OLEH:
KELOMPOK 13
SEMESTER II
Kelompok 13
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apresiasi Sastra Anak ................................................... 3
2.2 Tingkatan Apresiasi Sastra ............................................................. 5
2.3 Manfaat Apresiasi Sastra Anak ...................................................... 6
2.4 Jenis Karya Sastra Anak ................................................................. 8
2.5 Macam-Macam Kegiatan Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengapresiasi
Sastra Anak .................................................................................... 10
2.6 Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Reseptif Dan Produktif ........ 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan. Selain itu karya sastra pun
memberikan nilai-nilai dan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh anak-
anak. Melalui karya sastra, mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka
dan pada akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari
pengalaman yang telah mereka tuangkan ke dalam karya satra. Untuk itu pada
makalah ini akan dibahas mengenai “Apresiasi Sastra Anak”.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian apresiasi sastra anak.
2) Untuk mengidentifikasi tingkatan apresiasi sastra.
3) Untuk mengidentifikasi manfaat apresiasi sastra anak.
4) Untuk mengetahui jenis karya sastra anak.
5) Untuk mengetahui macam-macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengapresiasi sastra anak
6) Untuk mengetahui apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dan produktif.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari makalah ini, yaitu:
1) Bagi dunia pendidikan, nantinya makalah ini dapat menjadi salah satu
literatur yang dapat memperkaya pengetahuan tentang apresiasi sastra
anak.
2) Bagi masyarakat luas dapat memberikan gambaran tentang apresiasi sastra
anak yang dibahas pada makalah ini. Sehingga tidak hanya pendidik dan
2
peserta didik yang memiliki pengetahuan tentang apresiasi sastra anak,
namun juga masyarakat yang membaca makalah ini sedikitnya mengerti
tentang materi yang dibahas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta
sastra.” Definisi tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
5
yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
karya sastra anak.
6
unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama
anak-anak.
(4) Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk
karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya
mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam
bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan
argumen- tasinya secara tepat.
(5) Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan
hasil apresiasi sastra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan.
Tingkatan apresiasi yang dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak
sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk
dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupannya.
7
Apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa dalam
bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal
tanpa kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”. Kebebasan itu bukan
berarti sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pda dunia nyata
yang bersifat logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian
orang yang bergelut dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di
dalamnya selalu ada unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi
bentuk. Misalnya, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar,
dan seniman lainnya.
(2) Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalui pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat
diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang
kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi
yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam
puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan
pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu
melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan
bangsa di tingkat internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah itu
mati” jika kita cermati dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita
untuk memperbanyak amal saleh, agar kita dapat memperoleh derajat
yang tinggi di sisi-Nya, tidak sederajat binatang atau lebih rendah lagi.
(3) Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan
bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca
memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman
isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra
sebagai bahan bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997).
8
Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis
dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina
(1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak kelas tiga SD yang
diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan
kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3)
mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi
sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini
sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya
komponen bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran
sastra dipadukan antara membaca, dan menulis.
9
Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam.
Waluyo (1987) mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair
mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan , terbagi
atas: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.
2. Prosa
Surana (1984:105) mengemukakan pengertian prosa yaitu bentuk
karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-
kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu
kalimat setelah yang lain, dalam kelompok- kelompok yang merupakan
alinea-alinea.
Pengertian prosa yang dikemukakan oleh Surana di atas saling
melengkapi dengan pengertian prosa fiksi atau narasi yang digambarkan
oleh Aminuddin (2004:66) sebagai berikut:
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian
cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu ceita.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa prosa
fiksi anak-anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas ragkaian bait
demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan
merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur
pristiwa, pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara
imajinatif.
3. Drama
Surana (1984) memberikan jawaban bahwa “drama adalah karangan
prosa atau puisi berupa dialog dan keterangan laku untuk dipertunjukkan
di atas pentas.” Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian drama yang
disampaikan oleh Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita
konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas
dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.”
Jadi, drama merupakan salah satu karya sastra yang dipakai sebagai
medium pengungkapan gagasan atau perasaan melalui serangkain dialog
10
antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk dibacakan
secara estetis melainkan untuk dipertunjukkan.
11
sastra. Teori sastra sebaiknya dipelajari oleh orang dewasa, terutama sekali untuk
guru sebagai penambah wawasan tentang sastra, sedangkan untuk siswa sebaiknya
Anda sajikan apresiasi sastra secara langsung, yaitu anak langsung membaca
karya sastra, mendengarkan pembacaan karya sastra, dan menonton pementasan
karya sastra.
Mempelajari sejarah sastra dapat memperluas wawasan kita yang
memang diperlukan agar mengatahui bagaimana perkembangan sastra di suatu
wilayah atau negara, perkembangan sastra dari satu dekade ke dekade berikutnya,
dari satu angkatan ke angkatan selanjutnya. Dan dari satu aliran ke aliran lainnya.
Hal yang dikaji dalam sejarah sastra adalah konsep-konsep dasar angkatan,
sejarah aliran sastra, perkembangan jenis-jenis sastra dari berbagai segi, dan ciri-
ciri struktur dan isi karya sastra setiap angkatan.
Demikian pula halnya, jika Anda mempelajari kritik sastra karena
kritik sastra berkaitan dengan penelaahan karangan ditinjau dari segi-segi tertentu
karya sastra. Bentuknya dapat berupa artikel dalam surat kabar atau majalah, buku
essai atau antologi essai. Mempelajari kritik sastra dapat memperluas wawasan
kita guna melihat bagaimana cara orang lain memberi pertimbangan baik dan
buruk terhadap suatu karya sastra.
3. Pendokumentasian Karya Sastra
Pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang
secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau
penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikannya itu dilihat
dari segi fisiknya, yaitu ikut memelihara karya sastra, menyediakan data bagi
orang yang memerlukannya, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan.
Kegiatan pendokumentasian sastra, meliputi pengumpulan dan penyusunan semua
data karya sastra yang berupa artikel atau karangan dalam surat kabar, majalah,
makalah, skripsi, tesis, disertasi ataupun buku-buku sastra.
4. Kegiatan Kreatif
Kegiatan ini dapat berupa kegiatan belajar menulis karya sastra, misalnya
puisi, prosa atau drama. Hasilnya dapat dikirimkan dan dimuatkan dalam majalah
dinding, buletin OSIS, majalah sekolah, surat kabar atau majalah tertentu.
Kegiatan kreatif juga dapat dilaksanakan secara rekreatif, misalnya menceritakan
12
kembali karya sastra yang didengar, dibaca, atau ditonton atau mengubah bentuk
puisi menjadi prosa dan sebaliknya.
2.6 Apresiasi Sastra Anak-anak Secara Reseptif dan Produktif
2.6.1 Apresiasi Sastra Anak-anak Secara Reseptif (dalam Hayanti 2011)
Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian,
dan pengertian terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi
maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan
menyaksikan pementasan drama.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra
anak-anak secara reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam
suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi.
Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa pendekatan emotif
adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang
mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan
dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan
dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik.
2. Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai
amanat, petuah, nasihat, pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai
yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004: 47)
mengemukakan bahwa pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang
berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun
sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis,
filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan
rohaniah pembaca.
3. Pendekatan Analitis
Aminuddin (2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis
merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami
gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur
13
intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk
keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan
maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam
pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang
dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah dapat
mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca,
dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau
saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat
memperkaya pengalaman rohaniah.
Aminudin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita
fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan dan titik pandang, dan gaya.
14
c) Simbol yang konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan
mudah dipahami.
d) Pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan
mudah dimengerti.
I.G.P Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan
puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu teknik larik,
teknik bait, dan teknik global.
2. Pendekatan Analitis
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan
pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu
karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok
yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi
meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi,
gaya bahasa, kata konkret, gaya bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya
erat, oleh Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat
puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut
sebagai unsur lahiriah puisi.
a) Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1) Diksi
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat
menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan
artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif
maupun konotatif.
2) Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk
menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3) Kata konkret
Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu
pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang
umum, misal:
15
Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4) Daya bayang (imagery)
Daya bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau
melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca
menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau
dialami penyair tersebut.
5) Irama dan rima
Irama adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang
pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian
sejenak (jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal-
akhir.
b) Unsur Batiniah Puisi
1) Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2) Rasa ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema
tertentu.
3) Nada ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4) Amanat ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam
karyanya baik secara langsung atau tak langsung.
16
berkaitan dengan penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra
anak-anak.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai
hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang
didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya
sastra anak. Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie
S. (dalam Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a)
melatih keempat keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan
tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama,
kebudayaan, dsb, (c) membantu mengembangkan pribadi, (d) membantu
pembentukan watak, (e) memberi kenyamanan, (f) meluaskan dimensi
kehidupan dengan pengalaman baru. Kegiatan apresiasi lngsung dilakukan
secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan
dari karya sastra anak yang diapresiasi. Nilai kenikmatan sastra anak dapat
memberi sesuatu yang menyenangkan, menghibur, dan memberi kepuasan.
Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan apresiasi yang dapat
menunjang pemahaman seseorang terhadap karya sastra anak. Kegiatannya berupa
kegiatan mempelajari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan konsep apresiasi sastra anak
dengan baik serta mengetahui perkembangan dari apresiasi sastra anak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Elfia Sukma binti Bachtiar dan Ahmad Johari Sihes. 2016. Kompetensi Kognitif
Pembelajaran Apresiasi Sastra Di Sekolah Dasar . Fakulti Pendidikan,
Universiti Teknologi Malaysia, Skudai-Johor, Malaysia.Diakses pada
tanggal 22 Juni 2018.