Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “Budidaya Ternak Ayam
Kampung”. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …..........................................................................................3
1.2 RumusanMasalah …......................................................................................3
1.3 Tujuan ……....................................................................................................3
1.4 Manfaat……………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kelebihan dan Kekurangan…........................................................................5
2.2 Kandungan gizi ayam kampung….................................................................5
2.3 Ciri-ciri Ayam kampung petelur….................................................................6
2.4 Masalah Kandang……………...….................................................................9
2.5 Peralatan………………………..…................................................................10
2.6 Penyakit……………………………...............................................................11
2.7 Pemberian Vaksinasi dan Obat...…...............................................................14
2.8 Modal Usaha………………………...............................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Makalah ini disusun agar pembaca mengetahui tata-cara membudidayakan “AYAM KAMPUNG”,
makalah ini mengulas seluk-beluk beternak ayam kampong. Didalamnya di ulas tentang cara membuat
kandang, cara memelihara serta modal usaha.Selain itu, makalah ini dilengkapi pengendalian terhadap
penyakit.
Pembudidayaan dikalangan masyarakat memang sangat penting.Apalagi sekarang sudah banyak
masyarakat yang kurang memperhatikan pembudidayaan ayam kampong, dikarenakan terbatasnya
halaman atau pekarangan rumah. Untuk itu penulis akan membahas tentang seluk beluk beternak ayam
kampong.
Sebagaimana amanat yang telah diberikan nepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Penulis akan menjelaskan tata-cara pembudidayaan “AYAM KAMPUNG”.Untuk itu kepada guru
pembimbing di mohon kelembutan hati untuk memberikan nilai terbaik kepada makalah yang telah saya
kerjakan ini.
1.3 TUJUAN
Tujuan utama pembudidayaan ini adalah untuk:
1. Sebagai pendapatan atau penghasilan orang yang membudidayakan
2. Memenuhi kebutuhan manusia, dll
Di antara tujuan-tujuan tersebut kita masih memiliki banyak manfaat karena di antara sekian banyak
hewan ternak
1.4 MANFAAT
3
a. Dapat mengetahui pendapatan atau penghasilan orang yang membudidayakan
b. Dapat memahami kebutuhan manusia yang akan dibutuhkan dalam budidaya ternak yang di butuhkan
c. Ayam adalah salah satu hewan peternak yang mengalami tingkat produksi paling banyak, sehingga
pembudidaya dapat memperoleh hasil yang memuaskan dan ayam juga termasuk salah satu hewan
yang paling banyak dikonsumsi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Selama ini ayam kampong hanya dikenal sebagai ayam ekstensif, artinya ayam bebas lepas berkeliaran
dihalaman rumah, lapamgan, kebun, bahkan dihutan. Mungkin karena cara hidupnya itulah uanggas yang
satu ini disebut ayam kampong. Setelah ada upaya membudidayakannya dengan cara mengandangkannya,
barulah disebut ayam buras, maksudnya untuk membedakan ayam luar negri yang disebut ayam ras.
Penamaan ayam kampong sebagai buras, sebenarnya kurang begitu tepat, sebab ayam buras berarti semua
jenis ayam selain ayam ras, sedangkan ayam kampong merupakan bagian dari ayam buras.Jadi, ayam
kampong lebih tepat disebut ayam kampong saja.
a) Kelebihan ayam kampung:
Selain rasa dagingnya lebih enak daripada ayam ras, produksi telurnyapun lebih tinggi, dan lebih tahan
terhadap gangguan penyakit, sehingga pengeluaran biaya untuk obat-obatan relative rendah.Sejak lama
banyak orang menganggap baahwa telur ayam kampong rasanya lebih gurih dibandingkan dengan telur
ayam ras.Kandungan gizinya pun sedikit lebih baik.Itulah sebabnya telur ayam kampung juga dijadikan
campuran untuk jamu atau dimakan setengh matang sebagai “obat kuat”, selain dikonsumsi sebagai
makanan matang.
b) Kekurangan ayam kampung:
Yakni dalam penyediaan bibit.Belum banyak usaha yang dilakukan untuk menyiapkan bibit
unggul.Artinya, bibit yang benar-benar “jagoan” bertelur, yang produksi telurnya besar serta berjumlah
banyak.Hanya beberapa rasa yam kampong yang produksi telurnya menyamai produksi telur ayam
ras.Contohnya adalah ayam nunukan dan ayam kedu.
5
terdapat didalam kuning telur.Didalam putih telur hampir tidak terdapat lemak.Oleh sebab itu, putih telur
sangat baik untuk olahragawan, khususnya olahragawan binarga.Lemak telur terdiri atas trigliserida
(lemak netral), fosfolipida (umumnya beruoa lesitin yang baik untuk paru-paru, dan kolestrol.Trigliserida
dipakai sebagai energy sehari-hari.Kolestrol dipakai untuk metabolism lemak tubuh yang berasal dari
makanan, juga dipakai untuk membentuk hormon seksual dan adrenalin.
6
Bentuk kepalanya panjang dan rata. Jengger jantan berbentuk tunggal, besarnya sedang, bergerigi
5-7 buah. Jengger betina lebih kecil dan bergerigi 6-9 buah. Jika terlalu tinggi, jenggernya
biasanya terjuntai kesamping
Leher memiliki panjang sedang serta berbulu banyak dan tebal.
Punggungnya rata. Dada tegak. Sayap tertutup kuat, letaknya rata, walaupun ada yang sedikit
miring kebelakang. Perut ayam betina lebar dan dalam.
Berat ayam betina 1,4 – 1,6 kg pada usia dewasa. Bertelur pada umur 134 hari. Berat ayam jantan
2 – 2,5 kg pada usia dewasa.
Kedu dwiguna memiliki ciri sebagai berikut.
Bentuk kepala panjang dan rata. Jengger berbentuk tunggal dengan besar sedang. Jengger betina
bergerigi 6 – 9 buah. Jengger jantan bergerigi 5 – 7 buah. Jika, ukurannya besar, jengger akan
terkulai ke samping.
Leher memiliki panjang sedang, ditubuhi bulu yang banyak dan sedang.
Bentuk punggung rata. Dada tegak. Sayapnya rapat dan kuat. Badannya besar dan berdaging
tebal, sehingga kakinya kelihatan pendek. Kaki berkulit halus dan berdaging tebal. Bulu ekor
jantan agak tegak keatas, berjuntai, dan bisa digunakan sebagai bulu hias.
Berat badan jantan dewasa mencapai 3 – 3,5 kg an betinya maksimal 2,5 kg. ayam betina
bertelurnya agak lambat, diatas umur 6 bulan.
Rata-rata ayam kedu merupakan petelur yang baik, walaupun diantaranya banyak berfungsi ganda yaitu
sebagai petelur dan pendaging. Paling cepat, ayam kedu pertama kali bertelur pada usia 134 hari, dan
paling lambat pada umur 200 hari. Ayam kedu yang baik rata-rata bertelur pertama kalinya pada umur
140 hari. Hasil telur selama setahun rata-rata sebanyak 124 butir deengan bobot total 5.526 gram, yang
artinya rata-rata bobot telur 44,5 gram. Ayam betina yang bagus baru memiliki sifat mengeram setelah
menghasilkan 40 butir telur.
d. Ayam Nunukan
Ayam nunukan berasal dari Tarakan, Kalimantan Timur,. Ayam ini dikenal dangan nama ayam merah,
ayam cina, atau ayam kebun. Ayam ini sangat baik dikembangkan sebagai ayam petelur. Ayam jantan
berumur 6 bulan beratnya mencapai 3,5 kg. jika sudah dewasa beratnya bisa mencapai 4,2 kg. badannya
besar dan tegap, tetapi pertumbuhan bulu ekor dan sayapnya kurang sempurna. Jenggernya berbentuk
tunggal, bergerigi delapan, runcing, dan berukuran besar.Pialnya besar dan berwarna merah.Kakinya
berwarna kuning.Nunukan betina jauh lebih kecil dibandingkan dibandingkan dengan jantan.Beratnya
sekitar 1,9 kg pada umur dewasa.
7
Ayam betina memiliki bulu ekor dan sayap lebih lengkap.Yang berekor panjang biasanya menghasilkan
telur yang kualitasnya lebih bagus.Betina nunukan lebih rajin bertelur sampai umur 3 tahun.Berat rata-
rata telurnya mencapai 50 gram.Ayam nunukan tidak suka terbang atau bertengger diatas pohon, mungkin
karena tubuhnya yang besar serta pertumbuhan bulunya yang kurang sempurna.Namun, ayam ini rajin
berjalan-jalan dan mengais-ngais tanah. Jika dipelihara di perkampungan yang berpohon banyak, ayam
berguna sebagai predator atau sebagai pengendali hama tanaman karena larva, ulat, cacing, dan binatang
lainnya disantapnya.
d. Jenis
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
1) Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih.Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang
ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger
merah.Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur
ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di
Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini.Ayam ini mampu
bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house.Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus
untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena
dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam
ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
8
Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna
kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama.
Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih.Hal
ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit
daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam
pedaging dengan rasa yang enak.
a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;
b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini
adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk
satu ekor ayam.Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
9
3) kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas
lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di
kanan dan 30% di kiri).
2. Tipe Kandang
Model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan
memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang
dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi
kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2.5 PERALATAN
Peralatan yang dibutuhkan:
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada
yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit
padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5
cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
e. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi
kecil, dan lain-lain.
10
2.6 PENYAKIT
1. Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika
2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum.
Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
3. Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
4. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang
ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
6. CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia.Menyerang anak ayam dan ayam remaja.
Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
11
7. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.
2. Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam.Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi
telur.Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja.Tingkat
kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%.Bila menyerang ayam petelur
menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah
tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah).Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi
dapat dicegah dengan vaksinasi.
3. Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas.
Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan
desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian:
(1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini;
(2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
5. Marek
12
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat
serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.
6. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat.Penyakit ini
menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak
akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang
yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur
ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak
13
boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga
pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
14
Genting 2600 bh @ Rp 90,
Paku reng 5 kg @ Rp 2000,
Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800,
Batu bata 1000 buah @ Rp 55,
Pasir 1 truk
Tali 28 meter @ Rp 5000,
Tenaga kerja
c. Peralatan
Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000,
Tempat minum 32 bh @ Rp 3880,
Sekop 1 bh
Ember 2 bh @ Rp 2000,
Tong bak air 1 bh
Ciduk 2 bh @ Rp 500,
Tabung gas besar 1 bh
Thermometer 1 bh
Regulator 1 bh
Brooder (gasolec) 1 bh
Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,-
Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 2.052.000,-
15
3) Biaya produksi
a. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-
b. Nilai susut prasarana produksi/2 bln
- kandang
- Peralatan Rp 805.660,- : 30 Rp. 51.109,- Rp. 26.856,-
d. Bibit DOC 1000 ekor Rp. 900.000,-
e. Pakan dan obat-obatan Rp. 2.422.000,-
f. Tenaga kerja Rp. 157.500,-
g. lain-lain Rp. 104.400,-
h. Bunga modal 1,5% per bulan Rp. 84.543,-
i. Bulan modal 1,5 bulan Rp. 126.815,-
a. Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 3.808.680,-
4) Pendapatan
a. Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,- Rp. 4.112.500,-
b. Nilai Pupuk kandang Rp. 60.000,-
c. Jumlah pendapatan Rp. 4.172.500,-
d. Keuntungan Rp. 363.820,-
16
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari uraian diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa membudidayakan ayam kampong tidaklah sulit, tetapi
kita hanya memerlukan ketelatenan dan kesabaran untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.
Dan diantara keterangan diatas kita dapat menyimpulkan:
1. Pembudidayaan sangat diperlukan, karena kita dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
2. Pengelolaan pembudidayaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
3.2 SARAN
Penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya pembudidayaan dikelola ssuai dengan tujuan dan fungsinya
2. Peran pengelola pembudidayaan hendaknya selain dari makalah ini ditambah juga dengan bekal
yang cukup sehinnga menjadi pembudidaya yang handal dan profesional
17
DAFTAR PUSTAKA
Bukuayam kampong petelur. 2002. Jakarta : AgroMediaPustakaa
ProyekPengembanganEkonomiMasyarakatPedesaan, Bappenas
18