Anda di halaman 1dari 21

Accounting Theory

Construction

Kelas X-B

Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A. TEORI PRAGMATIC........................................................................................ 3
1. PENDEKATAN DESCRIPTIVE PRAGMATIC....................................................3
2. PENDEKATAN PRAGMATIS PSIKOLOGIS......................................................4
B. TEORI SYNTACTIC DAN SEMANTIC................................................................4
C. NORMATIVE THEORIES.................................................................................6
D. POSITIVE THEORIES...................................................................................... 8
E. DIFFERENT PERSPECTIVE.............................................................................9
1. SCIENTIFIC APPROACH..............................................................................9
2. NATURALISTIC APPROACH.......................................................................10
3. APLIKASI PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK AKUNTANSI...........................11
F. CONTOH KASUS.......................................................................................... 13
HILANGNYA KETERTARIKAN........................................................................... 13
PENDEKATAN PRAGMATIK........................................................................13
DECISION-USEFULNESS...........................................................................13
TEORI AKUNTANSI POSITIF......................................................................13
TEORI NORMATIF..................................................................................... 14
PENDEKATAN ILMIAH............................................................................... 14
PENDEKATAN NATURALISTIK....................................................................14
DAFTAR REFERENSI.............................................................................................. 15
LAMPIRAN............................................................................................................ 16

1
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu cara yang berguna dalam mempelajari dan menilai teori
akuntansi adalah dengan mengklasifikasikan teori akuntansi tersebut
berdasarkan asumsi yang dipakai, cara perumusan, dan pendekatan yang
digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu kejadian. Terdapat
beberapa metode pengklasifikasian yang sudah terbukti kegunaannya. Metode
tersebut adalah pendekatan pragmatic, syntactic, semantic, normative, positive
dan naturalistic. Pendekatan Pragmatic dilakukan berdasarkan pengamatan atas
perilaku akuntan atau mereka yang menggunakan informasi yang disajikan dari
akuntan. Pendekatan syntactic bergantung kepada argumentasi logis,
berdasarkan kumpulan premis. Pendekatan semantic menitikberatkan pada
bagaimana teori merespon kejadian di dunia nyata. Theori Normative
bergantung kepada pendekatan syntactic dan semantic. Teori Positif menguji
hipotesis terhadap kejadian yang sebenarnya, sedangkan Teori Naturalistic
mencoba untuk tidak menggeneralisir dan menganggap tiap kasus secara
individual.

Makalah ini menyajikan beberapa pandangan mengenai bagaimana teori


akuntansi di setiap klasifikasi diformulasikan. Selain itu makalah ini juga
menyajikan kelemahan dan kritisi berbagai teori.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI PRAGMATIC
1. PENDEKATAN DESCRIPTIVE PRAGMATIC
Pendekatan pragmatis deskriptif dalam perumusan teori akuntansi
merupakan pendekatan induktif. Pendekatan pragmatis deskriptif dilakukan
dengan melakukan pengamatan secara berkelanjutan terhadap perilaku seorang
akuntan dengan tujuan untuk mengimitasi prosedur dan dasar akuntansi yang
digunakan. Sehingga, teori dapat dibentuk dengan cara melakukan observasi
terkait dengan bagaimana seorang akuntan bertindak dalam sebuah situasi.
Kebenaran teori yang dihasilkan diuji dengan melakukan pengamatan apakah
akuntan berperilaku sesuai dengan teori yang telah diusulkan sebelumnya.
Sterling menyebut metode ini sebagai anthropological approach/pendekatan
antropologis

Namun demikian, terdapat beberapa kritik terhadap penggunaan


pendekatan pragmatis deskriptif dalam perumusan teori akuntansi antara lain
adalah bahwa pendekatan pragmatis deskriptif:

Tidak menyertakan analytical judgment (penilaian secara analisis)


terhadap kualitas tindakan yang diambil oleh akuntan; tidak ada penilaian
apakah akuntan telah melakukan tindakan yang paling tepat.
Tidak memberikan kesempatan kepada teknik akuntansi untuk diuji,
sehingga tidak ada ruang untuk melakukan perubahan. Pembentukan teori
didasarkan kepada teknik dan metode akuntan yang sudah praktek. Teori
(teknik dan metode) ini kemudian diajarkan kepada murid-murid, dimana
murid-murid ini dikemudian hari akan melaksanakan teori tersebut saat
berpraktek. Dan pada akhirnya, praktek mereka menjadi objek yang akan
diamati untuk pembentukan teori.
Focus perhatian kepada perilaku akuntan, bukan kepada pengukuran
atribut perusahaan seperti asset, liabilitas, dan profit. Penggunaan
pendekatan pragmatis deskriptif tidak menekankan mengenai sisi
semantic atas fenomena akuntansi

Komentar Sterling

it is my value judgment that the theory of accounting ought to be


concerned with accounting phenomena, not practicing accountants, in
the same way that theories of physics are concerns with physical
phenomena, not practicing physicist.

3
Sterling kemudian mengambil simpulan bahwa pendekatan pragmatis tidak
sesuai untuk perumusan teori akuntansi. Teori akuntansi seharusnya menjawab
mengenai bagaimana akuntansi dilakukan, bukan bagaimana praktek yang
dilakukan.

2. PENDEKATAN PRAGMATIS PSIKOLOGIS

Berlawanan dengan pendekatan pragmatis deskriptif, pendekatan


pragmatis psikologis melakukan observasi atas respon pengguna dari output
pekerjaan akuntan (seperti: laporan keuangan). Respon atau reaksi dari
pengguna diperlakukan sebagai bukti bahwa laporan keuangan memiliki manfaat
dan informasi yang relevan. Permasalahan dari pendekatan ini adalah adanya
kemungkinan bahwa (1) beberapa pengguna mungkin bereaksi di luar nalar
(illogical), (2) beberapa pengguna sudah mempunya kondisi tertentu, dan (3)
beberapa pengguna mungkin terlambat merespon. Permasalahan ini kemudian
diatasi dengan berkonsentrasi pada teori keputusan (decision theories) dan
melakukan pengujian pada jumlah sampel yang besar, dibanding konsentrasi
pada keputusan individual.

B. TEORI SYNTACTIC DAN SEMANTIC

Salah satu interpretasi mengenai teori traditional historical cost


accounting adalah bahwa teori tersebut merupakan sebuah teori sintaksis.
Interpretasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: terdapat input semantik
dari sistem berupa transaksi dan pertukaran yang dicatat dalam bentuk
vouchers, jurnal, dan ledger. Input tersebut kemudian dimanipulasi (klasifikasi
dan ikhtisar) dengan menggunakan basis dari premis dan asumsi historical cost
accounting. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa pengaruh inflasi tidak dicatat
dan harga pasar aset dan liabilitas dihiraukan. Kemudian double entry
accounting dan prinsip historical accounting digunakan untuk menghitung profit
dan kerugian serta untuk menyiapkan laporan finansial. Argumen tersebut
(output) kemudian diverifikasi setiap kali laporan finansial tersebut diaudit,
dengan cara dilakukan pengecekan terkait kalkulasi dan terkait kemungkinan
adanya manipulasi. Namun demikian, akuntan sangat jarang diaudit terkait
dengan apa dan bagaimana pengguna menggunakan laporan mereka
(pendekatan pragmatis) atau mengenai arti laporan mereka (pendekatan
semantik). Dengan demikian, teori historical cost telah berhasil dikonfirmasi
berkali-kali.

Beberapa teoritikus di bidang akuntansi mengambil sikap kritis terhadap


pendekatan sintaksis. Mereka berpendapat bahwa teori tersebut hanya
mempunyai konten semantik di input saja. Tidak ada cara untuk memverifikasi
secara independen hasil kalkulasi seperti profit atau total asset. Angka-angka
tersebut tidak diobervasi, angka-angka tersebut hanya merupakan penjumlahan
sederhana dari saldo akun, dan proses audit yang dilakukan pada intinya hanya

4
berupa rekalkulasi. Proses audit hanya memverifikasi input dengan cara
memeriksa dokumen yang mendasari (underlying) dan mengecek kebenaran
perhitungan secara matematis. Namun demikian, proses audit tidak
memverifikasi output akhir. Hal ini berarti walaupun laporan akuntansi disiapkan
menggunakan sintaks yang sempurna, mereka hanya akan memiliki sedikit nilai
dalam prakteknya.

Akuntansi berbasis traditional historical cost juga mendapat beberapa


kritisi terkait dengan elemen sintaksisnya. Sebagai contoh, perlakuan akuntansi
terhadap penjumlahan nilai uang yang berbeda (inflasi, nilai tukar, dst) kepada
sebuah asset.

Pertanyaan-pertanyaan juga timbul terkait dengan ketidakapastian dari


definisi dalam akuntansi. Dalam pendekatan Popperian, terlihat bahwa terdapat
beberapa pernyataan akuntansi tidak dapat dibuktikan kesalahannya (not
falsifiable). Sebagai contoh adalah kritik terhadap definisi dari depresiasi sebagi
berikut:

Definitions are unacceptable which imply that depreciation for the year
is measurement, expressed in monetary terms, of the physical
deteriation within the year, or decline in monetary value within the
year, or indeed of anything that actually occurs within the year.

Sterling membahas mengenai kritik diatas dengan menyatakan bahwa


permasalahan sesungguhnya terletak di dalam cara akuntan mendefinisikan
penentuan biaya dan profit sebagai pilihan diantara konvensi. Hal tersebut
mengakibatkan besaran yang digunakan pada masa kini (present magnitude)
akan tergantung pada besaran di masa datang (future magnitude). Sebagai
contoh, apabila depresiasi menggunakan dasar alokasi, maka pengalokasian
akan sangat tergantung kepada nilai jual di masa datang (disposal value) dan
masa manfaat aset tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada saat penentuan
profit asli (true profit), true perofit baru bisa diketahui saat perusahaan
dilikuidasi.

Terdapat beberapa kasus dimana konvensi akuntansi didefinisikan


sehingga mereka tidak dapat dibuktikan kesalahannya (not falsifiable). Teori
yang dibentuk berdasarkan konvensi ini akan menghasilkan hipotesis yang
sangat berhati-hati. Hal tersebut mengakibatkan hipotesis tersebut tidak dapat
diuji, sehingga dapat dinyatakan tidak berguna. Lebih lanjut lagi, hipotesisnya
akan menjadi tidak informatif dan tidak memberikan nilali tambah bagi
pengetahuan tau kemajuan di bidang akuntansi. Hal ini konsisten dengan
akuntansi historical cost yang tidak memenuhi hubungan dengan nilai pragmatis
dengan sistem historical cost.

Pembelaan terhadap sistem historical cost dilakukan oleh para akuntan


biaya (cost accountan) yang berargumen bahwa output akuntasi tidak harus
memiliki nilai semantik (berkorelasi dengan kejadian dunia nyata, transaksi,
ataupun nilai) atau harus bersifat dapat dibuktikan kesalahannya (falsifiable).
Selain itu, mereka mejelaskan bahwa fungsi dari akuntansi adalah untuk

5
mengalokasikan nilai historis dari penggunaan sumber daya terhadap
pendapatan matching concept untuk menentukan apakah terdapat surplus
dari aktivitas ekonomi. Dalam hal ini, aset, liabilitas, dan ekuitas merupakan
residu dari proses yang dilakukan. Aset, liabilitas, dan ekuitas bukan ditujukan
untuk mengukur atau menyatakan apapun mengenai posisi keuangan entitas.
Jika kita menggunakan pendekatan ini, maka definisi depresiasi menjadi sesuai
dengan mathing concept. Meskipun bersifat sintaksis, asumsi alokasi biaya ini
dapat berkonflik dengan teori bagaimana pencatatan harus dilakukan untuk
memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan. Asumsi
bahwa akuntansi haruslah berupa sistem pengukuran, yang menyediakan
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, merupakan premis
normatif yang dianut oleh sebagian besar regulator dan teoritikus akuntansi.

Kritisi mengenai banyaknya sistem alokasi biaya yang berbeda dan


diterima dapat dijelaskan dengan menggunakan kerangka positive accounting.
Kerangka ini mengunakan asumsi bahwa informasi akuntansi merupakan barang
bersifat ekonomi yang tergantung kepada permintan dan penawaran.

Dibawah pendekatan positive accounting, keragaman teknik akuntansi


terjadi karena adanya permintaan. Alasan kenapa terdapat permintaan adalah
karena diperlukannya teknik akuntansi yang berbeda untuk setiap situasi bisnis
tertentu. Contohnya pada saat suatu perusahaan diberikan aturan bahwa untuk
penentuan harga boleh menggunakan metode cost-recovery basis. Dalam situasi
tersebut, historical cost akan berguna bagi:

1. manajemen dalam mengatur mengenai penetapan harga


2. pihak pengguna laporan keuangan mengenai kemungkinan profit yang
akan diperoleh
3. pembuat peraturan mengenai kepatutan proses penentuan harga yang
dilakukan

Teknik cost-allocation yang digunakan dalam proses penentuan harga


mungkin akan melibatkan pengakuan biaya yang dipercepat (seperti
mendepresiasi dalam periode yang singkat) karena hal ini akan meningkatkan
biaya untuk memproduksi barang tersebut sehingga harga produk akan menjadi
lebih tinggi. Namun dmeikian, pengakuan biaya yang lebih lambat mungkin lebih
baik untuk memberikan informasi kepada pihak luar mengenai umur dan nilai
aset perusahaan. Teori keagenan menyatakan bahwa teknik akuntansi yang
digunakan untuk meminimalisir biaya kontrak akan berbeda pada tiap situasi.
Selain itu, biaya politik dan peraturan yang berbeda akan turut mempengaruhi
keputusan. Mengingat salah satu tujuan perusahaan adalah minimalisasi biaya
apapun, maka wajar apabila teknik akuntansi yang akan diterapkan dapat
berbeda.

6
C. NORMATIVE THEORIES

Era 1950an dan 1960an merupakan era keemasan bagi penelitian


akuntansi normative. Selama periode ini, perhatian para peneliti akuntansi lebih
tertuju pada rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya dilakukan,
daripada menganalisa dan menjelaskan praktek yang diterima saat itu. Teori
normative pada periode itu berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya
(true income) dalam suatu periode akuntansi dan diskusi tentang tipe informasi
akuntansi yang akan berguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (decision-
usefulness).

1. True income
Teori True Income berkonsentrasi pada penciptaan suatu pengukuran
tunggal untuk asset dan perhitungan laba yang unik (dan benar). Akan tetapi,
tidak ada persetujuan terhadap apa yang mendasari suatu pengukuran nilai dan
laba yang benar. Kebanyakan literature selama periode ini terdiri atas debat
akademik tentang kelebihan dan kekurangan sistem pengukuran alternatif.

2. Decision-usefulness
Teori Decision-usefulness berasumsi bahwa tujuan dasar dari akuntansi
adalah untuk membantu proses pembuatan keputusan oleh pengguna tertentu
dari laporan akuntansi dengan menyediakan data akuntansi yang berguna, atau
relevan; contohnya, membantu para investor untuk memutuskan apakah akan
membeli, menyimpan, atau menjual saham. Salah satu pengujian kegunaan data
akuntansi yang telah didiskusikan adalah reaksi pragmatis psikologis terhadap
suatu data.

Pada dasarnya, teori decision-usefulness berlandaskan konsep ekonomi


klasik atas laba atau profit dan kekayaan atau pengambilan keputusan yang
rasional. Teori decision-usefulness merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori
ini bersifat normative karena membuat beberapa asumsi berikut:

1. Akuntansi seharusnya menjadi suatu system pengukuran


2. Laba dan nilai dapat diukur dengan tepat
3. Akuntansi keuangan berguna untuk membuat keputusan ekonomi
4. Pasar tidak efisien atau dapat dibodohi oleh akuntan kreatif
5. Akuntansi konvesional tidak efisien (dalam konteks informasi)
6. Terdapat satu pengukuran laba yang unik

Asumsi-asumsi ini jarang diberlakukan dalam pengujian empiris.


.Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan
sebagai sesuatu yang ideal. Mereka merekomendasikannya untuk
menggantikan biaya historis dan menentukan penggunaannya.

Para peneliti normative memberi label pendekatan mereka dalam


formulasi teori sebagai sesuatu yang ilmiah dan pada umumnya, mendasarkan
teori mereka pada dalil-dalil analitis (sintaktik) dan empiris (induktif). Secara
konsep, teori normative pada era 1950an dan 1960an dimulai dengan sebuah
pernyataan dari domain (bidang/lingkup) dan tujuan akuntansi, asumsi-asumsi

7
yang mendasari suatu system akuntansi, dan definisi dari semua konsep kunci.
Domain dari akuntansi bersifat umum, berkaitan dengan laporan laba-rugi dan
neraca secara keseluruhan. Domain ini juga terkait dengan seluruh pengguna
laporan keuangan tidak spesifik untuk satu pengguna atau grup pengguna.

Teoritikus Normative juga membuat asumsi tentang bagaimana operasi


perusahaan yang alami berdasarkan observasi mereka. Laporan keuangan harus
berarti apa yang mereka katakan, laporan keuangan harus memiliki kaitan
semantik dengan dunia nyata. Meskipun laporan keuangan merupakan abstraksi
dan reduksi dari hubungan perusahaan dan ekonomi, karena mereka
menyimpulkan saham dan sumber daya ekonomi perusahaan. Laporan keuangan
harus pragmatik terhadap perluasannya dan merupakan pengganti dari
pengalaman langsung. Pragmatik test dimaksud adalah pengguna laporan
keuangan harus bertindak seolah-olah benar-benar mengobservasi peristiwa
yang diwakili oleh laporan keuangan.metodologi ini lebih menekankan pada
hubungan sintatik oleh karena itu dinamai hypothetico-deductive.

Pertanyaan penting dalam riset akuntansi ini adalah mengenai kegunaan


dari data akuntansi. Untuk mengetahui kegunaan data akuntansi bagi pengguna
laporan keuangan biasanya yang dilakukan adalah mengambil data output dari
system akuntansi tertentu yang didasarkan pada keseluruhan teori dan
menentukan apakah data tersebut dapat membantu para pembuat keputusan
membuat keputusan yang benar. Hal ini merupakan pendekatan langsung untuk
menguji teori akuntansi.

Accountin Prediction Decision


g system Model of Model of
of User user
company X

The decision process

Dalam ilmu pengetahuan, pendekatan decision usefulness menunjuk


kepada financial instrumentalism ataupun financial realism. Saran bahwa
alternative sistem akuntansi harus dinilai berdasarkan kemampuan prediksinya
adalah kelanjutan dari positifisme logis yang disebut instrumentalisme, artinya
sebuah teori tidak memiliki kegunaan kecuali sebagai alat prediksi. Menurut
Friedman, teori tidak dapat diuji oleh realism asumsi mereka sendiri, mereka
hanya dapat diuji oleh kemampuan prediksi mereka.

Di sisi lain, realism menekankan penjelasan atas peran ilmu pengetahuan.


Intinya, prediksi secara terbalik. Sudut pandang metodologi ini menekankan
pada peran umpan balik dari akuntansi. Pendekatan realism terhadap akuntansi
berarti bahwa untuk menjadikan suatu teori akuntansi menjadi valid tidak hanya

8
harus dapat menjadi instrument peramalan (forecasting) tapi juga harus dapat
menjadi penggambaran dari kenyataan yang mendasari fenomena akuntansi.
Akuntansi dalam pendekatan ini mendapatkan kemampuan prediksi hanya
karena dapat memberikan umpan balik yang relevan atau penjelasan deskriptif
atas apa yang terjadi. Kita dapat mempertanyakan validitas logis dalam
penggunaan prediksi sebagai test scientific atas teori akuntansi dalam
lingkungan yang dinamis dimana variable yang mengintervensi tidak dapat
dikontrol. Prediksi dalam sains lebih valid bila kita dapat mengontrol variable.
Ketika kita tidak dapat mengontrol variable seperti dalam lingkungan ekonomi,
kita harus menekankan prediksi secara statistic, tergantung seberapa besar
kemungkinan bahwa bukti yang mendukung prediksi adalah bukti yang
representative.

D. POSITIVE THEORIES

Pada era 1970an, teori akuntansi kembali kepada metodologi empiris,


yang sering kali disebut sebagai metodologi positif. Positivisme atau empirisme
(teori positif dan teori empiris) menguji atau menghubungkan hipotesa atau teori
kembali pada pengalaman atau fakta yang terjadi di dunia nyata. Riset positive
accounting pada awalnya berfokus pada pengujian empiris beberapa asumsi
yang dibuat oleh para normative accounting theorists. Contohnya adalah dengan
penggunaan kuisioner dan teknik survey lainnya, perilaku terhadap kegunaan
dari teknik akuntansi yang berbeda-beda telah ditentukan.

Saat ini perhatian utama dari positive theory adalah menjelaskan alasan
dari suatu praktik sekarang ini dan memprediksi peran dari akuntansi dan
informasi terkait dalam pengambilan keputusan dari suatu individu, perusahaan
atau pihak lain yang berkontribusi pada jalannya pasar dan ekonomi. Positive
accounting theories utamanya menjawab pertanyaan seperti: apakah
perusahaan mengganti cara alternative dalam pembelanjaan asset ketika
ketentuan terkait akuntansi untuk leasing berubah? Perusahaan mana yang lebih
mungkin menggunakan depresiasi garis lurus dari pada depresiasi penyusutan
saldo dan mengapa?

Perbedaan utama antara normative theories dan positive theories adalah


bahwa normative theories bersifat memberikan petunjuk atau bersifat
menentukan (prescriptive), sedangkan positive theories bersifat
menggambarkan (descriptive), menjelaskan (explanatory) atau
meramalkan/memprediksi (predictive). Normative theories menentukan
bagaimana seseorang, contohnya akuntan, harus bersikap untuk meraih
outcome yang dinilai benar atau setidaknya out come yang baik (good
outcome). Sementara positive theories berusaha menggambarkan bagaimana
seseorang bersikap (terlepas benar atau tidak) dan menjelaskan kenapa
seseorang bersikap ketika menghadapi suatu keadaan.

Banyak positive theory researchers yang menghilangkan sudut pandang


normative. Serupa dengan itu, banyak normative theorists yang tidak menerima

9
nilai-nilai positive accounting research.kenyataannya kedua teori dapat
berdampingan dan saling melengkapi. Positive accounting theory dapat
menyediakan pemahaman akan peran dari akuntansi yang dapat digunakan
dalam mengembangkan normative theories untuk meningkatkan praktik
akuntansi.

Positive theories menggambarkan, menjelaskan atau memprediksi


fenomena. Dimulai pada saat terdapat suatu anomali dalam sebuah teori dan
peneliti mengembangkan suatu teori yang dapat menjelaskan anomali tersebut
dan mengujinya.

E. DIFFERENT PERSPECTIVE
1. SCIENTIFIC APPROACH

Pada poin ini, akan dibahas tentang formulasi teori dengan pendekatan
yang terstruktur (scientific approach). Ketika kita melakukan pengamatan
terhadap perilaku dalam dunia nyata yang tidak sesuai dengan teori, maka kita
akan menganggap hal ini sebagai isu riset, dan mengungkapkan ini dalam riset
problem. Kita membangun teori untuk menjelaskan dan menggunakan teori
tersebut untuk menguji hipotesis tersebut. Kemudian kita mengikuti prosedur
dengan sistematis dan tepat untuk data yang telah terkumpul lalu dimasukkan
ke dalam analisis statistik untuk menentukan apakah hipotesis benar atau tidak.
Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa dunia yang dilakukan riset adalah realitas
objektif. Pendekatan semacam ini memiliki banyak manfaat yaitu: pemahaman
dan prediksi yang lebih baik.

Pendekatan ini biasanya disebut sebagai scientific approach (pendekatan


scientific) dan pendekatan ini digunakan oleh sebagian besar pelaku riset
akuntansi. Pendekatan ini adalah pendekatan yang diterima dalam jurnal-jurnal
ilmiah yang telah terbit di dunia. Penting untuk ditekankan, bahwa ini
berdasarkan asumsi ontologi yang pasti (ontologi: bagaimana kita memandang
dunia), yang mengakibatkan epistomologis yang berbeda (epistomologis:
bagaimana kita belajar atau mendapat ilmu pengetahuan) dan metode riset
yang berbeda.

Ketika mengaplikasikan pendekatan ini, maka penting bagi pelaku riset


dalam bidang akuntansi untuk benar-benar mengenali asumsi yang ia pakai.
Selain itu, penting pula bagi pelaku riset untuk mengetahui apakah ada
pendekatan alternatif yang lebih tepat digunakan pada subjek penelitiannya. Hal
inilah yang umumnya dinamai sebagai pendekatan alamiah. Banyak peneliti
menerima bahwa pendekatan yang paling tepat bergantung kepada sifat
pertanyaan penelitian.

Adapun kritik terhadap pendekatan ini yakni data statistik yang besar
harus mampu menyatukan seluruhnya. Hipotesis tentang manfaat harga pasar

10
saham atau survey untuk riset akuntansi tentu jauh dari dunia praktisi.
Pendekatan ini terkadang tidak cocok untuk beberapa individu akuntan

2. NATURALISTIC APPROACH

Banyak peneliti mengungkapkan bahwa pendekatan naturalistik ini


merupakan pendekatan yang tepat untuk memperoleh sifat sesungguhnya
dalam perilaku akuntansi. Pendekatan ini memiliki 2 dampak yakni:
1. Tidak ada asumsi atau teori yang terbentuk sebelumnya
2. Fokus pada masalah yang spesifik

Pendekatan ini menggunakan pengamatan yang tertutup pada satu


masalah sehingga tidak memerlukan pengolahan data statistik matematika dan
survey. Lalu bagaimana metode yang digunakan pada pendekatan ini?
Pendekatan ini menggunakan studi kasus pelaksanaan lapangan yang lebih
detail. Pendekatan naturalistik memulai riset dari hal-hal yang spesifik di dalam
situasi dunia nyata, dan dengan tujuan menjawab Apa yang tengah terjadi di
sini? bukan untuk memecahkan kondisi yang general dalam rangka menjawab
kebutuhan masyarakat makro. Pendekatan ini bersifat mikro, hanya untuk satu
jenis masalah atau untuk satu jenis perusahaan yang spesifik sehingga sulit
untuk digeneralisir kepada problem-problem lain yang mungkin identik di luar
lingkup penelitian. Berikut dasar-dasar asumsi ontologism:

1. Realitas adalah struktur konkret


2. Realitas adalah proses konket
3. Realitas adalah sebuah bidang informasi yang kontekstual
4. Realitas adalah sebuah wacana simbolik
5. Realitas adalah konstruksi sosial
6. Realitas adalah proyeksi dari imajinasi manusia

- Semakin ke bawah (1-6), maka tingkat kenyataannya (concreteness) semakin


berkurang. Kategori 1 mengasumsikan bahwa dunia itu konkret dan stabil,
dan kategori 6 sebaliknya, tidak stabil dan banyak unsur manusiawinya.
Untuk kategori 1-3, lebih tepat menggunakan pendekatan ilmiah (scientific),
pengamatan dan pengukuran dilakukan lebih tepat. Hal ini diasumsikan
bahwa data tersedia, stabil, memiliki fungsi yang simpel terkait
mempersempit ruang lingkup dan bagian kecil dari dunia sosial yang dapat
digunakan untuk prediksi yang akurat.

- Untuk kategori 4-6, pendekatan naturalistic dianggap lebih tepat. Kategori ini
dinamakan sebagai interaksi simbolik, yakni bagaimana realitas itu sebagai
konstruksi sosial, hasil dari proses interaksi dan negosiasi manusia.

- Asumsi ontologis yang berbeda akan menyebabkan pendekatan


epistemologis yang berbeda, berikut perbandingan pendekatan scientific dan
naturalistik.

11
Pendekatan Scientific Pendekatan
Naturalistik

- Asumsi Ontologi - Realitas itu objektif - Realitas itu konstruksi


dan konkret sosial dan produk dari
imajinasi manusia
- Akuntansi itu realitas
yang objektif - Akuntansi itu realitas
yang dibentuk

- Pendekatan - Peningkatan - Holistic


epistemologi pengetahuan sedikit
demi sedikit - Kompleksitas dunia
tidak bisa dipecahkan
- Reduksionisme dengan reduksionisme

- Pengujian hipotesis - Hukum tidak dapat


individual direduksi

- Mampu
mengeneralisasi
hukum

- Metodologi - Terstruktur - Tidak terstruktur

- Berdasar teori - Tidak berdasar teori


sebelumnya sebelumnya

- Validasi empiris atau


ekstensi

- Metode - Model formulasi - Studi kasus


sintaktis
- Ekslorasi yang
- Hipotesis berdasarkan fleksibel
Induksi empiris
- Pengalaman dari
- Metode statistik yang peristiwa
tepat

Sumber: accounting Theory Godfrey 6th Edition,

12
3. APLIKASI PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK AKUNTANSI

KESALAHPAHAMAN TERHADAP TUJUAN

Terdapat sebuah kesalahpahaman besar dalam usaha pengaplikasian


pendekatan scientific terhadap akuntansi. Beberapa orang meyakini usaha ini
bertujuan memisahkan peneliti dari praktisi akuntansi. Sudut pandang ini dirasa
sangat tidak tepat. Seorang ilmuwan adalah seseorang yang menggunakan
metode ilmiah dan pada dasarnya adalah seorang peneliti. Profesi medis (dokter)
dapat menjadi sebuah analogi yang baik terhadap perbandingan peneliti dan
praktisi, serta penggunaan dan efek dari pendekatan scientific.

Sudut pandang dimulai dari sebuah pernyataan bahwa Peneliti medis


adalah seorang ilmuwan, namun dokter praktik bukanlah seorang ilmuwan.
Dokter adalah seorang profesional yang mendiagnosis penyakit dan memberi
resep. Ilmu diagnosaan dan penyusunan resep didapat dari penelitian ilmiah
yang dilakukan oleh peneliti medis. Tetapi, layaknya bidang-bidang lainnya,
tidak semua jawaban atas pertanyaan medis ditemukan melalui penelitian
ilmiah. Kesimpulan dari sebuah penelitian selalu bersifat umum, sementara para
praktisi menemukan kasus-kasus spesifik yang mungkin tidak tepat jika
ditindaklanjuti dengan menggunakan kesimpulan secara umum.

Oleh sebab itu, pendapat praktisi dalam hal ini adalah dokter praktik
selalu dibutuhkan dalam mengaplikasikan hasil penelitian yang bersifat umum.
Praktisi harus berperilaku sebagai peneliti dalam praktiknya, yakni mengambil
sudut pandang bahwa bukti untuk mendukung sebuah diagnosis atau
pengobatan sangat penting. Sebagai contoh, ketika anda sakit punggung, dan
pergi ke dokter, kemudian diberikan resep bahwa anda harus minum air putih
lebih banyak. Sebagai seorang yang memiliki keingintahuan yang tinggi, anda
tentu akan bertanya apa alasan ilmiah (scientific) dibalik resep treatment
tersebut.

Begitu pula dengan profesi akuntansi. Akuntan yang meyakini dalam


pendekatan ilmiah membutuhkan bukti empiris dan penjelasan logis untuk
mendukung praktik akuntansi sehingga praktisi dapat merekomendasi metode
yang paling sesuai untuk situasi yang terjadi dengan bukti-bukti yang ada.
Masyatakat mencari statement yang lebih meyakinkan, di mana statement
tersebut mengandung tujuan yang jelas dan bukti empiris yang meyakinkan
daripada statement yang hanya berdasar rasionalisasi.

Hal-hal lain yang umum terjadi sehingga menimbulkan kesalahpahaman


tentang pengaplikasian sudut pandang ilmiah dalam akuntansi adalah keinginan
untuk mengetahui kebenaran absolut, yang tentu saja tidak mungkin. Argumen
tersebut didasarkan kepada kesalahan konsep bahwa ilmu pengetahuan dapat
menggali dan menemukan kebenaran absolut. Metode ilmiah tidaklah sempurna.
Metode ilmiah adalah penemuan manusia untuk membantu kita memastikan
apakah sebuah pernyataan dapat dianggap realistis atau tidak. Struktur dari
proses dimana ketetapan ini dibuat adalah tidak ada seorang pun yang
mengklaim kebenaran absolut dalam ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmiah

13
bersifah sementara. Sebuah pernyataan atau teori akan diterima hanya jika
peneliti-peneliti di bidang yang sama memutuskan bahwa bukti-bukti yang
disertakan cukup meyakinkan. Hal ini bukanlah kebenaran yang absolut, masih
terdapat ruang untuk perubahan. Sejarah menunjukkan bahwa penggantian,
penyesuaian, dan modifikasi teori dapat segera dilakukan apabila ditemukan
bukti-bukti baru.

F. CONTOH KASUS

Contoh Kasus ini diambil dari Buku Accounting Theory karangan Jayne Godfrey
dkk.

HILANGNYA KETERTARIKAN

Lend Lease melaporkan kenaikan laba sebesar 13,5% pada periode 2004-
2005 dan diprediksi akan mengalami pertumbuhan dua digit pada tahun 2006.
Namun, pemegang saham tidak terkesan atas kinerja keuangan Lend Lease
tersebut. Hal ini menyebabkan harga saham turun menjadi $12.91, padahal
selama 52 minggu saham Lend Lease berada pada tingkat harga $14.24.

Untuk menjelaskan reaksi pemegang saham terhadap laporan laba Lend Lease
tersebut, bagaimana anda dapat menggunakan pendekatan-pendekatan berikut
dalam pengembangan teori akuntansi?

Pragmatik
Decision-usefulness
Teori Akuntansi Positif
Teori Normatif
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan Naturalistik

PENDEKATAN PRAGMATIK

Pendekatan pragmatik (khususnya pendekatan psikologis pragmatis)


mengamati bagaimana para pengguna laporan akuntansi merespon output
akuntansi (dalam kasus ini pengumuman laba). Studi yang bisa dilakukan untuk
mengetahui latar belakang reaksi tersebut salah satunya dilakukan dengan
membandingkan dan menganalisis reaksi pemegang saham terhadap
pengumuman laba perusahaan lain dan pengumuman laba Lend Lease, setelah

14
lebih dulu subjek penelitian diberikan kumpulan informasi yang berbeda tentang
perkiraan laba analis. Hal ini akan berguna untuk membentuk bukti kumulatif.

DECISION-USEFULNESS

Pendekatan ini bisa digunakan untuk menentukan apakah output


akuntansi (pengumuman laba Lend Lease) menyediakan informasi yang relevan
dan berguna bagi pemegang saham untuk membuat keputusan. Salah satu studi
yang dapat dilakukan yaitu memberikan kumpulan informasi dan akun-akun Lend
Lease kepada pemegang saham, kemudian dalam eksperimen terpisah diberikan
kumpulan informasi dan akun-akun Lend Lease yang berbeda. Pada akhir
masing-masing percobaan analisis laporan keuangan, subjek penelitian diminta
menawar harga saham Lend Lease untuk melihat akun/informasi yang mana
yang mengakibatkan turunnya harga saham.

TEORI AKUNTANSI POSITIF

Teori positif digunakan untuk menjelaskan, menggambarkan atau


memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi di dunia nyata. Dengan teori positif,
peneliti akan mencoba untuk menjelaskan mengapa pemegang saham tidak
terkesan dengan kinerja Lend Lease meskipun labanya meningkat 13,5%.
Peneliti akan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pengumuman
laba dan membandingkan hasilnya secara statistik dengan pekiraan analis dalam
kondisi yang berbeda-beda yaitu ketika perkiraan analis di atas, di bawah, atau
sesuai dengan laba yang dilaporkan.

TEORI NORMATIF

Untuk menjelaskan respon pemegang saham terhadap pengumuman laba Lend


Lease, teori normatif akan berfokus pada pertanyaan apakah Lend Lease telah
mengukur perhitungan laba mereka secara benar. Jika dihubungkan dengan
kasus ini timbul pertanyaan selanjutnya yaitu apakah perhitungan laba Lend
Lease akan menyediakan informasi yang berguna untuk pemegang saham
(decision-usefulness). Teori normatif tidak menjelaskan mengenai respon
terhadap laporan laba, tapi lebih merekomendasikan bagaimana perusahaan
seharusnya menghitung dan melaporkan laba mereka.

PENDEKATAN ILMIAH

Berdasarkan observasi, harga saham pada umumnya akan naik setelah


pengumuman laba positif (mengalami kenaikan laba) namun kadang-kadang
terjadi sebaliknya. Pendekatan ilmiah akan mendorong para peneliti untuk
mengembangkan teori mengapa hal itu bisa terjadi. Mereka akan mengumpulkan
data yang berkaitan dengan pengumuman laba dan perkiraan analis, dan
membandingkan hasilnya secara statistik dalam kondisi yang berbeda : ketika
perkiraan analis di atas, di bawah, atau sesuai dengan laba yang dilaporkan
(pendekatan akuntansi positif). Berdasarkan hasil tersebut, para peneliti akan
mengembangkan teori baru yang dapat menjelaskan mengapa respon tersebut
bisa terjadi.

15
PENDEKATAN NATURALISTIK

Pendekatan naturalistic cocok digunakan untuk menjelaskan reaksi pemegang


saham individual terhadap pengumuman laba Lend Lease. Dengan
menggunakan metode studi kasus, pendekatan ini akan mencoba untuk
menjawab pertanyaan mengapa pasar tidak terkesan kepada kinerja Lend Lease,
meskipun ia menghasilkan kenaikan laba 13,5% selama 2004-2005 dan
diprediksi akan mengalami pertumbuhan dua digit pada 2006. Kemungkinan ada
pertimbangan-pertimbangan lain yang menyebabkan reaksi pemegang saham
bertolak belakang dengan laporan laba Lend Lease.

16
DAFTAR REFERENSI

Accounting Theory, 6th Edition. 2006. Godfrey.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme). Diakses pada 21 Oktober 2014.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik). Diakses pada 21 Oktober 2014

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sintaksis). Diakses pada 21 Oktober 2014

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatika). Diakses pada 21 Oktober 2014

17
LAMPIRAN

Daftar Pengertian menurut KBBI


Pragmatis : 1 bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat
mengutamakan segi
kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau
bersangkutan dng
nilai-nilai praktis;
2 mengenai atau bersangkutan dng pragmatisme

Sintaksis : n. Ling 1. pengaturan dan hubungan kata dng kata atau dng
satuan lain yg
lebih besar;
2. cabang linguistik tt susunan kalimat dan bagiannya;
ilmu tata
kalimat;
3. sub-sistem bahasa yg mencakup hal tsb.

Semantik : n Ling 1. ilmu tt makna kata dan kalimat; pengetahuan


mengenai seluk
beluk dan pergeseran arti kata;
2. bagian struktur bahasa yg berhubungan dng makna
ungkapan
atau struktur makna suatu wicara;

Empiris : berdasarkan pengalaman (terutama yg diperoleh dr


penemuan, percobaan,
pengamatan yg telah dilakukan).

Empirisme : 1 aliran ilmu pengetahuan dan filsafat berdasarkan metode


empiris; 2 teori yg
mengatakan bahwa semua pengetahuan didapat dng
pengalaman

Deduktif : bersifat deduksi

Deduksi : 1. penarikan kesimpulan dr keadaan yg umum; penyimpulan


dr yg umum ke yg
khusus;
2. pengurangan setiap biaya dr pendapatan.

Positivisme : aliran filsafat yg beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-


mata berdasarkan
pengalaman dan ilmu yg pasti

Normative : berpegang teguh pd norma; menurut norma atau kaidah yg


berlaku

18
Daftar Pengertian menurut Internet

Pragmatic : dealing with things sensibly and realistically in a way that is based
on practical
rather than theoretical considerations. (google translate)

Syntactic : of or according to syntax.; syntax 1 the arrangement of words and phrases


to create
well-formed sentences in a language 2 sentence structure (google translate)

Semantic : relating to meaning in language or logic.

Tambahan data

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar


adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.[1]
Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting
melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-
individu.[2]

Menurut teori klasik tentang kebenaran, dikenal dua posisi yang berbeda,
yakni teori korespondensi dan teori koherensi.[2] Teori korespondensi
menekankan persesuaian antara si pengamat dengan apa yang diamati
sehingga kebenaran yang ditemukan adalah kebenaran empiris,[2][5] sedangkan
teori koherensi menekankan pada peneguhan terhadap ide-ide a priori atau
kebenaran logis, yakni jika proposisi-proposisi yang diajukan koheren satu sama
lain.[2][5] Selain itu, dikenal lagi satu posisi lain yang berbeda dengan dua posisi
sebelumnya, yakni teori pragmatis.[2][5] Teori pragmatis menyatakan bahwa
'apa yang benar adalah apa yang berfungsi.'[5]
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme)

Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos[1][2], memberikan tanda,


penting, dari kata sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari
arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi
lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik)

Dalam linguistik, sintaksis (dari Yunani Kuno: - syn-, "bersama", dan


txis, "pengaturan") adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk
membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis juga
digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup
struktur kalimat dalam bahasa apapun, sebagaimana "sintaksis Irlandia Modern."
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sintaksis)

Pragmatika adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan


antara konteks dan makna. Ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian

19
makna tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik (tata bahasa,
leksikon, dll) dari pembicara dan pendengar, tapi juga dari konteks penuturan,
pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan,
maksud tersirat dari pembicara. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatika)

20

Anda mungkin juga menyukai