Kelompok: 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat makalah “BUDIDAYA AYAM
LOKAL”.
Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan dan dengan
terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya. Makalah ini penulis
sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai pelajar dapat
memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.
Selesainya Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama anggota kelompok.
Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada Guru Pembimbing berkat kerjasamanya
sehingga Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang
kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk karya ilmiah ini
selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga karya ilmiah yang penulis buat ini mendapat
ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………...3
DAFTAR ILUSTRASI………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
2
DAFTAR TABEL
DAFTAR ILUSTRASI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi
Ayam lokal atau Gallus domesticus merupakan hewan asli Indonesia yang sangat
popular. Istilah ayam kampung memiliki dua makna, yaitu dari sudut wilayah dan dari
sudut klasifikasi. Makna pertama dari sudut wilayah atau geografis terlekat kuat
dengan sistem sosiobudaya masyarakat yang telah lama melihat dan mengenal ayam
ini. Proses penjinakan dan bahkan kehidupan bersama antara ayam ini dengan manusia
sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu. Karena pola kehidupan masyarakat kita
dahulu di desa-desa atau di kampung maka ayam tanpa nama itu diberi nama ayam
kampung tanpa diklasifikasikan apapun, sebagai contohnya kita mengenal ayam kedu,
ayam nunukan, ayam sumatera, ayam bali, dan lain-lain. Nama ayam-ayam tersebut
dinamakan sesuai dengan wilayah asal mereka.
Gambar 1.1
Makna kedua berdasarkan klasifikasinya ayam kampung diberi nama atau
ditempatkan sesuai arah kemampuan ayam itu. Misalnya untuk keindahan bulu,
keindahan suara, kemampuan bertarung, dan lain-lain. Dari klasifikasi atau makna
kedua ini kita mengenal ada ayam pelung, ayam Bangkok, dan lain-lain.
Gambar 1.2
Ayam kampung mempunyai warna yang beragam sekali. Mulai dari hitam, putih,
kekuningan, kecoklatan, merah tua, dan kombinasi dari warna-warna itu. Ayam
kampung pada jantan memiliki jengger berwarna merah, bergerigi, dan berdiri tegak,
4
sedangkan pada betina memiliki jengger kecil dan juga tebal serta memiliki warna
merah cerah.
Badan ayam kampung kecil, mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan. Baik
itu ayam penghasil telur maupun daging, badannya tidak dapat di bedakan. Badan ayam
kampung yang telah dewasa akan dapat dilihat pada babon yang telah tiga kali
mengeram telurnya.
Warna bulunya tidak dapat diandalkan sebgai patokan yang baku, Karena berubah
terus menerus. Misalnya induknya berwrna coklat bintil-bintil hitam dan jagonya
berwarna kemerahan campur hitam, tetapi anaknya berbulu putih atau warna campuran
pada anak yang lain.
Gambar 1.3
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Gambar 2.1
Yaitu perkawinan antara seekor jago pejantan dengan beberapa babon.
Keuntungan yang diperoleh adalah seleksi dari peternak untuk mendapatkan bibit
pejantan serta babon-babon yang unggul dan berkualitas. Sedangkan kerugiannya
tidak semua babon akan dikawini jago pejantan tersebut mengiungat jago pejantan
pada umumnya hanya akan menyukai salah satu dari kelopmpok babon tersebut
Gambar 2.2
Yaitu perkawinan antara beberapa jago pejantan dengan beberapa babon. Dengan
sistim perkawinan ini akan menghasilkan telur dengan jumlah yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat. Adapun kerugiaannya yitu system perkawinan ini adalah
sering terjadi pertarungan antara jago jago pejantan maupun antara babon-babon
sehingga dapat menyebabkan kemandulan sementara.
Perkawinan sistim bergilir
Gambar 2.3
Yaitu sistim perkawinan dengan cara sistim menggilirkan jago pejantan dengan
beberapa babon setiap kali kawin, jago pejantan tersebut hanya khusus melayani
seekor babon dalam waktu 1 hingga 3 hari. Untuk hari berikutnya jago pejantan
tersebut digilirkan pada babon lainnya. Sistim perkawinan bergilir ini merupakan
7
sistim perkwinan yang terbaikuntuk mendapatkan hasil terbaik karena dapat di pilih
jago pejantan dan babon-babon selaku bibit yang unggul dan berkualitas.
3. Ayam Dara
Pada ayam ini usahakan saat kita memberikan makanan untuk menggunakan
wadah dan pola makan ayam diatur yaitu 2x sehari. Sama seperti saat ayam berumur
21 hari-3bulan, waktu pemberian makan ini yaitu pada pagi hari dan sore hari. Dalam
hal ini jenis pakan yang digunakan adalaj pakan finisher berupa campuran biji-bijian
dan pelet.
4. Ayam Indukan/Petelur
Pada ayam indukan, cara memberikan makannanya adalah dengan selalu
menyiapkan makanan di segala sudut kandang. Hal ini karena pada ayam
indukan/petelur mereka hanya makan selama 1x sehari dan rata-rata itu hanya pada
pagi hari saja.
8
Tabel 2.1
Gambar 2.4
Cara ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan atau disebut sebagai cara tradisional.
yaitu dilepas bebas berkeliaran.
Keunggulan
Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan
yang tinggi dan menghemat biaya pakan. Umumnya ayam cukup diberi makan
pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul
secukupnya. Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar
rumah.
9
Kelemahan
Ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada
anak ayam relatif lebih tinggi, ayam akan mudah tertular penyakit dari ayam
lainnya, produktifitas daging lebih rendah. Kendali akan keberadaan ayam
kurang, sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.
Cara pemeliharan ini kurang produktif.
b. Dibudidayakan/Dikandangkan
Gambar 2.5
Kandang adalah tempat tinggal hewan yang dipelihara, salah satunya ayam.
Kandang yang baik harus membuat ayam nyaman. Contoh bentuk kandang antara
lain:
o Sistem Ren, kandang yang menggunakan halaman pengumbaran dimana pada
siang hari ayam dapat berjalan-jalan dan malam hari ayam masuk kedalam
kandang.
o Sistem Postal, kandang yang tidak menggunakan halaman pengumbaran. Jadi
ayam sehari-hari hanya berada dalam kandang saja.
o Sistem Battery, kandang berbentuk kotak-kotak, bertingkat-tingkat, berderet-
deret menyerupai batteryet, setiap ruangan hanya diisi satu ekor ayam. Sistem
ini biasanya diterapkan diperkotaan.
o Sistem koloni, kandang berbentuk seperti system battery. Tetapi, ruangannya
dibuat lebar sehingga tiap ruangan tidak diisi satu ekor ayam saja.
o Sistem panggung, kandang yang lantainya tidak langsung terkena dengan
permukaan tanah.
Keunggulan
Ayam lebih mudah dikontrol keberadaannya, dapat mempercepat
populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur diambil dan dikumpulkan
untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas. Anak
ayam tidak harus mengikuti induknya. Namun dapat dipisah dan ditempatkan
dengan pemberian panas cahaya listrik (untuk penghangat) dan makanan yang
sesuai.
10
Kelemahan
Berhubungan langsung dengan masalah bentuk dan kualitas bahan, serta
masalah iklim, suhu, pergerakan angin dan pengaturan udara yang berhubungan
langsung dengan temperatur dan kelembaban kandang serta ventilasi udara.
Apabila kondisi kandang tidak diperhatikan dan tidak sesuai syarat, maka kondisi
hewan peliharaan justru akan memburuk, hal ini disebabkan kondisi yang telah
membuat hewan ternak memiliki ketergantungan terhadap pemeliharanya,
sehingga memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan cara diliarkan.
Oleh karena itu kondisi kandang merupakan hal yang sangat penting dalam cara
pemeliharaan ini.
11
pengeraman. Cara yang lebih baik lagi adalah memasukkan anak ayam dan
induknya kedalam kandang.
b. Pemeliharaan Anak Ayam dengan Induk Buatan
Pada prinsipnya seekor induk ayam memberikan kehangatan pada anak
ayam baru menetas dengan cara menekapnya di dalam sayap. Kehangatan ini
dapat ditiru dengan cara memberikan ruang yang tengahnya diberi penghangat,
baik dari bola lampu, api atau dari air panas. (lanjut gambar)
c. Pemeliharaan Lepas Induk
Pada saat ini ayam mampu hidup sendiri bagi ayam kampung. Vaksinasi tetelo
pada mas lepas induk kurang lebih 1,5 bulan sebelum ayam bertelur. Di samping
vaksinasi, juga pemberian obat cacing.
Pemisahan jantan dengan betina dilakukan awal masa lepas ini. Ayam yang
memiliki bobot pada dan di atas angka rata-rata dipelihara terus, sedangkan yang
berada di bawah rata-rata dikeluarkan dari kelompok. Seleksi dilakukan Karena
ayam akan memasuki masa bertelur.
4. Cara Pemeliharaan Masa Bertelur
Setelah seleksi ayam dilakukan pada masa lepas induk, maka ayam tinggal
menunggu masa bertelur. Saat ditetaskan harus ada ayam jantan, tanpa ayam jantan
telurnya tidak dapat ditetaskan.
Untuk masa bertelur kandang system halaman merupakan pilihan yang tepat.
Namun demikian, dapat juga menggunakan kandang dengan sistem terkurung.
Kepadatan kandang pada masa bertelur adalah satu meter persegi untuk 8 ekor ayam
dan sudah termasuk pejantannya pada peternakan bibit.
Untuk keperluan bertelur, sediakan kotak-kotak dari papan yang sudah diberi
bubuk anti kutu dan diisi dengan jerami padi atau sekam. Jerami padi diganti setiap
tiga bulan sekali dan dilakukan juga penaburan obat anti kutu. Telur diambil setiap
hari dan pisahkan antara yang retak dan normal.
5. Penyakit Pada Ayam Kampung
Tetelo (New Castle Disease)
Penyebab : paramyxivirus
Gejala : ngorok, batuk-batuk, kelumpuhan pada kaki atau sayap,
kotoran berwarna putih kehijauan, badan gemetaran,
kepala berputarputar.
Pencegahan Tetelo : vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, terhadap ayam
yang terkena ND maka harus dibakar.
Pengobatan : belum ada
12
Penyebab : virus
Gejala Gumboro : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar tapi disertai
dengan gejala lain berupa bulunya yang tiba tiba
berdiri, sangat lesu, malas untuk bergerak, diare
putih di sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi secara teratur dan menjaga sanitasi kandang
Pengobatan : belum ada
Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kusam.
Pencegahan : Berikan obat cacing secara berkala, kemudian
usahakan untuk melakukan sanitasi kandang yang teratur dan baik,
penggantian litter kandang secara teratur, dan mencegah serangga yang
dapat menjadi induk semang perantara.
13
Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara
yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada
makanan sesuai takaran
14
KESIMPULAN
Ayam lokal atau Gallus domesticus merupakan hewan asli Indonesia yang sangat
popular. Istilah ayam kampung memiliki dua makna, yaitu dari sudut wilayah dan dari
sudut klasifikasi. Makna pertama dari sudut wilayah atau geografis terlekat kuat dengan
sistem sosiobudaya masyarakat yang telah lama melihat dan mengenal ayam ini. Makna
kedua berdasarkan klasifikasinya ayam kampung diberi nama atau ditempatkan sesuai arah
kemampuan ayam itu.
Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau
diliarkan dan yang kedua dibudidayakan.
Penyakit pada ayam kampung kerap kali menimbulkan masalah dan kerugian yang
besar. Karena itu pengendalian dan pencegahan penyakit penting untuk dilakukan.
Beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit antara lain: Menjaga
sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya, Pemberian pakan yang
fresh dan sesuai kebutuhan ternak, Melakukan vaksinasi secara teratur, Pemilihan lokasi
peternakan di daerah yang bebas penyakit, Manajemen pemeliharaan yang baik, Kontrol
terhadap binatang lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://yoyokadmoko.blogspot.com/2013/07/cara-perkawinanayam. diakses pada hari rabu,
3 oktober 2018
http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-peternakan/panduan-
cara-budidaya-ayam-kampung/ diakses pada hari rabu, 17 September 2014 pukul 15.15
Sujionohadi, kliwon, ade iwan setiawan, 2011, Ayam Kampung Petelur Edisi Revisi,
Jakarta : Penebar Swadaya
Rasyaf , Dr. Ir. Muhammad 2002, Beternak Ayam Kampung, Jakarta : Penebar Swadaya
http://peternakan.umm.ac.id/en/umm-news-2455-cara-beternak-ayam-kampung-
pedaging.html diakses pada hari rabu, 17 September 2014 pukul 21.24
16
HASIL DISKUSI
17
5. Ditanyakan oleh NPM : 200110180214
Pertanyaan :
Mengapa ayam kampung lebih mahal dibandingkan ayam pedaging biasa? Dan
bagaimana pemeliharaannya?
Dijawab oleh NPM : 200110180
Karena ayam kampung periode pemeliharaannya lama, semakin lama periode
pemeliharaan maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Biaya pakan, biaya
listrik, dan biaya operasional lainnya sehingga membuat harga ayam kampung
menjadi lebih mahal.
18
9. Ditanyakan oleh NPM
Pertanyaan :
Cara pengobatan dan penyembuhan pada ayam memakan waktu berapa lama?
Dijawab oleh NPM : 200110180088
Tergantung jenis penyakitnya. Contohnya penyakit snot pada unggas yang
umumnya dikarenakan oleh tatalaksana, cara pengobatannya bias menggunakan
obat tradisional atau membeli vaksin di took hewan. Untuk penyembuhannya juga
relative semakin rutin memberinya obat, semakin cepat juga proses
penyembuhannya.
19
tetas. Tetapi, dengan menggunakan mesin tetas ini ada biaya tambahan yang keluar.
Penetasan telur ayam menggunakan mesin tetas pada prinsipnya penetasan buatan
sama dengan penetasan alami, yaitu menyediakan kondisi lingkungan (temperature,
kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang
dengan optimal, sehingga telur dapat menetas (Sukardi, 1999).
20