Anda di halaman 1dari 5

2.1.

MEKANISME DEPOSISI PARTIKEL OBAT DI PARU-PARU


Terdapat lima mekanisme yang mempengaruhi deposisi partikel di dalam saluran
pernafasan. MekanismeJ utama yaitu sedimentasi, impaction dan difusi. Mekanisme lainnya
yaitu elektrostatis dan intersepsi.

Partikel obat yang lebih besar mengalami deposisi melalui sedimentasi dan impaksi.
Sedangkan partikel yang lebih kecil melalui proses difusi. Distribusi partikel aerosol
dipengaruhi secara langsung oleh tiga mekanisme ini. Alasannya, karena sistem pernapasan
dirancang sebagai rangkaian filter untuk mencegah partikel asing untuk masuk ke paru-paru
dan untuk menjaga permukaan paru-paru tetap bersih. Daerah orofaringeal dan percabangan
bronkial merupakan filter yang sangat baik untuk menghilangkan partikel aerosol dari udara
yang dihirup dan partikel diendapkan pada epitel bersilia dari bronkial. Oleh karena itu, jika
memberikan obat ke dalam paru-paru, maka harus mengatasi filter ini. Untuk meningkatkan
bioavailabilitas dapat menggunakan permeation enhances seperti surfaktan, asam lemak,
sakarida, agen chelating dan enzim inhibitor seperti protease inhibitor.
Deposisi partikel pada berbagai daerah dari sistem pernapasan sangat kompleks, dan
tergantung pada banyak faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi meliputi :
Laju Pernapasan
Volume Paru
Volume Respirasi
Kesehatan individu
Ukuran partikel
Aliran udara
2.1.1. Impaksi
Impaksi terjadi akibat perubahan aliran udara. Partikel cenderung tidak dapat berubah
arah mengikuti perubahan aliran udara pada percabangan saluran napas. Akibat hal
tersebut banyak partikel tertahan di percabangan saluran napas. Pengendapan terjadi di
seluruh paru-paru, terutama di saluran napas atas di mana sebagian besar partikel besar
disaring keluar. Mekanisme ini sangat tergantung pada diameter aerodinamis, karena
jarak berhenti untuk partikel yang sangat kecil cukup rendah. Impaksi kebanyakan
terjadi pada partikel berukuran besar (>1 m ).

2.1.2.

Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan dari partikel dalam saluran napas dengan aliran
udaranya rendah. Tingkat sedimentasi tergantung pada kecepatan partikel, sehingga
sedimentasi memainkan peran lebih besar dalam deposisi dari partikel dengan diameter
aerodinamis yang lebih besar. Sedimentasi merupakan deposisi disebabkan oleh gaya
gravitasi. Deposisi ini terjadi jika gaya gravitasi lebih besar dari pada aliran udara.
Sedimentasi penting untuk partikel dengan diameter aerodinamis >0,5 m pada daerah
bronki kecil dan bronkiolus.

2.1.3.

Difusi
Difusi adalah mekanisme utama deposisi untuk partikel < 0,5 mikron dan diatur oleh
ukuran geometris daripada aerodinamis. Difusi adalah transportasi bersih partikel dari
daerah konsentrasi tinggi ke daerah yang lebih rendah karena gerak Brown. Gerak
brown adalah gerak zigzag acak partikel karena pemboman konstan dari molekul udara.
deposisi difusi kebanyakan terjadi ketika partikel baru saja memasuki nasofaring, dan
paling mungkin terjadi di saluran udara yang lebih kecil dari paru (alveoli), di mana
aliran udara sangat rendah.

2.1.4.

Intersepsi
Intersepsi partikel tergantung pada bentuk partikel, misalnya partikel memanjang
seperti serat. Intersepsi terjadi ketika partikel kontak dengan permukaan saluran napas
karena ukuran atau bentuk. Tidak seperti impaksi, pada intersepsi partikel tidak
menyimpang dari garis arus udara. Intersepsi paling mungkin terjadi di saluran udara
kecil atau ketika lintasan udara dekat dinding saluran napas. Serat memiliki diameter

2.1.5.

aerodinamis kecil, sehingga serat sering dapat mencapai saluran udara terkecil.
Elektrostatis
Deposisi elektrostatik digunakan untuk partikel yang bermuatan. Dimana jika partikel
buarmuatan positif, maka akan tertarik pada permukaan saluran napas yang bermuatan

negatif.
2.2.METODE FORMULASI PADA PULMONARY DELIVERY SYSTEM
Ukuran partikel memainkan peran penting dalam pengembangan sistem pengiriman

obat paru. Ukuran partikel optimum yang dibutuhkan untuk pengiriman paru adalah 1-

5m. Umumnya digunakan beberapa metode formulasi untuk mencapai ukuran tersebut
yaitu dengan Spray drying, Spray freeze drying, Supercritical Fluid Crystallization,
Micronization, dan Double Emulsion/Solvent Evaporation.
2.2.1. Mikronisasi
Dengan menggunakan pelarut yang sesuai, saat kristal atau amorf terbentuk,
kemudian dimikronisasi dengan ukuran yang dinginkan. Proses ini membutuhkan
energi yang sangat besar. Transformasi polimorfik dan pembentukan amorf adalah
2.2.2.

masalah utama dalam hal ini. Metode ini tidak cocok untuk kebanyakan kasus.
Spray Drying
Spray drying adalah proses yang melibatkan konversi cairan menjadi partikel

kering. Dalam proses ini cairan disemprotkan menjadi tetesan dan kemudian
dikeringkan dengan menggunakan udara panas. Semprot pengeringan dapat
menghasilkan ukuran partikel yang seragam. Kekurangan dari metode ini yaitu
2.2.3.

tidak berlaku untuk obat thermolabile.


Spray Freeze Drying
Metode ini adalah kombinasi dari proses spray drying dan freeze drying.
Dalam metode ini tidak ada pemanasan. Mekanisme sublimasi digunakan untuk
menghilangkan air dari partikel. Jadi metode ini dapat digunakan untuk obat

thermolabile.
2.2.4. Supercritical Fluid Crystallization
Cairan superkritis adalah cairan (gas dan cairan) pada temperatur dan

tekanan, di atas titik kritis. Metode ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
presipitasi dari larutan superkritis dan presipitasi menggunakan fluida superkritis
sebagai non-pelarut. Karbon dioksida banyak digunakan sebagai cairan superkritis
2.2.5.

karena dapat digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap panas.


Double Emulsion/Solvent Evaporation
Teknik ini umumnya digunakan untuk persiapan mikrosfer dan nanopartikel.
Metode ini melibatkan persiapan o/w emulsi dan selanjutnya penghilangan fasa
minyak. Emulsi o/w terdiri atas fase minyak yang mengandung obat, polimer dan
pelarut organik dalam fase air. Pelarut dihilangkan dengan penguapan yang
mengakibatkan obat terdapat pada polimer. Contoh polimer yang digunakan adalah

PLA, PLGA, dll.


2.3. PEMBAWA PADA PULMONAL DRUG DELIVERY SYSTEM
Penggunaan sistem penghantaran obat untuk pengobatan penyakit pada paru meningkat
karena potensi mereka untuk terlokalisasi di paru-paru. Rute ini juga memungkinkan untuk
membuat obat yang lebih spesifik pada konsentrasi tinggi dalam paru-paru yang sakit sehingga
mengurangi jumlah keseluruhan obat yang diberikan untuk pasien, serta meningkatkan aktivitas
obat lokal sekaligus mengurangi efek samping sistemik dan metabolisme lintas pertama.
2.3.1. Mikropartikel

Merupakan partikel bulat dengan diameter sekitar 100 - 500 m, termasuk


mikrosfer (bola seragam tersusun dari matriks polimer) dan mikrokapsul. Mikrosfer
biodegradable, dirancang dari polimer alami atau sintetis. Mikrosfer biodegradable
disusun dengan menggunakan beragam polimer: albumin, chitosan, polisakarida, poli
(laktat-co-glikolat) asam, poli (laktat) asam, poli (butylcyanoacrylate) dan poli
(lacticco- lisin graftlisin).
Administrasi paru dengan mikrosfer mungkin digunakan dalam sustained and

prolonged release. Mikrosfer kurang higroskopis dan kurang mengembang pada


2.3.2.

kelembaban dalam paru-paru.


Nanopartikel
Nanopartikel adalah partikel dengan ukuran diameter antara 1-1000 nm. Polimer
biodegradable seperti poli -kaprolakton, asam laktat poli, gelatin, dan kitosan
digunakan untuk membuat nanopartikel. Nanopartikel memiliki karakteristik yang
hampir sama seperti mikrosfer, yaitu digunakan dalam sustained and prolonged

release.

Nanopartikel

memiliki vektor meliputi: liposom, misel, dendrimers,

nanopartikel lipid padat, dan polimer nanopartikel.


2.3.3. Lanjut ke mb aul....

APLIKASI PADA PULMONAL DELIVERY SYSTEM

Daftar Pustaka

C Darquenne. 2006. Particle Deposition In The Lung. Elsevier Ltd. All rights reserved. University
of California San Diego : USA.
V.Ravichandiran, dkk.2011. Review Article. Drug Delivery To The Lungs. School of
Pharmaceutical Sciences, Vels University, Old Pallavaram, Chennai, India.

Anda mungkin juga menyukai