Anda di halaman 1dari 6

MEDIUM AGAR EOSIN METHYLEN BLUE

Piring agar adalah cawan Petri yang berisi media tumbuh (biasanya agar
ditambah nutrisi) digunakan untuk kultur mikroorganisme atau tanaman kecil
seperti lumut Physcomitrella patens. senyawa pertumbuhan selektif juga dapat
ditambahkan ke media, seperti antibiotik atau sekedar pewarna makanan untuk
identifikasi. Media agar memiliki fungsi layaknya media lainnya, sesuai dengan
senyawa didalamnya. Senyawa ini menambahkan karakteristik tertentu ke media.
mikroorganisme individu ditempatkan di piring akan tumbuh menjadi
koloni individu, masing-masing klon genetik identik dengan organisme
sebelumnya dari individu tersebut (kecuali untuk mutasi ringan yang tak dapat
dihindari). Dengan demikian, piring dapat digunakan baik untuk memperkirakan
konsentrasi organisme dalam kultur cair. Atau pengenceran yang sesuai budaya
yang menggunakan counter koloni. Selain itu dapat pula digunakan untuk
menghasilkan kultur yang murni genetiknya dari kultur campuran organisme
bergenetik berbeda. Karena media tertentu dapat memberikan kondisi tersebut.
Dengan menggunakan teknik yang dikenal sebagai streaking. Dalam
teknik ini, setetes budaya di ujung kawat tipis steril, kadang-kadang dikenal
sebagai inoculator, digesekan di permukaan agar-agar dan meninggalkan
organisme disana, dalam jumlah yang lebih tinggi pada awal beruntun dan rendah
di akhir jalur gesekan. Terkadang setelah dilakukan streaking. Akan terbentuk
sejumlah organisme (koloni) diarea tersebut. koloni ini dapat dipindahkan lagi
untuk kultur lanjutan. Atau dapat pula sekedar diteliti ditempat yang berbeda.

1. Methylen Blue
Metilena biru (CI 52015) adalah senyawa kimia aromatik heterosiklik
dengan rumus kimia C16H18N3SCl. Senyawa ini banyak digunakan pada bidang
biologi dan kimia. Pada suhu ruangan senyawa ini berbentuk padatan, tak berbau,
berbentuk bubuk warna hijau tua yang akan menghasilkan larutan warna biru tua
bila dilarutkan dalam air. Bentuk hidratnya mengandung 3 air per molekul.
Metilen biru, juga dikenal sebagai methylthioninium klorida, adalah obat
dan pewarna. Sebagai obat ini terutama digunakan untuk mengobati
methemoglobinemia. Khususnya digunakan untuk mengobati methemoglobinemia
diatas 30% atau tetap ada gejala walaupun sudah terapi oksigen. Dan juga telah
digunakan untuk mengobati keracunan sianida dan infeksi saluran kemih namun
tidak lagi dilakukan. metilen biru biasanya diberikan melalui suntikan ke
pembuluh darah. Namun penggunaan tersebut sudah tidak dilakukan lagi.
Metilen biru digunakan dalam agar ini sebagai pewarna. Namun warnanya
akan berubah apabila metilen biru bereaksi (teroksidasi di larutan, atau akibat
organisma didalamnya). Ketika bereaksi warna, metilen biru ter demetilisasi dan
membentuk semua tri, di, mono dan non metil intermediet -. yang Azure B, Azure
A, Azure C dan thionine masing-masing. Reaksi ini adalah bagian basophilic dari
efek spektrum Romanowski-Giemsa. Kalau hanya sintetis Azure B dan Eosin Y
yang digunakan. Larutan atau medium mungkin berfungsi sebagai Giemsa stain
standar. Namun tanpa metilen biru, butiran neutrophilic cenderung overstain dan
terlihat seperti butiran beracun menggumpal. Di sisi lain, jika metilen biru
digunakan. Maka akan terbentuk tampilan neutrofil normal dan mungkin pula
meningkatkan pewarnaan dari nukleolus dan sel darah merah polychromatophilic
(retikulosit). Warna dari metilen biru ini sangat membantu dalam idetifikasinya.

2. Eosin
Eosin Y adalah salah satu bentuk eosin. Senyawa ini paling sering
digunakan sebagai noda merah asam untuk menyoroti materi sitoplasma dalam
sampel. Eosin adalah nama dari beberapa senyawa asam neon yang mengikat dan
membentuk garam dengan basa, atau senyawa eosinofilik, seperti protein yang
mengandung residu asam amino seperti arginin dan lisin, dan noda mereka gelap
merah atau merah muda sebagai akibat dari tindakan bromin di fluorescein. Selain
pewarnaan protein dalam sitoplasma. Eosin dapat digunakan untuk noda serat
kolagen dan otot untuk diperiksa di bawah mikroskop. Struktur yang dinodai
dengan mudah oleh eosin disebut eosinophilic. terdapat dua jenis eosin, yakni
eosin Y dan eosin B. Eosin Y berwarna kuning kemerahan. Sedangkan eosin B
berwarna biru kemerahan. Eosin sendiri merupakan pewarna yang selektif.
Penggunaannya juga dapat dilakukan tanpa penambahan metilen biru. Namun
penambahan dapat membantu memudahkan diferensiasi mikroorganisme yang ada
didalam agar nantinya. dimana kedua pewarna membuat warna hijau metalik.

3. Agar
Eosin metilen biru (EMB, juga dikenal sebagai "formulasi Levine") adalah
medium selektif untuk bakteri gram negatif. EMB mengandung pewarna yang
beracun untuk bakteri gram-positif. EMB adalah media selektif dan diferensial
untuk coliform (bakteri coli contohnya E.Coli). Medianya adalah campuran dari
dua penyusun, eosin dan metilen biru dalam rasio 6: 1. Sebuah aplikasi umum dari
noda ini dalam penyusunan agar EMB, sebuah diferensial media mikrobiologi,
yang sedikit menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan memberikan
indikator warna membedakan antara organisme yang memfermentasi laktosa
(misalnya E. coli) dan orang-orang yang tidak (misalnya, Salmonella, Shigella).
Organisme yang memfermentasi laktosa display "koloni berinti" -colonies dengan
pusat gelap. Dibawah ini dapat dilihat garmbarnya secara langsung.

Gambar 3.1. Agar EMB dengan koloni didalamnya (E.Coli berwarna hijau)
(Sumber : Witmadrid. 2009)

Agar Eosin Metilen Biru (EMB) dikembangkan oleh Holt-Harris dan


Teague. Medium ini mengandung laktosa dan sukrosa dengan dua indikator
berwarna. Penggunaaan eosin Y dan metilen biru sebagai indikator, membuat
diferensiasi antar koloni yang memfermentasi laktosa dan yang tidak. Sukrosa
digunakan apabila mendeteksi coliform. Karena bakteri ini dapat memfermentasi
sukrosa lebih baik dari laktosa. Agar EMB juga selektif, karena menggunakan
menggunakan inhibitor dan sifat pewarnanya sendiri. Sehingga bakteri gram
positif tidak dapat tumbuh. Sebenarnya dalam identifikasi bakteri coliform.
Banyak cara yang dapat digunakan. Sehingga penggunaan agar EMB tidaklah
begitu banyak. Agar ini hanya digunakan apabila ingin mengidentifikasi
sekumpulan bakteri atau koloni. Formula dari agar juga berbeda-beda.
Terdapat dua formula umum agar EMB. Dan dapat diubah sesuai kebutuhan.

1. EMB Levine
Berikut adalah formula umum EMB Levine
1. Enzymatic Digest of Gelatin 10 g
2. Lakosa 10 g
3. Dipotassium Phosphate 2g
4. Eosin Y 0.4 g
5. Methylene Biru 0.065 g
6. Agar 15 g
Formula ini memiliki pH akhir 7.1 0.2 pada 25 oC. pH dapat diatur
dengan basa atau asam sesuai kebutuhan. Formula ini tidak menggunakan sukrosa
dan hanya digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memfermentasi saja. Agar
ini akan berwarna merah seperti EMB umumnya. Namun bila ditambahkan bahan
lain. Warna dapat berubah sesuai dengan reaksi polikromatik metilen biru dan
eosin Y.
2. EMB Holt, Harris dan Teague
Berikut adalah formula umum EMB Holt, Harris dan Teague
1. Enzymatic Digest of Gelatin 10 g
2. Lakosa 5g
3. Sukrosa 5g
4. Dipotassium Phosphate 2g
5. Eosin Y 0.4 g
6. Methylene Biru 0.065 g
7. Agar 13.5 g
Formula ini pH akhirnya 7.2 0.2 pada 25 oC. pH dapat diatur dengan basa
atau asam sesuai kebutuhan. Didalam formula ini terdapat sukrosa. Sehingga
dapat mengidentifikasi bakteri coli (coliform) dengan lebih baik dibanding
formula sebelumnya. Formula ini lebih sering digunakan dalam penelitian berbeda
dengan medium sebelumnya yang lebih sering digunakan untuk identifikasi saja.
Hal ini terjadi karena formula kedua membuat media yang memisah coliform dan
koloni lain. Kedua Formula diatas sangat penting karena bakteri gram negatif.
Yang dapat memfermentasi laktosa. Adalah patogen pembawa penyakit
berbahaya. Sehingga identifikasinya akan sangat membantu dalam meneliti dan
membuat obatnya. Dan selanjutnya melakukan pencegahan.
Berikut ini adalah cara membuat media agar EMB untuk kedua formula.
1. Larutkan dalam 1 liter aquadest
2. Panaskan diikuti pengadukan. didihkan selama 1 menit agar benar-benar larut
3. Autoclave selama 15 menit pada 121oC.
4. Lactose Broth
Lactose broth (kaldu laktosa) adalah salah satu media yang juga digunakan
untuk diferensiasi dan deteksi bakteri coliform yang dapat memfermentasi laktosa.
Media ini menggunakan prinsip yang sama dengan agar EMB. Namun lactose
broth adalah media cair. dan lebih mudah dibuat dibandingkan agar EMB. Tetapi
penggunaan agar EMB lebih mudah dibandingkan lactose broth.
Kedua media biasa digunakan untuk mendeteksi bakteri penyebab
penyakit (patogen). Namun lactose broth juga sering digunakan untuk mendeteksi
adanya bakteri salmonella. Karena media ini mengandung kaldu, yang
membantutumbuhnya bakteri salmonella. Lactose broth dapat pula menggunakan
identifikasi berdasarkan pH. Biasanya akan ditambahkan fenol sebagai indikator
pHnya. Sehingga larutan akan berubah apabila bakteri membuat asam laktat.
Namun penggunaan agar EMB lebih menguntungkan dibanding lactose
broth. Dimana koloni akan lebih mudah terlihat didalam agar EMB. Selain itu,
agar ini secara langsung membuat warna yang berbeda untuk bakteri coliform dan
bakteri fermentasi lainnya. Bakteri coliform akan memiliki warna hijau.
Sedangkan koloni lainnya akan berwarna hitam gelap saja. Selain itu, koloni yang
ada didalam media dapat dipindahkan dengan mudah menggunakan kawat saja
(inoculator). Hal ini memudahkan replikasi untuk banyak penelitian.
Oleh karena itu, lactose broth lebih sering digunakan dalam inspeksi cepat.
Sedangkan agar EMB digunakan untuk inspeksi yang lebih rinci. Karena koloni
didalam agar EMB akan terpisah sendirinya. Medianya juga dapat dikontrol
dengan mudah. Namun penggunaan kedua media memiliki tujuan yang sama.
Yakni mendeteksi bakteri penyebab penyakit, khususnya dimakanan. Namun
media ini juga sering digunakan untuk banyak penelitian karena mudah dibuat.
RESUME JURNAL BIODEGRADATION OF MIXED PAHS BY PAH-
DEGRADING ENDOPHYTIC BACTERIA

Bakteri endophytic adalah bakteri yang tinggal didalam suatu sel induk sesaat,
tanpa mengganggu sel induk tersebut. Bakteri ini dapat melancarkan pertumbuhan
dari tanaman tersebut. dan membuat tanaman lebih tahan dari kontaminasi dengan
membuat tanaman mengaktifkan sistem pertahanannya. Karena bakteri ini tinggal
didalam sel tanaman. Maka diperlukan media khusus. yakni MS (Mineral Salt)
media. bakteri yang digunakan adalah Stenotrophomonas sp, Pseudomonas sp.
Didalam jurnal. Penelitian dilakukan dengan memasukan sel akar yang seudah
digerus kedalam media MS (Mineral Salt). MS media biasa digunakan untuk
menumbuhkan tanaman. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan agar sel akar
tumbuhan tidak mati. MS media adalah media yang sangat umum dalam kultur sel
tanaman. angka dibelakang tulisan MS menunjukan kandungan sukrosa didalam
media. Media ini berbentuk seperti agar biasa yang bening.
Bakteri endophytic yang ada dalam tanah pada umumnya. Dapat menguraikan
komponen polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH). Komponen PAH ini diketahui
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Karena membuat bulu akar mengerut dan
keriting. Contoh dari PAH didalam jurnal ini adalah : naftalen (NAP), phenanthrene
(PHE), fluorene (FLR), pyrene (PYR) dan benzo(a)pyrene (B(a)P). Kemampuan
degradasi PAH yang dimiliki bakteri endophytic ini sangatlah baik. Namun
kemampuan ini akan berkurang saat PAH diberikan dalam bentuk campuran.
Penambahan nutrisi juga menambah laju penguraian PAH oleh bakteri ini. Bahkan
Berikut ini adalah tahapan inokulasi dalam jurnal
1. Pengambilan dan penyimpanan sampel tanaman
2. Pembuatan kultur induk dari bakteri
3. Pensterilan alat dan sel tanaman sebelum digunakan
4. Penggerusan sel tanaman secara aseptik
5. Preparasi media dengan rotary shaker
6. Inokulasi dan penelitian koloni.

Anda mungkin juga menyukai