KEPRIBADIAN
PROFESIONAL
1
Natalia Dewi Wardani
Widodo Sarjana A.S.
18
2. Apa yang penting disampaikan dalam tahap perkenalan?
Pemberian Contoh:
1. “Selamat siang Pak Jono, saya dokter muda Adi. Saya akan mewawancara
anda selama 30 menit untuk mengetahui masalah yang anda miliki dan
bagaimana hal itu mempengaruhi anda. Apa anda bersedia?”
2. Perkenalan ini meliputi nama, peran, tujuan dan batas waktu wawancara.
Menyampaikan tujuan wawancara kita juga berfungsi untuk menunjukkan ke
pasien ketertarikan dokter untuk mengetahui respon pasien terhadap
sakitnya.
TUGAS 2
Mempraktekkan perkenalan sesuai contoh dalam grup kecil 3 orang yang sama.
DISKUSI 2
1. Apa yang mahasiswa rasakan setelah praktek?
2. Apa kesulitan yang dialami?
3. Apa yang ingin ditanyakan?
TAMBAHAN INFORMASI
1. Mengetuk pintu sebelum masuk kamar pasien.
2. Bila ada anggota keluarga pasien yang lain perkenalkan diri anda pada
mereka dan sampaikan untuk memberikan pasien kesempatan berbicara
terlebih dahulu baru keluarga.
3. Mahasiswa bisa menyampaikan contoh yang benar dengan konteks yang
lebih fleksibel (bahasa yang lain).
CONTOH
18
“Apa yang membuat anda datang ke rumah sakit?”
atau
“Apa yang anda rasakan akhir-akhir ini?
atau
“ Apa yang bisa saya bantu?”
Setelah itu biarkan pasien berbicara dengan bebas beberapa menit pertama sebelum
memulai pertanyaan yang lebih detail. Beberapa dokter terlalu sering menginterupsi
pasien di menit-menit pertama. Pasien tidak dapat menjelaskan masalah utamanya.
Masalah utama menjadi tersembunyi bukan karena pasien menyembunyikannya namun
karena dokter belum memberikan pasien kesempatan untuk berbicara. Apa yang
pasien ungkapkan pertama kali bukan satu-satunya gejala atau bukan gejala utama.
18
TUGAS
1. BAGI KELAS DALAM GRUP KECIL 3 ORANG, SATU SEBAGAI DOKTER, SATU SEBAGAI PASIEN DAN
SATU SEBAGAI PENGAMAT.
2. PASIEN TAMPAK KESAL DENGAN SAKIT KEPALA YANG DIALAMINYA DAN KADANG KETUS KEPADA
DOKTER.
3. BERGANTI PERAN SEHINGGA SEMUA PERNAH MENJADI PASIEN, DOKTER DAN PENGAMAT.
DISKUSI
UNTUK MENGENALI DAN BERESPON TERHADAP TANDA-TANDA YANG DITUNJUKKAN PASIEN, DOKTER
JUGA PERLU BERADA DALAM KONDISI YANG NYAMAN, TIDAK TEGANG ATAU CEMAS.
SERINGKALI DOKTER GAGAL UNTUK MELIHAT TANDA YANG TERDAPAT PADA PASIEN KARENA
PEWAWANCARA MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA DIRINYA SENDIRI.
TEKNIK YANG PALING BAIK UNTUK MENGHINDARI HAL TERSEBUT ADALAH DENGAN MENGALIHKAN
FOKUS PERHATIAN DARI DIRI SENDIRI KE PASIEN, DENGARKAN PASIEN DAN HINDARI MEMBERI
PEWAWANCARA YANG MEMPERLIHATKAN EKSPRESI EMOSI YANG BERLEBIH ATAU TANPA EMOSI SAMA
SEKALI DAPAT MENGHAMBAT RESPON EMOSI PASIEN, SEMENTARA PEWAWANCARA DENGAN EKPRESI
TUGAS
1. BAGI KELAS DALAM GRUP KECIL 3 ORANG, SATU SEBAGAI DOKTER, SATU SEBAGAI PASIEN DAN
18
SATU SEBAGAI PENGAMAT.
2. PASIEN TAMPAK KESAL DENGAN SAKIT KEPALA YANG DIALAMINYA DAN KADANG KETUS KEPADA
DOKTER.
3. DOKTER MENDENGARKAN DENGAN AKTIF DAN FOKUS KEPADA PASIEN.
4. BERGANTI PERAN SEHINGGA SEMUA PERNAH MENJADI PASIEN, DOKTER DAN PENGAMAT.
MAHASISWA MAMPU MENUNJUKKAN RASA HORMAT, EMPATI, CEPAT ANGGAP DAN PERHATIAN
TERHADAP MASALAH ATAU KEPRIBADIAN PASIEN
DISKUSIKAN DEFINISI
SIMPATI: MENYADARI ADANYA BEBAN YANG DIALAMI ORANG LAIN DAN MEMBUAT ANDA MERASA
TERHARU
EMPATI: MENUNJUKAN PEMAHAMAN YANG LEBIH MENDALAM DENGAN MASUK KE PENGALAMAN
ORANG TERSEBUT
MENGEKSPRESIKAN SIMPATI BISA MEMBUAT SESEORANG MERASA ORANG LAIN KASIHAN PADANYA
18
SEHINGGA BISA MEMBUAT ORANG MERASA RENDAH DIRI DAN TIDAK MEMILIKI KEKUATAN (SENSE OF
LATIHAN 1
1. BAGI KELAS MENJADI GRUP YANG TERDIRI DARI 2 ORANG, SATU SEBAGAI DOKTER DAN SATU
SEBAGAI PASIEN.
2. PASIEN MEMBICARAKAN SAKITNYA TERUS MENERUS SELAMA 5 MENIT DAN MENCOBA MENARIK
PERHATIAN DOKTER.
3. DOKTER TERUS MENULIS, MATA TERTUJU KE MEJA, TANPA MELIHAT MATA PASIEN.
4. BERTUKAR PERAN LAKUKAN LAGI SELAMA 5 MENIT
DISKUSI
LATIHAN 2
1. BAGI KELAS MENJADI GRUP YANG TERDIRI DARI 2 ORANG, SATU SEBAGAI DOKTER DAN SATU
SEBAGAI PASIEN.
2. PASIEN MEMBICARAKAN SAKITNYA TERUS MENERUS SELAMA 5 MENIT DAN MENCOBA MENARIK
PERHATIAN DOKTER.
3. DOKTER MERESPON PASIEN DENGAN EMPATI DAN MENATAP MATA PASIEN.
4. BERTUKAR PERAN LAKUKAN LAGI SELAMA 5 MENIT
18
DISKUSI
MENUTUP INTERAKSI DOKTER – PASIEN BAIK SECARA VERBAL MAUPUN NON VERBAL.
TUGAS 1
1. BAGI KELAS DALAM GRUP KECIL 3 ORANG, SATU SEBAGAI DOKTER, SATU SEBAGAI PASIEN DAN
SATU SEBAGAI PENGAMAT.
2. PRAKTEK: DOKTER MENUTUP WAWANCARA PASIEN YANG DATANG DENGAN DEMAM.
3. BERGANTI PERAN SEHINGGA SEMUA PERNAH MENJADI PASIEN, DOKTER DAN PENGAMAT.
DISKUSI 1
18
UNTUK MENDAPATKAN KONFIRMASI PASIEN TENTANG DATA YANG TELAH DISIMPULKAN OLEH
DOKTER
2. MEMBERIKAN SARAN-SARAN DAN MENJELASKAN PENATALAKSANAAN
TERMASUK DISINI ADALAH RENCANA TERAPI DAN KAPAN PASIEN PERLU KONTROL LAGI KE
DOKTER.
3. MEMBERI KESEMPATAN KEPADA PASIEN UNTUK MENANYAKAN HAL-HAL YANG TIDAK
DIMENGERTI SERTA MEMBERIKAN PENJELASAN DALAM BAHASA YANG DIMENGERTI PASIEN
HAL INI UNTUK MEMASTIKAN APA YANG PASIEN ANGGAP SEBAGAI MASALAH TELAH KITA
FASILITASI.
4. KONFIRMASI DUKUNGAN
PASIEN SERINGKALI ADA KEBUTUHAN BAHWA SEORANG DOKTER AKAN ADA DAN MEMBERIKAN
BANTUAN DI LAIN KESEMPATAN SAAT PASIEN MEMBUTUHKANNYA.
TUGAS 2
1. BAGI KELAS DALAM GRUP KECIL 3 ORANG, SATU SEBAGAI DOKTER, SATU SEBAGAI PASIEN DAN
SATU SEBAGAI PENGAMAT.
2. PRAKTEK: DOKTER MENUTUP WAWANCARA PASIEN YANG DATANG DENGAN DEMAM.
3. BERGANTI PERAN SEHINGGA SEMUA PERNAH MENJADI PASIEN, DOKTER DAN PENGAMAT.
DISKUSI 2
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
1. WALKER HK, HALL WD, HURST JW, EDITORS. CLINICAL METHODS: THE HISTORY, PHYSICAL
AND LABORATORY EXAMINATION. BOSTON: BUTTERWORTHS
2. HAFTEL, LYPSON , PAGE. PATIENT-DOCTOR COMMUNICATION: THE FUNDAMENTAL SKILL OF
MEDICAL PRACTICE. AGUSTUS, 2008.
INFORMED CONSENT 2
Sigid Kirana
I. Edward Kurnia S.L.
Standar Kompetensi:
18
Mahasiswa mampu melakukan komunikasi secara efektif dalam rangka
penyampaian persetujuan tindakan medis (informed consent) sebelum
melakukan pemeriksaan maupun tindakan medis kepada pasien.
Mahasiswa mampu menyusun suatu penjelasan medis yang efektif dan
efisien dalam segi waktu dan mudah dimengerti oleh yang berhak
Mahasiswa mampu meminta persetujuan atas pemeriksaan fisik maupun
tindakan medis kepada yang berhak
2.1 Definisi
Persetujuan tindakan kedokteran atau informed consentadalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien ataukeluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakankedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat suatu hal yang telah
diberitahukan, disampaikan atau diinformasikan yang menunjukkan suatu informed,
sedangkan consent menunjukkan bahwa persetujuan yang diberikan kepada seseorang
untuk berbuat sesuatu. Informed consent di Indonesia diatur di dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
18
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.
Penjelasan yang diberikan kepada pasien atau wali atau keluarganya harus
diberikan secara lengkapdengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang
bertujuan untukmempermudah pemahaman.Penjelasan yang telah diberikan
kemudian dicatat dan didokumentasikan dalamberkas rekam medis oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan denganmencantumkan tanggal, waktu,
nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan danpenerima penjelasan.
Apabila dalam suatu keadaan tertentu, dokter atau dokter gigi menilai bahwa
penjelasan tersebut dapat merugikankepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan penjelasan, maka dokteratau dokter gigi dapat memberikan
penjelasan tersebut kepada keluarga terdekat dengandidampingi oleh seorang tenaga
kesehatan lain sebagai saksi.
Penjelasan untuk melakukan suatu tindakan kedokteran harus diberikan
oleh dokter atau dokter gigiyang merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter
gigi dari tim dokter yangmerawatnya. Hal ini berlaku juga sebelum melakukan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Apabila dokter atau dokter gigi yang merawatnya
berhalangan untuk memberikanpenjelasan secara langsung untuk tindakan kedokteran
tersebut, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter
gigi lain yang kompeten.Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan
penjelasan sesuai dengan kewenangannya.Tenaga kesehatan tertentu yang dimaksud
adalah tenagakesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung
kepada pasien.
Tindakan kedokteran pada suatu saat dapat dilakukan perluasan apabila
ditemukan pada saat melakukan tindakan tersebut. Hal demikian dapat terjadi karena
kelainan pada organ lain kemungkinan baru ditemukan saat tindakan tersebut dan
tidak terdeteksi saat pemeriksaan. Oleh karena itu dalam suatu informed consent,
perlu dilakukan penjelasan tindakan perluasan yang diberikan oleh dokter atau dokter
gigi dalam suatu tindakan kedokteran. Penjelasan ini merupakan suatu dasar dari
persetujuan pasien atau wali atau keluarganya.
18
2.2.2 Persetujuan
Persetujuan diberikan oleh pasien atau wali atau keluarganya setelah
mendapatkan penjelasan yang cukup, memadai dan tentunya dengan pertanyaan-
pertanyaan dari pasien atau wali atau keluarganya sebagai bentuk komunikasi yang
harus dijelaskan oleh dokter atau dokter gigi. Persetujuan menandakan bahwa pasien
atau wali atau keluarganya telah bersedia untuk dilakukan pemeriksaan atau tindakan
kedokteran terhadap pasien. Persetujuan dapat dilakukan secara tertulis ataupun
lisan.
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperolehpersetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.Persetujuan tertulis harus dibuat dalam bentukpernyataan yang tertuang
dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu. Tindakan kedokteran ataupun
pemeriksaan kepada pasien yang tidak invasif dan mengandung risiko tinggi dapat
diberikan dengan persetujuan lisan. Bentuk persetujuan lisan dapat berupa ucapan
setuju atau gerakan menganggukkan kepala. Apabila persetujuan lisan yang diberikan
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegahkecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran diputuskan oleh dokter atau dokter
gigi dan kemudian dicatat di dalam rekam medik.Dalam hal dilakukannya tindakan
kedokteran pada saat keadaan gawat darurat, dokter atau dokter gigi wajib
memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasiensetelah pasien sadar atau
kepada keluarga terdekat. Apabila memungkinkan penjelasan tersebut lalu dicatat di
dalam rekam medis sebagai dokumentasi penjelasan tindakan kedokteran dalam
keadaan gawat darurat.
Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh
yangmemberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan.Pembatalan persetujuan
tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan.
Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran
menjadi tanggung jawab yangmembatalkan persetujuan.
18
Pemeriksaan maupun tindakan medis kepada pasien dapat dilakukan suatu
penolakan setelah mendapatkan penjelasan yang cukup dan memadai oleh
dokter/dokter gigi. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien
dan/atau keluargaterdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan
kedokteran yang akandilakukan.Penolakan tindakan kedokteran harus dilakukansecara
tertulis.Segala akibat penolakan tindakan kedokteran menjaditanggung jawab pasien
atau wali atau keluarganya.
Sarana/ prasarana:
18
Kompetensi yang akan dicapai:
1. Anamnesis (Kemampuan untuk mengumpulkan Informasi)
a. Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam
menggali informasi (move from open to closed question properly)
b. Meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan pasien yang
kurang dimengerti
18
PETUNJUK UNTUK INSTRUKTUR
18
CHECKLIST KETRAMPILAN KOMUNIKASI & ANAMNESIS (skenario 1-3)
18
13. Bertanya apakah pasien / keluarga pasien mengerti
apa yangtelah disampaikan oleh dokter?
14. Meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulang
kembali penjelasan yang telah disampaikan oleh
dokter
15. Memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga
pasien untuk bertanya apabila ada penjelasan dari
dokter yang dirasa kurang jelas
16. Melibatkan pasien dalam pemilihan tindakan dan
keputusan
17. Meminta pasien/keluarga pasien untuk
menandatangani lembar informed consent apabila
tindakan medis memiliki resiko yang tinggi
V Melakukan penutupan pembicaraan:
18. Melakukan ringkasan dari pembicaraan
19. Bertanya kepada pasien apakah masih ada
pertanyaan atau hal-hal lain yang ingin disampaikan
20. Mengklarifikasi untuk kunjungan berikutnya (follow
up)
21. Mengucapkan terima kasih dan menutup interview.
Keterangan
0 = tidak melakukan
1 = melakukan dengan tidak sempurna
2 = melakukan dengan sempurna
18
SKENARIO 1:
18
SKENARIO 2:
Ny. Lanny dan Tn. Edo datang membawa anaknya yang berusia 4 tahun.
Sudah satu bulan ini anaknya sering menangis saat buang air kecil. Saat
buang air kecil, anak tampak mengejan, kemudian ujung penisnya
menggembung terlebih dahuu sebelum air kencingnya keluar. Pada saat
kencing, anaknya pasti menangis cukup keras.
18
SKENARIO 3:
Tn. Gori, 37 tahun ,mengalami kecelakaan lalu lintas ketika
berkendara dengan sepeda motornya. Dia mengalami nyeri yang
sangat berat pada lengan kanan atas. Kemudian dengan diantar
petugas kepolisian, dia dibawa ke rumah sakit terdekat.
Saat di rumah sakit,anda sebagai dokter jaga memeriksa Tn. Gori.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, anda
menyimpulkan telah terjadi patah tulang pada os Humerus dextra.
Kemudian anda menyarankan untuk dilakukan tindakan
pembedahan dan pemasangan Pen pada Tn. Gori. Awalnya pasien
menolak dan hendak pergi ke sangkal putung dan melakukan
pengobatan tradisional, tetapi anda sebagai dokter terus berusaha
untuk mempersuasi pasien agar mendapatkan pertolongan medis
yang benar.
Tindakan medis yang akan dilakukan adalah pembedahan untuk
memperbaiki posisi tulang yang patah serta menyambungnya
dengan menggunakan Pen yang dapat memfixasi patahan tersebut
sampai tulangnya menyambung kembali dengan sempurna. Anda
meyakinkan pasien bahwa sembuh itu tidak hanya sakitnya
hilang,tetapi tulah tersebut dapat kembali berfungsi seperti sedia
kala.
Operasi akan dilakukan setelah pasien melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang
diderita pasien sebelumnya, sehingga akan dapat mengurangi
resiko pada operasi tersebut, yaitu resiko terjadinya perdarahan.
Disamping itu, perawatan setelah operasi juga dilakukan di Rumah
sakit, disertai dengan pemberian antibiotik, sehingga resiko infeksi
dapat dikurangi.
Tindakan medis alternatif hampir tidak ada karena apabila tidak
dilakukan operasi dan pemasangan Pen,makapenyambungan
tulang tidak akan sempurna. Prognosis setelah tindakan cukup
bagus meskipun butuh waktu sekitar 6 bulan untuk dapat sembuh
seperti sedia kala. Biaya gratis dengan BPJS.
Lakukan Informed consent pada pasien tersebut.
18
Daftar Pustaka
1. Dahlan, S. 2005. Hukum kesehatan rambu-rambu bagi profesi dokter. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
2. Said, A dan Adhyatma. 1991. Kapita selektif hukum kedokteran. Jakarta:
Grafikatama Jaya.
3. Notoatmodjo, S. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Hanafiah, MJ dan Amri A. 2007. Etika kedokteran dan hukum kesehatan.
Jakarta: EGC.
18
3
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Eka Yudhanto
Edmond Rukmana W.
Standar Kompetensi
Standar Kompetensi
Setelahmengikutilatihanketrampilankebersihan tangan (hand-hygiene) dan mengenakan alat
Setelahmengikutilatihanketrampilankebersihan
pelindung diri, mahasiswamampu melakukan cuci tangan(hand-hygiene)
tangan dan mengenakan dan alat
mengenakan alat
pelindung diri
pelindung
sebelum diri, mahasiswamampu
mengawali melakukan
prosedur pemeriksaan klinis cuci
dengantangan dan mengenakan
menerapkan alat pelindung
prinsip keselamatan pasien,diri
sebelum mengawali
keselamatan diri sendiri,prosedur pemeriksaan
dan keselamatan orangklinis
lain. dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien,
keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar
Setelahmengikutilatihankebersihan tangan (hand-hygiene) dan mengenakan alat pelindung diri,
2
Setelahmengikutilatihankebersihan tangan (hand-hygiene) dan mengenakan alat pelindung diri,
mahasiswamampu:
mahasiswamampu:
melakukan cuci tangan bedah dan non-bedah
melakukan cuci
mengenakan alat tangan bedah
pelindung diri,dan non-bedah
berupa: sarung tangan steril, sarung tangan non-steril,
mengenakan
masker, alat pelindung
topi, kacamata diri,jubah/celemek,
pelindung, berupa: sarungdan
tangan steril,
sepatu boot.sarung tangan non-steril,
masker, topi, kacamata pelindung, jubah/celemek, dan sepatu boot.
PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan saat ini dituntut untuk dapat menerapkapkan prinsip dan konsep
Keselamatan Pasien (Patient’s Safety) dalam praktik kedokteran sehari-hari. Pada
tahun 2002 seluruh anggota World Health Organization (WHO)menyetujui resolusi
Keselamatan Pasien mengingat kebutuhan untuk menurunkan bahaya dan penderitaan
pasien akibat pelayanan kesehatan yang berakibat pada cedera tetap, bertambah
lamanya masa tinggal di RS, bahkan kematian. Kejadian yang tidak diinginkan
tersebut bukan karena tenaga kesehatan berniat buruk, namun lebih karena sistem
kesehatan yang ada sangat kompleks, sehingga keberhasilan pengelolaan pasien bukan
semata-mata karena kompetensi seorang dokter saja.
18
A. KEBERSIHAN TANGAN
I. PENDAHULUAN
Ribuan orang di dunia meninggal karena infeksi nosokomial. Tangan masih
merupakan jalur utama penyebaran kuman. Setiap orang yang terlibat dalam
perawatan pasien secara langsung maupun tidak langsung harus mampu
melakukan cuci tangan dengan benar pada waktu yang tepat.
18
– Sebelum membantu pasien melakukan kegiatan pribadinya
(bergerak, mandi, makan, dsb)
– Sebelum memberikan tindakan non-invasif (memasangkan masker
oksigen, memijat pasien, dsb)
– Sebelum melakukan pemeriksaan fisik yang non-invasif
(menghitung nadi, tekanan darah, palpasi, dsb).
2. Sebelum melakukan suatu prosedur klinis
a. Tujuan: mencegah kuman masuk ke dalam tubuh.
b. Waktu:cuci tangan sebelum menyentuh daerah yang beresiko (mukosa,
kulit terluka, alat kesehatan yang invasif), misalnya:
- Sebelum memeriksa mulut, rectal-toucher, vaginal-toucher, dsb
- Sebelum mengoleskan salep ke luka terbuka/luka bakar, dsb
- Sebelum memasukkan kanula nasal, memberikan injeksi
(suntukan), dsb
- Sebelum menyiapkan makanan, alat kesehatan steril, dsb
3. Sesudah terpapar cairan tubuh
a. Tujuan:untuk melindung Anda dan lingkungan dari kuman infeksius dari
pasien.
b. Waktu:Cuci tangan segera setelah selesai melakukan tindakan yang
terpapar cairan tubuh pasien, termasuk setelah melepas sarung
tangan, misalnya:
– Selesai kontak dengan mukosa atau kulit yang tidak intak
– Setelah melakukan injeksi, atau memasukkkan alat kesehatan
yang invasif (infus, kanula nasal, dsb)
– Setelah melepas alat kesehatan yang invasif (infus, kanula nasal,
dsb)
– Setelah melepas perban, dsb
– Setelah melepas alat pelindung diri yang terpapar
– Setelah pengambilan sampel (darah, urin, feses)
4. Sesudah menyentuh seorang pasien
a. Tujuan:untuk melindungi Anda dari kuman pasien dan melindungi
lingkungan dari penyebaran kuman.
b. Waktu:cuci tangan setelah meninggalkan bed pasien atau
menyentuh pasien, misalnya:
– Setelah bersalaman, memegang dahi pasien
– Setelah membantu pasien melakukan kegiatan pribadinya
(bergerak, mandi, makan, dsb)
– Setelah memberikan tindakan non-invasif (memasangkan masker
oksigen, memijat pasien, dsb)
– Setelah melakukan pemeriksaan fisik yang non-invasif
(menghitung nadi, tekanan darah, palpasi, dsb).
18
5. Sesudah menyentuh sekitar pasien
a. Tujuan : untuk melindungi Anda dari kuman yang ada di benda-
benda sekitar pasien dan mencegah penyebaran kuman ke lingkungan.
b. Waktu:cuci tangan setelah menyentuh sekitar pasien, misalnya:
– Setelah menyentuh perlengkapan yang berkaitan langsung dengan
pasien (mengganti sprei, meja di samping bed pasien, dsb)
– Setelah melakukan suatu prosedur perawatan : mengganti botol
infus, mengganti layar monitor, dsb.
– Setelah bersandar di bed pasien, dsb.
Jenis-jenishand-hygiene
a. Membersihkan tangan dengan antiseptik
Jika tangan tidak tampak kotor, membersihkan tangan dengan antiseptik
berbasis alkohol merupakan prosedur rutin. Cara ini lebih cepat, lebih baik
dan lebih ditoleransi oleh tangan.
b. Cuci tangan non-bedah
Cuci tangan non-bedah (berikutnya akan ditulis cuci tangan saja) dilakukan
jika tangan terlihat kotor atau terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh,
sehabis ke toilet. Cuci tangan dilakukan menggunakan air dan sabun. Selain
itu, jika terjadi kejadian luar biasa penyakit yang menular lewat spora,
seperti Clostridium defficile sebaiknya tetap cuci tangan menggunakan air
dan sabun.
c. Cuci tangan bedah
18
Gambar 2.2. Prosedur menggunakan antiseptik
18
Gambar 2.3. Prosedur cuci tangan dengan air dan sabun
Catatan:
– Rawatlah tangan Anda dengan menggunakan pelembab setiap hari
– Jangan cuci tangan menggunakan air dan sabun sebelum maupun setelah
menggunakan handrub.
– Jangan menggunakan air panas untuk membilas tangan Anda
– Setelah membersihkan tangan, keringkan sepenuhnya sebelum Anda mengenakan
sarung tangan.
– Usahakan kuku tetap pendek danjangan menggunakan kuku palsu
18
Gambar 2.4.a. Tahapan cuci tangan bedah
18
B. MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI
Selainkebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri juga penting untuk mencegah
transmisi kuman dari tenaga kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya kontaminasi
pada pakaian atau kulit dari tenaga kesehatan akibat terkena darah maupun cairan
tubuh lainnya dari pasien.
Cara Pemakaian
1. Sarung Tangan
a. Tujuan: mencegah transmisi mikroorganisme melalui tangan
b. Waktu pemakaian:
– Saat melakukan prosedur invasif
– Kontak dengan daerah/bahan steril
– Kontak dengan mukosa/kulit yang tidak utuh (intact)
– Resiko terpapar cairan tubuh pasien
c. Catatan penting:
– Sebaiknya digunakan satu kali saja, dipakai sesaat sebelum diperlukan,
dilepas segera setelah selesai tindakan, dan gunakan satu sarung
tangan untuk setiap pasien yang berbeda.
– Sarung tangan bekas harus sebagai limbah infeksius dan
didekontaminasi dengan tepat.
18
b. Waktu: ketika kontak dengan pasien yang potensial ada kontaminasi cairan
tubuh, misalnya operasi, dsb.
5. Sepatu (boot)
a. Tujuan: mencegah percikan cairan tubuh pasien ke kaki tenaga kesehatan.
b. Waktu: ketika kontak dengan pasien yang potensial ada kontaminasi cairan
tubuh, misalnya operasi, dsb.
18
Gambar 2.4.b.Tahapan cuci tangan bedah
18
Gambar 2.5. Tahapan memakai sarung tangan non-steril.
18
Gambar2.6.Tahapan memakai sarung tangan steril
18
Gambar 2.7. Tahapan melepas sarung tangan steril
18
Gambar 2.8. Indikasi pemakaian sarung tangan
18
2. Cuci tangan
18
4. Memakai dan melepas sarung tangan non-steril
18
11. Buang sarung tangan ke tempat sampah infeksius
12. Cuci tangan dengan handrub atau air dan sabun
TOTAL SKOR
Keterangan: 1: dilakukan, kurang sempurna
0: tidak dilakukan 2: dilakukan, sempurna
18
LATIHAN 3
18