia dari segi hubungannya dengan manusia lain. kalo ilmu sosial sifatnya subjektif dan berdasarkan
penafsiran, persepsi, generalisasi, asumsi dan sebagainya. dalam ilmu sosial, perkembangannya dari masa ke masa cenderung dinamis
karena adanya kasus kasus baru ataupun faktor-faktor baru dari kasus kasus lama.
kalo ilmu alam mempelajari alam dan unsur unsurnya. kalo ilmu alam lebih objektif, matematis, dan berdasarkan bukti bukti empiris dan
perhitungan. kalo ilmu alam cenderung lambat, statis dan itu itu saja.
Dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang kemajuannya sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini
disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial yang adalah manusia sebagai makhluk multidimensional.
Obyek Penelaahan yang Kompleks
Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alami yang hanya bersifat fisik. Kendati juga memiliki karakteristik fisik,
gejala sosial memerlukan penjelasan yang lebih dalam. Hal yang bersifat azasi sering tak tersentuh oleh pengamatan terhadap gejala fisik
karena sifatnya yang umum. Penelaahan ilmu alam meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif kecil dan dapat diukur secara
tepat, sedangkan variabel ilmu sosial sangat banyak dan rumit.
Kesukaran dalam Pengamatan
Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin
menangkap gejala masa lalu secara indrawi kecuali melalui dokumentasi yang baik, sedangkan seorang ahli ilmu kimia atau fisika,
misalnya, bisa mengulangi percobaan yang sama setiap waktu dan mengamatinya secara langsung. Hakikat ilmu-ilmu sosial tidak
memungkinkan pengamatan secara langsung dan berulang.
Mungkin saja seorang ahli ilmu sosial mengamati gejala sosial secara langsung, tetapi ia akan menemui kesulitan untuk
melakukannya secara keseluruhan karena gejala sosial lebih variatif dibandingkan gejala fisik. Perlakuan yang sama terhadap setiap
individu penelitian dalam ilmu sosial bisa menghasilkan suatu tabulasi, tetapi peluang kebenaran pada perlakuan yang sama itu pun tidak
sebesar peluang kesamaan dalam ilmu-ilmu alam.
Obyek Penelaahan yang Tak Terulang
Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan dapat diamati secara langsung. Gejala sosial bersifat unik dan sukar terulang
kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik lewat perumusan kuantitatif dan hukum yang berlaku secara umum.
Tetapi kebanyakan masalah sosial bersifat spesifik dalam konteks historis tertentu.
Hubungan antara Ahli dan Obyek Penelaahan
Ahli ilmu sosial mempelajari manusia, makhluk hidup yang penuh tujuan dalam tingkah lakunya, sedangkan gejala fisik kealaman
seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Karena itu subyek penelaahan ilmu sosial dapat berubah secara tetap
sesuai dengan tindakan manusia yang didasari keinginan dan pilihan masing-masing. Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan
menyusun hukum yang bersifat umum mengenai proses alam. Apa pun yang ia lakukan tidak bermaksud untuk mengubah alam atau harus
setuju atau tidak setuju terhadap proses alam. Sedangkan ahli ilmu sosial tak bisa melepaskan diri dari jalinan unsur-unsur kejadian sosial.

Kesimpulan umum dapat memengaruhi kegiatan sosial (ingat lagi hasil penelitian tentang lemak babi dalam beberapa produk makanan/
minuman!). Penemuan di bidang ilmu alam baru akan kehilangan artinya setelah digantikan oleh penemuan baru yang lebih baik,
sedangkan penemuan di bidang sosial akan sangat mudah kehilangan artinya jika pengetahuan tersebut ternyata menyebabkan manusia
mengubah kondisi sosialnya.
Ahli ilmu sosial tidak bersikap sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial karena ia merupakan bagian integral
dari obyek kehidupan yang ditelaahnya. Karena itu lebih sukar bagi seorang peneliti ilmu sosial untuk bersikap obyektif dalam masalah
ilmu sosial daripada seorang peneliti ilmu alam dalam masalah kealaman. Keterlibatan secara emosional terhadap nilai-nilai tertentu juga
cenderung memberikan penilaian baik/ buruk yang bersifat individual/ subyektif.
Ahli ilmu alam mempelajari fakta yang terdapat pada alam, sedangkan ahli ilmu sosial mempelajari fakta yang terdapat dalam
masyarakat kondisional. Ideal seorang ahli ilmu sosial tentang kondisi masyarakat yang diharapkannya dapat mempersulit perkembangan
penelitiannya.
Ahli ilmu sosial harus mengatasi berbagai rintangan jika berharap untuk membuat kemajuan yang berarti dalam menerangkan,
meramalkan dan mengontrol perilaku manusia. Ini hanya dapat dilakukan bila ia gigih dan sabar. Kemajuan pesat yang dicapai ahli-ahli
ilmu alam menyebabkan para ahli ilmu sosial mendapatkan tantangan berat untuk memecahkan masalah kemanusiaan. (Deobold B. Van
Dalen)
About these ads
ILMU SOSIAL DASAR
Latar belakang dan ruang lingkup ilmu sosial dasar
ilmu-ilmu sosial
Telah kita ketahui semua sumber ilmu pengetahuan adalah philosophia (filsafat). Baik ilmu-ilmu alam mupun ilmu-ilmu social, biladi
lihat dari perkembangannya, bermula dari ilmu filsafat, dari filsafat itu kemudian lahirlah tiga cabang ilmu pengitahuan :
1.

Natural sciences (ilmu-ilmu alamiyah), yang meliputi : fisika, kimia, astronomi, biologi, botani dan lain-lain.

2.

Social sciences (ilmu-ilmu sosial), sosiologi,ekonomi, politik, antropologi, sejarah, psikologi, geografi dan lain-lain.

3.

Humanitas,(ilmu-ilmu budaya) meliputi: bahasa, agama, kesusastraan, kesenian, da lain-lain.

4.

2.

ilmu social dasar

Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah suatu program peljaran baru yang dikembangkan di perguruan tinggi. Pengembangan Ilmu Sosial Dasar
ini sejalan dengan relisasi perkembangan ide dan pembaruan system pendidikan yang bersifat dinamis dan inovatif. Ilmu-ilmu Sosial
Dasar (ISD) ini dipergunakan dalam pendekatan sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah sosial yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Melalui penelaan dan pendalaman Subject-oriented.tersebut, proses pendalaman bidang- bidang ilmu menuju spesialisasi keahlian telah
berlangsung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu sosial dasar (ISD) tidak terdapat
perbedaan yang prinsipil sepanjang menyangkut konsep dasar atau pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial. Perbedaan itu terjadi pada
pendekatan bidang studinya saja. Ilmu-ilmu sosial dasar bersumber pada konsep dasr ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi. ISD
dipergunakan mencari pemecahan masalah kemasyarakat melalui pendekatan interdisipliner maupun multidisipliner ilmu-ilmu sosial. Di
pihak lain, pengantar-pengantar ilmu-ilmu sosial disajikan secara teoritis, yang menyangkut ruang lingkup, metode dan sistematisasinya.
Latar belakang Ilmu Sosial Dasar (ISD) dimulai sejak terjadinya kritik-kritik yang ditunjukkan pada system pendidikan di perguruan
tinggi oleh sejumlah cendikiawan, terutama sarjana pendidikan sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap system pendidikan yang
tengah berlangsung saat itu berbau colonial. Selain itu, masih merupakan warisan pendidiakn pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari
politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad Theodore Van Deventer, untuk menghasilkan tenaga terampil tukang-tukang yang mengisi
birokrasi mereka dibidang adminstrasi, pedagang, tehnik dan keahlian lain mengeksploitasi kekayaan Negara. Padahal tenaga ahli yang
dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan memiliki tiga jenis kemampuan yang meliputi personal, akademik dan professional.
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Berpangkal pada tujuan di atas, ada dua masalah yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menetukkan ruang lingkup
pembahasan mata kuliah ilmu sosial dasar, yaitu :
a. ada berbagai aspek pada kenyataan yang merupakan suatu masalah sosial. Biasanya, masalah sosial dapat ditangggapi dengan
pendekataan yang berbeda-beda oleh bidang- bidang pengetahuna keahlian yang berbeda-beda pula, baik sebagai pendekatan tersendiri,
mapupun gabungan (antar bidang).
b. Adanya berbagai golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta polapola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri, tetapi memilki banyak persamaan kepentingan kebutuhan serta persamaaan dalam
pola-pola pemikran dan tingkah laku yang menyebabkanadanya pertentangan maupun hubungan-hubungan setia kawan dan kerja sama
dalam masyarakat itu.
Masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia tidaklah sama antara yang satu satu dan yang lainnya. Hal itu disebabakan
perbedaan tinkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya, serta keadaan lingkungan alamnya tempat masyarakat itu hidup,
masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah social, moral, politik, ekonomi, agama ataupun masalah lainnya.
Yang membedakan masalah sosial dari masalah lainnya adalah masalah sosial selalu berkaitan dengan nilai-nilai moral dan pranata sosial,
serta selalu berkaitan dengan hubungan manusia dan dengan konteks-konteks normatif tempat hubungan manusia terwujud.
Dengan demikian, suatu masalah sosial ini terutama di tekankan pada adanya kondisi atau keadaan tertentu dalam kehidupan sosial
waraga masyarakat yang bersangkutan. Kondisi atau keadaan sosial tertentu sebenarnya merupakan hasil dari proses kehidupan manusia
yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmaninnya, kebutuhan-kebutuhan sosial dan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan. Dalam usaha
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, manusia menggunakan kebudayaan sebagai model petunjuk dalam menggunakan lingkungan alam
dan sosial masyarakat.
Masalah-masalah sosial dan kajian dalam ilmu sosial dasar
Dalam kata masalah itu sendiri memiliki suatu definisi yaitu suatu soal yang harus diselesaikan,dalam masalah sosial diartikan bahwa
masalah sosial yang terjadi di masyarakat dapat berdampak ke sebagian mayarkat dan di situasi dan kondisi seperti itu dapat diatasi
dengan kebersamaan
Contoh-contoh masalah sosial yang ada dimasyarkat khusunya di Indonesia.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah dimana ketidak mampuan dalam mencapai sesuatu yg diharapkan.dalam kemiskinan itu sendiri mempunyai faktorfaktor yang mempengaruhi sperti; tingkat pendidikan dan pekerjan yang semakin sedikit, dalam pekerjaan itu sendiri sekarang
mempunyai standar untuk diterima sebagai karyawan dan adanya kontrak pegawai.
Pendidikan
Di Indonesia dengan pendidikan yang kurang merata banyak sekali anak yang berhenti sekolah bahkan ada yg belum pernah mengenyam
pendidikan, sedangkan pendidikan sangat berarti bagi kelanjutan hidup. Pemerintah memberikan anggaran dana untuk sekolah namun
dalam beberapa fakta masih banyak anak yg beum bisa mengenyam pendidikan
Kejahatan
Indonesia dalam presenatse kejahatan cukup tinggi apalai di kota-kota besar, kejahatan ini biasanya bermotifkan ekonomi, kejahatan itu
sendiri memiliki pelaku yang dari orang yg tidak terpelajar dan terpelajar.
Penganguran
Pengangguran adalah ketidak mampuan bersaing dalam dunia kerja, dan ini menjadi masalah serius untuk di beberapa negara
berkembang. Biasanya penganguran bertambah tapi tempat kerja tetap bahkan berkurang, dan penduduk yang dari desa memadati ibu
kota berharap mendapat kerja yang layak.
Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar
teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik
terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya
kebenaran pada sistem pemikiran . Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: Kita tidak hidup di dunia yang
adil. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia
yang berjuang menegakkan keadilan.
Definisi-definisi beberapa istilah umum dalam Ilmu Sosial Dasar
a)

Paradigma

Kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif
seseorang mengenai realita dan akhirnya menentukan bagaimana sesorang menanggapi realita tersebut.
Contoh: Fanatisme akan sebuah kelompok
b)

Teori

Sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu seseorang untuk
memahanmi sebuah fenomena.
Contoh: Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk
menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini,
beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan
perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini
menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag .
c)

Konsep

Merupakan penyusun utama dalam pembentukkan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.
Contoh:Konsep UUD yang bertahan sampai saat ini.
d) Prinsip
Kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir dan bertindak.
Contoh:Prinsip ekonomi dorongan atau alasan seseorang melakukan tindakan ekonomi dengan tujuan mendapatkan sesuatu
e)

Fakta

Suatu informasi yang bersifat nyata atau benar-benar terjadi,Fakta selalu disertai dengan bukti yang mendukung kebenarannya.
Contoh:Fakta bahwa Aldof Hitler adalah pemimpin NAZI
f)

Hipotesis

Jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Contoh:Hipotesis sering sekali digunakan pada saat melakukan penelitian Ilmiah yang memuat dugaan-dugaan yang kita sangka pada
sebuah penelitian.
g)

Postulat

Pernyataan yang disepakati benar tanpa perlu adanya pembuktian kebenaran.

Contoh:Manusia sebagai makhluk sangat membutuhkan oxygen


h)

Persepsi

Sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan
mereka.
Contoh:Persepsi manusia mengenai surga dan neraka
i)

Sistem
1.

Suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,materi
atau energi

2.

Kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak

Contoh:Negara merupakan sebuah sistem yang harus memiliki sekurang-kurangnya 3 komponen utama,yaitu: pemerintah yang
berdaulat,wilayah yang dikuasai serta penduduk yang mendiami wilayahtersebut.
j)

Ratifikasi

Ratifikasi adalah proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen yang bersifat nasional lainnya (seperti amandemen
terhadap konstitusi) melalui persetujuan dari tiap entitas kecil di dalam bagi
Ilmu Alamiah
1.Pengertian Ilmu Alamiah :
Ilmu alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana
obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun [1].
2.Kegunaan :
untuk mengetahui apa saja yang ada di alam semesta ini.
untuk menemukan penjelasan umum tentang gejala dan hubungan gejala yang terjadi secara alamiah.
untuk mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ilmu pengetahuan alam, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
3.Contohnya :
a) ilmu kimia mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau
transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari.
b) ilmu biologi mempelajari kehidupan yang sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup.
c) ilmu fisika mempelajari sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas dan mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau
materi dalam lingkup ruang dan waktu.
Ilmu Sosial
1.Pengertian Ilmu Sosial :
Ilmu sosial (Inggris:social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
2.Kegunaan :
untuk mengenal dasar-dasar ilmu sosial dalam kehidupan sehari-hari. -untuk mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural.
Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan keserajatan manusia dengan landasan nilai estetika , etika
dan moral dalam kehidpan bermasyarakat.
3.Contohnya :
a) Antropologi, yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
b) Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat.
c) Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
d) Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan.
e) Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa.
f) Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.

g) Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara).


h) Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
i) Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
j) Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
Ilmu Budaya
1.pengertian Ilmu Budaya :
Ilmu Budaya adalah kumpulan kepercayaan yang menjadi tradisi oleh sekelompok orang atau suku dalam menjalankan tradisi selama
turun menurun.
2.Kegunaan :
Kebutuhan masyarakat bidang spiritual dan materiil sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
sendiri.
untuk mengenal kebudayaan yang ada di indonesia maupun dunia.
3.Contohnya :
a) Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan,
lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
b) Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan
mata ataupun telinga.
Perbedaan dari ilmu alamiah,ilmu sosial & ilmu kebudayaan :
-Ilmu Alamiah mempelajari hubungan gejala yang terjadi secara alamiah.
-Ilmu Sosial mempelajari dasar-dasar ilmu sosial dalam kehidupan sehari-hari.
-Ilmu kebudayaan mempelajari aspek-aspek kehidupan masyarakat.
Dalam salah satu kuliah Filsafat Sains, program doktor pascasarjana IPB, yang saya berikan bulan lalu, ditengahkan tentang
karakteristik ilmu-ilmu sosial. Bagaimana tidak mudahnya ilmu-ilmu ini dikategorikan setara dengan ilmu-ilmu alam.Tidak kurang dari
400 tahun lamanya, menurut beberapa sumber, dunia keilmuan berada dalam dominasi dan otoritas paradigma positivisme
( Muslih,2005). Isu utama yang dibawa oleh paham ini adalah dalam refleksi filsafatnya yang sangat menitik beratkan pada aspek
metodologi. Intinya adalah bagaimana memperoleh pengetahuan yang sahih tentang kenyataan. Isu ini menjadi penting karena
pemahaman tentang positif itu sendiri dimaksudkan sebagai apa yang berdasarkan fakta obyektif.Dalam bahasa ilmu ekonomi biasa
diungkap sebagai what is. Agus Comte sebagai perintis positivisme memertajam istilah positif dengan membedakan yang nyata dan
yang khayal; yang pasti dan yang meragukan; yang tepat dan yang kabur; yang berguna dan yang sia-sia. Comte yang
dikenal sebagai pendiri sosiologi modern, telah merintis penerapan metode ilmiah dalam ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial.
Gagasan Comte tentang ilmu positif disikapi oleh kelompok Lingkaran Wina (Wina Circle) di abad ke-20 ini (Muslih,2005)
yang berpandangan: (a) mereka menolak perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial; (b) menganggap pernyataan yang tak
dapat diverifikasi secara empiris seperti etika, estetika, agama, metafisika dianggap sebagai sesuatu yang nonsense; (c) berusaha
menyatukan semua ilmu penetahuan di dalam satu bahasa ilmiah yang universal; dan (d) memandang tugas filsafat sebagai analisis atas
kata-kata atau pernyataan-pernyataan.
Dengan menerapkan metodologi ilmu-ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial berarti ilmu-ilmu sosial memiliki prinsip-prinsip
empiris-obyektif, deduktif-nomologis, dan instrumental-bebas nilai. Jadi menurut Anthony Giddens dalam Muslih (2005), ketiga asumsi
tersebut membawa implikasi tertentu yakni:
(1)

Prosedur metodologi ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial.Gejala-gejala subyektivitas manusia,
kepentingan maupun kehendak, tidak mengganggu obyak observasi yaitu tindakan sosial. Dengan cara ini obyek observasi
ilmu-ilmu sosial disejajarkan dengan dunia alamiah.

(2)

Hasil-hasil riset dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam.

(3)

Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni. Pengetahuan itu harus
dapat dipakai untuk keperluan apa saja sehingga tidak bersifat etis dan juga tidak terkait pada dimensi politis. Ilmu-ilmu sosial
seperti ilmu-ilmu alam bersifat bebas-nilai?

Dalam prakteknya penerapan metodologi ilmu-ilmu alam ke dalam ilmu-ilmu sosial selalu menimbulkan perdebatan, utamanya
dari segi obyek telaahan atau observasinya. Obyek penelaahan ilmu-ilmu sosial relative kompleks. Sebagai obyek observasi,
perilaku masyarakat dan individu manusia tidak dapat begitu saja diprediksi. Seperti diketahui ilmu-ilmu alam telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat sedangkan ilmu ilmu-ilmu sosial agak tertinggal. Beberapa ahli berpendapat

bahwa ilmu-ilmu sosial tak akan pernah menjadi ilmu dalam artian yang sepenuhnya. Sebab Ilmu-ilmu sosial mempelajari
tingkah laku manusia yang sulit dibuat seragam.
Wah saya belum pernah dapat kuliah filsafat sains Prof (apalagi yang mengenai klasifikasi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial). Cuma saya pernah membaca bukunya saja (beberapa).
Terimakasih nih Prof, nambah wawasan saya. (seperti ikut kuliah nih jadinya..

kuliah falsafah sainssoalnya serba abstrak,muter-muter banyak sekali mashab yang musti dipahami.tetapi ketika saya
banyak menulis dan diberi tugas mengajar falsafah sains..akhirnya senangkarena di dalamnya kita semakin mengenal sejarah
ilmu pengetahuan, lahirnya dan dinamika perkembangan teori, kaitan temuan- teknologi- peradaban, makna ilmu sebagai bebas
nilai, tinjauan ontologis,epistemologi,axiologis, dan metodologis etc,.. maka kita seharusnya sebagai ilmuwan semakin
terdorong untuk terus meningkatkan daya kritisi,rasa penasaran, dan bahkan skeptis terhadap setiap temuan,..selain itu perlu
terus melakukan riset atau discovery,dan menulis, dengan sifat-sifat rendah hati, integritas ilmiah, dan berperilaku arif sesama
ilmuwan dan anggota sosial.dsbsalam falsafah
Ya prof. terkadang saya juga merasakan bahwa ilmu2 sosial terasa di awang2, maksud saya seringkali teori dan prakteknya jauh
berbeda. Contoh saja misalnya ilmu ekonomi, terutama ilmu ekonomi mikro, terlalu banyak ceteris paribus-nya, sehingga sungguh tidak
aplikatif jikalau diterapkan di dunia nyata, atau misalnya teori Malthus yang sangat sederhana yang meramalkan bahwa manusia akan
kelaparan karena pertumbuhan populasi manusia sejalan dengan deret geometri sedangkan produksi makanan sejalan dengan deret
aritmatika. Teori ini sungguh mengabaikan faktor2 lain yang justru berperan penting.
Apalagi ilmu hukum dan politik, saya lebih pusing lagi prof, itu ilmu kok bisa dibengkokkan sendiri semau gue, terkadang dibengkokkan
menurut keinginan sendiri atau kelompok. Wah, nggak tahu deh, mungkin saya belum mengerti 100% esensi atau senses dari ilmu2 sosial.
Ya benar bung YariNK, khususnya fenomena di bidang ilmu-ilmu sosial tidak mudah digeneralisasi sebagai suatu teori
pemahaman tentang manajemen sebagai ilmu dan seni saja masih jadi perdebatan panjang..padahal teori itu memiliki elemenelemen antara lain adanya hipotesis, prediksi, dan asumsi. . dalam hal ini secara umum, KARL POPPER menolak suatu
temuan yang digeneralisasi yang dihasilkan dari induksi sebagai hukum umum sebagai teori ilmiah..kemudian mengkritik
pandangan neo-positivisme yang menerapkan pembelakuan hukum umum melalui verifikasimenurutnya suatu teori tidak
bersifat ilmiah hanya karena bisa dibuktikan kebenarannyamelainkan harus dapat diuji melalui percobaan-percobaan
sistematis untuk menyangkalnya. .jadi jika hipotesis atau teori mampu bertahan melawan penyangkalan maka teori itu
kokoh Btw, memang Malthus mengabaikan unsur kemajuan teknologi produksi pangan yang maju dan adanya manajemen
keluarga berencana. salam.
Matinya Ilmu Administrasi dan Manajemen
(Satu Sebab Krisis Indonesia)
Oleh Qinimain Zain
FEELING IS BELIEVING. C(OMPETENCY) = I(nstrument) . s(cience). m(otivation of Maslow-Zain) (Hukum XV Total
Qinimain Zain).
INDONESIA, sejak ambruk krisis Mei 1998 kehidupan ekonomi masyarakat terasa tetap buruk saja. Lalu, mengapa demikian
sulit memahami dan mengatasi krisis ini?
Sebab suatu masalah selalu kompleks, namun selalu ada beberapa akar masalah utamanya. Dan, saya merumuskan (2000)
bahwa kemampuan usaha seseorang dan organisasi (juga perusahaan, departemen, dan sebuah negara) memahami dan
mengatasi krisis apa pun adalah paduan kualitas nilai relatif dari motivasi, alat (teknologi) dan (sistem) ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Di sini, hanya menyoroti salah satunya, yaitu ilmu pengetahuan, system ilmu pengetahuan. Pokok bahasan itu
demikian penting, yang dapat diketahui dalam pembicaraan apa pun, selalu dikatakan dan ditekankan dalam berbagai forum
atau kesempatan membahas apa pun bahwa untuk mengelola apa pun agar baik dan obyektif harus berdasar pada sebuah sistem,
sistem ilmu pengetahuan. Baik untuk usaha khusus bidang pertanian, manufaktur, teknik, keuangan, pemasaran, pelayanan,
komputerisasi, penelitian, sumber daya manusia dan kreativitas, atau lebih luas bidang hukum, ekonomi, politik, budaya,
pertahanan, keamanan dan pendidikan. Kemudian, apa definisi sesungguhnya sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan itu?
Menjawabnya mau tidak mau menelusur arti ilmu pengetahuan itu sendiri.

Ilmu pengetahuan atau science berasal dari kata Latin scientia berarti pengetahuan, berasal dari kata kerja scire artinya
mempelajari atau mengetahui (to learn, to know). Sampai abad XVII, kata science diartikan sebagai apa saja yang harus
dipelajari oleh seseorang misalnya menjahit atau menunggang kuda. Kemudian, setelah abad XVII, pengertian diperhalus
mengacu pada segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge). Kemudian dari pengertian science sebagai segenap
pengetahuan yang teratur lahir cakupan sebagai ilmu eksakta atau alami (natural science) (The Liang Gie, 2001), sedang (ilmu)
pengetahuan sosial paradigma lama krisis karena belum memenuhi syarat ilmiah sebuah ilmu pengetahuan. Dan, bukti nyata
masalah, ini kutipan beberapa buku pegangan belajar dan mengajar universitas besar (yang malah dicetak berulang-ulang):
Contoh, umumnya dan terutama dalam ilmu-ilmu eksakta dianggap bahwa ilmu pengetahuan disusun dan diatur sekitar
hukum-hukum umum yang telah dibuktikan kebenarannya secara empiris (berdasarkan pengalaman). Menemukan hukumhukum ilmiah inilah yang merupakan tujuan dari penelitian ilmiah. Kalau definisi yang tersebut di atas dipakai sebagai patokan,
maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya tidak atau belum memenuhi syarat, oleh karena sampai sekarang belum
menemukan hukum-hukum ilmiah itu (Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 1982:4, PT Gramedia, cetakan VII,
Jakarta). Juga, diskusi secara tertulis dalam bidang manajemen, baru dimulai tahun 1900. Sebelumnya, hampir dapat dikatakan
belum ada kupasan-kupasan secara tertulis dibidang manajemen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai
bidang ilmu pengetahuan, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang masih muda. Keadaan demikian ini menyebabkan masih
ada orang yang segan mengakuinya sebagai ilmu pengetahuan (M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, 2005:19, Gajah Mada
University Press, cetakan kedelapan belas, Yogyakarta).
Kemudian, ilmu pengetahuan memiliki beberapa tahap perkembangannya yaitu tahap klasifikasi, lalu tahap komparasi dan
kemudian tahap kuantifikasi. Tahap Kuantifikasi, yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut dalam tahap memperhitungkan
kematangannya. Dalam tahap ini sudah dapat diukur keberadaannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Hanya saja
ilmu-ilmu sosial umumnya terbelakang relatif dan sulit diukur dibanding dengan ilmu-ilmu eksakta, karena sampai saat ini baru
sosiologi yang mengukuhkan keberadaannya ada tahap ini (Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, 2005:18-19,
PT Refika Aditama, cetakan ketiga, Bandung).
Lebih jauh, Sondang P. Siagian dalam Filsafat Administrasi (1990:23-25, cetakan ke-21, Jakarta), sangat jelas menggambarkan
fenomena ini dalam tahap perkembangan (pertama sampai empat) ilmu administrasi dan manajemen, yang disempurnakan
dengan (r)evolusi paradigma TOTAL QINIMAIN ZAINn (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual
Framework for Sustainable Superiority, TQZ Administration and Management Scientific System of Science (2000): Pertama,
TQO Tahap Survival (1886-1930). Lahirnya ilmu administrasi dan manajemen karena tahun itu lahir gerakan manajemen
ilmiah. Para ahli menspesialisasikan diri bidang ini berjuang diakui sebagai cabang ilmu pengetahuan. Kedua, TQC Tahap
Consolidation (1930-1945). Tahap ini dilakukan penyempurnaan prinsip sehingga kebenarannya tidak terbantah. Gelar sarjana
bidang ini diberikan lembaga pendidikan tinggi. Ketiga, TQS Tahap Human Relation (1945-1959). Tahap ini dirumuskan
prinsip yang teruji kebenarannya, perhatian beralih pada faktor manusia serta hubungan formal dan informal di tingkat
organisasi. Keempat, TQI Tahap Behavioral (1959-2000). Tahap ini peran tingkah-laku manusia mencapai tujuan menentukan
dan penelitian dipusatkan dalam hal kerja. Kemudian, Sondang P. Siagian menduga, tahap ini berakhir dan ilmu administrasi
dan manajemen akan memasuki tahap matematika, didasarkan gejala penemuan alat modern komputer dalam pengolahan data.
(Yang ternyata benar dan saya penuhi, meski penekanan pada sistem ilmiah ilmu pengetahuan, bukan komputer). Kelima, TQT
Tahap Scientific System (2000-Sekarang). Tahap setelah tercapai ilmu sosial (tercakup pula administrasi dan manajemen)
secara sistem ilmiah dengan ditetapkan kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukumnya, (sehingga ilmu pengetahuan sosial
sejajar dengan ilmu pengetahuan eksakta). (Contoh, dalam ilmu pengetahuan sosial paradigma baru milenium III, saya tetapkan
satuan besaran pokok Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas dan D(ay) atau Hari Kerja sistem ZQD, padanan m(eter),
k(ilogram) dan s(econd/detik) ilmu pengetahuan eksakta sistem mks. Paradigma (ilmu) pengetahuan sosial lama hanya ada
skala Rensis A Likert, itu pun tanpa satuan). (Definisi klasik ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara teratur. Paradigma baru, TQZ ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur membentuk
kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu).
Bandingkan, fenomena serupa juga terjadi saat (ilmu) pengetahuan eksakta krisis paradigma. Lihat keluhan Nicolas Copernicus
dalam The Copernican Revolution (1957:138), Albert Einstein dalam Albert Einstein: Philosopher-Scientist (1949:45), atau
Wolfgang Pauli dalam A Memorial Volume to Wolfgang Pauli (1960:22, 25-26).
Inilah salah satu akar masalah krisis Indonesia (juga seluruh manusia untuk memahami kehidupan dan semesta). Paradigma
lama (ilmu) pengetahuan sosial mengalami krisis (matinya ilmu administrasi dan manajemen). Artiya, adalah tidak mungkin
seseorang dan organisasi (termasuk perusahaan, departemen, dan sebuah negara) pun mampu memahami, mengatasi, dan
menjelaskan sebuah fenomena krisis usaha apa pun tanpa kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum, mendukung sistem(ilmu pengetahuan)nya.

PEKERJAAN dengan tangan telanjang maupun dengan nalar, jika dibiarkan tanpa alat bantu, membuat manusia tidak bisa
berbuat banyak (Francis Bacon).
BAGAIMANA strategi Anda?

Anda mungkin juga menyukai