Anda di halaman 1dari 22

BAHASA INDONESIA

“APRESIASI SASTRA ANAK”


(Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa,
M.Pd.)

OLEH:
KELOMPOK 13
SEMESTER II

I Ketut Dedi Agung Susanto Putra (1729041017)


Ketut Eli Mariadeni (1792041020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkatrahmatNya makalah “Apresiasi Sastra Anak” ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana.
Tujuan dibuat makalah ini, untuk meningkatkan pengetahuan tentang
presiasi sastra anak. Karena dengan makalah ini dapat mengetahui apa saja
definisi dan isi yang ada di makalah ini.
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Singaraja, 24 Juni 2018

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apresiasi Sastra Anak ................................................... 3
2.2 Tingkatan Apresiasi Sastra ............................................................. 5
2.3 Manfaat Apresiasi Sastra Anak ...................................................... 6
2.4 Jenis Karya Sastra Anak ................................................................. 8
2.5 Macam-Macam Kegiatan Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengapresiasi
Sastra Anak .................................................................................... 10
2.6 Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Reseptif Dan Produktif ........ 12

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ......................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini, tentunya kita tahu bahwa teknologi berkembang
dengan pesat seiring dengan berkembangnya jaman. Berbagai peralatan yang
canggih pun, sekarang sudah tidak sulit untuk didapatkan. Berbagai media hiburan
modern seperti televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya kini dirasa lebih
menarik perhatian daripada hiburan tradisional. Buktinya, di jaman sekarang,
anak-anak lebih banyak yang senang memainkan game online dengan laptop dan
kebanyakan anak jaman sekarang sudah tidak mengenal permainan tradisional
yang sering dimainkan oleh anak-anak pada jaman dahulu. Apalagi, pada jaman
sekarang kebanyakan anak sudah memiliki gadget sehingga anak cenderung malas
untuk belajar dan lebih memilih bermain game.Tentu saja hal ini akan berakibat
pada perkembangan potensi anak yang kurang maksimal sehingga prestasi belajar
anak pun kurang memuaskan.Memang dengan adanya perkembangan teknologi
saat ini tentunya dapat meningkatkan pengetahuan kita. Namun, kita harus ingat
dan selektif dalam mengambil manfaat yang positif dari perkembangan teknologi
ini sehingga kita tidak terjerumus ke dalam hal yang bersifat negatif. Kita tidak
boleh bergantung pada perkembangan teknologi, karena sebenarnya masih banyak
terobosan lain yang dapat kita tempuh.
Kita tahu bahwa sekarang ini pembelajaran sastra khususnya sastra anak
kurang diminati oleh anak-anak, padahal kita semua tahu bahwa dalam sastra anak
banyak terkandung nilai-nilai moral yang bernilai luhur. Namun pada
kenyataannya, anak-anak sekarang lebih memilih menyukai cerita-cerita yang
berbau aksi, seperti Naruto ataupun Dargon Ball yang mengandung unsur-unsur
yang kurang pantas untuk ditiru oleh anak-anak (misalnya perkelahian). Dunia
anak-anak yang penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek penting
untuk dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan
kepada mereka terutama dalam pembelajaran sastra anak. Karya sastra merupakan
pembelajaran yang cocok untuk diberikan dikelas rendah karena telah diketahui
oleh kita pada umumnya. Dengan membaca karya sastra, hati kita bisa merasakan

1
sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan. Selain itu karya sastra pun
memberikan nilai-nilai dan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh anak-
anak. Melalui karya sastra, mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka
dan pada akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari
pengalaman yang telah mereka tuangkan ke dalam karya satra. Untuk itu pada
makalah ini akan dibahas mengenai “Apresiasi Sastra Anak”.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian apresiasi sastra anak?
2) Bagaimana tingkatan apresiasi sastra?
3) Bagaimana manfaat apresiasi sastra anak?
4) Apa saja jenis karya sastra anak?
5) Apa saja macam-macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengapresiasi sastra anak?
6) Bagaimana apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dan produktif?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian apresiasi sastra anak.
2) Untuk mengidentifikasi tingkatan apresiasi sastra.
3) Untuk mengidentifikasi manfaat apresiasi sastra anak.
4) Untuk mengetahui jenis karya sastra anak.
5) Untuk mengetahui macam-macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengapresiasi sastra anak
6) Untuk mengetahui apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dan produktif.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari makalah ini, yaitu:
1) Bagi dunia pendidikan, nantinya makalah ini dapat menjadi salah satu
literatur yang dapat memperkaya pengetahuan tentang apresiasi sastra
anak.
2) Bagi masyarakat luas dapat memberikan gambaran tentang apresiasi sastra
anak yang dibahas pada makalah ini. Sehingga tidak hanya pendidik dan

2
peserta didik yang memiliki pengetahuan tentang apresiasi sastra anak,
namun juga masyarakat yang membaca makalah ini sedikitnya mengerti
tentang materi yang dibahas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Apresiasi Sastra Anak


Untuk memahami apresiasi sastra anak-anak perlu dipahamai dengan
baik kata apresiasi dan sastra anak-anak. Apresiasi berasal dari bahasa Latin
apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau menghargai”. Berarti secara
harpiah apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya
penghargaan (yang positif) terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari
adanya pengetahuan tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan
penajaman kognitif di bidang sastra, serta pengalaman keterampilan bersastra,
baik secara reseptif maupun secara produktif . Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Disick yang menyatakan bahwa “aspek apresiasi yang berkaitan
dengan sikap penghargaan atau nilai berada pada domain afektif merupakan
tingkatan terakhir yang dapat dicapai. pencapaiannya memerlukan waktu yang
sangat panjang serta prosesnya berlangsung terus setelah pendidikan formal
berakhir” (Wardani, 1981:1 dalam Halik 2015).
Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa
memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat
memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak. Pramuki (2000)
mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi,
drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan,
sifat- sifat, dan perkembangan anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya
sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak,
baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak
itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan
prosa, melainkan juga bentuk drama.
Pengertian apresasi sastra menurut S.Effendi 1980:24 (dalam Halik
2015) bahwa apresiasi sastra adalah “suatu kegiatan menggauli sastra
dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, pengehargaan,

4
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta
sastra.” Definisi tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran


kritis, dan kepekaan perasaan adalah Pertama, pengertian berkaitan dengan
pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-
unsur instrinsik prosa, dan lain-lain. Kedua, penghargaan berkaitan dengan
sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai
positif yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat
kehidupan individual-sosial. Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan
dengan kemampuan memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang
makna atau nilai-nilai yang dikandung suatu karya sastra setelah
mengadakan analisis yang teliti, saksama dan menyeluruh. Adapun
kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan
menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra,
seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh,
perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, persaan takut,
kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita
yang tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada
saat pembacaan karya sastra tertentu.
Jadi apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak
sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan

5
yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
karya sastra anak.

2.2 Tingkatan Apresiasi Sastra


Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) (dalam Halik 2015)
membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada
buku- buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-
sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau
membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai
bentuk.
(2) Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena
mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat
membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa
anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
(3) Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat
tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi,
atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat
ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
sastra.
(4) Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai
media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang
tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi
tingkatan apresiasi sastra atas lima tingkatan, yakni sebagai berikut:
(1) Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,
menonton drama, mendengarkan cerita.
(2) Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita,
mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam
jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya
atau yang dideklamasikan.
(3) Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan
yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis

6
unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama
anak-anak.
(4) Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk
karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya
mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam
bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan
argumen- tasinya secara tepat.
(5) Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan
hasil apresiasi sastra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan.
Tingkatan apresiasi yang dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak
sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk
dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupannya.

2.3 Manfaat Apresiasi Sastra.


Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S. (
dalam Halik 2015) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a) melatih
keempat keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan tentang
pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb,
(c) membantu mengembangkan pribadi, (d) membantu pembentukan
watak, (e) memberi kenyamanan, (f) meluaskan dimensi kehidupan dengan
pengalaman baru. Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang
mengemukakan manfaat apresiasi sastra, yakni:
(1) Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah
terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi kreatif, salah
satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang
memadai. Akhadiah (1992:3) menyatakan bahwa “sesuangguhnya hanya
dapat menjadi kreatif jika siswa memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana
yang dikemukakan Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat
mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya
pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan sesuatu
(gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau
pengalaman sesorang (dalam KBBI, 1994:372).

7
Apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa dalam
bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal
tanpa kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”. Kebebasan itu bukan
berarti sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pda dunia nyata
yang bersifat logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian
orang yang bergelut dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di
dalamnya selalu ada unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi
bentuk. Misalnya, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar,
dan seniman lainnya.
(2) Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalui pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat
diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang
kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi
yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam
puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan
pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu
melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan
bangsa di tingkat internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah itu
mati” jika kita cermati dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita
untuk memperbanyak amal saleh, agar kita dapat memperoleh derajat
yang tinggi di sisi-Nya, tidak sederajat binatang atau lebih rendah lagi.
(3) Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan
bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca
memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman
isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra
sebagai bahan bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997).

8
Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis
dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina
(1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak kelas tiga SD yang
diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan
kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3)
mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi
sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini
sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya
komponen bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran
sastra dipadukan antara membaca, dan menulis.

2.4 Jenis Karya Sastra Anak


Sastra anak-anak (kompas, 2005) (dalam Halik 2015) membagi sastra
anak-anak ke dalam beberapa jenis, yakni: fiksi, nonfiksi, puisi, sastra
tradisonal, dan komik. Pembagian tersebut sejalan dengan Framuki (2000)
bahwa sastra anak-anak yang bersifat imajinatif dapat dibagi atas tiga macam
yakni puisi, prosa, dan drama. Berdasarkan pendapat tersebut sastra anak-anak
dapat dibagi atas tiga macam sebagai berikut.
1. Puisi
Sudjiman (dalam Nadeak:1985:7) menyatakan bawa “puisi adalah
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait. Pengertian tersebut relatif sejalan dengan
pengertian puisi yang dikemukakan oleh Ralph Waldo Emmerson bahwa
“puisi adalah mengajarkan sebanyak-banyaknya dengan kata-kata yang
sesedikit-dikitnya”. Berbeda dengan pendapat Mattew Arnold yang
melihat dari segi keindahan pendendangannya bahwa bahwa “puisi
adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif dan paling efektif
mendendangkan sesuatu” (dalam Situmorang: 1981:9). Berdasarkan
pengertian tersebut dapatlha dikatakan bahwa puisi merupakan karya
sastra yang berbentuk untaian bait demi bait yang relatif memperhatikan
irama dan rima sehingga sungguh indah dan efektif didendangkan dalam
waktu yang relatif singkat dibandingkan bentuk karya sastra lainnya.

9
Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam.
Waluyo (1987) mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair
mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan , terbagi
atas: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.
2. Prosa
Surana (1984:105) mengemukakan pengertian prosa yaitu bentuk
karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-
kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu
kalimat setelah yang lain, dalam kelompok- kelompok yang merupakan
alinea-alinea.
Pengertian prosa yang dikemukakan oleh Surana di atas saling
melengkapi dengan pengertian prosa fiksi atau narasi yang digambarkan
oleh Aminuddin (2004:66) sebagai berikut:
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian
cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu ceita.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa prosa
fiksi anak-anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas ragkaian bait
demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan
merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur
pristiwa, pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara
imajinatif.
3. Drama
Surana (1984) memberikan jawaban bahwa “drama adalah karangan
prosa atau puisi berupa dialog dan keterangan laku untuk dipertunjukkan
di atas pentas.” Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian drama yang
disampaikan oleh Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita
konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas
dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.”
Jadi, drama merupakan salah satu karya sastra yang dipakai sebagai
medium pengungkapan gagasan atau perasaan melalui serangkain dialog

10
antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk dibacakan
secara estetis melainkan untuk dipertunjukkan.

2.5 Macam-macam Kegiatan yang Dapat Dilakukan untuk Mengapresiasi


Sastra Anak (dalam Prasetyo 2011)
1. Kegiatan Apresiasi Langsung
Kegiatan ini dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk
memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan dari karya sastra anak yang
diapresiasi. Nilai kenikmatan sastra anak dapat memberi sesuatu yang
menyenangkan, menghibur, dan memberi kepuasan. Nilai kenikmatan sastra dapat
memberi pelajaran, amanat, dan nasihat tentang kehidupan.
Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut:
(a) Membaca sastra anak
Kegiatan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memperoleh sesuatu yang terkandung dalam sastra anak, yaitu nilai-nilai
yang bermanfaat bagi kehidupan anak. Nilai-nilai itu memberi arahan tentang
perilaku, pandangan hidup, dan cara menyikapi sesuatu dalam menghadapi
kehidupan.
(b) Mendengar sastra anak
Kagiatan ini dapat berupa mendengarkan pembacaan suatu karya sastra.
Kegiatan ini memerlukan ketajaman pikiran dan perasaan guna menyimak
karya sastra yang didengarkan.
(c) Menonton pementasan sastra anak
Kegiatan ini dapat berupa menonton pembacaa puisi, cerpen, atau
pementasan drama. Kegiatan menonton ini tidak terbatas pada pementasan
panggung saja, melainkan juga menonton lewat televisi atau film di bioskop.
2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung
Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan apresiasi
yang dapat menunjang pemahaman seseorang terhadap karya sastra anak.
Kegiatannya berupa kegiatan mempelajari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik
sastra.
Mempelajari teori sastra dikatakan apresiasi tidak langsung sebab
yang dipelajari bukan karya sastra konkret, melainkan teori dan konsep tentang

11
sastra. Teori sastra sebaiknya dipelajari oleh orang dewasa, terutama sekali untuk
guru sebagai penambah wawasan tentang sastra, sedangkan untuk siswa sebaiknya
Anda sajikan apresiasi sastra secara langsung, yaitu anak langsung membaca
karya sastra, mendengarkan pembacaan karya sastra, dan menonton pementasan
karya sastra.
Mempelajari sejarah sastra dapat memperluas wawasan kita yang
memang diperlukan agar mengatahui bagaimana perkembangan sastra di suatu
wilayah atau negara, perkembangan sastra dari satu dekade ke dekade berikutnya,
dari satu angkatan ke angkatan selanjutnya. Dan dari satu aliran ke aliran lainnya.
Hal yang dikaji dalam sejarah sastra adalah konsep-konsep dasar angkatan,
sejarah aliran sastra, perkembangan jenis-jenis sastra dari berbagai segi, dan ciri-
ciri struktur dan isi karya sastra setiap angkatan.
Demikian pula halnya, jika Anda mempelajari kritik sastra karena
kritik sastra berkaitan dengan penelaahan karangan ditinjau dari segi-segi tertentu
karya sastra. Bentuknya dapat berupa artikel dalam surat kabar atau majalah, buku
essai atau antologi essai. Mempelajari kritik sastra dapat memperluas wawasan
kita guna melihat bagaimana cara orang lain memberi pertimbangan baik dan
buruk terhadap suatu karya sastra.
3. Pendokumentasian Karya Sastra
Pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang
secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau
penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikannya itu dilihat
dari segi fisiknya, yaitu ikut memelihara karya sastra, menyediakan data bagi
orang yang memerlukannya, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan.
Kegiatan pendokumentasian sastra, meliputi pengumpulan dan penyusunan semua
data karya sastra yang berupa artikel atau karangan dalam surat kabar, majalah,
makalah, skripsi, tesis, disertasi ataupun buku-buku sastra.
4. Kegiatan Kreatif
Kegiatan ini dapat berupa kegiatan belajar menulis karya sastra, misalnya
puisi, prosa atau drama. Hasilnya dapat dikirimkan dan dimuatkan dalam majalah
dinding, buletin OSIS, majalah sekolah, surat kabar atau majalah tertentu.
Kegiatan kreatif juga dapat dilaksanakan secara rekreatif, misalnya menceritakan

12
kembali karya sastra yang didengar, dibaca, atau ditonton atau mengubah bentuk
puisi menjadi prosa dan sebaliknya.
2.6 Apresiasi Sastra Anak-anak Secara Reseptif dan Produktif
2.6.1 Apresiasi Sastra Anak-anak Secara Reseptif (dalam Hayanti 2011)
Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian,
dan pengertian terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi
maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan
menyaksikan pementasan drama.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra
anak-anak secara reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam
suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi.
Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa pendekatan emotif
adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang
mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan
dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan
dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik.
2. Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai
amanat, petuah, nasihat, pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai
yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004: 47)
mengemukakan bahwa pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang
berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun
sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis,
filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan
rohaniah pembaca.
3. Pendekatan Analitis
Aminuddin (2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis
merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami
gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur

13
intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk
keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan
maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam
pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang
dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah dapat
mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca,
dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau
saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat
memperkaya pengalaman rohaniah.
Aminudin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita
fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan dan titik pandang, dan gaya.

2.6.2 Apresiasi Sastra Anak-anak Secara Produktif (dalam Hayanti 2011)


Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada
proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif,
pengapresiasi dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa,
drama, pementasan karya sastra, dan esai.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra
anak-anak secara produktif, diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan
apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk
karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah
tema atau gagasan pokoknya. Aminudin (2004) menjelaskan bahwa parafrase
adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara
mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggunakan
kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Di samping itu, Aminudin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan
parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa:
a) Pengubahan bentuk karya sastra tertentu kedalam bentuk sastra yang lain
akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca
yang bersangkutan.
b) Gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda.

14
c) Simbol yang konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan
mudah dipahami.
d) Pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan
mudah dimengerti.
I.G.P Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan
puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu teknik larik,
teknik bait, dan teknik global.
2. Pendekatan Analitis
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan
pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu
karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok
yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi
meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi,
gaya bahasa, kata konkret, gaya bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya
erat, oleh Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat
puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut
sebagai unsur lahiriah puisi.
a) Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1) Diksi
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat
menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan
artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif
maupun konotatif.
2) Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk
menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3) Kata konkret
Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu
pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang
umum, misal:

15
 Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
 Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4) Daya bayang (imagery)
Daya bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau
melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca
menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau
dialami penyair tersebut.
5) Irama dan rima
Irama adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang
pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian
sejenak (jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal-
akhir.
b) Unsur Batiniah Puisi
1) Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2) Rasa ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema
tertentu.
3) Nada ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4) Amanat ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam
karyanya baik secara langsung atau tak langsung.

 Contoh-contoh Apresiasi Sastra Anak (dalam Alfiyanti 2013)


(1) Edy selalu mengikuti setiap pertemuan sastra, dirumahnya banyak
koleksi sastra, yang pertama dibaca di perpustakaan adalah buku
sastra. Tingkah laku Edy tersebut mencerminkan apresiasi sastra yang
berkaitan dengan penghargaan yang positif terhadap karya sastra anak.
(2) Diah mampu menjelaskan unsur instrinsik puisi, prosa, dan drama
dengan tepat. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari apresiasi
sastra yang berkaitan kemampuan pemahaman yang teliti terhadap
sastra anak-anak.
(3) Intonasi sedih, gembira, marah yang ditampilkan Yuni saat membaca
puisi sangat sesuai dengan mimik dan gestur tubuhnya. Pernyataan
tersebut menunjukan bahwa Yuni memiliki apresiasi sastra yang

16
berkaitan dengan penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra
anak-anak.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai
hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang
didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya
sastra anak. Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie
S. (dalam Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a)
melatih keempat keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan
tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama,
kebudayaan, dsb, (c) membantu mengembangkan pribadi, (d) membantu
pembentukan watak, (e) memberi kenyamanan, (f) meluaskan dimensi
kehidupan dengan pengalaman baru. Kegiatan apresiasi lngsung dilakukan
secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan
dari karya sastra anak yang diapresiasi. Nilai kenikmatan sastra anak dapat
memberi sesuatu yang menyenangkan, menghibur, dan memberi kepuasan.
Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan apresiasi yang dapat
menunjang pemahaman seseorang terhadap karya sastra anak. Kegiatannya berupa
kegiatan mempelajari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan konsep apresiasi sastra anak
dengan baik serta mengetahui perkembangan dari apresiasi sastra anak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Pengertian, Tingkatan, Dan Manfaat Apresiasi Sastra Anak-Anak.


Tersedia pada https://kepompong.xyz/pengertian-tingkatan-dan-manfaat-
apresiasi-sastra-anak-anak/. Diakses pada Tanggal 22 Juni 2018.

Alfiyanti. 2013. Apresiasi Sastra Anak.


https://plus.google.com/116376703237911756669/posts/KiG47nNxnMu.
Diakses pada Tanggal 22 Juni 2018.

Halik. 2015. Apresiasi Sastra Anak. Tersedia pada


https://pgsdfkipuho.files.wordpress.com/2015/02/unit_7-apresiasi-sastra-
anak.pdf. Diakses pada Tanggal 22 Juni 2018.

Hayanti. 2011. Makalah Apresiasi Sastra Anak. Tersedia pada


http://pujirokhayanti999.blogspot.com/2011/12/makalah-apresiasi-sastra-
anak.html. Diakses pada Tanggal 22 Juni 2018.

Prasetyo. 2011. Kegiatan Mengapresiasi Sastra Anak. Tersedia pada


http://azistjuztaloser.blogspot.com/2011/11/kegiatan-mengapresiasi-sastra-
anak.html. .Diakses pada Tanggal 22 Juni 2018.

Elfia Sukma binti Bachtiar dan Ahmad Johari Sihes. 2016. Kompetensi Kognitif
Pembelajaran Apresiasi Sastra Di Sekolah Dasar . Fakulti Pendidikan,
Universiti Teknologi Malaysia, Skudai-Johor, Malaysia.Diakses pada
tanggal 22 Juni 2018.

Stefanie. 2011. Apresiasi Sastra Anak. Tersedia pada


https://www.scribd.com/doc/56348230/APRESIASI-SASTRA-ANAK.
Diakses pada Tanggal 22 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai