Anda di halaman 1dari 3

PERTEMUAN I

PENDAHULUAN
1. Seni dan lembaga kebenaran

Begitu seorang manusia menemukan kesadarannya, dia menuntut dirinya untuk


hidup dalam apa yang disebutnya kebenaran. Apa yang benar bagi seseorang
adalah apa yang sesuai dengan kesadarannya, yang disetujuinya, yang
dianggapnya baik, yang dianggapnya punya nilai, yang dapat dijadikan pegangan
dalam bertindak. Kebenaran adalah sesuatu yang kita mengatakan `ya' kepadanya.

Kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dalam kesadaran kita sejak lahir. Kesadaran
terhadap kebenaran harus dicari oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki
tanggung jawab terhadap hidupnya dan hidup orang lain tentu memerlukan
kebenaran. Kebenaran terus dicari sampai seseorang menyatakan setuju terhadap
apa yang ditemukannya.

Tetapi, apa yang disebut kebenaran bukanlah sesuatu yang sifatnya statis.
Kebenaran itu terlalu kaya. Kebenaran itu berkembang. Kebenaran itu tumbuh,
memperkaya dirinya tanpa batas. Sebab kebenaran itu ada di luar alam manusia.
Kebenaran itu suatu ide yang bersifat mengatasi tempat dan waktu manusia.
Kebenaran itu telah ada sebelum manusia ada. Kebenaran itu suatu esensi, suatu
hakikat, suatu ide yang mendahului keberadaan wadag ini.

Inilah sebabnya manusia sepanjang sejarahnya tidak pernah puas setelah


menyadari suatu kebenaran. Manusia menyadari bahwa kebenaran itu terlalu luas,
dan kodrat ma nusia itu terlalu terbatas. Meskipun demikian, kebahagiaan sejati
manusia adalah menggabungkan diri dengan keabadian yang menampung
kebenaran itu. Manusia menyadari bahwa kebenaran tak mungkin dicapai; ia harus
terus berusaha mencari dan menemukan kebenaran yang tiada batas itu.

Bagaimana manusia mencari dan dapat menemukan kebenaran? Secara kodrati,


manusia memiliki sejumlah potensi kejiwaan dalam dirinya. ' Manusia mempunyai
dunia ini yang dipercayai) dalam suatu kepercayaan dapat ditemukan dalam seni~
Seni tari,:seni musik, seni teater, seni sastra, dan seni rupa sering erat kaitannya

1
2012 Filsafat Seni dan Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Djooko Soemarsono http://www.mercubuana.ac.id
dengan kepercayaan manusia purba. Upacara suatu kepercayaan yang
menghadirkan `dunia sana' di dunia wadag ini sering terjadi dalam suatu peristiwa
kesenian (seni upacara).
Ini terjadi karena seni bertujuan menciptakan suatu realitas baru dari kenyataan
pengalaman nyata.. Bentuk seni itu sendiri adalah realitas yang dihayati secara
inderawi. Dengap demikian, kebenaran seni bersinggungan dengan kebenaran
empiris dan kebenaran ide kebenaran. Dasarnya adalah pengalaman empiris
manusia, tetapi yang ditemukannya realitas baru yang non-empiris. Dalam karya
seni, sesuatu itu seperti dunia ini, tetapi kebenarannya bukan dari dunia ini.

Lembaga kebenaran berikutnya adalah filsafat. Alatnya adalah nalar, logika manusia
yang bersiat spekulatif (bukan empirik), dan tak ada metode yang baku. Tujuannya
adalah mencapai kebenaran yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dalam sistem
konseptual. Kegunaannya adalah kearifan hidup. Jadi, ciri-ciri lembaga kebenaran
ini adalah konseptual, logis, universal, mendasar, menyeluruh, mutla.k, dan
langgeng. Sejarah lembaga kebeaaran ini sudah dimulai sejak zaman Yunani Kuno,
India Kuno, Cina Kuno, dan dijumpai di berbagai pusat peradaban purba manusia.

Lembaga kebenaran yang relatif `muda' adalah ilmu. Alat untuk menemukan
kebenarannya adalah nalar, logika, bermetode dan sistematik. Sumbemya bersifat
empirik, fakta apa adanya. Tujuannya adalah pembuktian kebenaran secara khusus
dan terbatas. Kegunaannya sebagai deskripsi prediksi dan kantrol atas kenyataan
empiris. Seperti kita ketahui, perkembangan lembaga ilmu ini bartY berkembang
pesat sejak masa Renaisans Eropa pada abad ke-16.

Dengan demikian, tidak perlu orang mempertentangkan kebenaran yang ditemukan


oleh masing-masing lembaga tadi. Tetapi, dalam kenyataannya selalu saja terjadi
konflik kebenaran antara berbagai lembaga tadi. Perlu penjelasan lebih jauh
mengapa sering terjadi konflik semacam itu. Kalau kebenaran seni, misalnya,
memang secara autentik ditemukan, tentu tak akan bertentangan dengan lembaga
keagamaan, ilmu, atau filsafat. Begitu pula kebenaran ilmiah yang ditemukan, tentu
tak akan bertentangan dengan lembaga kebenaran yang lain. Hanya saja perlu
dica.tat bahwa temuan lembaga kebenaran ilmu, yang sifatnya sementara dan
teknologi adalah pemahaman manusia atas dunia material dan pemanfaatan dunia
material itu untuk kepentingan manusia.
Sementara itu, dunia spiritual dapat dipahami manusia dan juga dihayatinya lewat
lembaga agama, lembaga filsafat, dan lembaga seni. Dengan demikian, seni dapat
dimasukkan ke dalam lembaga kebenaran yang bersifat spiritual, sejajar dengan
agama dan filsafat. Agama, seni, dan filsafat adalah dunia antara yang

2
2012 Filsafat Seni dan Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Djooko Soemarsono http://www.mercubuana.ac.id
memungkinkan manusia yang masih material itu dapat memasuki alam spiritual atau
alam kerohanian. Kegiatan seni lebih cenderung kepada kegiatan kerohanian
daripada kegiatan kerohanian atau keilmuan.

Alam rohani, alam atas, alam spiritual di luar alam semesta ini memiliki
kebenarannya sendiri yang berbeda dengan alam dunia manusia. Alam rohani
adalah alam kekal, alam absolut, alam abstrak, alam universal, alam tanpa seks,
alam kebebasan, alam sempurna, alam tingkat tertinggi, alam yang tak dikenal
manusia. Dalam beberapa hal, alam rohani ini berbeda dengan dunia material
manusia yang serba sementara, terikat '' ruang dan waktu, alam relatif, alam
konkret, alam kontekstual, alam dengan seksualitas, alam yang dibatasi oleh aneka
struktur, alam serba cacad dalam kekurang-sempurnaan, alam yang dapat dikenali
secara mendalam oleh manusia.

Apakah alam rohani ini dapat dikenali dan dicapai manusia selama hidupnya di
dunia? Jawabannya jelas: dapat. Bagaimana? Lewat ajaran dan pengalaman
agama, lewat renungan falsafi (pemahaman), dan lewat kesenian (penghayatan).
Ajaran agama menuntun manusia untuk dapat memasuki alam rohani yang tak
terbatas itu, memasuki alam ketuhanan, alam kesempurnaan, alam cinta kasih
sempurna. Lewat praktik pengalaman religius, manusia yang terbatas oleh bawaan
kodrat materialnya ini dapat mengalami kualitas rohani keabadian. Mereka yang taat
beragama tentu sering memasuki pengalaman rohani yang ajaib dan menakjubkan
itu, sehingga semakin memperkuat imannya.

Alam rohani juga dapat dipahami lebih jelas lewat penalaran manusia yang
dikembangkan dalam lembaga filsafat. Apakah hakikat dunia rohani itu? Siapakah
Tuhan itu? Apakah hakikat manusia itu? Alam rohani juga dapat dimasuki manusia
berkat temuan kreativitas artistik para seniman dengan intuisinya. Dalam sebuah
karya musik kita diajak memasuki suasana perasaan yang tidak pernah kita alami

3
2012 Filsafat Seni dan Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Djooko Soemarsono http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai